Anda di halaman 1dari 95

Keselarasan Dalam Pengajaran

Search...

Profil

inovasi pendidikan
11 Feb 1. Pendahuluan Mencurahkan segala daya dan kemampuanya untuk selalu berinofasi menemukan sesuatu yang baru yang dapat membantu hidup menjadi lebih baik itu adalah syarat mutlak untuk tidak tertinggal atau tergerus oleh zaman yang selalu berkembang. Guru sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap usaha pendidikan dengan pengajaran. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pembelajaran, khususnya mengenai masalah kurikulum dan peningkatan sumber daya yang dimiliki oleh siswa yang dihasilkan oleh pembelajaran yang sering bermuara pada faktor kemampuan guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru dituntut untuk senantiasa berperan aktif dan eksis dalam dunia pendidikan sesuai dengan zaman yang selalu berkembang. Keahlian dan kepribadian guru merupakan salah satu faktor yang sangat berperan sekaligus menjadi loncatan bagi siswa untuk meraih keberhasilan khususnya prestasi baik dari segi analisis maupun kemampuan mendayagunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dalam dunia pendidikan Inovasi adalah tantangan penyelenggaraan pendidikan yang berkwalitas yang merupakan cita-cita mulia bangsa Indonesia. Oleh karena itu, gagasan inovasi pendidikan oleh seorang pendidik sangatlah diperlukan, dengan dukungan elemen terkait supaya tidak terjadi kemandekan pada dunia pendidikan kemudian akan berimbas pada pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, social dan lain-lain. 1. Pengertian Inovasi

Inovasi adalah suatu ide , gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Oleh sebab itu, inovasi pada dasarnya merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktikpraktik tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil olah pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu kedaan tertentu ataupun proses tertentu yang terjadi di masyarakat (Ahira: 2011) Sedangkan menurut Kusmana (2010: 4) adalah inovasi adalah membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Dari pendapat diatas penulis menarik kesimpulan bahwa inovasi adalah menghasilkan produk baru atau idea baru dengan tujuan untuk memperbaiki yang sudah ada supaya lebih baik dari keadaan atau situasi sebelumnya sehingga meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas. 1. Pengertian Inovasi Pendidikan Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional Inovasi pendidikan menurut asrori (2011) adalah inovasi dalam bidang pendidikan untuk memecahkan masalah dalam pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit tingkat lembaga pendidikan maupun arti luas di sistem pendidikan nasional. Sehingga dapat dikatakan inovasi kurikulum merupakan suatu hal yang dapat terjadi dalam ruang lingkup pendidikan itu sendiri. Jadi inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan sehingga efisiensi, relevansi, berkualitas dan efektivitas. Dengan ciri-ciri sebagai berikut : Ciri-ciri inovasi pendidikan dapat dikenal dengan beberapa identifikasi, menurut ashby 1967 (dalam anneahira, 2011) ada empat hal ciri-ciri inovasi pendidikan, yaitu:

Ketika masyarakat/orang tua mulai sibuk dengan peran keluar sehingga tugas pendidikan anak sebagian digeser dari orang tua pindah ke guru atau dari rumah ke sekolah. Terjadi adopsi kata yang ditulis ke instruksi lisan Adanya penemuan alat untuk keperluan percetakan yang mengakibatkan ketersediaan buku lebih luas. Adanya alat elektronika yang bermacam-macam radio, telepon, TV, computer, LCD proyektor, perekan internet, LAN, dsb ).

3. Pentingnya inovasi dalam pendidikan Setiap orang atau individu dalam pendidikan hendaknya berperan melakukan inovasi dalam pendidikan karena prestasi pendidikan tergantung dari prestasi individu dalam pendidikan. Prestasi individu dalam pendidikan merupakan bagian dari prestasi pendidikan yang pada gilirannya merupakan prestasi organisasi pendidikan. Karena itu semua unsur di dalam dunia pendidikan, baik guru maupun yang terlibat dalam proses pendidikan harus mempunyai niat dan perhatian serta konsistensi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Semua pihak yang berperan serta dalam proses inovasi pendidikan harus mengetahui tujuan, sasarannya dan perencanaan maupun strategi yang dipergunakan, sehingga hasilnya dapat memenuhi harapan dalam pendidikan. Saat ini adalah era globalisasi dan revolusi informasi, di mana telah mengakibatkan terjadinya persaingan secara bebas dalam berbagai hal, tidak lagi mengenal batas-batas negara dan teritori. Semuanya bersaing dan berlomba-lomba meraih kesempatan dalam sistem mekanisme pasar global. Apabila dunia pendidikan di Indonesia tidak menghasilkan pendidikan yang berkwalitas maka akan kalah di pasaran dan akan tergerus jaman yang semakin canggih dan inovatif. Inilah tantangan bagi dunia pendidikan pendidikan. Bagaimana mengantisipasi perubahan tersebut? langkah-langkah apa yang perlu dilakukan sehingga penyelenggara pendidikan di Indonesia ini mampu menempatkan kualitas sumber daya manusia kita pada level yang patut diperhitungkan di kancah global? Hal ini merupakan tugas yang tidak ringan, terutama bagi penyelenggara kegiatan pendidikan. Di sini dibutuhkan manajemen pendidikan yang baik (well manage) dan strategi pelaksanaan inovasi agar organisasi pendidikan mampu menghasilkan SDM yang berkualitas. Dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Inovasi yang terjadi dalam bidang pendidikan tersebut, antara lain dalam hal manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum, dsb. Tahap demi tahap arah pentingnya inovasi pendidikan Indonesia antara lain:

Mengejar ketinggalan-ketinggala yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajara dengan kemjuan tersebut Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga Negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi.

Inovasi pendidikan sangat penting untuk dilakukan sebagaimana diungkapkan antara lain oleh Johnson dan Jacobson (dalam sisten inovasi, 2009), karna mempunyai fungsi utama sebagai berikut :

Menciptakan pengetahuan baru. Memandu arah proses pencarian penyedia dan pengguna teknologi, yaitu mempengaruhi arah agar para pelaku mengelola dan memanfaatkan sumber dayanya.

Memasok/menyediakan sumber daya, yaitu modal, kompetensi dan sumber daya lainnya. Memfasilitasi penciptaan ekonomi eksternal yang positif (dalam bentuk pertukaran informasi, pengetahuan dan visi). Memfasilitasi formasi pasar.

1. Strategi Pendidikan Dalam melakukan strategi inovasi, Kennedy (1991: 163) (dalam didaktika, 2010) mengemukakan bahwa, terdapat tiga jenis strategi inovasi, yaitu: power coercive (strategi pemaksaan), rational empirical (empirik rasional), dan normative re-educative (pendidikan yang berulang secara normatif). a. Strategi pemaksaaan berdasarkan kekuasaan. Pola ini dapat dikatakan sebagai suatu pola inovasi yang lebih bersifat top down. Strategi ini seperti komando karena cenderung bersifat perintah dan memaksakan kehendak, ide dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya, di mana inovasi itu akan dilaksanakan. Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan perubahan sesuai dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya. Pihak pelaksana yang justru sebagai objek utama dari inovasi itu sendiri malahan tidak dilibatkan sama sekali, baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya. Para inovator hanya menganggap pelaksana sebagai objek semata dan bukan sebagai subjek, sehingga tidak harus diperhatikan dan dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan dan pengimplementasiannya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya. Contohnya adalah yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasinal selama ini. Seperti penerapan kurikulum, kebijakan desentralisasi pendidikan dan lain-lain. 1. Empirik rasional. Dalam strategi ini dikenal adanya asumsi dasar bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga manusia mampu untuk bertindak secara rasional. Dalam strategi ini inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya. Guru dapat menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai dengan akal yang sehat, berdasarkan pemikiran, idea, berkaitan dengan situasi dan kondisi bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut. 1. Normatif reedukatif (pendidikan yang berulang) Adalah suatu strategi inovasi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan yang menekankan bagaimana klien memahami permasalahan pembaruan, seperti perubahan sikap, skill, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia. Dalam pendidikan, bila sebuah strategi menekankan pada pemahaman pelaksana dan penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulang kali. Misalnya dalam pelaksanaan perbaikan sistem belajar mengajar di sekolah, para guru sebagai pelaksana inovasi berulang kali melaksanakan perubahan-perubahan itu sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Kecenderungan pelaksanaan model yang demikian

agaknya lebih menekankan pada proses mendidik dibandingkan dengan hasil dari perubahan itu sendiri. Dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Inovasi yang terjadi dalam bidang pendidikan tersebut, antara lain: dalam hal manajemen pendidikan, metode pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum, dan sebagainya. Strategi memerlukan motivasi, pendapat Kusmana (2010: 33) bahwa motivasi yang dapat mendorong lahirnya inovasi pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Kemauan sekolah atau lembaga pendidikan terhadap tantangan kebutuhan masyarakat 2. Adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan) untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat Motivasi dari pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan pendidikan akan mendorong tercapainya tujuan inovasi pendidikan untuk menjawab tantagan era global. Manajemen pelaksanaan inovasi sendiri dari sudut proses berhubungan dengan kegiatan perencanaan. Yang mana dalam perencanaan inovasi menuntut untuk melakukan asesmen situasi dan mengidentifikasi tujuan dari inovasi itu sendiri. Keberhasilan inovasi akan berjalan baik, jika didukung oleh perencanaan inovasi yang efektif. 1. Sasaran Program Pembaruan (Inovasi) dalam Bidang Pendidikan. Sasaran yang dimaksud di sini adalah komponen-komponen apa saja dalam bidang pendidikan yang dapat menciptakan inovasi. Pendidikan adalah suatu sistem maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas, misalnya sistem pendidikan nasional. Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miles (dalam file.upi.edu, 2011), dengan perubahan isi disesuaikan dengan perkembangan pendidikan dewasa ini.

Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu menentukan personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personel misalnya: peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya. Banyaknya personal dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu menjelaskan tentang berapa jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah kerjanya. Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspek ini misalnya: berapa ratio guru siswa pada satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah diperkenalkan ini dengan ratio 1 : 200 artinya satu guru dengan 200 siswa). Sekolah Dasar di Amerika satu guru dengan 27 siswa, perubahan besar wilayah kepenilikan, dan sebagainya. Fasilitas fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang sesuai dengan komponen ini misalnya: perubahan bentuk tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu

meja), perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding batas antar ruang dibuat yang mudah dibuka, sehingga pada diperlukan dua ruangan dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium bahasa, penggunaan CCTV (TVCT- Televisi Stasiun Terbatas), dan sebagainya. Penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: pengaturan waktu belajar (semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran yang dapat memberi kesempatan mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya, dan sebagainya. Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis sekolah (rumusan tujuan TK, SD disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan tantangan kehidupan), perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional dan sebagainya. Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini misalnya: penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya. Peran yang diperlukan. Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan diperlukan kejelasan peran yang diperlukan untuk melancarkan jalannya pencapaian tujuan inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: peran guru sebagai pemakai media (maka diperlukan keterampilan menggunakan berbagai macam media), peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team teaching, dan sebagainya. Wawasan dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya berkembang suatu wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan 17 tugas. Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan akan mempercepat tercapainnya tujuan. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: wawasan pendidikan seumur hidup, wawasan pendekatan keterampilan, proses, perasaan cinta pada pekerjaan guru, kesediaan berkorban, kesabaran sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum SD yang disempurnakan, dan sebagainya. Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja). Dalam sistem pendidikan perlu ada kejelasan hubungan antara bagian atau mekanisme kerja antara bagian dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: diadakan perubahan pembagian tugas antara seksi di kantor departemen pendidikan dan mekanisme kerja antar seksi, di perguruan tinggi diadakan perubahan hubungan kerja antara jurusan, fakultas, dan biro registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan sebagainya. Hubungan dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang lain. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah bekerjasama atau berhubungan dengan Departemen Kesehatan, data pelaksanaan KKN harus kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, dan sebagainya. Strategi. Yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan.

Adapun macam dan pola strategi yang digunakan sangat sukar untuk diklasifikasikan, tetapi secara kronologis biasanya menggunakan pola urutan sebagai berikut:

Desain. Ditemukannya suatu inovasi dengan perencanaan penyebarannya berdasarkan suatu penelitian dan obeservasi atau hasil penilaian terhadap pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah ada. Kesadaran dan perhatian. Suatu potensi yang sangat menunjang berhasilnya inovasi ialah adanya kesadaran dan perhatian sasaran inovasi (baik individu maupun kelompok) akan perlunya inovasi. Berdasarkan kesadaran itu mereka akan berusaha mencari informasi tentang inovasi. Evaluasi. Para sasaran inovasi mengadakan penilaian terhadap inovasi tentang kemampuannya untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan dapat terlaksananya sesuai dengan kondisi situasi, pembiayaannya dan sebagainya. Percobaan. Para sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi untuk membuktikan apakah memang benar inovasi yang dinilai baik itu dapat diterapkan seperti yang diharapkan. Jika ternyata berhasil maka inovasi akan diterima dan terlaksana dengan sempurna sesuai strategi inovasi yang telah direncanakan. 1. Inovasi pendidikan dan paradigma dalam pembelajaran di Indonesia Pembelajaran dengan inovasi pendidikan memerlukan dukungan/proaktif, dan sikap-sikap positif dari pihak-pihak terkait, karna tanpa hal tersebut maka tujuan inovasi pendidikan akan menjedi tersendat. Era globalisasi yang harus di ikuti oleh negara Indonesia agar tidak tertinggal dari negara-nagara lainnya mengharuskan inovasi pendidikan untuk mendorong kemajuan dan modernisasi dalam bidang pendidikan. Menurut Kusmana (2010:84) dalam rangka modernisasi di era global ini, ditentukan oleh sumber daya manusia yang memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru siap menghadapi perubahan sosial, memiliki pandangan luas, memiliki dorongan rasa ingin tau, 1. berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang, 2. berorientasi pada perencanaan, 3. mempercayai perhitungan secara manusiawi, 1. menghargai keterampilan teknik dan menggunakannya sebagai imbalan, 2. berwawasan pendidikan dan pekerjaan, 3. menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain, 4. memahami perlunya produksi.

Penulis berpendapat bahwa karakteristik guru yang diperlukan untuk mendukung inovasi dalam pendidikan di Indonesia adalah sebagaimana di sebutkan diatas, inovasi di kemudian diarahkan mengikuti dan memenuhi tuntutan dunia global yang semakin berkembang pesat, dan terbuka terhadap hal-hal atau ilmu yang baru secara positif.

Realisasi inovasi pendidikan yang sudah dilakukan di Indonesia, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Inovasi Kurikulum. Melalui strategi power coercive atau model inovasi Top Down Inovation Inovasi model. Diawali tahun 1950 ada kurikulum SD Rencana Pelajaran Terurai, tahun 1960 muncul Kurikulum Kewajiban Belajar Sekolah Dasar, tahun 1968 dikenal Kurikulum 1968, pengganti kurikulum 1950. Lalu tahun 1970 muncul Kurikulum Berhitung. Pada tahun 1975 Kurikulum 1975 yang berfokus pada pelajaran Matematika dan Pendidikan Moral Pancasila serta Kewarganegaraan. Pada tahun 1984 menyempurnakan kurikulum 1975 dengan model Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Dilanjutkan pada tahun 1991 dihentikan, kemudian muncul Kurikulum 1994. Tahun 2004 dikenal Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dan terakhir tahun 2006 muncul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 1. Strategi empirik rasional atau model bottom up Inovation Model inovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan .Guru dapat menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai dengan akal yang sehat, berdasarkan pemikiran, idea, berkaitan dengan situasi dan kondisi . Biasanya dilakukan oleh para guru di sekolah, bagaimana supaya kegiatan dalam pembelajaran menjadi lebih menarik. 1. Pembelajaran Berbasis Otak Jika ditinjau dari bidang neurosains, suatu pembelajaran diartikan sebagai merupakan respons terhadap rangsangan sepanjang waktu (Dennison dalam edukasi 2010). Otak manusia merupakan bagian tubuh manusia yang paling kompleks dan merupakan satu-satunya organ yang senantiasa berkembang sehingga ia dapat mempelajari dirinya sendiri. Jika dirawat oleh tubuh yang sehat dan lingkungan yang menimbulkan rangsangan, otak itu akan berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun. Banyaknya bukti yang sekarang muncul mengenai belajar dan perkembangan otak menghasilkan suatu gerakan menuju praktik pendidikan yang mendukung pemahaman intuitif sebelumnya tentang belajar melalui keterlibatan langsung dengan aktivitas. Beberapa riset sudah menunjukkan bahwa janin yang masih berada dalam kandungan pun sudah belajar secara intens mengenai dunia di luar. Paradigma pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan kecerdasan hendaknya mengacu pada perkembangan otak manusia seutuhnya. Realitas pembelajaran dewasa ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar lebih banyak mengacu pada target pencapaian kurikulum dibandingkan dengan menciptakan siswa yang cerdas secara utuh. Sementara itu, kegiatan yang terjadi di dalam ruang belajar masih bersifat konvensional yakni menempatkan guru pada posisi sentral (teacher centered) dan siswa sebagai objek pembelajaran. Beberapa sekolah sudah menerapkan sitem sekolah berbudaya lingkungan. Tidak hanya strategi Pemberian rangsang terhadap dengan memberikan soal-soal untuk mengevaluasi materi pelajaran tetapi soal-soal yang diberikan dikemas seatraktif mungkin sehingga kemampuan berpikir siswa lebih otimal, seperti melalui teka-teki, simulasi, permainan lingkungan dan

sebagainya. Guru tidak hanya memanfaatkan ruangan kelas untuk belajar siswa, tetapi juga tempat-tempat lainnya, seperti di taman, di lapangan bahkan diluar kampus. Guru menghindarkan situasi pembelajaran yang dapat membuat siswa merasa tidak nyaman, mudah bosan atau tidak senang terlibat di dalamnya. Strategi pembelajaran yang digunakan lebih menekankan pada diskusi kelompok yang diselingi permainan menarik serta variasi lain yang kiranya dapat menciptakan suasana yang menggairahkan siswa dalam belajar. Selain itu, guru juga mengupayakan dengan membuat suasana pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang aktif dan bermakna hanya dapat dilakukan apabila siswa secara fisik maupun psikis dapat beraktivitas secara optimal. Strategi pembelajaran dikemas sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara aktraktif dan interaktif, melalui model pembelajaran yang bersifat demonstrasi. 1. Melakukan inovasi pendidikan akhlak berbasis manajemen qolbu Inovasi ini banyak dilakukan oleh lembaga pesantren/ lembaga keagamaan. Di dalam Qolbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan menghayati tentang salah-benar, baik buruk serta berbagai keputusan yang harus dipertanggung jawabkannya secara sadar, sehingga kualitas Qalbu akan menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan di muka bumi, ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina. Untuk itu perlu upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan Qolbu, yaitu dengan cara penyucian jiwa (Tazkiyah An Nafs) yang berarti menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, sesudah membersihkannya dari sifat-sifat tercela. Dengan kata lain diri dibersihkan dari kotoran dan kerusakannya diubah menjadi An Nafs Al Lawwamah (jiwa yang mencela) dan akhirnya menjadi An Nafs Al Muthmainnah. Selanjutnya adalah dengan cara menghapus kecintaan terhadap dunia serta menghilangkan segenap kesedihan, kedukaan dan kekhawatiran atas segala sesuatu yang tidak berguna yaitu dengan cara senantiasa dan terus menerus mengingat Allah (Dzikrullah). 1. PAKEM PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

1. Contextual Teaching and Learning /CTL Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebihdipentingkan daripada hasilDalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya.Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukansesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual 1. Cooperative learning Model Pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. 1. Active learning Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. 2. Kendala-kendala Dalam Inovasi Pendidikan 1. a. Kondisi Umum. Dalam hal ini perlu langkah perbaikan dalam peraturan perundangan, infrastruktur (fasilitas) dan sarana pendidikan (formal, non formal, informal) serta tenaga pendidik yang mendukung ketersediaan, aksesibilitas dan afordabilitas bagi seluruh masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas di seluruh wilayah Indonesia

1. b.

Kelembagaan dan Daya Dukung pelaksana inovasi pendidikan

Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah (1) perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi (2). konflik dan motivasi yang kurang sehat (3). lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan (4). keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi (5). penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi (6) kurang adanya hubungan sosial dan publikasi (Subandiyah dalam pakguruonline, 2012). Untuk menghindari masalah-masalah tersebut di atas, dan agar mau berubah terutama sikap dan perilaku terhadap perubahan pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan, sehinga perubahan dan pembaharuan itu diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua siswa, dan masyarakat umumnya harus dilibatkan.

1. Penolakan dalam Inovasi Pendidikan Setelah memperhatikan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan suatu inovasi pendidikan, misalnya penolakan para guru tentang adanya perubahan kurikulum dan metode belajarmengajar, maka perlu kiranya masalah tersebut dibahas. Namun sebelumnya, pengertian tentang resisten itu perlu dijelaskan lebih dahulu. Menurut definisi dalam Cambridge International English Dictionary of English bahwa Resistance is to fight against (something or someone) to not be changed by or refuse to accept (something). Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penolakan (resistance) itu adalah melawan sesuatu atau seseorang untuk tidak berubah atau diubah atau tidak mau menerima hal tersebut. Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut:

Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggapoleh guru. atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka. Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang,karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dantidak ingin diubah. Disamping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh merekamemberikan rasa aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka. Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnyaDepdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa. Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan k ecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finasial dan keuangannya sudah tidak ada lagi. Dengan demikian pihak sekolah atau guruhanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di pusat dan tidak punya wewenang untuk merubahnya.

Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka.

1. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi pendidikan Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan. Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak di capai. Beberapa penekanan perubahan pikiran yang diperlukan adalah:

Dari peran guru sebagai transmiter ke fasilitator, pembimbing dan konsultan, dari peran guru sebagai sumber pengetahuan menjadi kawan belajar, dari belajar diarahkan oleh kurikulum menjadi diarahkan oleh siswa sendiri, dari belajar dijadwal secara ketat menjadi terbuka, fleksibel sesuai keperluan, dari belajar berdasarkan fakta menuju berbasis masalah dan proyek, dari belajar berbasis teori menuju dunia dan tindakan nyata serta refleksi, dari kebiasaan pengulangan dan latihan menuju perancangan dan penyelidikan, dari taat aturan dan prosedur menjadi penemuan dan penciptaan, dari kompetitif menuju kolaboratif, dari fokus kelas menuju fokus masyarakat, dari hasil yang ditentukan sebelumnya menuju hasil yang terbuka, dari belajar mengikuti norma menjadi keanekaragaman yang kreatif dari penggunaan komputer sebagai obyek belajar menuju penggunaan komputer sebagai alat belajar, dari presentasi media statis menuju interaksi multimedia yang dinamis, dari komunikasi sebatas ruang kelas menuju komunikasi yang tidak terbatas, dari penilaian hasil belajar secara normatif menuju pengukuran unjuk kerja yang komprehensif.

Dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilansuatu inovasi pendidikan. Dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagai motivator dan lain sebagainya. Siswa Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan.

Siswa sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasipendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur- unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya. Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah. Fasilitas termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya. Lingkup Sosial Masyarakat. Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaan pembahruan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan. Kata Kunci : inovasi, perubahan, penolakan, kurikulum, siswa, guru, fasilitas, inovator, pelaksana, masyarakat, sekolah, keterlibatan, top-down-bottom-up, sosial, program, pendidikan

6. Kesimpulan Pembaharuan (inovasi) diperlukan bukan saja dalam bidang teknologi, tetapi juga di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Pembaruan pendidikan diterapkan didalam berbagai jenjang pendidikan juga dalam setiap komponen system pendidikan. Sebagai pendidik, kita harus mengetahui dan dapat menerapkan inovasi-inovasi agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal. Kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya sehingga akan muncul pengakuan yang rill dari siswa, orang tua dan masyarakat. Namun sekolah/ lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill apabila warga sekolah tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya dengan latar belakang kekuatan, kelemahan tantangan dan hambatan yang ada.Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tapi harus melibatakan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh satu atau dua faktor saja, tapi juga oleh masyarakat serta kelengkapan fasilitas. DAFTAR PUSTAKA Anneahira .Inovasi Pendidikan.Dalam situs http://www.anneahira.com/artikelpendidikan/inovasi-pendidikan.htm/2011.Dikunjungi 24 Februari 2012 Kusmana, Suherli, Ciamis : pascasarjana unigal press, 2010 Didaktika. Pentingnya Inovasi dalam Pendidikan. Dalam situs http://didaktika.fitkuinjkt.ac.id/2010/02/pentingnya-inovasi-dalam-pendidikan.html.Dikunjungi 24 Februari 2012 File Upi Edu. Konsep Dasar inovasi Pendidikan. Dalam situs http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/INOVASI_PENDIDIKAN/Modul_1Konsep_Dasar_ Inovasi_Pendidikan.pdf. Dikunjungi 24 Februari 2012 Edukasi. Inovasi Pembelajaran Berbasis Otak. Dalam situs http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/18/inovasi-pembelajaran-berbasis-otak/. Dikunjungi tanggal 24 Februari 2012 Shvoong. Model Pembelajaran Inovatif. Dalam situs http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2073902-model-pembelajaran-inovatif-masalah-problem.pdf . Dikunjungi 24 Februari 2012 Pakguruonline.Sebuah Tinjauan Teoritis Mengenai Inovasi Pendidikan.http://groups.yahoo.com/group/pakguruonline/message/106. Dikunjungi 25 Februari 2012

Beranda

hannabahagianna
Kamis, 05 Januari 2012

INOVASI PENDIDIKAN

BAB II PEMBAHASAN INOVASI PENDIDIKAN A. Pengertian dan hakekat Inovasi Pendidikan Inovasi sendiri dapat diartikan sebagai pengenalan hal-hal yang baru, yang berbeda dari yang sudah ada. Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru (belum dipahami) dan bersifat kualitatif, berbeda dari hal sebelumnya serta diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu dalam pendidikan. Makna kualitatif disini yaitu pengaturan kembali unsur-unsur dalam pendidikan. Pengertian Inovasi disini hampir sama dengan pembaharuan, akan tetapi perubahan dalam inovasi hanya terjadi dalam aspek-aspek tertentu (lebih sempit dan terbatas) sementara dalam pembaharuan perubahan yang terjadi menyangkut berbagai aspek (lebih luas). Contoh dalam tindakan Inovatif yaitu mengatur kembali jenis dan cara menyampaikan pelajaran dalam kelas sehingga dapat dicapainya kualitas yang tinggi. Tujuan utama dalam Inovasi adalah berusaha meningkatkan kemampuan (tenaga sarana dan prasarana) agar segala sesuatu yang disusun dapat tercapai dengan baik. Tujuan yang direncanakan harus jelas dan terinci apa hasil yang akan dicapai, sehingga dapat dibedakan atau dapat diukur perbedaan sebelum dan sesudah di Inovasi. B. Masalah-masalah yang menuntut Inovasi

1. Perkembangan IPTEK Asanya perkembangan IPTEK mengakibatkan kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya dan pendidikan Bangsa. Selama ini sistem pendidikan di Indonesia terutama yang dimiliki belum mampu mengikuti perkembangan tersebut dengan sepenuhnya. Sehingga belum mampu menghasilkan tenaga-tenaga yang kreatif yang sesuai dengan tuntutan zaman.

2. Pertambahan Penduduk Laju eksplosi penduduk menuntut adanya perubahan, untuk mendapatkan pendidikan yang komulatif. Semakin bertambahnya penduduk, fasilitas pendidikan juga harus ditingkatkan menyeimbangkan suasana pendidikan. 3. Meningkatkan anima masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. 4. Menurunnya kualitas pendidikan Belum mampu mengikuti IPTEK, sehingga pendidikan dirasakan makin menurun yang mengakibatkan tuntutan adanya suatu inovasi. 5. Kurangnya adanya relevansi antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun. Dengan ketidak sesuaian materi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat telah diatasi dengan adanya kurikulum baru dalam pendidikan sesuai dengan tuntutan masa kini dan yang akan datang. 6. Belum mekarnya alat organisasi yang efektif serta belumtumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang. C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendidikan Dalam Inovasi pendidikan, gagasan baru sebagi hasil pemikiran baru, harus mampu memecahkan persoalan yang belum daoat terpecahkan. Diantara masalah yang mempengaruhi pendidikan terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan.

1. Visi terhadap pendidikan Tujuan pendidikan untuk kepentingan masyarakat akan tetapi pedidikan selalu mengalami perubahan untuk peningkatan mutu pendidikan. Sehingga terdapat perbedaan pandangan tentang pendidikan dimasa lampau dan yang akan datang.. 2. Faktor pertambahan penduduk Pertambahan penduduk yang cepat berpengaruh besar tehadap masalah pendidikan, sehingga menuntut adanya perubahan dalam bidang pendidikan. Semakin bertambahnya peserta didik semakin optimal pula dalam memenuhi kebutuhan anak didik, yaitu dengan mengembangkan ketrampilan yang relevan yang sesuai dengan tuntutan zaman. Disamping itu timbul pula masalah-masalah dengan bertambahnya penduduk yang cepat antara lain: - Kurangnya kesempatan belajar Dapat dimisalkan dengan minimnya daya tampung dalam proses pendidikan sehingga kesempatan belajar berkurang. - Kualitas pendidikan Kurangnya fasilitas pendidikan yang mengakibatkan kegiatan proses belajar mengajar terhambat yang berdampak pada hasil output yang kurang berkualitas. - Masalah relevansi Kesesuaian antara pendidikan yang dibutuhkan dengan tuntutan masyarakat agar menghasilkan output yang bermutu. 3. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Dalam perkembangan IPTEK yang semakin global sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, untuk mengikuti perkembangan IPTEK maka dibutuhkan sebuah inovasi dalam hal kurikulum yang dulunya system pembelajaran hanya dengan alat-alat yang terbatas sekarang harus disesuaikan dengan kondisi zaman. 4. Tuntutan adanya proses pendidikan yang relevan

Sesuai dengan perkembangan zaman, maka system pembelajaran harus disesuaikan agar tidak ketinggalan dan mampu mencetak output yang mempunyai kualitas tinggi serta mampu bersaing dengan dunia Internasional. Salah satu contoh sebuah Inovasi dalam pendidikan yaitu dalam hal kurikulum. Kurikulum di Indonesia yang sering berganti-ganti disebabkan karena menyesuaikan dengan kondisi dan tuntutan zaman, serta anak didik mampu menerapkan apa yang diberikan oleh pendidik untuk menghadapi kemajuan zaman. Gambaran-gambaran dalam Inovasi pendidikan dan contohnya Gambaran dalam Inovasi pendidikan maksudnya suatu rancangan atau gagasan yang ingin dicapai dalam inovasi pendidikan, yang mana perubahan tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Rancangan atau gagasan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menyongsong system pendidikan yang lebih baik. Contoh inovasi pendidikan Sekolah Unggulan Untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia, pemerintah mempunyai gagasan dengan diadakannya sekolah berstandar Internasonal yang bertujuan agar mampu menghasilkan kader bangsa yang intelektual dan ,mampu bersaing dengan dunia Internasional. Dalam sekolah Unggulan (Sekolah Berstandar Internasional) biasanya ada penekanan khusus misalnya dalam bahasa pengantar menggunakan bahasa inggris yang notabene sebagai bahasa Internasional, penggunaan IT yang sesuai dengan standar Internasional, penyeleksian yang ketat bagi siswa yang ingin masuk di kelas unggulan tersebut, dan disiplin dalam proses pembelajaran agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan serta menghasilkan output yang berkualitas Internasioanal. Televisi Pendidikan Dengan berkembangnya IPTEK, pendidikan juga selalu mengikuti tuntutan tersebut, dalam pelaksanaan pendidikan nonformal televisi-televisi swasta mencangkan program pembelajaran seperti pendidikan bahasa Inggris yang bertujuan agar masyarakat tidak ketinggalan meskipun tidak duduk dibangku pendidikan, serta mensukseskan program pemerintah untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional. Tujuan Inovasi

Menurut Santoso (1974), tujuan utama inovasi yaitu meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dann sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Jadi dalam hal ini yang perlu ditingkatkan adalah guru (pengajar), uang dan alat-alat penunjang pembelajaran serta gedung dan tata cara (proses) pembelajaran tersebut. Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektifitas sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyak, dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangunan), dengan menggunakan sumber, tenaga,, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.

Yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana caranya untuk menggunakan modal (sumber, tenaga, uang, alat dan waktu) yang ada dengan seminimal mungkin tetapi bisa menghasilkan hasil yang baik. Jika dikaji, arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi tahap, yaitu : a. Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi sehinggga semakin lama pendidikan di Indonesia semakin berjalan sejajar dengan kemajuakemajuan tersebut. b. Mengusahakan terselenggarakannya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga Negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA dan PT. Tujuan pendidikan Indonesia JIka disimpulkan bahwa saat ini Indonesia sedang mengejar ketertinggalan iptek secara global yang berjalan sangat cepat dan berusaha agar pendidikan bisa dirasakan dan didapatkan oleh semua warga Indonesia. Disamping itu, akan diusahakan peningkatan mutu yang dirasakan makin menurun dewasa ini. Dengan sistem penyampaian yang baru, diharapkan peserta didik menjadi manusia yang aktif, kreatif dan terampil memecahkan masalahnya sendiri. Tujuan jangka panjang yang hendak dicapai adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya. Proses pembaharuan pendidikan dan pengajaran

1. Invetion (penemuan) Invetion meliputi penemuan-penemuan/penciptaan tentang suatu hal yang baru. Invetion biasanya merupakan adaptasi dari apa yang telah ada. Akan tetapi pembaharuan yang terjadi dalam pendidikan terkadang menggambarkan suatu hasil yang sangat berbeda dengan yang terjadi sebelumnya. Contohnya dalam abjad pelajaran yang ditemukan oleh seorang inventor James Pitman.

2. Development (pengembangan) Pembaharuan biasanya harus mengalami pengembangan sebelum ia masuk dalam dimensi skala yang besar. Development seringkali bergandengan dengan riset. Sehingga prosedur-prosedur research and development (R & D) adalah yang biasanya digunakan dalam pendidikan. 3. Diffusion (penyebaran) Adalah persebaran suatu ide baru dari sumber inventationnya kepada pemakai/penyerap yang terakhir. 4. Adaption (penyerapan) Beberapa tahap yang penting dalam penerapan pembaharuan pendidikan. Pendekatan system dalam usaha pembaharuan pendidikan dipandang sebagai tanggapan terhadap masalah pendidikan yang baru dan komprehensif. Pendekatan dalam pemecahan masalah dan perencanaan pendidikan pada periode sebelumnya biasanya bersifat tidak menyeluruh dan terikat pada salah satu prinsip tertentu. Pendekatan sosial budaya didasarkan atas tuntutan/kebutuhan sosial akan pendidikan yang berkembang popular dalam masyarakat. Sehingga mengabaikan alokasi sumber-sumber dalam skala nasional. Kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan dan turunnya mutu serta efektifitas pendidikan. Pendekatan tenaga kerja didasarkan pada kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga kurang mementingkan pendidikan dasar. Pendekatan untung rugi mengutamakan prinsip keuntungan. Besarnya biaya pendidikan yang dikeluarkan tidak boleh lebih besar dari pengembalian yang akan diperoleh sesudah pendidikan dilakukan.

Dengan memperhatikan pengalaman beberapa pendekatan itu, pembaharuan pendidikan dengan pendekatan sistem untuk pemecahan masalah pendidikan yang mengutamakan kepentingan subjek pendidikan lebih bersifat tanggap (responsif) terhadap masalah-asalah yang baru. Pembaharuan pendidikan sebagai upaya untuk memperkembangkan pendekatan yang lebih efektif dan ekonomis. Kapan dan dimana saja kita harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kemampuan manusia bukan saja untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan mengubah dirinya (autoplastic), tetapi juga mampu mengubah lingkungannya demi kepentingan dirinya (autoplastic). Manusia mampu menciptakan sesuatu yang baru, yang sebelumnya belum dikenal. Manusia juga selalu berusaha dan mampu melakukan sesuatu dengan cara yang baru, yang sebelumnya belum dikenal. Dengan kratifitas dan usaha yang tidak henti-hentinya, manusia menemukan sesuatu yang baru yang mengantarkan kepada kehidupan yang lebih baik. Empat masalah pokok yang harus diperbaharui 1) Masalah kuantitas dan pemerataan kesempatan belajar Masalah ini yang mendapat prioritas utama yang perlu ditangani, yaitu dengan menciptakan sistem pendidikan yang mampu menampung anak didik sebanyak mungkin di berbagai daerah. 2) Masalah kualitas Kurangnya dana, kurangnya jumlah guru, dan kurangnya fasilitas pendidikan, mempengaruhi merosotnya mutu pendidikan. 3) Masalah relevansi Kurang sesuainya materi pendidikan dengan menyusun kurikulum baru. 4) Masalah efisiensi dan keefektifan Pendidikan harus diusahakan agar memperoleh hasil yang baik dengan dana dan waktu yang sedikit. Tujuan Pembaharuan Pendidikan 1. Pembaharuan pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap masalah-masalah pendidikan

Tugas pembaharuan pendidikan yang terutama adalah memecahkan masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan, baik dipecahkan dengan cara konvensional maupun dengan cara inovatif. Pembaharuan pendidikan juga merupakan suatu tanggapan baru terhadap masalah kependidikan yang nyata-nyata dihadapi. Titik pangkal pembaharuan pendidikan adalah masalah pendidikan aktual yang secara sistematis akan dipecahkan dengan cara inovatif. Cara inovatif yang dimaksud adalah segala cara pemecahan yang terpilih dan secara nyata mampu memecahkan masalah yang timbul (yang nyata-nyata dihadapi). Pendekatan yang ditempuh dalam usaha pembaharuan pendiddikan adalah pendekatan pemecahan masalah yang sistematis. Beberapa tahap yang penting dalam penerapan pembaharuan pendidikan meliputi : a. Penentuan masalah b. Penentuan tujuan atau sasaran c. Mempertimbangkan segala sumber dan hambatan yang berkaitan d. Pengumpulan alternatif pemecahan e. Penentuan alternatif terpilih f. Pencobaan g. Modifikasi dan revisi alternatif pemecahan h. Pelaksanaan dan pengembangannya 2. Pembaharuan pendidikan sebagai upaya untuk memperkembangkan pendekatan yang lebih efektif dan ekonomis.

Contoh soal :

1. Apa yang perlu dilakukan pemerintah untuk menunjang keberhasilan dalam melakukan sebuah pembaharuan atau Inovasi dalam dunia pendidikan? 2. Hal yang diprioritaskan terlebih dahulu untuk melaksanakan Inovasi pendidikan?

DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, Cece, dkk. 1992. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ihsan, Fuad. 2001. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Hasbullah. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Diposkan oleh hannabahagianna di 00:22 Label: PENDIDIKAN Reaksi: 0 komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Jam Crystal

Jul 8

MAKALAH INOVASI PENDIDIKAN (RUANG LINGKUP INOVASI PENDIDIKAN)

RUANG LINGKUP INOVASI DALAM PENDIDIKAN


OLEH MUH. ALWAN NIM : 09 111 096
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP MATARAM 2011

Kata pengantar Segala puji bagi Allah tuhan seru sekalian alam atas segala limpahan rahmat dan kasih sayangnya, taufik serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam batas waktu yang telah ditentukan, meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

1. 2. 3. A. B. C. D. E. F.

Daftar isi HALAMAN SAMPUL .................................................................................... KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ LATAR BELAKANG .................................................................................... RUMUSAN MASALAH ................................................................................ TUJUAN ............................................................................................ 2 BAB II RUANG LINGKUP INOVASI DALAM PENDIDIKAN ................ TUJUAN INOVASI PENDIDIKAN ............................................................. KOMPONEN DASAR INOVASI .................................................................. SASARAN INOVASI PENDIDIKAN........................................................... FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INOVASI DALAM PENDIDIKAN JENIS-JENIS INOVASI ................................................................................ PERANAN GURU DALAM INOVASI KURIKULUM .............................. PENUTUP ............................................................................................. KESIMPULAN ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

i ii iii 1 1 2 3 3 4 5 7 10 12 17 17

BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin tyahun semakin maju dan sangat cepat dalam berbagai aspek kehidupan yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan, yang merupakan suatu upaya untuk menjembatani sebuah peralihan dari masa sekarang ke masa yang akan datang yakni melalaui sebuah suntikan-suntikan inovasi yang diharapkan akan dapat mencapai efisiensi dan efektifitas. Di zaman yang serba modern ini bahwa makna inovasi salah diartikan oleh kebanyakan orang baik itu kalangan masyarakat yang terendah hingga kalangan masyarakat intelektual. Sehingga apa yang terjadi, penerapan inovasi yang salah satunya dalam bidang pendidikan yang merupakan bagian sentral dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari salah digunakan. Maka perlu ditanamkan secara mendalam pemahaman tentang inovasi itu sendiri, baik dari segi tujuan diadakannya sebuah inovasi, apa kekurangan serta kelebihan inovasi itu sendiri, komponenkomponen inovasi, manfaatnya untuk masyarakat apa serta bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-sehari dan lain sebagainya. Dengan begitu insayaallah inovasi akan dapat diterima dan akan jauh dari penyalahgunaan yang berakibat buruk. Sehingga akan tumbuh kesadaran dari mereka, meskipun tidak semua mereka tidak menerima akan hadirnya inovasi tersebut tetapi perlahan-lahan mereka akan sadar dengan melihat orang-orang disekitarnya yang mulai menerapkan sebuah inovasi. Nicocolo Machiavelli pernah mengatakan: Tiada pekerjaan yang lebih susah merencanakannya, lebih meragukan akan keberhasilannya, lebih berbahaya dalam mengelolanya, daripada menciptakan suatu pembaharuan (The Prince (1513) Rogers, 1983). Pernyataan Machiavelli tersebut menunjukan berat tugas innovator dan betapa sukarnya menyebarkan inovasi. Banyak orang mengethui dan memahami sesuatu yang baru tetapi belum mau menerima apalagi menerapkannya. Hal ini terjadi karena mindset tentang inovasi masih minim, hal itu bisa kita siasati dengan mempelajari secara mendalam akan makna inovasi sesungguhnya serta segala sesuatu yang berhubungan dengan inovasi tersebut, dengan demikian sebuah inovasi bukanlah sesuatu yang berat serta disertai dengan komitmen yang kuat, serta dengan istiqomah untuk menerapkan inovasi dalam kehidupan sehari-hari, maka insayaallah inovasi bukanlah masalah yang sukar, tetapi saya tidak menafikan akan kesukaran dari sebuah inovasi tersebut. Karena memang untuk membuat masyarakat sadar akan inovasi bukanlah masalah yang mudah karena karakteristik dan prinsip-prinsip yang berbeda dari masing-masing individu itu sendiri. Maka dari itu saya mencoba menyusun sebuah makalah yang sedikit mengulas tentang ruang lingkup sebuah inovasi pendidikan yang insyaallah akan menjelaskan tentang tujuan inovasi, komponen-komponen apa saja yang ada dalam inovasi tersebut serta siapa saja dan apa saja yang menjadi sasaran dalam inovasi pendidikan, selain itu juga saya akan mencoba menjabarkan factor-faktor yang mempengaruhi inovasi dalam pendidikan dan tidak hanya itu ada dua pembahasan terakhir yaitu jenis-jenis inovasi pendidikan dan sebagai penutup dari bahasan saya nanti yaitu peranan guru dalam inovasi kurikulum. Dengan harapan semoga dengan saya menyusun ini akan dapat menggugah kesadaran kita sehingga kita dapat memahami arti inovasi seutuhnya dan kita dapat menerapakan secara merata dan penuh dengan tanggung jawab. Lebih-lebih bagi para guru-guru, pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya dan kita sebagai mahasiswa yang akan akan menjadi generasi penerus untuk mampu menciptakan inovasi-inovasi yang lebih baik lagi dan lebih kreatif lagi.

2. Masalah/ Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah saya adalah berkaitan dengan judul dari makalah saya, yaitu ruang lingkup inovasi dalam pendidikan yang meliputi 1. Apa sebenarnya tujuan dari inovasi pendidikan? 2. Apa saja yang menjadi komponen dasar inovasi? 3. Siapa sajakah yang menjadi sasaran dalam inovasi pendidikan? 4. Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi inovasi dalam pendidikan? 5. Apa saja jenis-jenis inovasi dalam pendidikan? 6. Dan bagaimana peranan guru dalam inovasi kurikulum? 3. Tujuan Secara umum tujuan dari pembahasan ini adalah agar mahasiswa/ calon guru/ guru memahami serta menyadari dengan penuh akan pentingnya sebuah inovasi dalam pendidikan untuk dapat menuju sesuatu yang lebih baik. Dan semoga tidak hanya memahami saja tetapi lebih dari itu yaitu dapat menerapkan inovasi dalam kehidupan sehari-hari. Secara khusus tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagaimana yang tertulis dalam ruang lingkup pembahasan kami yaitu agar 1. Mahasiswa/guru/calon guru dapat memahami tujuan inovasi dalam menjalankan tugasnya. 2. Mahasiswa/calon guru/guru mengetahui komponen dasar dari inovasi. 3. Mahasiswa/calon guru/guru mengetahui sasaran dalam melaksanakan inovasi sehingga inovasi menjadi tepat sasaran. 4. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi dalam pendidikan. 5. Dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis inovasi. 6. Dan dapat mengetahui serta memahami peran guru dalam proses inovasi kurikulum.

BAB II RUANG LINGKUP INOVASI DALAM PENDIDIKAN A. TUJUAN INOVASI PENDIDIKAN Tujuan utama dari inovasi adalah berusaha meningkatkan kemampuan, yakni kemampuan dari sumber-sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Jadi keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya (Hasbullah, 2001 : 189).Tujuan yang direncanakan mengharuskan adanya perincian yang jelas tentang sasaran dan hasil-hasil yang ingin dicapai, yang sedapat mungkin dapat diukur untuk mengetahui perbedaan antara keadaan sesudah dan sebelum inovasi dilancarkan. Dan tujuan inovasi ialah efisiensi, relevansi dan efektivitas mengenai sasaran jumlah anak didik Sebanyak-banyaknya, dengan hasil pendidikan yang sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan anak didik, masyarakat dan pembangunan) dengan menggunakan sumber tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah sekecil-kecilnya (Suryosobroto, 1990 : 129)

a.

b.

1.

2. a. b.

c.

Kalau dikaji, arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi tahap, yaitu : Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luas sekolah bagi setiap warga negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, dan Perguruan Tinggi. Disamping itu akan diusahakan peningkatan mutu yang dirasakan makin menurun dewasa ini. Dengan sistem penyampaian yang baru diharapkan peserta didik menjadi manusia yang aktif, kreatif, dan terampil mmecahkan masalah sendiri (Idris, Jamal, 992 : 71). Tujuan jangka panjang yang hendak dicapai ialah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan lain dilakukannya inovasi pendidikan adalah untuk memecahkan masalah pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia kependidikan yang lebih memberikan harapan kemajuan lebih pesat. Secara lebih rinci tentang maksud-maksud diadakannya inovasi pendidikan ini, ialah sebagai berikut : (Hasbullah, 2001 : 199, 200, 201) Pembaharuan pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap masalah-masalah pendidikan. Dengan majunya bidang teknologi dan komunikasi sekarang ini, dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemajuan di bidang lain, termasuk dalam dunia pendidikan.Tugas pembaharuan pendidikan yang terutama adalah memecahkan masalah-masalah yang dijumpai dalam dunia pendidikan baik dengan cara inovatif. Inovasi atau pembaharuan pendidikan juga merupakan suatu tanggapan baru terhadap masalah kependidikan yang nyata-nyata dihadapi. Titik pangkal pembaharuan pendidikan adalah masalah pendidikan yang aktual, yang secara sistematis akan dipecahkan dengan cara inovatif.Akhir-akhir ini, semua usaha pembaharuan pendidikan ditujukan untuk kepentingan siswa atau subyek belajar demi perkembangannya, yang sering disebut student centered approach. Pembaharuan pendidikan yang memusatkan pada masalah pendidikan umumnya dan perkembangan subyek pendidikan khususnya mengutamakan segi efektifitas dan segi ekonomis dalam proses belajar. Sebagai upaya untuk memperkembangkan pendekatan yang lebih efektif dan ekonomis. Dalam sejarahnya, kehidupan manusia dapat dibedakan menjadi tiga tahapan, yaitu : Periode manusia-manusia masih menggantungkan diri kepada alam sekitarnya dengan usaha penyesuaian secara mencoba-coba. Periode manusia telah mampu menemukan alat dan teknik baru yang menyebabkan keterikatan manusia terhadap alam berkurang, namun timbul ketergantungan baru terhadap birokrasi dan spesialisasi. Periode manusia telah mampu mencapai kerjasama berdasar perencanaan menuju perubahan sosial yang didambakan. Kemampuan manusia tidak saja untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan mengubah dirinya (autoplastic), namun juga mampu mengubah lingkungannya demi kepentingan dirinya (alloplastic). Manusia mampu menciptakan sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak dikenal, manusia juga selalu berusaha dan mampu melakukan sesuatu dengan cara yang baru, yang sebelumnya tidak dikenal dan bahkan lebih sempurna. Dengan kreativitas dan usaha yang tak henti-hentinya, manusia menemukan sesuatu dengan cara baru yang mengantarkan kepada kehidupan yang lebih baik seperti sekarang ini. Pembaharuan pendidikan dilakukan adalah dalam upaya problem solving yang dihadapi dunia, pendidikan yang selalu dinamis dan berkembang.

Adapun sifat pendekatan yang dilakukan untuk pemecahan masalah pendidikan yang kompleks dan berkembang itu harus berorientasi kepada hal-hal yang efektif dan murah, serta peka terhadap timbulnya masalah-masalah yang baru di dalam pendidikan. B. KOMPONEN DASAR INOVASI Inovasi merupakan pangkal terjadinya perubahan sosial yang merupakan inti dari pembangunan masyarakat. Di era teknologi dan informasi ini inovasi bukan lagi suatu yang langka. Hampir setiap saat muncul penemuan-penemuan baru. Usaha penemuan inovasi ini bertujuan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi, bagaimanapun hebatnya inovasi tersebut, tidak akan beguna banyak bila tidak tersebar penggunaannya. Mendifusikan (menyebarkan) inovasi ke masyarakat tak semudah dan selancar penciptaannya. Seringkali usaha penyebaran inovasi gagal dan kandas di tengah jalan. Salah satu bekal yang berguna bagi usaha memasyarakatkan inovasi adalah meahami karakteristik inovasi dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam proses penyebaran inovasi ke dalam satu system social. Cepat atau lambat penerimaan inovasi oleh masyarakat sangan tergantung pada karakteristik inovasi itu sendiri. Adapun komponen-komponen inovasi tersebut adalah sebagai berikut 1. Inovator yang merupakan komponen yang utama dalam proses inovasi, dimana inovator memegang peranan penting dalam melaksanakan inovasi. 2. Inovasi, inovasi disini adalah adanya permasalahan yang akan dipecahkan. 3. Adanya komunikaasi dengan saluran tertentu artinya adanya sebuah pertukaran informasi antara anggota masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Karena komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi mengenai inovasi dari seorang ke orang lain. 4. Waktu, waktu merupakan elemen yang tidak kalah pentingnya dalam proses inovasi karena waktu merupakan aspek utama dalam proses untuk mengkomunikasikan sebuah inovasi. Peranan dimensi waktu dalam proses inovasi terdapat pada tiga hal yaitu, proses keputusan dalam mengambil kebijakan untuk memutuskan sebuah inovasi, kemudian kepekaan seseorang terhadap inovasi, dan yang terakhir yaitu kecepatan penerimaan inovasi. C. SASARAN INOVASI PENDIDIKAN Setelah membahas definisi inovasi dan perbedaan antara inovasi dan perubahan, maka berikut ini akan diuraikan tentang sasaran inovasi pendidikan. Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan. 1. Guru Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran

2.

3.

4.

5.

yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya. (Wright, 1987) Siswa Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekuen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya. Kurikulum Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembaharuan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah. Fasilitas Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya. Lingkup Sosial Masyarakat Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan pembaharuan pendidikan. Masyarakat secara langsung atau tidak langsung, sengaja

1)

a) b) c) d)

maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan. D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INOVASI PENDIDIKAN Inovasi pendidikan adalah perubahan pendidikan yang didasarkan atas usaha-usaha sadar, terencana, berpola dalam pendidikan yang bertujuan untuk mengarahkan, sesuai dengan kebutuhan yang dihadapi dan tuntutan zamannya. Dalam inovasi pendidikan gagasan baru sebagai hasil pemikiran kembali haruslah mampu untuk memecahkan persoalan yang tidak terpecahkan oleh cara-cara tradisional yang bersifat komersial. Inovasi pendidikan dilakukan disamping sebagai tanggapan terhadap masalah pendidikan dan tuntutan zaman, juga merupakan usaha aktif untuk mempersiapkan diri menghadapi masa datang yang akan memberikan harapan sesuai dengan cita-cita yang diinginkan. Kalau pada bagian sebelumnya telah dikemukakan tentang hal-hal yang menuntut inovasi pendidikan, berikut ini akan dikemukakan lebih jauh tentang beberapa faktor yang cukup berperan mempengaruhi inovasi pendidikan (Hasbullah; 2001, 1-4) yaitu : Visi Terhadap Pendidikan Pendidikan merupakan persoalan asasi bagi manusia-manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan harus dididik akan tumbuh menjadi manusia dewasa dengan proses pendidikan yang dialaminya. Sejak kelahirannya, manusia telah memiliki potensi dasar yang universal, berupa : Kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk (moral identity). Kemampuan dan kebebasan untuk memperkembangkan diri sendiri sesuai dengan pembawaan dan cita-citanya (individual identity). Kemampuan untuk berhubungan dan kerja sama dengan orang lain (sosial identity). Adanya ciri-ciri khas yang mampu membedakan dirinya dengan orang lain (individual differences). Setiap anak akan mengalami proses pendidikan secara alamiah, yaitu yang ia dapatkan dalam situasi pergaulan dengan kedua orang tuanya pada khususnya dalam lingkungan budaya yang mengelilinginya. Pendidikan seperti inilah yang akan menjadikan anak sebagai manusia dalam arti yang sesungguhnya. Cinta kasih orang tua dan ketergantungan serta kepercayaan anak kepada mereka pada usia-usia muda merupakan dasar kokoh yang memungkinkan timbulnya pergaulan mendidik. Dengan upaya pendidikan, potensi dasar universal anak akan tumbuh dan membentuk diri anak yang unik, sesuai dengan pembawaan, lingkungan budaya dan zamannya. Usaha dan tujuan pendidikan dilandasi oleh pandangan hidup orang tua, lembagalembaga penyelenggara pendidikan, masyarakat dan bangsanya. Manusia Indonesia, warga masyarakat dan warga negara yang lengkap dan utuh harus dipersiapkan sejak anak masih kecil dengan upaya pendidikan. Tujuan pendidikan diabadikan untuk kebahagiaan individu, keselamatan masyarakat dan kepentingan negara. Pandangan hidup bangsa menjadi norma pendidikan nasional keseluruhan. Seperti diketahui, bahwa kehidupan ini selalu mengalami perubahan, tujuan pembangunan, bangsa mengalami pergeseran dan peningkatan serta perubahan sesuai dengan waktu, keadaan dan kondisinya. Dengan demikian pandangan dan harapan orang tua terhadap pendidikan sekarang dapat berbeda dengan pandangan orang terhadap pendidikan masa lampau atau waktu yang akan datang. Perbedaan pandangannya ini erat hubungannya,

2)

a) b)

c)

d)

3)

4)

kalau tidak justru harus disebut berdasarkan atas falsafah mengenai manusia dan kemanusiaan pada zamannya masing-masing. Faktor Pertambahan Penduduk Adanya pertambahan penduduk yang cepat menimbulkan akibat yang luas terhadap berbagai segi kehidupan, utamanya pendidikan. Banyak masalah-masalah pendidikan yang berkaitan erat dengan meledaknya jumlah anak usia sekolah. Adapun masalah-masalah yang berkaitan langsung dengan pendidikan tersebut adalah : Kekurangan kesempatan belajar. Masalah ini merupakan masalah yang mendapat prioritas pertama dan utama yang perlu segera digarap. Masalah kualitas pendidikan. Dikarenakan kurangnya dana, kurangnya jumlah guru, kurangnya fasilitas pendidikan, sudah barang tentu hal ini akan mempengaruhi merosotnya mutu pendidikan. Masalah relevansi. Masalah relevansi ini pada prinsipnya cukup mendasar, sebab dalam kondisi seperti sekarang ini sangat dibutuhkan out put pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat terutama dalam hubungannya dengan kesiapan kerja. Masalah Efisiensi Efektifitas Pendidikan diusahakan agar memperoleh hasil yang baik dengan biaya dan waktu yang sedikit. Ini berarti harus dicari sistem mendidik dan mengajar yang efisien dan efektif, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pendidikan. Faktor Perkembangan Ilmu Pengetahuan Seiring dengan kemajuan zaman seperti sekarang ini, justru ditandai dengan majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan secara akumulatif dan makin cepat jalannya. Tanggapan yang biasa dilakukan dalam kependidikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan ialah dengan memasukkan penemuan dan teori ke dalam kurikulum sekolah. Meskipun hal ini menyebabkan adanya kurikulum yang sangat sarat dengan masalah-masalah yang baru. Tuntutan adanya proses pendidikan yang Relevan Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa salah satu tuntutan diadakannya inovasi di dalam pendidikan adalah adanya relevansi antara dunia pendidikan dengan kebutuhan masyarakat atau dunia kerja. Berkenaan dengan hal tersebut, maka pendidikan dapat diperoleh baik di sekolah maupun di luar sekolah. Cukup banyak pendidikan yang sangat berarti justru tidak dapat diperoleh di sekolah, terutama yang bersifat pengembangan profesi dan keterampilan, seperti pengembangan karier, profesi tertentu dan sebagainya. Permasalahan pendidikan yang kini dihadapi adalah sangat kompleks. Adanya proses pendidikan yang relevan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi sangat diperlukan mengingat akan keterbatasan dana pendidikan. Dalam buku Inovasi Pendidikan yang ditulis oleh Udin Saefudin dikatakan bahawa, lembaga pendidikan formal seperti sekolah adalah suatu sub system dari sistem sosial. Jika terjadi perubahan dalam system social, maka lembaga pendidikan tersebut juga akan mengalami perubahan maka hasilnya akan berpengaruh terhadap system social. Oleh karena itu suatu lembaga pendidikanmempunyai beban yang ganda yaitu melestarikan nilai-nilai budaya tradisional dan juga mempersiapkan generasi muda agar dapat menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan kemajuan zaman.

1.

a. b. c. d. e.

f.

2.

3.

Agar kita dapat lebih memahami tentang perlunya perubahan pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikan dapat kita gali dari tiga hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan disekolah, yaitu : Factor Kegiatan Belajar Mengajar Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga professional. Guru sebagai tenaga yang dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan. Tetapi dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai factor yang menyebabkan orang memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang kurang professional, kurang efektif, dan kurang perhatian. Sebagai alas an mengapa orang memandang tugas guru dalam mengajar mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain akan dikemukakan bahwa: Keberhasilan tugas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal antara guru dengan siswa. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi. Pada waktu mengajar dia tidak mendapatkan balikan dari teman sejawatnya. Berkaitan dengan masalah yang diatas tersebut, maka sangat minimal bantuan teman sejawat untuk memberikan bantuan saran atau kritik guna peningkatan kemampuan profesionalnya. Belum adanya criteria yang baku tentang bagaimana pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar, guru menghadapi sejumlah siswa yang berbeda satu dengan yang lain, baik mengenai kondisi fisik, mental intelektual, sifat, minat, dan latar belakang social ekonominya. Dan lain-lain. Dengan berdasarkan adanya kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar mengajar tersebut maka dapat merupakan sumber motivasi perlunya ada inovasi pendidikan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, atau bahkan dari sudut pandang yang lain dapat juga dikatakan bahwa dengan adanya kelemahan-kelemahan itu maka sukar penerapan inovasi pendidikan secara efektif. Faktor Internal dan Eksternal Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi pendidikan ialah siswa. Siswa sangat besar pengaruhnya terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan untuk mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagai macam kebijakan pendidikan. Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses inovasi pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai peranan dalam menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai penunjang secara moral membantu dan mendorong kegiatan siswa untuk melakukan kegiatan belajar sesuai dengan yang diharapkan sekolah, maupun sebagai penunjang pengadaan dana. Sistem Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan) Dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah diatur dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah. Penanggung jawab pendidikan di Indonesia adalah Departemen Pendidikan Nasional yang mengatur seluruh system berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan.

E.

1.

2.

3.

Dalam kaitannya dengan adanya berbagai macam aturan dari pemerintah tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana batas kewenangan guru untuk mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Demikian pula sejauh mana kesempatan yang diberikan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya guna menghadapi tantangan kemajuan zaman. Dampak dari keterbatasan kesempatan meningkatkan kemampuan professional serta keterbatasan kewenwangan mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugas bagi guru, dapat menyebabkan timbulnya siklus otoritas yang negative. Siklus otoritas yang negative bagi guru yang dikemukakan oleh Florio (1973) yang dikutip oleh Zaltman (1977) adalah guru memiliki keterbatasan kewenangan dan kemampuan professional, menyebabkan tidak mampu untuk mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugasnya untuk menghadapi tantangan kemajuan zaman. Rasa ketidakmampuan akan menimbulkan frustasi dan bersikap apatis terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. JENIS-JENIS INOVASI PENDIDIKAN Dibawah ini akan dijelaskan beberapa jenis-jenis inovasi yang dapat memberi pengetahuan kepada kita untuk dapa lebih bisa memahami lagi tentang inovasi. Berikut akan dijabarkan penjelasan masing-masing akan dijabarkan satu persatu. Product innovation versus process innovation. Inovasi produk adalah inovasi terhadap keluaran dari sebuah organisasi dalam bentuk produk yang bisa dilihat atau layanan yang bisa dinikmati. Sebagai contoh adalah obat-obatan baru, iPod, teknologi 3G, atau sekedar Post-It Notes. Sementara inovasi proses adalah inovasi yang dilakukan terhadap proses yang menghasilkan keluaran organisasi, misalnya inovasi terhadap supply chain perusahaan. Banyak yang menganggap inovasi produk lebih penting dibanding inovasi proses, namun banyak inovasi proses yang berhasil meningkatkan daya saing sebuah perusahaan seperti yang ditunjukkan oleh Dell dan Wal-Mart, dua perusahaan yang berhasil karena inovasi terhadap proses supply chain mereka. Inovasi proses juga lebih sulit ditiru karena tidak kelihatan dari Inovasi produk dan proses kadang terjadi bersamaan seperti pada kasus FedEx yang memperkenalkan produk dan proses baru dalam pengiriman dokumen. Radical innovation versus incremental innovation. Banyak definisi yang telah diberikan untuk kedua istilah tersebut, namun pada umumnya penggolongan keduanya ditentukan oleh derajat kebaruan (newness) dan keberbedaan (differentness) dari inovasi tersebut. Sebuah inovasi bisa saja baru pada sebuah daerah, tetapi sudah dianggap biasa di daerah atau negara lain. Sebuah produk juga bisa berbeda sedikit saja dengan produk yang ada sekarang atau berbeda sama sekali. Kedua hal inilah yang menentukan apakah sebuah inovasi dianggap radikal atau inkremental. Semakin baru dan semakin berbeda sebuah inovasi, semakin tinggi derajat keradikalannya. Namun perlu diingat juga derajat keradikalan sebuah inovasi sering bersifat relatif. Sebagai contoh: inovasi kamera digital merupakan incremental innovation buat Sony yang sudah bergelut lama di bidang video dan digital; tetapi cukup radikal buat Kodak yang kompetensi sebelumnya ada di bidang fotografi berbasis kimiawi. Kedua istilah di atas juga sering tumpang tindih dengan istilah inovasi diskontiniu (yang sering bersifat radikal) dan inovasi kontiniu (yang sering bersifat inkremental). Pembagian inovasi yang bersifat kontiniu dan diskontiniu sangat penting dalam teori Crossing the Chasm. Disruptive innovation versus sustaining innovation. Sebuah inovasi dianggap sebagai sustaining innovation bila secara arsitektur tidak berbeda jauh dengan produk sebelumnya. Perubahan mungkin hanya terjadi pada beberapa komponen dalam arsitektur tersebut. Sementara inovasi yang dianggap sebagai disruptive memiliki arsitektur sistem yang berbeda jauh dari

a. b. c.

d.

sebelumnya, walau komponen yang dipakai (mungkin) tidak berbeda jauh. Selain itu, disruptive innovation juga harus memenuhi persyaratan lain, yaitu kinerjanya sering lebih rendah dari kinerja produk yang memakai arsitektur lama pada waktu pertama kali diperkenalkan. Namun seiring dengan waktu, kinerja disruptive innovation akan meningkat lebih pesat sehingga akhirnya berhasil menyalib (atau setidaknya mendekati) kinerja arsitektur rivalnya. Pengkategorian seperti di atas sangat diperlukan karena teori-teori untuk menjelaskan masing-masing kategori cukup berbeda. Sebuah inovasi yang dianalisis melalui kaca mata disruptive vs sustaining innovation akan memberikan penjelasan yang berbeda dengan yang termasuk incremental vs radical innovation. Bila kita tidak mengetahui penggolongan tersebut dengan benar, kita akan ibarat seorang tukang yang hanya tahu memakai palu. Pintu terkunci? Hantam saja dengan palu. Kloset tersumbat? Coba dipalu aja. Analogi tersebut kelihatannya terlalu berlebihan, tetapi betapa seringnya kita mendengar orang-orang membahas inovasi seakan-akan semua inovasi bersifat sama. Inovasi sering dianggap sesuatu yang lebih baru, lebih canggih, dan pasti akan sukses menggantikan produk yang ada sekarang ini. Padahal untuk menganalisis sebuah inovasi, banyak sudut pandang dan alat bantu yang bisa dipakai. Ibarat seorang tukang kayu yang menguasai banyak jenis peralatan, dia akan memakai alat bantu atau kombinasi alat bantu yang sesuai dengan masalah dan konteks yang dihadapi. Bila ada sebuah paku yang menonjol di atas lantai, sang tukang bisa saja menggunakan kunci Inggris, palu, atau pahat untuk memaku. Tetapi, alat paling cocok dalam keadaan ini adalah palu. Namun bila paku tersebut terletak di lubang kecil yang tidak bisa dijangkau palu, sang tukang mungkin akan memasukkan obeng ke dalam lubang terlebih dahulu dan meletakkan ujungnya tepat di atas paku, dan kemudian baru memalu obeng tersebut dari atas.Demikian juga dalam menganalisis sebuah inovasi. Hanya dengan mengetahui penggolongan jenis-jenis inovasi dan pada kondisi bagaimana sebuah penggolongan harus dipakai, kita bisa memberikan analisis yang lebih tepat. Sebagai contoh: 3G jelas bisa dianalisis melalui kerangka disruptive/sustaining, incremental/radical, continuous/discontinuous, dan tentu saja product/process. Hal tersebut tentu sah-sah saja. Tetapi itu tidak berarti semakin banyak sudut pandang yang dipakai, semakin tajam analisis kita. Kadang cuma diperlukan satu sudut pandang saja, kadang diperlukan beberapa sudut pandang. Pada kasus 3G, inovasi ini bisa dianalisis melalui kaca mata disruptive/sustaining bila kita ingin meramalkan apakah teknologi ini akan mampu menggantikan teknologi-teknologi lainnya dan strategi apa yang seharusnya dipakai perusahaan demi tujuan tersebut, dan memakai kaca mata continuous/discontinuous untuk merancang strategi agar adopsi teknologi ini oleh para pengguna bisa berjalan sesuai rencana. Sementara pemakaian sudut pandang product/process jelas tidak banyak membantu di sini. Agar lebih jelas dan tidak membingungkan kita, berikut kami berikan ulasan tentang masing-masing dari jenis inovasi diatas sehingga kita dapat memahami dengan jelas makna dari masing-masing jenis inovasi, berikut penjelasannya. Product Innovation : inovasi terhadap keluaran dari sebuah organisasi dalam bentuk produk yang bisa dilihat atau layanan yang bisa dinikmati. contoh : teknologi ipod, HSDPA, wifi, dll Process Innovation : inovasi yang dilakukan terhadap proses yang menghasilkan keluaran organisasi. Radical Innovation : inovasi yang gila, tergolong baru dan beda dari yang lain, namun hal ini bersifat relatif. Kodak memproduksi kamera digital, yang sebelumnya memproduksi kamera manual/kimiawi. Sering disebut Discontinue. Incremental Innovation : inovasi sebuah produk yang berbeda sedikit saja dengan produk yang sudah ada sekarang. contoh : Sony memproduksi kamera digital, namun sudah lama bergelut di dunia digital dan video. sering juga disebut Continue

e.

Disruptive Innovation : memiliki arsitektur sistem yang berbeda jauh dari sebelumnya, walau komponen yang dipakai (mungkin) tidak berbeda jauh. Kinerjanya pada awal diperkenalkan lebih rendah dari produk sebelumnya (produk rival), namun kemudian menyalip/mendekati kinerja produk rival tersebut. contoh : kehadiran PDA setelah notebook. f. Sustaining Innovation : inovasi yang secara arsitektur tidak terlalu jauh berbeda dari produk sebelumnya, perubahan yang terjadi hanya beberapa komponen saja yang berada didalamnya. F. PERANAN GURU DALAM INOVASI KURIKULUM Munculnya inovasi dilatarbelakangi oleh tantangan untuk menjawab masalah-masalah krusianl dalam pendidikan. Masalah-masalah inovasi kurikulum mencakup aspek inovasi dalam struktur kurikulum, materi kurikulum dan dan inovasi proses kurikulum. Namun fokus bahasan pada makalah ini yaitu bagaimana peranan guru dalam inovasi kurikulum, karena sebagai penyusun makalah kami harus memberi batasan dalam menyusun makalah karena prosedur yang berlaku. Inovasi kurikulum meliputi pengembangan kurikulum, sehingga dalam makalah ini akan kami jelaskan mengenai peranan guru dalam pengembangan kurikulum karena pengembangan itu meliputi pengembangan. Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karana adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Definisi lain menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pengukur pengembanagn kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum lainnya untuk memudahkan proses belajar mengajar. Pengembanagnn kurikulum harus mengacu pada sebuah kerangka umum, yang berisikan hal hal yang diperlukan dalam pembuatan keputusan. 1. Asumsi Asumsi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum ini menekankan pada keharusan pengembangan kurikulum yang telah terkonsep dan diinterpretasikan dengan cermat, sehingga upaya-upaya yang terbatas dalam reformasi pendidikan, kurikulum yang tidak berimbang, daninovasi jangka pendek dapat di hindarkan. Dalam konteks ini, kurikulum didefisinisikan sebagai suatu rencana untuk mencapai hasil- hasil yang diharapkan, atau dengan kata lain suatu rencana mengenai tujuan, hal yang dipelajari, dan hasil pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum teridiri atas beberapa komponen, yaitu hasil belajar dan struktur ( sekuens berbagai kegiatan belajar ). 2. Tujuan pengembangan kurikulum Istilah yang digunakan untuk menyatakan tujuan pengembangan kurikulum adalah goals dan objectives. Tujuan sebagai goals dinyatakan dalam rumusan yang lebih abstrak dan bersifat umum, dan pencapaianya relative dalam jangka panjang. Adapun tujuan sebagai objectives lebih bersifat khusus, operasional, dan pencapaianya dalam jangka pendek. Aspek tujuan, baik yang dinyatakan dalam goals maupun objectives memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Tujuan berfungsi untuk menentukan arah seluruh upaya kependidikan sekolah sekaligus menstimulasi kualitas yang diharapkan. Tujuan

3.

4.

5.

6.

7.

8.

pendidikan pada umumnya berdasarkan pada filsafat yang dianut atau yang mendasari pendidikan tersebut. Penilaian kebutuhan Kebutuhan merupakan hal yang pokok dalam perencanaan ( Unruh dan Unruh, 1984 ). Dalam kaitanya dengan pengembangan kurikulum dan pembelajaran, kebutuhan didefinisikan sebagai perbedaan antara keadaan actual dan keadaan ideal yang dicita-citakan. Penilaian kebutuhan adalah prosedur, baik secara terstruktur maupun informal, untuk mengidentifikasi kesenjangan antara situasi di sini dan sekarang dengan tujuan yang di harapkan. Konten kurikulum Berkaitan dengan konten kurikulum ini, Unruh (1984) hanya membahas enam bidang konten kurikulum akademik untuk jenjang pendidikan dasar, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, Sains (IPA), Studi Sosial (IPS), Bahasa Asing dan Seni. Meskipun demikian, hendaknya kurikulum juga memberikan ruang bagi pelajaran lain selain keenam bidang konten tersebut antara lain pendidikan jasmani dan kesehatan, pendidikan agama dan berbagai pelajaran keterampilan lain yang dibutuhkan siswa. Sumber materi kurikulum Materi kurikulum dapat diperoleh dari buku-buku teks, buku petunjuk bagi guru, pusat pendidikan guru, kantor konsultan kurikulum, departemen pendidikan dan agen pelayanan pendidikan lainnya. Implementasi kurikulum Sebuah kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti jika tidak diimplementasikan, dalam arti digunakan di sekolah dan di kelas. Keberhasilan implementasi terutama ditentukan oleh aspek perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prinsipnya, implementasi ini mengintegrasikan aspek-aspek filosofis, tujuan, subject matter, strategi mengajar dan kegiatan belajar, serta evaluasi dan feedback. Evaluasi kurikulum Evaluasi adalah suatu proses interaksi, deskripsi dan pertimbangan (judgment) untuk menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang dievaluasi, dalam hal ini yaitu kurikulum. Evaluasi kurikulum sebenarnya dimaksudkan untuk memperbaiki substansi kurikulum, prosedur implementasi, metode instruksional, serta pengaruhnya pada belajar dan perilaku siswa. Keadaan di masa mendatang Pesatnya perubahan dalam kehidupan social, ekonomi, teknologi, politik serta berbagai peristiwa lainnya memaksa kita semua berfikir dan merespon setiap perubahan yang terjadi. Dalam pemngembangan kurikulum, pandangan dan kecenderungan pada kehidupan masa datang sudah menjadi hal yang urgen. Setiap rencana pengembangan kurikulum harus memasukkan pertimbangan kehidupan di masa depan, serta implikasinya pada perencanaan kurikulum. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas.

Murray Printr mencatat peran guru dalam level ini adalah sebagai berikut : Pertama, sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum.dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian. Kedua, peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers. Ketiga, peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa. Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi, sentral desentral: 1. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, beberapa minggu, atau beberapa hari saja. Kurikulum untuk satu tahun disebut prota, dan kurikulum untuk satu semester disebut dengan promes. Sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu, beberapa hari disebut Rencana Pembelajaran. Program tahunan, program semester ataupun rencana pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan dan kedalamannya berbeda-beda. Tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memilih metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun metode dan alat yang tepat. Suatu kurikulum yang tersusun secara sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan terstruktur, tapi guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian. Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreatifitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan guru. Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa yang akan dicapai dengan pengajarannya, membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif serta memberikan pengarahan dan bimbingan. 2. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu sekolah ataupun lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian, isi daripada kurikulum sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis. Bentuk kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain : pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan profesional, finansial dan manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah (kepala sekolah, guru), untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum. Beberapa kelemahan kurikulum ini adalah: 1) tidak adanya keseragaman untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasional, bentuk ini kurang tepat. 2) tidak adanya standart penilaian yang sama sehingga sukar untuk diperbandingkannya keadaan dan kemajuan suatu sekolah/ wilayah dengan sekolah/ wilayah lainnya. 3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa kesekolah/ wilayah lain. 4) sukar untuk mengadakan pegelolaan dan penilaian secara nasional.5) belum semua sekolah/ daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri. 3. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral- Desentral Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya dapat digunakan yaitu bentuk sentral-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola secara sentralisasi-desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga, peranan guru dalam dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaraban kurikulum induk ke dalam program tahunan/ semester/ atau rencana pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalm merumuskan dalam setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan yang seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut memilki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum. Karena guru-guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikutsertakan, mereka memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagi pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana dan evaluator kurikulum.

PENUTUP Demikian penyajian makalah dari kami, semoga dari penjelasan makalah diatas dapat memberikan kita motivasi, semangat yang baru untuk dapat mengaplikasikan inovasi dalam kehidupan kita dalam menjalankan tugas kita sebagai inovator didalam dunia pendidikan. Sehingga diharapkan dengan inovasi-inovasi yang kita lakukan akan dapat memecahkan segala permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan kita baik sebagai mahasiswa/calon guru nantinya maupun sebagai seorang guru yang merupakan tokoh sentral yang menjadi sasaran dalam upaya inovasi tersebut. Dari penyampaian makalah kami diatas, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan, kekeliruan dan kesalahan-kesalahan, baik dari cara penulisan, penggunaan kata-kata dan lain sebagainya. Maka dari itu sebagai penyusun, kami sangat mengharapkan saran-saran dan kritik yang membangun demi perbaikan selanjutnya. KESIMPULAN Dari uraian sejumlah ruang lingkup inovasi pendidikan di atas dapat kami simpulkan bahwa dari segi tujuan inovasi pendidikan yaitu Tujuan utama dari inovasi adalah berusaha meningkatkan kemampuan, yakni kemampuan dari sumber-sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Jadi keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Sehingga dengan demikian proses inovasi akan dapat berjalan dengan baik seperti apa yang diinginkan. Kemudian berkaitan dengan komponen inovasi, kami mengulas beberapa komponen inovasi yaitu: Inovator sebagai pelaksana dari inovasi, Inovasi yang menjadi permasalahan yang akan dipecahkan, Komunikasi dengan saluran tertentu yang menjadi alat untuk menyebarkan luaskan dan memperkenalkan inovasi kepada masyarakat, Kemudian yang terakhir adalah yang cukup penting yaitu adalah waktu karena waktu sangat berpengaruh dalam proses pengambilan kebijakan untuk memutuskan sebuah inovasi dan berpengaruh juga terhadap hal-hal yang lain yang berkaitan dengan inovasi. Adapun yang menjadi sasaran inovasi adalah yaitu terdiri dari Guru, Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Jadi kepandaian guru dalam merancang strategi mengajar sangat diperlukan dalam kelangsungan proses belajar mengajar untuk dapat membawa siswanya ke arah yang diinginkan. Sasaran inovasi selanjutnya adalah siswa Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Dari segi Kurikulum, masalah kurikulum dalam sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam

1. 2. 3. 4.

1)

2)

3)

4)

5)

1) 2) 3) 4)

1) 2) 3) 1) 2) 3) 4) 5) 6)

pendidikan. Karena tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Selanjutnya adalah fasilitas adalah salah satu masalah yang tidak bisa disepelekan karena fasilitas merupakan suatu hal yang ikut mempengaruhi sebuah inovasi dan menunjang sebuah inovasi, inovasi tidak akan dapat berjalan tanpa adanya fasilitas yang mendukung dari inovasi tersebut. Kemudian yang terakhir adalah Lingkup sosial masyarakat, Masyarakat secara langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu tidak akan berjalan dan akan mengalami gangguan dan liku-liku dalam proses inovasi. Selanjutnya yang menjadi lingkup inovasi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi hal ini tidak dapat diabaikan begitu saja karena hal ini faktor yang cukup signifikan dalam inovasi betapa tidak karena hal ini terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari dan jarang sekali orang-orang yang menjadi inovator menyadarinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi tersebut adalah Visi Terhadap Pendidikan , Faktor Pertambahan Penduduk, Faktor Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Tuntutan adanya proses pendidikan yang Relevan. Ada juga pendapat lain yang mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan, namun meskipun ada perbedaan tujuannya adalah sama dan inti dari faktorfaktor tersebut pada hakikatnya adalah sama. Sebagaimana yang diungkapkan Udin Saefudin dalam buku Inovasi Pendidikan yaitu Factor Kegiatan Belajar Mengajar, Faktor Internal dan Eksternal, Sistem Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan). Adapun jenis-jenis inovasi adalah sebagai berikut : Product Innovation, Process Innovation, Radical Innovation, Incremental Innovation, Disruptive Innovation, Sustaining Innovation. Lingkup yang terkhir dari makalah kami yaitu peranan guru dalam inovasi kurikulum, namun pada bahasan ini kami mengupas tentang peranan guru dalam pengembangan kurikulum karena proses inovasi kurikulum itu sendiri termasuk juga pengembangan. Adapun peranan guru dalam pengembangan kurikulum adalah sebagaimana Murray Printr mencatat peran guru dalam pengembangan kurikulum sebagai berikut : Sebagai implementers, Sebagai adapters, Peran sebagai pengembang kurikulum, Peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Adapun menurut sifatnya dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu :

1) 2) 3) 4)

1. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi, 2. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi, 3. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral- Desentral.

Daftar Pustaka Saud, Udin Saefudin.2008. Inovasi Pendidikan. Bandung. Alfabeta http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/tujuan-inovasi-pendidikan.html http://www.muniryusuf.com/search/tujuan-inovasi-pendidikan http://blog.unila.ac.id/amiroh/2009/09/14/inovasi-pendidikan-di-indonesia/ http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-inovasi.html http://www.scribd.com/doc/16738810/41husni-Jamalkinerja-Guru-Dalam-Mengadopsi-InovasiKurikulum

Posted 8th July 2011 by alwan Labels: RUANG LINGKUP INOVASI PENDIDIKAN 1

View comments
1. alwan8 Juli 2011 03:27 MENGINGAT SAYA BARU, MOHON UNTUK MEMBERIKAN SARAN-SARAN

Soal TIK Kelas VII semester I quiz soal semester http://www.proprofs.com/quizschool/user.php?login=alwan_mandala@yahoo.com&view=userquizzes PRPOSAL PENELITIAN PROPOSAL PENELITIAN PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia saat ini tengah berada di era globalisasi,dimana era globalisasi tersebut banyak terjadi perubahan dalam segala aspek kehidupan. Bukan hanya dari aspek ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga pada aspek ekonomi, politik, sosial, lebih-lebih dunia pendidikan yang menjadi sorotan semua pihak budaya dan termasuk juga yang menjadi hal yang sangat krusial dalam kehidupan kita yaitu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang menjembatani masyarakat dalam membangun bangsa yang bermartabat, berkarakter, bermoral dan berdaya saing. Kita harus menyadari bahwa perkembangan dan kemajuan Teknologi komunikasi dan informasi sudah sangat maju dan tidak dapat dielakkan lagi dalam sendi-sendi kehidupan kita, termasuk dunia pendidikan lebih khususnya sistem pembelajaran yang telah diintervensi oleh teknologi. Seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tersebut didalam dunia pendidikan maka semua bahan ajar pun telah diproduksi dan dikonsumsi melalui media teknologi komunikasi dan informasi dalam bentuk kemasan yang bervariasi. Dalam hal ini segala bahan ajar yang sudah diproduksi kedalam teknologi tersebut dapat diperoleh dengan akses di internet. Internet merupakan sarana jaringan informasi dan komunikai yang terus berkembang pesat sejak pertama kali penggunaannya dibuka untuk umum pada tahun 1986. Jaringan internet terus merambah seluruh dunia, karena kecepatannya yang luar biasa dalam memeberikan informasi kepada masyarakat. Sehingga internet begitu cepat mendunia di kalangan masyarakat, dan kondisi tersebut akan terus bertambah dari tahun ke tahun, sehingga pada suatu saat dunia ini akan terasa sempit karena semua orang akan terasa dekat disebabkan oleh kecanggihan Internet yang dapat menjangkau sesuatu meskipun berada di tempat yang jauh menjadi dekat karena kemajuan teknologi komunikasi dan informasi saat ini. 1 MAKALAH INOVASI PENDIDIKAN (RUANG LINGKUP INOVASI PENDIDIKAN) RUANG LINGKUP INOVASI DALAM PENDIDIKAN OLEH MUH. ALWAN NIM : 09 111 096 INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP MATARAM 2011 Kata pengantar Segala puji bagi Allah tuhan seru sekalian alam atas segala limpahan rahmat dan kasih sayangnya, taufik serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam batas waktu yang telah ditentukan, meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Daftar isi HALAMAN SAMPUL..................................................................................................... i KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii DAFTAR ISI ....... iii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1 1. LATAR BELAKANG........................................................................................... 1 2. RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 2 3. TUJUAN ....... 2 BAB II RUANG LINGKUP INOVASI DALAM PENDIDIKAN .............................................. 3 A. TUJUAN INOVASI PENDIDIKAN............................................................... ....... 3 B.

KOMPONEN DASAR INOVASI.................................................................. ....... 4 C. SASARAN INOVASI PENDIDIKAN............................................................. ....... 5 D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INOVASI DALAM PENDIDIKAN.............. ....... 7 E. JENIS-JENIS INOVASI.............................................................................. ..... 10 F. PERANAN GURU DALAM INOVASI KURIKULUM...................................... ..... 12 PENUTUP ..... 17 KESIMPULAN ..... 17 DAFTAR PUSTAKA BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin tyahun semakin maju dan sangat cepat dalam berbagai aspek kehidupan yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan, yang merupakan suatu upaya untuk menjembatani sebuah peralihan dari masa sekarang ke masa yang akan datang yakni melalaui sebuah suntikan-suntikan inovasi yang diharapkan akan dapat mencapai efisiensi dan efektifitas. Di zaman yang serba modern ini bahwa makna inovasi salah diartikan oleh kebanyakan orang baik itu kalangan masyarakat yang terendah hingga kalangan masyarakat intelektual. Sehingga apa yang terjadi, penerapan inovasi yang salah satunya dalam bidang pendidikan yang merupakan bagian sentral dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari salah digunakan. Maka perlu ditanamkan secara mendalam pemahaman tentang inovasi itu sendiri, baik dari segi tujuan diadakannya sebuah inovasi, apa kekurangan serta kelebihan inovasi itu sendiri, komponen-komponen inovasi, manfaatnya untuk masyarakat apa serta bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-sehari dan lain sebagainya. Dengan begitu insayaallah inovasi akan dapat diterima dan akan jauh dari penyalahgunaan yang berakibat buruk. Sehingga akan tumbuh kesadaran dari mereka, meskipun tidak semua mereka tidak menerima akan hadirnya inovasi tersebut tetapi perlahan-lahan mereka akan sadar dengan melihat orang-orang disekitarnya yang mulai menerapkan sebuah inovasi. Nicocolo Machiavelli pernah mengatakan: Tiada pekerjaan yang lebih susah merencanakannya, lebih meragukan akan keberhasilannya, lebih berbahaya dalam mengelolanya, daripada menciptakan suatu pembaharuan (The Prince (1513) Rogers, 1983). Pernyataan Machiavelli tersebut menunjukan berat tugas innovator dan betapa sukarnya menyebarkan inovasi. Banyak orang mengethui dan memahami sesuatu yang baru tetapi belum mau menerima apalagi menerapkannya. Hal ini terjadi karena mindset tentang inovasi masih minim, hal itu bisa kita siasati dengan mempelajari secara mendalam akan makna inovasi sesungguhnya serta segala sesuatu yang berhubungan dengan inovasi tersebut, dengan demikian sebuah inovasi bukanlah sesuatu yang berat serta disertai dengan komitmen yang kuat, serta dengan istiqomah untuk menerapkan inovasi dalam kehidupan sehari-hari, maka insayaallah inovasi bukanlah masalah yang sukar, tetapi saya tidak menafikan akan kesukaran dari sebuah inovasi tersebut. Karena memang untuk membuat masyarakat sadar akan inovasi bukanlah masalah yang mudah karena karakteristik dan prinsip-prinsip yang berbeda dari masing-masing individu itu sendiri. Maka dari itu saya mencoba menyusun sebuah makalah yang sedikit mengulas tentang ruang lingkup sebuah inovasi pendidikan yang insyaallah akan menjelaskan tentang tujuan inovasi, komponen-komponen apa saja yang ada dalam inovasi tersebut serta siapa saja dan apa saja yang menjadi sasaran dalam inovasi pendidikan, selain itu juga saya akan mencoba menjabarkan factor-faktor yang mempengaruhi inovasi dalam pendidikan dan tidak hanya itu ada dua pembahasan terakhir yaitu jenis-jenis inovasi pendidikan dan sebagai penutup dari bahasan saya nanti yaitu peranan guru dalam inovasi kurikulum. Dengan harapan semoga dengan saya menyusun ini akan dapat menggugah kesadaran kita sehingga kita dapat memahami arti inovasi seutuhnya dan kita dapat menerapakan secara merata

dan penuh dengan tanggung jawab. Lebih-lebih bagi para guru-guru, pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya dan kita sebagai mahasiswa yang akan akan menjadi generasi penerus untuk mampu menciptakan inovasi-inovasi yang lebih baik lagi dan lebih kreatif lagi. PRODUKSI MEDIA AUDIO PEMBELAJARAN M A K A L A H PRODUKSI MEDIA AUDIO PEMBELAJARAN KELEBIHAN, KEKURANGAN SERTA MANFAAT MEDIA AUDIO BAGI MASYARAKAT Disusun Oleh : MUH. ALWAN 09.111.096 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN INSTITUTE KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN IKIP MATARAM 2010 KATA PENGANTAR Pertama saya mengucapkan Alhamdulilah segala puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita taufik setra hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dalam waktu yang telah ditentukan. Kedua kalinya saya haturkan salawat serta salam kepada junjungan alam nabi besar Muhammad s.a.w yang telah mengeluarkan kita dari alam yang penuh dengan kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan karena berkat jasa-jasa beliaulah kita bisa mengenal teknologi seperti saat ini Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa kelebihan, kekurangan serta manfaat media-media audio terhadap masyarakat, sehingga mudahmudahan dengan adanya sajian mengenai hal tersebut saya peribadi dan juga teman-teman bisa lebih mengenal lebih dalam lagi mengenai peran audio-audio yang selama ini mungkin kurang terkenal dikalangan para antelektual, terutama mengenai radio, CD dan lain sebagainya. Sehingga dengan kita sudah mengenal pun serta manfaat audio tesebut kita bisa memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini baik itu berupa tenaga, fikiran ataupun yang lainnya, semoga segala pengorbanannya dicatat sebagai amal ibadah disisi Allah s.w.t. amin Penyusun, MUH. ALWAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1 1.3 Tujuan ............................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Media Radio ................................................................................... 2 2.2 Media Alat Perekam Pita Magnetik ................................................ 5 2.3 Piringan Hitam ................................................................................ 5 2.4 CD/Mp3 .......................................................................................... 7 2.5 Laboratorium Bahasa ...................................................................... 8 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengingat perkembangan program pendidikan dari tahun ke tahun yang mengalami kemajuan, sehingga kita dituntut untuk lebih kritis dan aktif dalam menerima segala bentuk perubahan tersebut, terutama dalam teknologi informasi dan telkomunikasi yang pada saat ini tengah mengalami perkembangan pesat. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi maka sebagai mahasiswa kita harus bisa memamfaatkan, mengunakan serta mengopprasikan beberapa alat media yang terkait dengan teknologi serta yang dapat menunjang proses pembelajaran, di antaranya adalah media radio, pita magnetik (yang saat ini suddah jarang kita temukan), CD dan lain-lain. Namun perlu di ketahui bahwa kita juga harus memahami serta mengetahui kelebihan, kekurangan serta mamfaat bagi kita serta masyarakat luas, sehinga penguna media dapat berjalan secara efisien serta seefektif mungkin.

INOVASI PENDIDIKAN

DOKUMENTASI MK Inopend OBSERVASI REFLEKSI

Administrasi Pendidikan (Citra Pendidikan Indonesia)

PENGANTAR PERKULIAHAN
Januari 11, 2011

Dengan mempelajari dari berbagai sumber E-Portofolio teman-teman dapat saya simpulkan diantaranya sebagai berikut. Pada dasarnya inovasi pendidikan memiliki 4 ranah penting, yaitu : 1. What (apa definisi atau esensi dari inovasi itu sendiri) 2. Why (kenapa inovasi harus dilakukan) 3. When (kapan inovasi harus dilakukan) 4. How (bagaimana inovasi itu dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat) Kehidupan adalah perubahan jika tidak ada perubahan artinya tidak ada kehidupan, pendidikan itu sendiri merupakan kehidupan karena memiliki sifat perubahan, sedangkan inovasi itu sendiri merupakan upaya tersistematis dalam melakukan perubahan tersebut, dengan demikian karakteristik UPI terlebih AP adalah wajib memiliki karakteristik Perubahan sebagai Read the rest of this entry

Rate this:

3 Votes

Kategori: Pengantar Perkuliahan, pertemuan 1 Tinggalkan Komentar

KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN


A. Konsep Dasar Inovasi Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata kerjanya inovo yang artinya memperbaharui dan mengubah. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru yang menuju kea rah perbaikan; yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan). Inovasi adalah an idea, practice or object thatperceived as new by an individual or other unit of adoption. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan. Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Contoh bidangnya adalah : Managerial, Teknologi, Kurikulum B. Pengertian Inovasi Pendidikan Ada beberapa pendapat mengenai inovasi pendidikan : 1. Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati berbagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan. 2. Demikian pula Ansyar, Nurtain (1991) mengemukakan inovasi adalah gagasan, perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks social tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi. Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya), serta sengaja diciptakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai Read the rest of this entry

Rate this:

1 Vote

Kategori: pertemuan 2 Tinggalkan Komentar

KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN


Everett M. Rogers mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut : 1. Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dapat memberikan manfaat atau keuntungan, bagi penerimanya, yang dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, prestise sosial, kenyamanan, kepuasaan dan lainnya. 2. Konfirmanilitas/Kompatibel (Compatibility), ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (value), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. 3. Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran atau kerumitan untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. 4. Trialabilitas (Trialability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. 5. Dapat diamati (Observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat. Adapun beberapa kemampuan bidang yang dapat diamati, diantaranya : manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media pembelajaran, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum,dll. Dari kelima karakteristik tersebut didapat peta konsep sebagai berikut : 1. Keunggulan reatif manfaat Read the rest of this entry

Rate this:

2 Votes

Kategori: pertemuan 3 Tinggalkan Komentar

PROSES INOVASI PENDIDIKAN


Rogers (1961) mengemukakan difusi menyangkut which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters. Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu: (1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep baru dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali. (2) Saluran komunikasi; alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya Read the rest of this entry

Rate this:

1 Vote

Kategori: pertemuan 4 Tinggalkan Komentar

STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN


Rangkuman Pertemuan 5 STRATEGI INOVASI 1. Strategi Fasilitatif Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakqan strategi fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar program sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar. Strategi fasilitatif akan dapat digunakan dengan tepat jika : (a) mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target perubahan, (b) merasa perlu adanya perubahan, (c) bersedia menerima bantuan dari luar dirinya, (d) memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau memperbaiki dirinya. 2. Strategi Pendidikan. Dengan strategi ini orang harus belajar lagi tentang sesuatu yang dilupakan yang sebenarnya telah dipelajarinya sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap baru. Strategi pendidikan dapat berlangsung efektif, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini : - digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai - disertai dengan keterlibatan berbagai pihak, misalnya dengan adanya: sumbangan dana, donator, serta penunjang yang lain. - digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau kembali ke keadaan sebelumnya. Strategi pendidikan akan kurang eefektif jika :

- tidak tersedia sumber yang cukup untuk Read the rest of this entry

Rate this:

2 Votes

Kategori: pertemuan 5 Tinggalkan Komentar

INOVASI DALAM ORGANISASI


A. Rangkuman Pertemuan 6 1. Ruang lingkup inovasi sekolah sebagai suatu sistem adalah sebagai berikut a. Input, meliputi: * Visi, misi, tujuan, sasaran * Kurikulum * Pendidik dan tenaga kependidikan * Peserta didik * Sarana dan prasarana * Dana * Regulasi * Organisasi

* Administrasi * Peran serta masyarakat * Budaya sekolah b. Proses; yaitu proses belajar mengajar c. Output, meliputi: * Prestasi akademik * Prestasi non akademik * Angka putus sekolah * Angka mengulang d. Outcome, meliputi: * Kesempatan pendidikan * Kesempatan kerja * Pengembangan diri tamatan 2. Konsep Organisasi * Menurut Stephen P. Robbins Definisi

Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan Read the rest of this entry

Rate this:

1 Vote

Kategori: pertemuan 6 Tinggalkan Komentar

INOVASI DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN


1. Konsep Manajemen a. Pengertian Manajemen Pengertian Manajemen Gaffar ( 1989 ) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (Prajudi Atmosudirdjo,1982 : 124), Manajemen itu adalah pengendalian dan pemanfaatan dari pada semua faktor dan sumberdaya, yang menurut suatu perencanaan (planning), diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang tertentu. Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindsakan-tindakan : Perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, dan poengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain (George R. Terry, 1986:4). Terdapat beberapa prinsip yang nampaknya menjadi benang merah tentang pengertian manajemen yakni : 1) Manajemen merupakan suatu kegiatan 2) Manajemen menggunakan atau memanfaatkan pihak-pihak lain 3) Kegiatan manajemen diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu Setelah melihat pengertian manajemen, maka nampak jelas bahwa setiap organisasi termasuk organisasi pendidikan seperti Sekolah akan sangat memerlukan manajemen untuk mengatur/mengelola kerjasama yang terjadi agar dapat berjalan dengan baik dalam pencapaian tujuan, untuk itu pengelolaannya mesti berjalan secara sistematis melalui tahapan-tahapan dengan diawali oleh suatu rencana sampai tahapan berikutnya dengan menunjukan suatu keterpaduan dalam prosesnya, dengan mengingat hal itu, maka makna pentingnya manajemen semakin jelas bagi kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan. b. Pengertian Manajemen Pendidikan Manajemen pendidikan ialah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, Read the rest of this entry

Rate this:

2 Votes

Kategori: pertemuan 7 Tinggalkan Komentar

INOVASI DALAM KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN


1. Rangkuman materi pertemuan 8 , baik dari hasil obsrvasi dan pengataman sekolah ataupun secara online Dalam pandangan Zamroni ( 2007 : 2 ) dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Teori ini menjelaskan bahwa mutu sekolah mencakup tiga kemampuan, yaitu : kemampuan akademik, sosial, dan moral. Menurut teori ini, mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses belajar mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaankebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun tidak. dan salah satu yang bisa mendukung untuk lebih bisa meningkatkan kwalitas pendidikan yakni dari aspek kurikulum dan sarpras hasil ob: Profil singkat lembaga Nama Yayasan : Cahya Buana Nama Sekolah : Kampoeng Sakola SD Interaktif Abdussalam (SIAS) Alamat : JL. Cihanjuang Cibaligo No17 Parongpong Kab. Bandung Barat Propinsi : Jawa Barat No. Telp / Email : 022 920729 27 / www.siabdussalam.com Luas Area : 7000m2

Kurikulum SIAS merupakan perpaduan antara kurikulum nasional dengan pengembangan kurikulum sendiri sehingga menjadi kurikulum khas SIAS. Adapun mata pelajaran yang khas di SIAS adalah bahasa meliputi bahasa Inggris, Arab, serta pembudayaan bahasa Sunda, computer, pengembangan diri/outbound, dan pembiasaan. Untuk mencapai kompetensi l Read the rest of this entry

Rate this:

1 Vote

Kategori: pertemuan 8 Tinggalkan Komentar

INOVASI SARANA DAN PRASARANA


1. Inovasi dalam sarana dan prasrana apa saja yang sedang ataupun telah dilaksanakan oleh lembaga yang anda kunjungi Mengingat SIAS ini lebih mengutamakan Inovasi dalam bidang Kurikulum, maka Manajemen Stratejik yang digunakan adalah Fasilitatif, yaitu memfasilitasi semua keprluan ppengembangan dan implementasi kurikulum tersebut. Dalam Lain prose Inovasinya juga dilaksanakan kombinasi antara Difusi dan Diseminasi, oleh karena itu terutama proses Diseminasi akan menuntut adanya keterkaitan pada komponen lainnya terutama sarana prasarana sebagai salah satu komponen dari Sekolah sebagai Sistem. hal lain yang bersangkutan dengan inovasi Sarana prasarana adalah pengkondisian lingkungan yang nyaman dan aman bagi anak didik. 2. Apakah inovasi dalam sarana dan prasrana di lembaga tersebut berjalan dengan lancar ? kenapa ? Karena tutuntutan sistem sebagaimana telah disebutkan di atas semua pihak Tenaga Kependidikan Read the rest of this entry

Rate this:

3 Votes

Kategori: pertemuan 9 Tinggalkan Komentar

INOVASI DALAM KETENAGAAN


Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjangPenyelengagaraan Pendidikan Yang termasuk kedalam tenaga kependidikan adalah: 1. Kepala Satuan Pendidikan Kepala Satuan Pendidikan yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk memimpin satuan pendidikan tersebut. Kepala Satuan Pendidikan harus mampu melaksanakan peran dan tugasnya sebagaiedukator, manajer, adminitrator, supervisor, leader, inovator, motivator, figur dan mediator (Emaslim-FM) 2. Pendidik Pendidik atau di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar, adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu: * * * * Pamong belajar dll 3. Tenaga Kependidikan lainnya Guru Dosen Konselor

Orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, walaupun secara tidak langsung terlibat dalam proses pendidikan, diantaranya: * Wakil-wakil/Kepala urusan umumnya pendidik yang mempunyai tugas tambahan dalam bidang yang khusus, untuk membantu Kepala Satuan Pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan pada institusi tersebut. Contoh: Kepala Urusan Kurikulum * Tata Usaha, adalah Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang Read the rest of this entry

Rate this:

5 Votes

Kategori: pertemuan 10 Tinggalkan Komentar


Load more posts Tag
Konsep Dasar

Cari Artikel

Pencarian:
Blogroll

Discuss 0 Get Inspired 0 Get Polling 0 Get Support 0 Inovasi dan Teknologi dalam Pendidikan Salah satu Contoh Kreativitas anak Bangsa 10 Kumpulan Inovasi Kreatif Jadilah Pendidik yang Kreatif 5

Learn WordPress.com 0 MK Inopend Sebagai Wujud Perbaikan 10 WordPress Planet 0 WordPress.com News 0

Kategori kauuandddd

Komentar Terakhir INOVASI PENDIDIKAN ( on PERBEDAAN PORTOFOLIO DENGAN

INOVASI PENDIDIKAN ( on PERBEDAAN PORTOFOLIO DENGAN

INOVASI PENDIDIKAN ( on Assalamuaalaikum Awan Tag

Konsep Dasar

Blog pada WordPress.com. | Tema: Spectrum oleh Ignacio Ricci.


Ikuti

Follow INOVASI PENDIDIKAN


Get every new post delivered to your Inbox.
Powered by WordPress.com

Home Cara Download

Blog Artikel Indonesia Definisi adalah Arti Pengertian Makalah Skripsi

Otomotif Kesehatan Komputer IT Film Skripsi Pendidikan Keluarga RPP Berkarakter Olahraga Biologi Islam

Home > Kurikulum > Model Model Pengembangan Kurikulum

Model Model Pengembangan Kurikulum

<p>Your browser does not support iframes.</p>

Model Pengembangan Kurikulum - Makalah Model Model Pengembangan Kurikulum - Saya rasa masih banyak beberapa masyarakat dunia pendidikan maupun mahasiswa kependidikan yang masih belom banyak tahu tentang model model pengembangn kurikulum, maka dari itu dengan hadirnya makalah ini insyaallah dapat membantu sahabat sahabat semua yang sedang mencari referensi dalam membuat makalah Model Model Pengembangan Kurikulum.

Oh ya tidak hanya makalah Model Model Pengembangan Kurikulum saja yang saya posting disini melainkan beberapa makalah sudah teposting, dan beberapa contoh makalah mengenai kurikulum juga akan saya posting di blog ini semoga bermanfaat ya. Silahkan anda baca dibawah ini.

A. MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikanya serta kemungkinan tercapainya hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekontruksi sosial.

Sekurang-kurangnya dikenal enam model pengembangan kurikulum yaitu: 1. The Administrative Model. Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administratif atau line staf, karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan (apakah dirjen, direktur atau kepala kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Anggota-anggota komisi atau tim ini terdiri atas, pejabat dibawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan, tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Setelah hal-hal mendasar ini terumuskan dan mendapat pengakajian yang seksama, administrator pendidikan menyusun tim atau komisi kerja pengembangan kurikulum. Para anggota tim atau komisi ini terdiri atas para ahli pendidikan/kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, guruguru bidang studi yang senior.

Tim kerja pengembangan kurikulum bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih operasional, yang dijabarkan dari konsep-konsep dan kebijaksanaan dasar yang telah digariskan oleh tim pengarah. Tugas tim kerja ini merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan yang lebih umum, memilih dan menyusun sekuens bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi para guru.

Setelah semua tugas dari tim kerja pengembangan kurikulum tersebut selesai, hasilnya dikaji ulang oleh tim pengarah serta para ahli lain yang berwewenang atau pejabat yang kompeten. Setelah mendapat beberapa penyempurnaan, dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya kurikulum tersebut serta memerintahkan sekolah-sekolah untuk melaksanakan kurikulum tersebut. Karena sifatnya yang datang dari atas, model pengembangan kurikulum demikian disebut juga model top down atau line staff. Pengembangan kurikulum dari atas, tidak selalu segera berjalan,

sebab menuntut kesiapan dari pelaksanaanya, terutama guru-guru. Mereka perlu mendapatkan petunujuk-petunjuk dan penjelasan atau mungkin juga peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Kebutuhan akan adanya penataran sering tidak dapat dihindarkan.

Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun permulaan diperlukan pula adanya kegiatan monitoring pengamatan dan pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaanya. Setelah berjalan beberapa saat perlu juga dilakukan evaluasi, untuk menilai baik validitas komponenkomponenya prosedur pelaksanaan maupun keberhasilanya. Penilaian menyeluruh dapat dilakukan oleh tim khusus dari tingkat pusat atau daerah. Sedang penilaian persekolah dapat dilakukan oleh tim khusus sekolah yang bersangkutan. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan balik, baik bagi instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah maupun sekolah. 2. The Grass Roots Model Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi datang dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama,digunakan dalam sistim pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan Grass Roots Model akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan Grass Roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.

Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi atau seluruh bidang studi dan keseluruhan komponen kurikulum. Apabil kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, vasilitas, biaya maupun bahanbahan kepustakaan, pengembangan kerikulum Grass Roots Model akan lebih baik. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karna itu dialah yang paling berkompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip pengembang kurikulum yang deikemukakan oleh smith, stanley dan shores (1957:429) dalam pengembangan kurikulum karangan Prof. DR. Nana Syaodih Sukmadinata.

Pengembangan kurikulum yg bersifat Grass Roots Model mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi dengan model grass rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan yang pada giliranya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif. 3. Beauchamps System. Model Pengembangan Kurikulum

Model pengembangan kurikukum ini, dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum Beauchamp. Mengemukakan lima hal di dalam pengembangan suatu kurikulum.

1) Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten atau seluruh negara. Pentahapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalanm pengembangan kurikulum, serta oleh tujuan pengembangan kurikulum. Walaupun daerah yang menjadi wewenang kepala kanwil pendidikan dan kebudayaan mencakup suatu wilayah propinsi, tetapi arena pengembangan kurikulum hanya mencakup suatu daerah akabuapten saja sebagai pilot proyek. 2) Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum yaitu:

Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar, Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih, Para profesional dalam sistem pendidikan. Profesioanal lain dan tokoh-tokoh masyarakat.

Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas mungkin, yang biasanya pengaruh mereka kurang langsung terhadap pengembangan kurikulum, dibanding dengan tokoh lain seperti; para penulis dan penerbit buku, para pejabat pemerintah, politikus, dan pengusaha serta industriwan. Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan dengan tingkat dan luas wilayah dan arena. Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan guru-guru. Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan guru semakin besar. Mengenai keterlibatan kelompok-kelompok personalia ini, Beauchamp mengemukakan tiga pertanyaan:

Haruskah kelompok ahli/pejabat/profesi tersebut dilibatkan dalam pengembangan kurikulum? Bila iya, apakah peranan mereka? Apakah mungkin ditemukan alat dan cara yang paling efektif untuk melaksanakan peran tersebut?.

3) Ketiga, organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini harus berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar serta kegiatan evaluasi dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum. 4) Keempat, implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, disamping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat. Lebih jauh lagi mengemukakan lima langkah di dalam pengembangan suatu kurikulum, yaitu :

a. Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup kurikulum, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten propinsi atau bahkan seluruh negara. Penetapan wilayah ditentukan oleh pihak yang memiliki wewenang pengambil kebijaksanaan dalam pengembangan kurikulum, serta oleh tujuan pengembangan kurikulum. b. Menetapkan personalia yang akan turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang dapat dilibatkan yaitu : Model Pengembangan Kurikulum

Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kuruikulum/pendidikan dan para ahli bidang ilmu dari luar; Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih; Para profesional dalam sistem pendidikan; dan Profesional lain dan tokoh masyarakat.

c. Organisasi dan prosedur pengembangan yaitu berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi dan dalam menentukan desain kurikulum. Beauchamp membagi keseluruhan kegiatan ini dalam lima langkah, yaitu :

membentuk tim pengembang kurikulum; mengadakan evaluasi atau penelitian terhadap kurikulum yang berlaku; studi penjajagan kemungkinan penyusunan kurikulum baru; merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru; dan penyusunan dan penulisan kurikulum baru. Implementasi kurikulum merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang sesungguhnya bukanlah hal sederhana, sebab membutuhkan kesiapan menyeluruh, baik guru, peserta didik, fasilitas, bahan maupun biaya, disamping kesiapan manajerial dan pimpinan sekolah atau administrator setempat.

e. Evaluasi kurikulum, pada langkah ini minimal mencakup empat hal yaitu:

evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru; evaluasi desain; evaluasi hasil belajar peserta didik; dan evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.

Data yang diperoleh digunakan untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. 4. The Demonstration Model Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, dangan dari bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa

sekolah, suatu kompenen kurikulum atau mencakup keseluruhna kompeonen kurikulum. Karena sikap ingin merubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.

Karena sifatnya yang ingin merubah, pengembangan kurikulum seringkali mendapat tantangan dari pihak tertentu.

Terdapat dua variasi model demonstrasi, yaitu ; 1. berbentuk proyek dan 2. berbentuk informal, terutama diprakarsai oleh sekelompok guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada.

Beberapa keunggulan dari pengembangan kurikulum model demonstrasi ini, yaitu: 1. Memungkinkan untuk menghasilkan suatu kurikulum atas aspek tertentu dari kurikulum yang lebih praktis, karena kurikulum disusun dan dilaksanakan berdasarkan situasi nyata; 2. Jika dilakukan dalam skala kecil, resistensi dari administrator kemungkinan relatif kecil, dibandingkan dengan perubahan yang berskala besar dan menyeluruh; 3. Dapat menembus hambatan yang sering dialami yaitu dokumen kurikulumnya bagus, tetapi pelaksanaannya tidak ada; 4. Menempatkan guru sebagai pengambil insiatif yang dapat menjadi pendorong bagi para administrator untuk mengembangkan program baru.

Sedangkan kelemahan model ini adalah bagi guru-guru yang tidak turut berpartisipasi mereka akan enggan-enggan. Dalam keadaan terburuk mungkin akan terjadi apatisme. 5. Tabas Inverted Model Menurut cara yang bersifat tradisional pengembangan kurikulum dilakukan secara deduksi, dengan urutan: 1. Penentuan prinsip-prinsip dan kebijaksanaan dasar, 2. Merumuskan desain kurikulum yang bersifat menyeluruh didasarkan atas komitmen-komitmen tertentu, 3. Menyusun unit-unit kerikulum sejalan dengan desain yang menyeluruh, 4. Melaksanakan kurikulum di dalam kelas.

Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi. Menurut pengembangan kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru adalah bersifat induktif, yang merupakan inversi atau arah terbalik dari model tradisional.

Ada lima langkah pengembangan kurikulum model taba ini. Pertama, mengadakan unit-unit eksperiment bersama guru-guru. Kedua, Menguji unit eksperimen. Ketiga, mengadakan revisi dan konsolidasi. Langkah keempat, pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum.

Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba, yaitu :

Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah: (1) mendiagnosis kebutuhan; (2) merumuskan tujuan-tujuan khusus; (3) memilih isi; (4) mengorganisasi isi; (4) memilih pengalaman belajar; (5) mengorganisasi pengalaman belajar; (5) mengevaluasi; dan (6) melihat sekuens dan keseimbangan Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya. Mengadakan revisi dan konsolidasi unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba. Mengembangkan seluruh kerangka kurikulum

Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji. Pada tahap terakhir ini perlu dipersiapkan guru-guru melalui penataran-penataran, loka karya dan sebagainya serta mempersiapkan fasilitas dan alat sesuai tuntutan kurikulum. 6. Rogers Interpersonal Relation Model (Model Model Pengembangan Kurikulum) Meskipun roger bukan seorang ahli pendidikan melainkan seorang ahli psikologi atau psikoterapi. Tetapi konsep-konsepnya tentang psikoterapi khususnya bagaimana membimbing individu juga dapat diterapkan dalam bidang pendidikan dan pengembangan kurikulum. Memang ia banyak mengemukakan konsep tentang perkembangan dan perubahan individu.

Menurut when crosby (1970:388) dalam Nana Syaodih Sukmadinata pengembangan kurikulum teori dan praktek mengatakan bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan individu.

Menurut Rogersmanusia berada dalam proses perubahan (becoming, developing, changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak.

Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers, yaitu:

Pemilihan target dari sistem pendidikan; di dalam penentuan target ini satu-satunya kriteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan/administrator untuk

turut serta dalam kegiatan kelompok secara intensif. Selama satu minggu pejabat pendidikan/administrator melakukan kegiatan kelompok dalam suasana relaks, tidak formal. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Keikutsertaan guru dalam kegiatan sebaiknya secara sukarela. Lama kegiatan satu minggu atau kurang. Menurut Rogers bahwa efek yang diterima sejalan dengan para administrator seperti telah dikemukakan di atas, Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran. Selama lima hari penuh peserta didik ikut serta dalam kegiatan kelompok, dengan fasilitator guru atau administrator atau fasilitator dari luar. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok. Kegiatan ini dapat dikoordinasi oleh Komite Sekolah masing-masing sekolah. Lama kegiatan kelompok tiga jam tiap sore hari selama seminggu atau 24 jam secara terus menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam hubungannya dengan sesama orang tua, dengan anak, dan dengan guru. Kegiatan ini merupakan kulminasi dari kegiatan kelompok di atas. Metode pendidikan yang dikembangkan Rogers adalah sensitivity trainning, encounter group, dan Trainning Group (T Group).

Model pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya. Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok. Itulah ciri khas Carl Rogers ssebagai sebagai Eksistensial Humanis., ia tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data, dan sebagainya. Bagi Rogers yang penting adalah aktivitas dan interaksi. Berkat berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu akan berubah . petode pendidikan yang di utamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter group dan Training Group ( T Group ).

Hey sahabat semua jangan berhenti baca dulu ya, makalah diatas kan belum sempurna sebelum ada daftar pustaka dan kesimpulan dan beberapa pendukung makalah Model Model Pengembangan Kurikulum lainnya, untuk mendapatkannya silahkan download dibawah ini ya!!

Category Article Kurikulum

Baca Yang Dibawah Juga


Kurikulum

Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum Guru dan Pengembangan Kurikulum Pengembangan Kurikulum Perkembangan Kurikulum di Indonesia Evaluasi Kurikulum Kurikulum Berbasis Kompetensi Pelaporan Hasil Penilaian Dan Pemanfaatannya Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris Struktur Kurikulum SMP/MTS

Kurikulum Model Pembelajaran Paud Melalui Bermain Kreatif Berbasis Budaya Lokal (Nilai-nilai Kearifan Lokal) Pendekatan Pengembangan Kurikulum Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tujuan Dan Kurikulum Pendidikan (Tafsir Tarbiyah). Prinsip, Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

One Response to Blog Artikel Indonesia

Anonymous says: August 7, 2012 2:20 PM Replay

Hey sahabat semua jangan berhenti baca dulu ya, makalah diatas kan belum sempurna sebelum ada daftar pustaka dan kesimpulan dan beberapa pendukung makalah Model Model Pengembangan Kurikulum lainnya, untuk mendapatkannya silahkan download dibawah ini ya!! link downloadnya mana gan?

JUST EMA

Kamis, 22 November 2012

Model-Model Pengembangan Kurikulum


1. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum Menurut Good dan Travers dalam Sanjaya (2010:82), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambanglambang lainnya. Menurut Arifin (2012:137), model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang

suatu konsepsi dasar. Sedangkan pengembangan kurikulum menurut Sukmadinata (2012:31) adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Berdasarkan pengertian model dan pengembangan kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa Model pengembangan kurikulum adalah ulasan teoritis dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada yang memberikan relevansi pada masa mendatang. 2. Model-Model Pengembangan Kurikulum Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya maupun dilihat dari tahapan pengembangannya. Pemilihan suaatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencaiapai hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Zais dalam Arifin (2012:137) mengemukakan delapan model pengembangan kurikulum, yaitu: 1. The Administrative (Line Staff) Model 2. The Grass-Roots Model 3. The Demostration Model 4. Beauchamps System Model 5. Tabas Inverted Model 6. Rogers Interpersonal Relations Model 7. The Systematic Action-Research Model 8. Emerging Technical Model

1) The Administrative (Line Staff) Model Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Model ini diberi nama model administratif atau line-staff atau bisa juga dikenal top-down karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator atau dari pemegang kebijakan (pejabat) pendidikan, kemudian secara struktural dilaksanakan di tingkat bawah. Menurut Sanjaya (2010:78) proses pengembangan kurikulum model ini dilakukan dengan empat langkah, yaitu sebagai berikut.

a. Langkah pertama, dimulai dari pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Anggota tim biasanya terdiri dari pejabat yang ada di bawahnya, seperti para pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan bisa juga ditambah dari tokoh dunia kerja. Tugas tim pengarah ini adalah merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan. b. Langkah kedua, menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau rumusanrumusan yang telah disusun oleh tim pengarah. Anggota kelompok kerja ini adalah para ahli kurikulum, para ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, ditambah dengan guru-guru senior yang dianggap sudah berpengalaman. Tugas pokok tim ini adalah merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan umum, memilih dan menyusun sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat atau petunjuk evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru. c. Langkah ketiga, apabila kurikulum telah selesai disusun, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau direvisi. Bila dianggap perlu kurikulum itu diuji cobakan dan dievaluasi kelayakannya oleh suatu tim yang ditunjuk oleh para administrator. Hasil uji coba tersebut digunakan sebagai bahan penyempurnaan. d. Langkah keempat, para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu. Berdasarkan langkah-langkah pengembangan seperti yang telah dijabarkan di atas tampak bahwa dalam model pengembangan kurikulum ini guru hanya sebagai pelaksana kurikulum yang telah ditentukan oleh para pemegang kebijakan.

2) The Grass-Roots Model Inisiatif pengembangan kurikulum dalam model ini dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator. Dalam model pengembangan ini, seorang guru, sekelompok guru, atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Model grass-Root ini didasarkan atas empat prinsip yang dikemukakan oleh Smith, Stanley, dan Shores dalam Arifin (2012:139), yaitu: a) Kurikulum bertambah baik jika kemampuan profesional guru bertambah baik. b) Kompetensi guru akan bertambah baik jika guru terlibat secara pribadi di dalam merevisi kurikulm. c) Jika guru terlibat dalam merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi, mendefinisikan dan memecahkan masalah, mengevaluasi hasil, maka hasil pengembangan kurikulum akan lebih bermakna. d) Hendaknya diantara guru-guru terjadi kontak langsung sehingga mereka dapat saling memahami dan mencapai suatu konsensus tentang prinsip-prinsip dasar, tujuan, dan rencana.

Adapun kondisi yang memungkinkan guru dapat melakukan pengembangan kurikulum berdasarkan model grass-root ini menurut Sanjaya (2010:80) adalah sebagai berikut. a) Manakala kurikulm itu benar-benar bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbaharui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan. b) Pengembangan kurikulum hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap profesional yang tinggi disertai kemampuan yang memadai.

Menurut Sanjaya (2010:80) ada beberapa langkah pengembangan kurikulum yang dapat dilakukan sesuai dengan model Grass-Root ini, yaitu sebagai berikut. (1) Menyadari adanya masalah, diawali dengan keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakan ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa dan lain sebagainya. (2) Mengadakan refleksi, setelah dirasakan adanya masalah selanjutnya mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan, atau melakukan diskusi dengan teman sejawat, dan mengkaji sumber dari lapangan. (3) Mengajukan hipotesis, berdasarkan hasil kajian refleksi, selanjutnya guru memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggunalangannya. (4) Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan. (5) Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus hingga terpecahkan masalah yang dihadapi. (6) Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass-root. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain yang pada gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar.

Berdasarkan penjabaran di atas bahwa di dalam model grass-root ini peranan guru sebagai implementator perubahan dan penyempurnaan kurikulum sangat menentukan. Tugas para administrator dalam pengembangan model ini hanya sebagai motivator dan fasilitator.

3) The Demostration Model

Model demontrasi pada dasarnya bersifat grass-root, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan kurikulum.

Menurut Smith, Stanley, dan Shores dalam Sukmadinata (2012:165), model demonstrasi ini terdiri atas dua bentuk, yaitu: (1) Bentuk pertama cenderung bersifat formal, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum. Proyek ini bertujuan mengadakan penelitian dan pengembangan tentang salah sat atu beberapa segi/komponen kurikulum. Hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat digunakan bagi lingkungan yang lebih luas. Kegiatan penelitian dan pengembangan ini biasanya diprakarsai dan diorganisasi oleh instansi pendidikan yang berwenang, seperti direktorat pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, dan sebagainya. (2) Bentuk kedua kurang bersifat formal. Beberapa orang guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengadakan penelitian dan pengembangan sendiri. Dengan kegiatan ini mereka mengharapkan ditemukan kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih baik untuk kemudian digunakan di daerah yang lebih luas.

Ada beberapa kebaikan dari pengembangan kurikulum dengan model demonstrasi ini (Sukmadinata, 2012:165), yaitu: (1) Karena kurikulum disusun dan dilaksanakan dalam situasi tertentu yang nyata, maka akan dihasilkan suatu kurikulum atau spek tertentu dari kurikulum yang lebih parkatis. (2) Pengembangan kurikulum dalam skala kecil atau aspek tertentu yang khusus, sedikit kemungkinan untuk ditolak oleh administrator dibandingkan dengan pengembangan yang menyeluruh. (3) Pengembangan kurikulum dalam skala kecil dengan model ini dapat mengatasi hambatan yang sering dialami, yaitu dokumentasinya bagus tetapi pelaksanaannya tidak ada. (4) Model ini menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan nara sumber yang dapat menjadi pendorong bagi para administrator untuk mengembangkan program baru. Selain memiliki kebaikan, model ini juga memiliki kelemahan, yaitu bagi guru-guru yang tidak berpartisifasi akan menerimanya dengan separuh hati dan yang terburuk mungkin akan terjadi apatisme.

4) Beauchamps System Model

Model ini dikemukakan oleh G.A. Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima langkah proses pengembangan kurikulum seperti yang dikutip oleh Sanjaya (2010:91) sebagai berikut. (1) Menetapkan wilayah atau arena yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut. Wilayah tersebut bisa terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan, kabupaten, atau mungkin tingkat provinsi dan tingkat nasional. (2) Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu: para ahli pendidikan/kurikulum, para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah, para profesional dalam sistem pendidikan, profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat. (3) Menetapkan prosedur yang akan ditempuh. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum. (4) Implementasi kurikulum. Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara matang berbagai hal yang dapat berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap efektivitas penggunaan kurikulum, seperti pemahaman guru tentang kurikulum, sarana dan fasilitas yang tersedia, manajemen sekolah, dan lain sebagainya. (5) Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut: evaluasi terhadapa pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah, evaluasi terhadap desain kurikulum, evaluasi keberhasilan anak didik, dan evaluasi sitem kurikulum.

5) Tabas Inverted Model Pengembangan kurikulum biasanya dilakukan secara deduktif yang dimulai dari penentuan prinsipprinsip dan kebijakan dasar, merumuskan desain kurikulum, menyusun unit-unit kurikulum, dan mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Tetapi Hilda Taba tidak sependapat dengan langkah tersebut. Alasannya, pengembangan kurikulum secara deduktif tidak dapat menciptakan pembaruan kurikulum dan tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi. Oleh karena itu, kurikulum sebaiknya dikembangkan dengan pendekatan induktif.

Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba dalam Sanjaya (2010:88), yaitu sebagai berikut. (1) Menghasilkan unit-unit percobaan melalui langkah-langkah: Mendiagnosis kebutuhan Memformulasikan tujuan Memilih isi

Mengorganisasikan isi Memilih pengalaman belajar Mengorganisasi pengalaman belajar Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa Menguji keseimbangan isi kurikulum (2) Mengujicoba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya. (3) Merevisi dan mengkonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba. (4) Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum (5) Implementasi dan diseminasi kurikulum telah teruji. Pada tahap ini perlu dipersiapkan guru-guru melalui penataran-penataran, lokakarya, serta mempersiapkan fasilitas dan alat-alat sesuai dengan tuntutan kurikulum.

6) Rogers Interpersonal Relations Model Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Rogers berasumsi bahwa kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes, dan adaptif terhadap situasi perubahan (dalam Arifin, 2012:142). Kurikulum yang demikian hanya dapat disusun dan diterapkan oleh pendidik yang terbuka, luwes, dan beriorentasi pada proses. Untuk itu diperlukan pengalaman kelompok untuk melatih hal-hal yang bersifat sensitif. Model pengembangan kurikulum Rogers ini tidak memiliki perencanaan kurikulum yang tertulis, yang ada hanya rangkaian kegiatan kelompok. Dengan berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi kelompok ini individu akan berubah.

Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers dalam Sukmadinata (2012:167) yaitu sebagai berikut. (1) Pemilihan target dari sistem pendidikan. Dalam penentuan target ini satu-satunya kriteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesedian dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif. Selama satu minggu para administrator melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang relaks, tidak formal. Melalui kegiatan ini mereka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut. He is less protective of his own beliefs and can listen more accurately

He finds it easier and less threatening to accept innovative ideas He has less need to protect bureaucratic rules He communicates more clearly and realistically to superiors, peers, and sub-ordinates because hi is more open and less self-protective He is more person oriented and democratic He openly confronts personal emotional frictiona between himself and colleagues He is more able to accept both positive and negative feedback and use it constructively

(2) Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Sama seperti para administrator, guru juga turut serta dalam kegiatan kelompok. Keikutsertaan guru dalam kelompok sebaiknya bersifat sukarela. Efek yang akan diterima guru-guru sejalan dengan para adminnistrator, dengan beberapa tambahan berikut. He is more able to listen to students He accepts innovative, torublesome ideas from students, rather than insisting on conformity He pays as much attention to his relationships with student as he does to course content He works out problems with students rather than responding in a disciplinary and punitive manner He develops an equalitarian and democratic classroom climate

(3) Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk kelas atau unit pelajaran. Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kegiatan kelompok, dengan fasilitator para guru atau administrator atau fasilitator dari luar. Dari kegiatan ini para siswa akan mendapatkan: He feels freer to express both positive and negative feeling in class He works through these feeling toward a realistic solution He has more energy for learning because he has less fear of constant evaluation and punishment He discovers that he is responsible for his own learning He awe and fear of authority diminish as he finds teachers and admnistrators to be fallible human being He finds that the learning process enables him to deal with his life

(4) Partisipasi kegiatan orang tua dalam kelompok. Kegiatan ini dikoordinasi oleh BP3 masing-masing sekolah. Lama kegiatan kelompok dapat tiga jam tiap sore hari selam seminggu atau 24 jam secara terus menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam hubungannya dengan sesama orang tua, dengan anak, dan dengan guru.

7) The Systematic Action-Research Model Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal yaitu hubungan antarmanusia, organisasi sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu. Penyusunan kurikulum harus memasukkan pandangan dan harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur action research. Langkah-langkah dalam model ini menurut Arifin (2012:12) adalah sebagai berikut. (1) Merasakan adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu diteliti secara mendalam (2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya (3) Merencanakan secara mendalam tentang bagaimana pemecahan masalahnya (4) Menentukan keputusan-keputusan apa yang perlu diambil sehubungan dengan maslah tersebut (5) Melaksanakan keputusan yang telah diambil dan menjalankan rencana yang telah disusun (6) Mencari fakta secara meluas (7) Menilai kekuatan dan kelemahannya.

8) Emerging Technical Model Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta nilai-nilai efisiensi efektivitas dalam bisnis juga mempengaruhi perkembangan perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh kecenderungankecenderungan baru yang didasarkan atas hal tersebut yang menurut Sukmadinata (2012:170) diantaranya: (1) The behavioral Analysis Model, menekankan pada penguasaan perilaku atau kemampuan. Perilaku/kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku perilaku sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku tersebut secara berangsur-angsur mulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.

(2) The System Analysis Model, berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil belajar tersebut. Langkah ketiga adalah mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan. (3) The Computer-Based Model, suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai dengan mengidentfikasi seluruh unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil yang diharapkan. Guru dan siswa diwawancarai tentang pencapaian tujuan tersebut. Data tersebut disimpan di dalam komputer dan dimanfaatkan dalam menyusun materi pelajaran untuk peserta didik.

Selain delapan model pengembangan kurikulum seperti yang diungkapkan Zais di atas, masih ada model pengembangan kurikulum lain, diantaranya: 1) Model Tyler Model pengembangan kurikulum Tyler lebih bersifat bagaimana merancang kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Proses pengembangan kurikulum Tyler adalah sebagai berikut. (1) Menentukan tujuan Dalam penyusunan kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama yang harus dikerjakan. Sebab tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan. (2) Menentukan pengalaman belajar Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa menurut Sanjaya (2010:85), yaitu: Pengalaman belajar siswa harus seseuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap pengalaman belajar siswa harus memuaskan siswa. Setiap rancangan pengalaman belajara siswa sebaiknya melibatkan siswa. Mungkin dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.

(3) Mengorganisasi pengalaman belajar Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu pengorganisasian secara vertikal dan pengorganisasian secara horizontal. Pengorganisasian secara vertikal apabila menghubbungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda. Misalkan,

pengorganisasian pengalaman belajar yang menghubungkan antara bidang matematika kelas 5 dan kelas 6. Sedangkan pengorganisasian secara horizontal jika kita menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama. Kedua hubungan ini sangat penting dalam proses mengorganisasikan pengalaman belajar, hubungan vertikal memungkinkan siswa memiliki pengalaman belajar yang semakin luas dalam kajian yang sama sedangkan hubungan horizontal, antara pengalaman belajar yang satu dan yang lain akan saling mengisi dan memberi penguatan. (4) Evaluasi Proses evaluasi merupakan langkah yang sangat penting untuk mendapatkan informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi, yaitu: Evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.

Ada dua fungsi evaluasi, yaitu: Evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik. Fungsi ini dinamakan fungsi sumatif. Untuk meilhat efektivitas proses pembelajaran. Fungsi ini dinamakan fungsi formatif.

2) Model Wheeler Menurut Wheeler dalam Sanjaya (2010:94) pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran dan terjadi secara terus menerus. Pengembangan kurikulum model ini tampak pada bagan berikut. (1) Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang bersifat normatif yang mengandung tujuan filosofis (aim) atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat parkatis (goals). Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yakni tujuan yang mudah diukur ketercapaiannya. (2) Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama. (3) Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar. (4) Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar.

(5) Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.

3) Model Nicholls Model ini digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi. Langkah kurikulum model Nicholls tampak pada bagan berikut. Berdasarkan bagan di atas maka terdapat lima langkah pengembangan kurikulum model Nicholls (Sanjaya, 2010:95), yaitu: (1) Analisis situasi (2) Menentukan tujuan khusus (3) Menentukan dan mengorganisasikan isi pelajaran (4) Menentukan dan mengorganisasikan metode (5) Evaluasi

4) Model Dynamic Skilbeck Model ini adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah yang dipeuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Menurut Skilbeck langkah-langkah pengembangan kurikulum dalam Sanjaya (2010:96) adalah sebagai berikut. (1) Mengalisis situasi (2) Memformulasikan tujuan (3) Menyusun program (4) Interpretasi dan implementasi (5) Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi.

Sumber Arifin, Z. (2012). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sanjaya, W. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Sukmadinata, N. S. (2012). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Agunk's Blog
Model Pengembangan Kurikulum Grass Roots
Diposkan oleh Agunk Prayogo di 04:55 Jumat, 30 Maret 2012
BAB V Pendahuluan 1. Latar Belakang Model atau rancangan bahkan model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan. Mendesain kurikulum bukanlah pekerjaan yang ringan. Ia membutuhkan kajian yang komprehensif dalam rangka mendapatkan hasil yang dapat mengakomodir tuntutan dan perubahan zaman. Mendesain kurikulum berarti menyusun model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer kurikulum, sama seperti arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkonstruksi bangunan terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang model bangunan yang akan dibangun. Kurikulum yang ada pada pendidikan tinggi akuntansi di beberapa atau hampir semua perguruan tinggi, baik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia mengalami stagnasi, statis, dan berorientasi pada materialitas. Stagnasi terlihat dari adopsi dan replikasi kurikulum dari beberapa PTN terkenal pada PTN-PTN maupun PTSPTS yang kurang terkenal atau agak terkenal. Nuansa hegemoni pada dunia pendidikan tinggi akuntansi terasa mengental, bahkan menuju ke arah status quo kurikulum pendidikan tinggi akuntansi. Parahnya lagi, kurikulum yang digunakan oleh beberapa PTN terkenal sudah mengalami perubahan, pengurangan, dan penambahan muatan materi. Akan tetapi, baik PTN-PTN maupun PTS-PTS yang dulunya mengekor kurikulum beberapa PTN terkenal tidak melakukan perubahan kurikulum atau mengalami stagnasi kurikulum yang berkelanjutan. Kenikmatan dan kenyamanan karena adanya hegemoni tersebut membuat pola pikir dan arah nalar para pendidik dan anak didik terpasung dalam pendidikan yang menjerumuskan bukannya pendidikan yang membebaskan. Untuk itu, internalisasi sikap, perilaku, dan tindakan kritis pada kurikulum pendidikan tinggi akuntansi mutlak dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan melakukan kajian kritis pada setiap adopsi dan replikasi kurikulum yang digunakan oleh beberapa PTN terkenal. Kestatisan pada kurikulum pendidikan tinggi akuntansi terlihat dari tidak adanya kreativitas dalam kurikulum tersebut. Kalau terdapat kreativitas, itu pun mengarah pada materialitas yang selama ini sudah didoktrinkan oleh beberapa pendidik kepada anak didik. Ketiadaan kreativitas ini terbelenggu dengan adanya pembatasan kurikulum yang semata-mata mengacu pada hal-hal yang berbau ekonomi dan hitungan saja. Pengembangan intuisi, imajinasi, dan inspirasi yang mengarah pada inovasi tidak atau kurang diinternalisasi pada kurikulum. Begitu pula keterkaitan pendidikan tinggi akuntansi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya kurang begitu diperhatikan, apalagi dengan ilmu-ilmu yang bersifat pasti. Bukankah satu bidang keilmuan terkait dengan bidang keilmuan lainnya, mengapa kemudian kurikulum pendidikan tinggi akuntasi masih bersifat egois. Adanya pemasungan kreativitas pada kurikulum tersebut mengakibatkan terhambatnya daya inovasi, inspirasi, dan imajinasi sekaligus menumpulkan intuisi dalam pengembangan pendidikan tinggi akuntansi. Keterjebakan kurikulum pendidikan tinggi akuntansi pada stagnasi dan statis ternyata diperparah dengan mengarahkannya kepada materialitas semata. Nilai-nilai mentalitas, seperti kejujuran, keadilan, kasih, dan sayang masih terasa kering dan hambar di dalam kurikulum pendidikan tinggi akuntansi. Hampir semua kurikulum pada pendidikan tinggi akuntansi menafikan nilai-nilai mentalitas, tetapi mengutamakan nilai-nilai materialitas. Keseimbangan muatan kurikulum pada nilai materialitas dan mentalitas berjalan berat sebelah. Strategi balanced scorecard yang diajarkan pada intinya dimuarakan pada kepentingan materialitas bukannya keseimbangan antara materialitas dan mentalitas. Akibatnya, dapat ditebak bahwa keluaran dari pendidikan tinggi akuntansi adalah insan-insan yang dicekoki dengan materilitas dan distigma sebagai bibitbibit kapitalis yang tak bermental. Untuk itu, strategi pembelajaran pada pendidikan tinggi akuntansi harus diberi fondasi terlebih dahulu dengan internalisasi sosiologi kritis, kreativitas, dan mentalitas. Hal ini tidak berhenti pada fondasi saja, tetapi juga diupayakan merasuki kurikulum-kurikulum yang ada pendidikan tinggi akuntansi. Selain itu, juga mengubah strategi pembelajaran yang selama ini berdasarkan pada konsep reproductive view of learning menjadi constructive view of learning. Konsep ini pada dasarnya membangun tanpa merusak fondasi yang sudah baik pada proses belajar mengajar

selama ini. Konsep reproductive view of learning yang selama ini dihasilkan hanya menghasilkan keluar an yang bersifat membebek tanpa mampu bersikap kritis, kreatif dan mempunyai nilai-nilai mental. Ini berbeda dengan konsep constructive view of learning yang berpegang pada nilai-nilai kritis, kreatif, dan nuansa mentalitas. Dalam konsep ini agar dihasilkan mutu pendidikan tinggi akuntansi yang berkualitas, maka anak didik diinternalisasi dengan sikap kritis. Salah satu diantaranya adalah dengan paradigma dekonstruksi, keluar dari kotak awal pengetahuan yang membelenggu, serta dijiwai nilai-nilai mentalitas berupa kejujuran, keadilan, kasih, dan sayang. Para ahli kurikulum berupaya merumuskan macam-macam desain kurikulum. Eisner dan Vallance (1974) menyebutnya menjadi lima jenis, yaitu model pengembangan proses kognitif, kurikulum sebagai teknologi, kurikulum sebagai aktualisasi diri, kurikulum sebagai rekonstruksi sosial, dan kurikulum rasionalisasi akademis. Mc Neil (1977) membagi desain kurikulum menjadi empat model, yaitu model kurikulum humanistis, kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek akademik. Saylor, Alexander, dan Lewis (1981) membagi desain kurikulum menjadi kurikulum subject matter disiplin, kompetensi yang barsifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial, dan kurikulum yang berdasarkan minat individu. Sedangkan Shane (1993) membagi desain kurikulum menjadi empat desain, yaitu desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum yang berorientasi pada anak, desain kurikulum yang berorientasi pada pengetahuan, dan desain kurikulum yang bersifat eklektik. Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengolahan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial. Ada beberapa model pengembangan kurikulum : 1. Admistrative Model Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administratif atau line staff karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. 1. Grass Root Model Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Diberi nama Grass root karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Mencermati hal diatas maka penulis tidak dalam upaya untuk menyajikan kurikulum dari asfek model-modelnya secara keseluruhan. Namun akan lebih mencermati sekaligus mengkaji kurikulum sesuai dengan judul yang ditugaskan kepada penulis, yaitu model pengembangan kurikulum dengan menggunakan pendekatan Grass Roots. 1. 1. 2. 3. Tujuan Menjelaskan pengertian kurikulum Grass Roots Menjelaskan sejarah kurikulum Grass Roots Menjelaskan ciri khas kurikulum Grass Roots

The grass root model Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan
kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas biaya maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass root tampaknya akan lebih baik. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah

perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk seluruh bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralistik dengan model grass roots-nya, memungkinkan terjadinya kompetisi dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif. Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung dilakukan dengan menggunakan pendekatan the grass-root model. Kendati demikian, agar pengembangan kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya, terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah. Sejarah Grass Roots Dilihat dari cakupan pengembangannya ada dua pendekatan yang dapat diterapkan. Pertama, pendekatan top down atau pendekatan administrative, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah; dan kedua adalah pendekatan grass root, atau pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu disebarluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Kalau pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para pemegang kebijakan kemudian turun ke stafnya atau dari atas ke bawah, maka dalam model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum construction). Dalam kondisi yang bagaimana kiri-kira guru dapat berinisiatif memperbarui dan atau menyempurnakan kurikulum dengan pendekatan semacam ini ? Ya, minimal ada syarat sebagai kondisi yang memungkinkan pendekatan grass roots dapat berlangsung. Pertama, manakala kurikulum itu benar-benar bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini. Kedua, pendekatan grass roots hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap professional yang tinggi disertai kemampuan yang memadai. Sikap professional itu biasanya ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru dalam upaya untuk meningkatkan kinerjanya. Seorang professional itu akan selalu berusaha menambah pengetahuan dan wawasannya dengan menggali sumber-sumber pengetahuan. Ia juga akan selalu mencoba dan mencoba untuk mencapai kesempurnaan. Ia tidak akan puas dengan hasil yang minimal. Ia akan bisa tenang manakala hasil kinerjanya sesuai dengan target maksimalnya. Dalam kondisi yang demikianlah grass roots akan terjadi. Kemudian bagaimana dengan kenyataan di Indonesia ? banyakkah guru-guru yang mempunyai kemauan dan kemampuan seperti ini ? Baiklah sekarang jangan terlalu hiraukan keadaan itu secara berlebihan, yang terpenting adalah kita harus mulai memahami bagaimana pelaksanaan pendekatan grass roots ini dilakukan. Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat kita lakukan manakala menggunakan pendekatan grass roots ini. Pertama, menyadari adanya masalah. Pendekatan grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakan ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan lain sebaginya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin grass roots dapat berlangsung. Kedua, mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi guru dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar. Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan menentukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap penglaman belajar harus memuaskan siswa. Ketiga, Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu penglaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda. Terdapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, pengalaman belajar untuk membantu siswa dalam mengumpulkan sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat.

Untuk lebih merinci, penulis akan mengulas kembali secara rinci, bahwa inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Diberi nama Grass roots karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah : Perencana, pelaksana, penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dari beberapa kajian di atas, maka dapat ditemukan ciri-ciri dari grass roots model yaitu : 1.Guru memiliki kemampuan yang professional. 2.Keterlibatan langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi. 3.Muncul konsensus tujuan, prinsip prinsip maupun rencana rencana diantara para guru. 4.Bersifat desentralisasi dan demokratis. Model akar rumput dikembangkan oleh Smith, Stanley & Shores pada tahun 1957. Model akar rumput atau disebut dengan the grass roots model berbeda dengan rekayasa model administrasi. Misalnya model ini diawali oleh guru, pembina disekolah dengan mengabaikan metode pembuatan keputusan kelompok secara demokratis dan dimulai dari bagian-bagian yang lemah kemudian diarahkan untuk memperbaiki kurikulum tertentu yang lebih spesifik atau kelas-kelas tertentu. Dalam model ini didasarkan pada pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna pengajaran dikelasnya. Jadi bedanya pada bila model Administrasi bersifat sentralisasi pada model akar rumput ini bersifat desentralisasi. Hal ini memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya akan menghasilkan manusia-manusia yang mandiri dan kreatif. Orientasi yang demokratis dari rekayasa ini bertanggung jawab membangkitkan 2 asumsi yang sangat penting yaitu : 1. bahwa kurikulum hanya dapat diterapkan secara berhasil apabila guru dilibatkan secara langsung dengan proses pembuatan dan pengembangannya. 2. bukan hanya para profesional, tetapi murid, orang tua, anggota masyarakat lain harus dimasukkan dalam proses pengembangan kurikulum. Prinsip-Prinsip Model Akar Rumput Guru sebagai kunci dalam rekayasa kurikulum yang efektif, digambarkan pada 4 prinsip dibawah ini : 1. kurikulum akan baik apabila kemampuan profesional guru baik. 2. Kompetensi guru akan membaik apabila guru terlibat secara pribadi dalam masalah perbaikan/revisi kurikulum. 3. Jika guru ikut serta dalam membentuk tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam memilih, mendefinisikan, memecahkan masalah yang akan dihadapi, mempertimbangkan dan menilai hasil maka keterlibatannya paling terjamin. 4. Setiap orang yang bertemu dalam kelompok dan bertatap muka, mereka akan dapat memahami satu sama lain dengan lebih baik dan mencapai suatu konsensus berdasarkan prinsip-prinsip dasar, tujuan dan rencana. (Stanley, Smith and Shores 1957:429) Prinsip ini bersifat operasional, karena guru didorong untuk bekerja secara kooperatif dalam merencanakan kurikulum baru. Dorongan terjadi bila pihak administrator menyediakan jabatan, waktu luang, material dan rangsangan lain yang kondusif terhadap perencanaan kurikulum. Kelebihan Model Akar Rumput Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kelebihan dari Model Akar Rumput ini adalah pengikutsertaan semua komponen sekolah dari kepala sekolah, guru, siswa bahkan orang tua siswa. Meskipun dalam hal ini tidak mengetahui apakah itu kurikulum akan tetapi demi tanggung jawab dan kepentingan dari siswa maka hal-pengembangan kurikulum yang dilakukan harus melibatkan orang tua siswa. Kelemahan Model Akar Rumput Kelemahan model ini adalah menerapkan metode partisipasi yang demokratis dalam proses yang khusus, bersifat teknis yang kompleks. Ini tidak berarti bahawa keputusan masyarakat umumnya tidak perlu diperhatikan atau para guru tidak boleh diberi peran dalam rekayasa kurikulum. Ini hanya untuk menyatakan bahwa peran dasar pemikiran satu suara tidak atau belum tentu menghasilkan sesuatu yang terbaik dalam suatu situasi, otoritas tertentu amat diperlukan. Namun perlu diingat bahwa model ini lebih memberikan konstribusi awal dalam memperkuat landasan pembuatan keputusan kurikulum dan dalam hal itu model ini bertanggung jawab terhadap keinginan-keinginan masyarakat. Modifikasi Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Diberi nama Grass root karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah : 1.Perencana 2.Pelaksana 3.Penyempurna dari pengajaran di kelasnya Dari beberapa kajian di atas, maka dapat ditemukan ciri-ciri dari grass root model yaitu : Guru memiliki kemampuan yang professional. Keterlibatan langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi. Muncul konsensus tujuan, prinsip prinsip maupun rencana rencana diantara para guru. Bersifat desentralisasi dan demokratis Pengembang Kurikulum Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi yaitu administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus menerus turut terlibat dalam pengembangan

kurikulum adalah administrator, guru dan orang tua. 1. Peranan para administrator pendidikan : Para administrator pendidikan terdiri atas : a. Direktur bidang pendidikan b. Kepala pusat pengembangan kurikulum c. Kepala kantor wilayah d. Kepala kantor kabupaten, kecamatan e. Kepala Sekolah Peran para administrator di tingkat pusat ( direktur dan kepala pusat ) yaitu : 1) Menyusun dasar-dasar hukum 2) Menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum 3) Atas dasar dari peranan para administrator pusat, maka para administrator daerah ( kepala kantor wilayah, kabupaten, kecamatan, kepala sekolah ) mengembangkan kurikulum sekolah bagi daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan daerah. Para kepala sekolah ini sesungguhnya yang secara terus-menerus terlibat dalam dalam mengembangkan dan mengimplementasi kurikulum, memberikan dorongan dan bimbingan kepada guru-guru. Walaupun dapat mengembangkan kurikulum sendiri, tetapi dalam pelaksanaannya sering harus didorong dan dibantu oleh para administrator. Administrator lokal harus bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mengkomunikasikan sistem pendidikan kepada masyarakat, serta mendorong pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di kelas. Peranan kepala sekolah lebih banyak berkenaan dengan implementasi kurikulum di sekolahnya. Kepala sekolah juga mempunyai peranan kunci dalam menciptakan kondisi untuk pengembangan kurikulum di sekolahnya. Ia merupakan figur kunci di sekolah, kepemimpinan kepala sekolah sangat mempengaruhi suasana sekolah dan pengembangan kurikulum. 2. Peranan para ahli Mengacu pada kebijaksanaan yang ditetapakan pemerintah, maka peranan para ahli yakni a. Memberikan alternatif konsep pendidikan dan model kurikulum yang dipandang paling sesuai dengan keadaan dan tuntuatan di atas. b. Berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum baik dalam tingkat pusat maupun pada tingkat daerah, lokal bahkan sekolah. c. Memilih materi bidang ilmu yang mutakhir dan sesuai dengan pengembangan tuntutan masyarakat. d. Menyusun materi ajaran dalam sekuens yang sesuai dengan struktur keilmuan, tetapi sangat memudahkan para siswa untuk mempelajarinya. 3. Peranan Guru. Guru memegang peranan yang sangat penting baik di dalam perencanaan maupu pelaksanaan kurikulum. Beberapa peran guru sebagai berikut : a. Sebagai perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. b. Sebagai penerjemah kurikulum yang datang dari atas. c. Mengolah, meramu kembali kurikulum dari pusat untuk disajikan di kelasnya. d. Melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum. e. Menilai perilaku dan prestasi belajar siswa si kelas f. Menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih luas g. Sebagai seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar, pencoba, penyusunan organisasi, manager sistem pengajaran h. Pembimbing baik di sekolah maupun di masyarakat dalam hubungannya dengan pelaksanan pendidikan seumur hidup i. Sebagai pelajar dalam masyarakatnya j. Menciptakan kegiatan belajar mengajar, situasi belajar yang aktif yang menggairahkan yang penuh kesungguhan dan mampu mendorong kreativitas anak. 4. Peranan orang tua murid. Peranan orang tua murid dalam pengembng kurikulum yaitu : Melalui pengamatan dalam kegiatan belajar di rumah, laporan sekolah, partisipasi dalam kegiatan sekolah dalam bentuk pelaksanaan kegiatan belajar yang sewajarnya, minat yang penuh, usaha yang sungguh-sungguh. Kegiatan kegiatan tersebut akan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum. 1. A. MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, T. dkk 2009: 74). Pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori yang tepat agar kurikulum yang berhasil bisa efektif. Seperti dalam pernyataan di atas, bahwasanya model pengembangan kurikulum merupakan alternatif dalam mendesain, menerapkan dan mengevaluasi serta tindak lanjut dalam pembelajaran. Banyak model pengembangan kurikulum yang telah ada, dan masing-masing dari model pengembangan kurikulum memiliki karakteristik yang sama, yang mengacu berbasis pada tujuan yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial. Sedangkan dalam praktiknya, model pengembangan kurikulum cenderung lebih menekankan pada isi materi yang sistematik dan logis, dan implementasinya pada kehidupan masyarakat sering diabaikan. Agar dapat mengembangkan kurikulum yang baik, sebaiknya para ahli kurikulum memahami dengan terperinci berbagai model pengembang kurikulum. Yang dimaksud dengan model pengembang kurikulum adalah langkah atau prosedur yang sistematis dalam penyusunan kurikulum. Sehingga terjadi keseimbangan antara teori dan praktik mengenai kurikulum. Hal tersebut diharapkan dapat terwujudnya kurikulum yang ideal dan optimal. Dalam makalah ini, akan dijelaskan mengenai

beberapa model pengembangan kurikulum seperti model Tyler, Administratif, Grassroot, Demonstrasi, Seller dan Miller, Taba dan model Beauchamp. 1. 1. Model Ralph Tyler Model pengembangan kurikulum yang ditemukan Tyler diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah : 1. Tujuan pendidikan apa yang dicapai oleh sekolah? b. Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan? c. Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan? d. Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai? Berdasar pada empat pertanyaan tersebut, Tyler merumuskan empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yaitu meliputi: a. Menentukan Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harsu dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas dan terperinci. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu: 1) hakikat peserta didik, 2) kehidupan masyakat masa kini, dan 3) pandangan para ahli bidang studi. Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasar kepada ketiga aspek diatas, selanjutnya difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan filosofis pendidikan serta psikologi belajar. Ada lima faktor yang menjadi arah penentuan tujuan pendidikan, yaitu: pengembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial. 1. Menentukan Proses Pembelajaran Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Pengalaman peserta didik akan sangat membantu dalam terwujudnya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan pendidikan atau sumber belajar, yang tujuannya untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga muncul perilaku yang utuh. 1. Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar Pengalaman belajar sangat dipengaruhi oleh tahapan-tahapan dan isi atau materi belajar. Tahapan-tahapan belajar yang tersusus dengan rapi akan sangat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran. Kejelasan materi dan proses pembelajaran akan memberikan gambaran mengenai jenis evaluasi yang akhirnya dapat digunakan. 1. Menentukan Evaluasi Belajar Menentukan evaluasi belajar yang cocok merupakan tahap akhir dalam model Tyler. Dalam menentukan evalusi belajar hendaknya mengacu pada tujuan pembelajaran, materi pembelajaran serta proses pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu, hendaknya merujuk pula pada prinsip-prinsip evaluasi yang ada. 1. 2. Model Administratif

Pengembangan kurikulum ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah ( top down) atau staff lini (line-staff procedure), artinya dalam pengembangan kurikulum ini terdapat beberapa tahapan secara prosedural yang harus ditempuh dengan dibantu oleh beberapa tim tertentu. Langkah pertama adalah pembentukan ide awal yang dilaksanakan oleh para pejabat tingkat atas, yang membuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangagn kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu: ahli pendidikan, kurikulum, disiplin imu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja. Tim ini bertugas untuk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan, maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara opersional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan maupun pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-rambu dan substansi materi pembelajaran, menyusun alternatif proses pembelajaran, dan menentukan penilaian pembelajaran. Langkah ketiga, kurikulum yang sudah selesai disusun kemudian diajukan untuk diperiksa dan diperbaiki oleh tim pengarah. Tim ini melakukan penyesuaian antara aspek-aspek kurikulum secara terkoordinasi dan menyiapkan secara sistem dalam rangka uji coba maupun dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan (desiminasi). Setelah perbaikan dan penyempurnaan, kurikulum tersebut perlu diujicobakan secara nyata di beberapa sekolah yang diangga representatif. Pelaksana uji coba adalah tenaga professional yang tidak dilibatkan dalam penyusunan kurikulum. Supaya uji coba tersebut menghasilkan masukan yang efektif maka diperlukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang fungsinya untuk memperbaiki atau menyempurnakan berdasarkan pelaksanaan di lapangan. Kelemahan dari model administratif adalah kurikulum ini bentuknya seragam dan bersifat sentralistik, sehingga kurang sesuai jika diterapkan dalam dunia pendidikan yang menganut asas desentralisasi. Selain dari pada iti, kurikulum ini kurang tanggap terhadap perubahan nyata yang dihadapi para pelaksana kurikulum di lapangan. 1.

3. Model Grass Roots


Pengembangna kurikulum model ini adalah kebalikan dari model administratif. Model Grass Roots adalah model pengembangan kurikulum yang dimulai dari bawah. Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini diawali atau dimulai dari gagasan dan ide guru-guru sebagai tim pengajar. Model ini lebih demokratis karena digagas sendiri oleh pelaksana di lapangan, sehingga perbaikn bisa dimulai dari unit yang paling terkecil dan spesifik hingga ke yang lebih besar. Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatian dalam menerapkan model pengembangan grass roots ini, yaitu: a. guru harus memiliki kemampuan yang professional, b. guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum dan penyelesaian masalah kurikulum, c. guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan evalusi, d. seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum yang akan berdampak terhadap pemaham guru dan akan menghasilkan konsesus tujuan, prinsip, maupun rencana-rencana. Model pengambangan kurikulum ini dapat dikembangakan pada lingkup luas maupun dalam lingkup yang sempit. Dapat berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi dapat pula digunakan untuk beberapa bidang studi maupun pada beberapa sekolah yang lebih luas. dalam prosesnya, guru-guru harus mampu melakukan kerja operasional dalam pengembangan kurikulum secara kooperatif sehingga dapat menghasilkan suatu kurikulum yang sistemik. Oleh karena itu pengembangan kurikulum model ini sangat membutuhkan dukungan moril maupun materil yang bersifat kondusif dari pihak pimpinan. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, di antaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cenderung banyak mengabaikan kebijakan pusat.

1.

4. Model Demostrasi Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (grass roots). Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skal kecil yang selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk mpdel pengembangan ini. Pertama, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Unit-unit ini melakukan suatu proyek melalui kegiatan penelitian dan

pengembangan untuk menghasilkan suatu model kurikulum. Hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapt digunakan pada lingkungan sekolah yang lebih luas. pengembangan model ini biasanya diprakarsai oleh pihak Departemen Pendidikan dan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam rangka inovasi dan perbaikan suatu kurikulum. Kedua, dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba dan mengadakan pengembangan secara mandiri. Pada dasarnya guru-guru tersebut mencobakan yang dianggap belum ada, dan merupakan suatu inovasi terhadap kurikulum, sehingga berbeda dengan pengembangan yang berlaku, dengan harapan akan ditemukan pengembangan kurikulum yang lebih baik dari yang ada. Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, diantaranya adalah: a. kurikulum ini lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah, b. perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikulum yang sangat luas dan kompleks, c. hakekat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan, d. model ini akan menggerakkan inisiatif, kreatifitas guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program baru. 1. 5. Model Miller-Seller Pengembangan kurikulum ini ada perbedaan dengan model-model sebelumnya. model pengembangan kurikulum MillerSeller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Tabas & Robinson), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut: 1. Klarifikasi Orientasi Kurikulum Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis, psikologos, dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan. Menurut Miller dan Seller, ada tiga jenis orientasi kurikulum yaitu tranmisi, transaksi, dan transformasi. b. Pengembangan Tujuan Langkah selanjutnya adalah mengembangkan tujaun umum dan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum dalam konteks ini adalah merefleksikan pandangan orang (image person) dan pandangan (image) kemasyarakatan. Tujuan pengembangan merupakan tujuan yang masih relative umum. Oleh karena itu, perlu dikembangkan tujuan-tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional. 1. Identifikasi Model Mengajar Pada tahap ini pelaksana kurikulum harus mengidentifikasi strategi mengajar yang akan digunakan yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam menentukan model mengajar yang akan digunakan, yaitu: 1) Disesuaikan dengan tujuan umum maupun tujuan khusus. 2) Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa. 3) Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh, sudah dilatih, dan mendukung model. 4) Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model. 1. Implementasi Implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan komponen-komponen program studi, identifikasi sumber, pernana, pengembangan professional, penetapan waktu, komunikasi, dan sistem monitoring. Langkah ini merupakan langkah akhir dalam pengembangan kurikulum. Prosedur orientasi yang dibakukan pada umumnya tidak sesuai dengan kurikulum transformasi, sebaliknya kurikulum transmisi pada umumnya menggunakan teknik-teknik evaluasi berstruktur dalam menilai kesesuaian antara pengelaman-pengalaman, strategi be;ajar dan tujuan pendidikan. 1.

6. Model Taba (Inverted Model)

Model Taba merupakan modifikasi model Tyler. Modifikasi tersebut penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru. Menurut Taba, guru harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai innovator dalam pengembang kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba. Dalam pengembangannya, model ini lebih bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional yang deduktif. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru. Dalam kegitaan ini perlu mempersiapkan (1) perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat, (2) eksperimen harus dilakukan di dalam kelas agar menghasilkan data empiric dan teruji. b. Menguji unit eksperimen. Unit yang dihasilkan pada langkah pertama diujicobakan di kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data untuk penyempurnaan. c. Mengadakan revisi dan konsolidasi Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan berdasarkan data yang dihimpun sebelumnya. selain perbaikan dan penyempurnaan, dilakukan juga konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan pada hal-hal yang bersifat umum dan konsisten teori yang digunakan. d. Pengembangan keseluruhan kurikulum (developing a framework). Langkah ini merupakan tahap pengkajian kurikulum yang telah direvisi. e. Implementasi dan desiminasi. Dalam tahap ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah, dan dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permasalaham yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan di lapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. 1. 7. Model Beauchamp Model ini dikembangakan oleh George A. Beuchamp, seorang ahli kurikulum. Menurut Beauchamp, proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap yaitu: a. Menentukan area atau wilayah akan dicakup oleh kurikulum Penentuan tahap ini ditentukan pemegang wewenang yang dimiliki pengambil kebijakan dibidang kurikulum. b. Menetapkan personalia Tahap ini menentukan siapa saja orang yang akan terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang sebaiknya dilibatkan, yaitu: para ahli pendidikan atau kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan ahli bidang studi; para ahli pendididkan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih; para professional dalam bidang pendidikan; professional lain dan tokoh masyarakat. c. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum Langkah ini berkenaan dengan prosedur dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, juga dalam menentukan desain kurikulum secara keseluruhan. d. Implementasi kurikulum Tahap ini yaitu pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan oleh tim pengembang. Dalam pelaksanaan kurikulum dibutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, manajerial dan kepemimpinan sekolah. e. Evaluasi kurikulum Hal-hal penting yang dievaluasi yaitu: pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru, desain kurikulumnya, hasil belajar siswa, keseluruhan dari sistem kurikulum.

Label: Kuliah, Kurikulum Pendidikan Kejuruan, Semester 2, Tugas kuliah, UM |

Model-Model Pengembangan Kurikulum dan Fungsinya Bagi Guru


22 Okt A. Latar Belakang Sebagai pelaku pendidik guru dituntut untuk mengetahui dan memahami tentang kurikulum, karena pemahaman guru tentang kurikulum merupakan salah satu unsur kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang salah satu adalah kemampuan dalam pengembangan kurikulum. Pada tahun 2006 pemerintah menetapkan pemberlakuan tentang kurikulum baru yaitu dari KBK menjadi KTSP. Kurikulum ini merupakan inovasi baru dalam dunia pendidikan Indonesia, karena adanya KTSP guru dituntut kemampuannya dalam menyusun kurikulum sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah yang lebih dikenal dengan sistem Desentralisasi. Tetapi pada kenyataan dilapangan SDM guru kurang untuk menjabarkan KTSP, hal ini disebabkan karena masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsep, penyusunan maupun praktek dilapangan. Padahal dalam KTSP guru dituntut dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan yang ada, oleh karena itu guru harus memahami terlebih dahulu konsep-konsep kurikulum terutama dalam pengembangan model-model kurikulum karena model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Atas dasar diatas maka makalah ini membahas tentang beberapa model pengembangan kurikulum sebagai sumbangan pemikiran pengetahuan dalam proses mengembangkan kurikulum, khususnya bagi yang berkepentingan dalam mendalami model-model tersebut. B. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction) bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Sedangkan Model menurut Good dan Travers adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Rivett (1972) menyatakan bahwa model adalah hubungan sebuah logika secara, salah satunya kualitatif atau kuantitatif, yang memberikan relevansi pada masa mendatang. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengembangan Model Kurikulum adalah suatu sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada yang memberikan relevansi pada masa mendatang. Nadler mengatakan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong sipenggguna untuk mengerti dan memahami suatu proses yang mendasar dan menyeluruh. C. Model-Model Pengembangan Kurikulum

Berdasarkan perkembangan para ahli kurikulum, dewasa ini telah banyak menyajikan modelmodel pengembangan kurikulum. Dimana setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai dengan pendekatannya. Dalam makalah ini hanya beberapa model yang disajikan, dan guru dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan. Model-model pengembangan kurikulum dari berbagai pendapat antara lain adalah: 1. Model Oliva Menurut Oliva suatu model kurikulum haruslah simpel, komprehensif dan sistematik. Meskipun model ini menggambarkan beberapa proses yang berasumsi pada model sederhana tetapi model ini terdiri dari duabelas komponen yang saling terkait satu dengan yang lain. Keduabelas komponen ini menggambarkan langkah-langkah pengembangan kurikulum yang komprehensif. Model ini terdiri dari tiga tahap yaitu pada komponen I-IV dan VI-IX adalah tahap perencanaan, komponen V adalah tahap perencanaan dan operasional, dan kompenen X-XII adalah tahap operasional. Wina Sanjaya meringkaskan model ini seperti pada gambar: Gambar Model Oliva 2. Model Murray Print Menurut Murray Print ada dua bentuk dasar dalam model pengembangan kurikulum yaitu rasional dan dinamis. Model yang rasional biasanya berbentuk urutan yang kaku dan tidak berubah dalam menjelaskan proses kurikulum yang dimulai dari tujuan, isi, metode dan evaluasi. Sedangkan yang dinamis lebih melihat proses kurikulum sebagai sesuatu yang fleksibel, interaktif dan dapat dimodifikasi. Model ini terdiri dari tiga tahap yaitu pengorganisasian, perkembangan dan aplikasi. Seperti pada gambar: Gambar Model Murray Print 3. Model Tyler Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk pengembangan kurikulum yaitu: pertama berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, kedua berhubungan dengan pengalaman belajar, ketiga pengorganisasian pengalaman belajar, keempat berhubungan dengan evaluasi. Model ini digambarkan sebagai berikut: Gambar Model Tyler 4. Model Beauchamps Model ini lebih dikenal dengan sistem Beauchamps, karena memang diciptakan dan dikembangkan oleh Beauchamp yang seorang ahli kurikulum. Dalam model ini dikemukakan lima tahap dalam pengembangan kurikulum, yaitu menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan melakukan perubahan kurikulum, menetapkan personalia yang terlibat dalam pengembangan kurikulum dan hal ini disarankan oleh Beauchamp agar melibatkan seluasluasnya para tokoh dimasyarakat, organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum, implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum. 5. Model Wheeler Model pengembangan kurikulum ini bentuknya melingkar, dan proses pengembangannnya terjadi secara terus menerus. Dalam model ini terdapat lima tahap dimana setiap tahapnya

merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya. Jadi jika tahap pertama belum selesai maka tahap kedua tak dapat dilakukan, begitu juga seterusnya. Tetapi jika semua tahap telah selesai dikerjakan maka akan kembali lagi ketahap awal, sehingga model pengembangan ini membentuk siklus. Jadi komponen-komponen pengembangannya saling bergantung satu dengan yang lain. Model ini dimulai dengan tahap menentukan tujuan umum dan khusus, menentukan pengalaman belajar yang dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama, menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar, mengorganisasikan atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau metri belajar, melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan. Hal ini dapat digambar seperti: Gambar Model Wheeler 6. Model Nicholls Howard Nicholls menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemenelemen kurikulum yang berbentuk siklus dan model ini menggunakan pendektan seperti model Wheeler. Model ini digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi. Ada lima langkah dalam pengembangan model ini yaitu: analisis situasi, menentukan tujuan khusus, menentukan dan mengorganisasikan isi pelajaran, menentukan dan mengorganisasikan metode, dan evaluasi. 7. Model Dinamik Model ini dikembangkan oleh Walker dan Skilbeck, model ini tidak mengikuti pola urutan (sequence) tertentu. Model Dinamik adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah. Menurut Walker ada tiga tahap dalam model ini yaitu pernyataan flatform melalui gagasan, preferensi, sudut pandang, keyakinan dan nilai; Deliberasi atau pertimbangan mendalam, yang merupakan sekumpulan interaksi kompleks dan acak yang pada akhirnya mencapai suatu jumlah karya latar belakang sebelum kurikulum didesain, pengembang kurikulum mengambil keputusan-keputusan mengenai berbagai komponen proses (unsur kurikulum). Sedangkan menurut Skilbeck model dinamik ini diperuntukkan untuk guru yang ingin mengembangkan kurikulum, untuk itu guru perlu mengetahui lima tahapan dalam model ini, yaitu menganalisis situasi, memformulasikan tujuan, menyusun program, interpreatasi dan implementasi, dan monitoring, feedback, penilaian dan rekonstruksi. Seperti pada gambar: Gambar Model Dinamik 8. Model Electik Zais Model ini dikembangkan oleh Robert S.Zais, yang terdiri dari komponen kurikulum dan landasan kurikulum yang cukup kuat mempengaruhi hakekat dan desain kurikulum. Landasan ini berhubungan dengan perencanaan yang dibutuhkan dalam mempertimbangkan pengembangan kurikulum. Model elektik Zais digambarkan seperti: Gambar Model Electik Zais 9. Model Taba Berbeda dengan yang dikembangkan oleh Tyler, model ini lebih menitikberatkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan.

Model ini bersifat induktif yang merupakan inversi atau arah balik dari model tradisional, sehingga model ini dapat mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru. Dalam model ini terdapat lima langkah yang merupakan model pengembangan kurikulum terbalik, yaitu: a. Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah: mendiagnosa kebutuhan, memformulasikan kebutuhan, memilih isi, mengorganisasi isi, memilih pengalaman belajar, mengorganisasi pengalaman belajar, menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa. b. Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya. c. Merevisi dan mengonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba. d. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum. e. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji. D. Fungsi Model Pengembangan Kurikulum Bagi Guru Menurut pendapat Oemar Hamalik Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatankesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah peubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Sedangkan kesempatan belajar yang dimaksud adalah hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan lingkungan dimana belajar yang diinginkan diharapkan terjadi. Ini terjadi bahwa semua kesempatan belajar direncanakan oleh guru, bagi para siswa sesungguhnya adalah kurikulum itu sendiri. Oleh karena itu dalam memahami pengembangan kurikulum dengan lebih baik lagi guru dapat terlebih dahulu mempelajari model-model pengembangan kurikulum agar lebih mudah mempelajari bagaimana cara mengembangkan kurikulum tersebut. Menurut Nadler model yang baik adalah model yang dapat menolong sipengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyuluruh. Hal ini berarti model pengembangan kurikulum yang baik adalah model yang dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mengembangkan kurikulum dilapangan. Berkenaan dengan model-model pengembangan kurikulum, maka fungsi model pengembangan kurikulum bagi guru adalah: 1. Sebagai pedoman bagi guru untuk memilih model pengembangan yang sesuai dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum di lapangan. 2. Sebagai bahan pengetahuan untuk melihat lahirnya bagaimana sebuah kurikulum tercipta dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan di lapangan, yang mungkin selama ini guru hanya mengetahui bahwa kurikulum itu sebagai sesuatu yang siap saji., padahal melalui proses yang panjang sesuai dengan model mana yang dipilih oleh pengembang kurikulum atau pengambil kebijaksanaan. 3. Sebagai bahan untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan visi, misi, karakteristik, dan sesuai dengan pengalaman belajar yang diharapkan atau dibutuhkan oleh siswa. 4. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang merupakan bagian tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. 5. Sebagai bahan untuk melihat perbandingan dan keberhasilan tentang model pengembangaan kurikulum yang digunakan suatu sekolah, yang nantinya diharapkan untuk memperbaiki kurikulum yang dilaksanakan.

E. Kesimpulan 1. Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum dan dengan mempelajari model-model pengembangan kurikulum dapat memudahkan dalam melakukan pengembangan kurikulum. 2. Pada saat ini banyak para ahli yang mengemukakan tentang model-model pengembangan kurikulum, tetapi setiap model pengembangan tersebut memiliki karakteristik yang berbedabeda, juga memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan masing-masing model arahan pengembangannya berbeda-beda ada yang menitikberatkan pada pengambil kebijaksanaan, pada perumusan tujuan, perumusan isi pelajaran, pelaksanaan kurikulum itu sendiri dan evaluasi kurikulum. 3. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum sebaiknya perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut dan mempertimbangkan model pengembangan kurikulum yang sesuai dengan yang diharapkan. 4. Model-model kurikulum akan berkembang terus seperti kurikulum yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan. F. Saran 1. Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk memiliki sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan kurikulum karena kurikulum merupakan nadi penggerak dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, penelitian atau memperkaya diri dengan melalui bahan bacaan, internet dan sebagainya. 2. Diharapkan dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru dapat mengembangkan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada dengan memilih model pengembangan kurikulum yang tepat sehingga diharapkan dengan pilihan tersebut dapat mengimplementasikannya dalam pengembangan kurikulum di sekolah. 3. Dengan memahami model-model pengembangan kurikulum dengan baik guru lebih peka memperhatikan kebutuhan-kebutuhan lingkungan sekitarnya sehingga dalam pelaksanaan perancangan KTSP benar-benar karya sendiri bukan copy paste dari KTSP sekolah lain. 4. Makalah ini sangat terbatas dalam menyajikan model-model pengembangan kurikulum dan masih banyak lagi model-model pengembangan kurikulum yang belum, oleh karena itu perlu dicari tahu lagi yang lainnya. DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya. Hamalik, Oemar. (2008). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya. Henson, K.T. (1995). Curriculum Development for Education Reform. New York: Longman. Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana. Sukmadinata, N.S. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya.

Print, Murray. (1993). Curriculum Development and Design. Sydney: Allen & Unwin. Oliva, Peter. (1992). Developing Curriculum. New York: Harper & Publishers.

Anda mungkin juga menyukai