Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dengan hak asasi manusia (HAM).

HAM ada melekat pada manusia, apabila HAM dihilangkan berarti hilanglah kemanusiaannya seorang manusia. Oleh karenanya, HAM bersifat fundamental maka adanya merupakan keharusan, siapapun tidak dapat mengganggu dan setiap orang harus memperoleh perlindungan HAM-nya. Bagaimana ini kaitannya dengan kesehatan reproduksi. HAM yang kita kenal sekarang berasal dari sejarah panjang berlatar belakang budaya barat, yang muaranya pada Universal Declaration of Human Rights, yang ditandatangani PBB pada 10 Desember 1948. Menjadi tonggak sejarah perjuangan HAM yang diakui dan harus dilindungi oleh negara-negara anggota PBB. Perkembangannya, HAM menjadikan kepatuhan bagi negara yang harus melindungi semua rakyatnya. Hal ini menampakkan pada tata pergaulan antar bangsa, HAM berposisi sebagai isu global, keberadaban suatu bangsa atau negara diukur dari jaminan HAM terhadap warganya. Negara dengan para penguasanya yang tidak memberikan perlindungan HAM atau justru dikategorikan negara tak beradab. Tren kekinian yang juga berentetan jauh kebelakang dengan tradisi dan budaya masyarakat di negara-negara telah terjadi diskriminasi ataupun dominasi dari sekelompok orang terhadap kelompok lainnya, utamanya berkaitan dengan jenis kelamin, sehingga menimbulkan penindasan dan kesewenang-wenangan terhadap HAM, melakukan penindasan terhadap HAM dapat

dan wanitalah yang menjadi korban. Dalam hal ini terkait dengan masalah reproduksi pada wanita, yang mengganggu atau merugikan kesehatannya, sehingga tidak ada jaminan tentang hak-reproduksi. Kemudian, telah muncul berbagai upaya dan perjuangan untuk menentang penindasan dan kesewenangan tersebut, yakni perjuangan penyetaraan jender. Dalam konteks seperti itu, menjadi penting pemahaman HAM yang akan dikaitkan dengan kesehatan reproduksi. B. Rumusan Masalah 1. Apa perngertian hak asasi manusia ? 2. Apa saja peraturan perundangan yang terkait degan hak asasi manusia ? 3. Apa pengertian kesehatan reproduksi ? 4. Apa saja hak yang terkait dengan kesehatan reproduksi ? 5. Apa saja prinsip dasar dalam hak seksual dan produksi ? 6. Apa saja hal yang terkait dengan kesehatan reproduksi ?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui perngertian hak asasi manusia 2. Untuk mengetahui peraturan perundangan yang terkait degan hak asasi manusia 3. Untuk mengetahui pengertian kesehatan reproduksi 4. Untuk mengetahui hak yang terkait dengan kesehatan reproduksi 5. Untuk mengetahui prinsip dasar dalam hak seksual dan produksi 6. Untuk mengetahui hal yang terkait dengan kesehatan reproduksi

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan, yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun. Selanjutnya manusia juga mempunyai hak dan tanggungjawab yang timbul sebagai akibat perkembangan kehidupannya dalam

masyarakat (Pembukaan, Tap. No. XVII/MPR/1998). Adapun menurut UU HAM, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan kebebasan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 butir 1). B. Peraturan Perundangan yang Terkait degan Hak Asasi Manusia Dalam peraturan-perundangan yang berlaku di Indonesia sudah mengatur mengenai HAM di antaranya : 1. UUD 1945 , Pasal 27, 28, 29, dan 31 (UUD RIS 1949 dan UUDS 1950, ketentuan mengenai HAM lebih komplit) 2. Tap. No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia,

3. UU No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita, 4. Kep.Pres. No. 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 5. UU No. 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia, 6. Kep. Pres. No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, 7. Kep. Pres. No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia Indonesia, 8. UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. 9. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, 10. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, C. Pengertian Kesehatan Reproduksi 1. Menurut Drs. Syaifuddin kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan perempuan yang khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan ovarium menghasilkan sel kelamin perempuan. 2. Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan

persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal. 3. Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. 4. Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.

D. Hak yang Terkait dengan Kesehatan Reproduksi Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik lakilaki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dll) untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga, dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan waktu kelahiran anak dan akan melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia internasional (Depkes RI, 2002).

1. Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan secara


praktis, antara lain :

a. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin keselamatan dan keamanan klien. b. Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai individu) berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah kesehtan reproduksi. c. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tak melawan hukum. d. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang

dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat. e. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan yang didasari penghargaan f. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama tanpa unsure pemaksaan, ancaman, dan kekerasan. g. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam menjalani kehidupan seksual yang bertanggungjawab

h. Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah, lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.

2. Menurut ICPD (1994) hak-hak reproduksi antara lain :


a. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi. b. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi c. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi d. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan e. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak f. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya

g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual h. Hak mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi i. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya j. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

k. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi l. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

3. Menurut Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual adalah: a. Hak untuk hidup b. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan

c. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi d. Hak privasi e. Hak kebebasan berpikir f. Hak atas informasi dan edukasi g. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga

h. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak i. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan j. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan k. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik l.
Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

E. Prinsip Dasar dalam Hak Seksual dan Produksi 1. bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari siksaan dan kejahatan fisik, juga untuk menikmati potensi tubuh mereka bagi kesehatan, kelahiran, dan kenikmatan seks aman, 2. personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai aktor dan pengambil keputusan dalam masalah seksual dan reproduksi dan sebagai subyek dalam kebijakan terkait, 3. equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antar perempuan itu sendiri, bukan hanya dalam hal menghentikan diskriminasi gender, ras, dan kelas, melainkan juga menjamin adanya keadilan sosial dan kondisi yang menguntungkan bagi perempuan, misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi,

4. diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas yang dimiliki oleh para wanita dan yang didefinisikan sendiri oleh wanita sesuai dengan keberadaannya sebagai pribadi dan anggota masyarakat tertentu. F. Hak yang Terkait dengan Kesehatan Reproduksi 1. Deklarasi Universal HAM 1948 : a. Hak kebebasan mencari jodoh dan membentuk keluarga, b. Perkawinan harus dilaksanakan atas dasar suka sama suka (Pasal 16). c. Hak kebebasan atas kualitas hidup untuk jaminan kesehatan dan keadaan yang baik untuk dirinya dan keluarganya (Pasal 25). 2. UU No. 7 Tahun 1984 (Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Wanita): a. Jaminan persamaan hak atas jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, termasuk usaha perlindungan terhadap fungsi melanjutkan keturunan (Pasal 11 ayat 1 f). b. Jaminan hak efektif untuk bekerja tanpa diskriminasi atas dasar perkawinan atau kehamilan (Pasal 11 ayat 2). c. Penghapusan diskriminasi di bidang pemeliharaan kesehatan dan jaminan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan KB (Pasal 12). d. Jaminan hak kebebasan wanita pedesaan untuk memperoleh fasilitas pemeliharaan kesehatan yang memadai, termasuk penerangan, penyuluhan dan pelayanan KB (Pasal 14 ayat 2 b). e. Penghapusan diskriminasi yang berhubungan dengan perkawinan dan

hubungan kekeluargaan atas dasar persamaan antara pria dan wanita (Pasal 16 ayat 1).

3. Tap. No. XVII/MPR/1998 tentang HAM a. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah (Pasal 2). b. Hak atas pemenuhan kebutuhan dasar untuk tumbuh dan berkembang secara layak (Pasal 3). c. Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin (Pasal 27). d. Dalam pemenuhan hak asasi manusia, laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama (Pasal39). 4. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM

a. Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan


melalui perkawinan yang sah (Pasal 10).

b. Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan
berkembang secara layak (Pasal 11).

c. Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu (Pasal 30).

d. Hak wanita dalam UU HAM sebagai hak asasi manusia (Pasal 45). e. Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan
pekerjaan / profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita (Pasal 49 ayat 2).

f. Hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya,
dijamin dan dilindungi oleh hukum (Pasal 49 ayat 3).

g. Hak dan tanggungjawab yang sama antara isteri dan suaminya dalam ikatan
perkawinan (Pasal 51 ).

Anda mungkin juga menyukai