Anda di halaman 1dari 43

1.

Pendahuluan

1.1 Contingency Plan


A. Pengertian
Tingkat kesiagaan yang
ditunjukkan oleh seluruh aparat terkait dengan kemungkinan terjadinya bencana.

Bakornas Penanggulangan Bencana 2006 : Suatu proses


perencanaan ke depan dalam keadaan yang tidak menentu dimana skenario dan tujuannya disepakati, Tindakan teknis dan manajerial ditetapkan dan sistem tanggapan dan pengarahan potensi disetujui Bersama untuk mencegah tau menaggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat atau krisis.

b. Tujuan
Pedoman penanganan bencana letusan G. Merapi pada saat tanggap darurat bencana yang cepat dan efektif serta sebagai dasar memobilisasi sumber daya para pemangku kepentingan (stake holder) yang mengambil peran dalam penyusunan kontijensi plan.

1.2 Latar Belakang


Kota Bukittinggi dikenal dengan KOTA TRIARGA, julukan ini muncul karena kondisi geografis kota yang dikelilingi oleh 3 gunung yaitu Gunung Singgalang, Gunung Merapi dan Gunung Sago.

Kota Bukittinggi terdiri dari 3 Kec. yang terbagi dalam 24 Kel.

Kec.Mandiangin Koto Selayan


merupakan kecamatan terluas 12,16 km yang terdiri atas 9 kelurahan. Kec Guguk Panjang 6,83 km dari 8 kel. Sedangkan kec terkecil adalah Kec Aur Birugo Tigo Baleh yang memiliki luas 6,25 km, terdiri dari 8 kel.

B. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk

Kota Bukittinggi tercatat sebesar


107.805 jiwa/km dengan tingkat kepadatan 4271 jiwa per km. Kepadatan penduduk Kota Bukittinggi tidak merata, kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kec Guguk Panjang dengan kepadatan penduduk 5774 jiwa/km.

Jumlah penduduk
Jumlah penduduk laki-laki

relatif seimbang dibandingkan


penduduk perempuan, yaitu 53.234 : 54.571 (rasio penduduk menurut jenis kelamin sebesar 97,5)

Komposisi penduduk Kota Bukittinggi dirinci menurut

kelompok umur dan jenis


kelamin, menunjukan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur 15-19 tahun dan umur 0-14 tahun.

C. Keadaan Ekonomi
Kondisi perekonomian Kota

Bukittinggi pada tiga tahun


terakhir relatif stabil dan menunjukan perkembangan yang cukup memuaskan. Peningkatan produktifitas ekonomi Kota

Bukittinggi didominasi dari sektor


perdagangan dan wisata.

1.3 Bahaya Potensial

hal I. Bahaya

Variabel

Gempa

Gunung Kecelakaan meletus 1 5 1 1

Longsor

Konflik

Frekwensi Intensitas

3 3

1 1

1 1

Dampak Keluasan
Durasi II. Kerentanan Fisik Sosial Ekonomi III. Manajemen Kebijakan Kesiapsiagaan PSM Total

4 4
2 3 3 3 3 3 1 32

5 4
4 5 5 5 3 3 1 41

3 3

4 1

3 1

1 3 3 3 3 3 26

3 1 1 1 1 1 16

1 3 1 2 2 1 18

2. Gambaran Resiko Bencana

2.1 Scenario
Kota Bukittinggi dikenal dengan KOTA TRIARGA, julukan ini Muncul karena kondisi geografis kota yang dikelilingi oleh 3 gunung yaitu Gunung Singgalang, Gunung Merapi dan Gunung Sago.Ketiga gunung ini berpotensi menimbulkan bencana terhadap wilayah di sekitarnya. Sampai saat ini Gunung Marapi masih terus mengeluarkan asap pada beberapa tahun

belakang ini, sehingga potensi bencana yang ditimbulkannya

terhadap penduduk di sekitar gunung yang cukup padat saat


ini sangat besar. Kawasan rawan bencana Gunung Merapi meliputi 3 kecamatan, baik bahaya primer (erupsi Merapi) maupun sekunder (banjir lahar dingin). Gunung Merapi adalah salah satu gunung api yang teraktif di Indonesia. Periode ulang

aktivitas erupsi berkisar antara 27 tahun. Aktivitas erupsi


gunung Merapi dengan ciri khas mengeluarkan lava pijar dan awan panas, tanpa membentuk kaldera (kawah).

Hal tsb diperkirakan akan mengakibatkan kerugian dan


banyaknya korban yang berjatuhan. Untuk itu pemerintah dalam hal ini harus memperingatkan warga setempat untuk waspada dan segera mengungsi. gunung diperkirakan akan batuk-batuk selama 1 bulan. Dari bencana tersebut, diperkirakan lahan disekitar gunung merapi hancur akibat lahar panas dari gunung merapi yang akan mengalir sejauh 30

km/jam dan gempa sekuat 7,8 SR selama 5 detik.

kemungkinan bencana erupsi Gunung Merapi berdasarkan


letusan tahun 1961, masa pengungsian yang dimulai oleh status siaga sampai dengan puncak erupsi dan kembali pada status waspada terjadi selama 4 bulan. Akibatnya, banyak warga yang kehilangan anggota keluarga, tempat tinggal dan lahan

pekerjaan. Sebagai dampak yang ditimbulkan akibat bencani ini


diantaranya,Dilaporkan korban meninggal akan sebanyak 1000 Jiwa. , korban yang tidak ditemukan 4000 jiwa dan

luka-luka sebanyak 2000 jiwa. Bagi korban yang selamat akan diungsikan ke posko Penanggulangan yang berada di Gulai

Bancah. Diperkirakan akibat bencana ini pemerintah kota


mengalami kerugian 5 Milyar. Daerah yang diperkirakan paling banyak menimbulkan korban pada bencana ini diduga adalah kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 karena daerah tersebutlah yang berdekatan dengan kawasan gunung berapi.

2.2 Sasaran
a. Penduduk
Dari hasil skenario diatas diperkirakan gambaran kondisi penduduk saat terjadi erupsi Gunung merapi terjadi

gelombang pengungsian yang fluktuatif setiap harinya selama 4


bulan.Berdasarkan pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya bahwa kisaran pengungsi yang berada di barak adalah 30% yang Kebanyakan terdiri dari lansia, ibu-ibu, dan anak-anak.

Kebanyakan laki-laki dewasa tetap melakukan aktifitas


Mencari nafkah dan melakukan pengamanan di kampungnya. b. Sarana dan Prasarana Bencana Erupsi Gunung Merapi diperkirakan juga akan mengancan fasilitas atau prasarana serta aset yang berada di wilayah kawasan rawan bahaya .

c. Ekonomi
Dari sektor ekonomi diperkirakan bencana erupsi Gunung Merapi yang terjadi selama 2 bulan akan mempunyai dampak berupa : Kerusakan Kegiatan Ekonomi Kelumpuhan

Mandiangin koto salayan Guguk panjang


Aur barugo tigo baleh

d. Pemerintahan
Dampak bencana yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap pemerintahan, terutama terganggunya fungsi administrasi karena sebagian besar aparat pemerintah menyelenggarakan tanggap darurat dan lokasi kantor untuk

pengungsian.
e. Lingkungan Dampak bencana juga diperkirakan akan berpengaruh terhadap lingkungan berupa Hutan, kebun, peternakan dan Pertanian.

2.3 Tujuan
Visi dan Misi Visi Kota Bukittinggi dalam penanggulangan bencana adalah:

BUKITTINGGI SIAGA, TANGGUH DAN TAWAKAL MENGHADAPI BENCANA

Untuk mencapai VISI tersebut ditetapkan MISI


sebagai berikut: 1. Mengurangi risiko bencana dengan membangun kesiapsiagaan dan infrastruktur diseluruh lini secara terencana dan terpadu.

2. Membangun ketahanan masyarakat dan


kelembagaan pada masa krisis.

3. Memulihkan dampak bencana secara fisik dan


psikologis.

3. Kebijakan dan Stategi


a. Kebijakan
1. Minimalisasi korban meninggal ( road to zero victim) 2. Penanganan bencana alam berbasiskan komunitas

masyarakat.
3. Titik berat kegiatan penanganan bencana banyak dilakukan pada fase pra bencana (pengurangan resiko bencana) 4. Memadukan mitigasi fisik dan mitigasi non fisik.

5. Memberikan perlindungan perhatian khususnya kelompok rentan, serta memenuhi kebutuhan dasar secara realistis. 6. Memberikan penyelamatan dan perlindungan kepada masyarakat sesuai skala prioritas tanpa diskriminasi 7. Memberdayakan segenap potensi yang ada dan menghindari terjadinya ego sektor 8. Melakukan kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat

dan anatar negara dalam menggalang bantuan, dengan


tetap memperhatikan etika kebangsaan

b. Strategi
1. Membentuk Posko Utama di Pakem sebagai fungsi manajemen dan koordinasi penanganan bencana. 2. Memenuhi pelayanan logistik dengan mendirikan posko posko, tenda pengungsian dilengkapi dapur umum

dengan tetap memperhatikan kelompok rentan.


3. Memenuhi pelayanan kesehatan dgn menyelenggarakan posko kesehatan di setiap barak pengungsian dan balai kesehatan lain.

4. Memenuhi pelayanan sarana-prasarana kehidupan


(transport, tempat tinggal sementara, sanitasi) di barak/tenda pengungsian (MCK, air bersih),dengan tetap

memperhatikan kelompok rentan.


5. Mengidentifkasi jenis-jenis bantuan, menghimpun bantuan serta mendistribuikannya 6. Memberikan informasi yang jelas kepada pihak yang membutuhkan

7. Memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai


kebajikan dalam penanganan bencana

8. Evakuasi korban, meninggal dunia dan yang masih hidup


melalui relawan, tim SAR, LSM, dll 9. Penanganan Pengungsi (tenda, logistik, sarana dan prasarana lainnya), lembaga terkait 10. Mengidentifikasi negara-negara yang memungkinkan

memberikan bantuan secara sukarela


11. Menyebarluaskan informasi tentang bencana yang terjadi melalui,media cetak, elektronik dan telematika

4. Kegiatan

4.1 Perencanaan Sektoral


Perencanaan sektoral terdiri atas: 1. Sektor manajemen dan koordinasi 2. Sektor kesehatan 3. Sektor sarana prasarana 4. Sektor logistik

1. Sektor manajemen dan koordinasi


No Kegiatan 1 Mendirikan posko Pelaku Dinas P3BA waktu Setelah adanya tanda-tanda bencana Jika terjadi tandatanda bencana Setiap hari

Aktivitas manajemen dan koordinasi Koordinasi kegiatan sektoral

Dinas P3BA, TNI, POLRI, tim Kesehatan Dinas P3BA, TNI, POLRI, tim Kesehatan

No Kegiatan 4 Membuat laporan

Pelaku

waktu

Dinas P3BA, Setiap hari TNI, POLRI, tim Kesehatan Dinas P3BA, Setiap hari TNI, POLRI, tim Kesehatan

Aktivitas manajemen dan koordinasi

Koordinasi kegiatan Dinas P3BA, Setiap hari sektoral TNI, POLRI, tim Kesehatan

2. Sektor Kesehatan
No Kegiatan Pelaku waktu

Menyiapkan tim kesehatan (TRC & TPC Kesehatan)


Menyiapkan paket obat, bahan habis pakai dan alat Kes Membentuk pos kesehatan

Dokter Kab. RSUD, PMI


Dokter Kab. RSUD, PMI Dinkes, PMI, RSUD

Hari pertama kejadian


Hari pertama kejadian Hari kedua dan ketiga

No Kegiatan 4

Pelaku

waktu Hari pertama kejadian

Mengaktifkan Dinkes Kab Puskesmas dan Pos Pelayanan Kesehatan


Menyiapkan ambulan Menyiapkan Rumah Sakit Dinkes Kab, RSUD RSUD

Hari pertama kejadian Hari pertama kejadian Hari Pertama Kejadian

Pelayanan Rujukan Dinkes Kab, RSUD

Unit Kerja

Tenaga Kesehatan

Medis

Perawat

Bidan

Farmasi

Gizi

Sanitasi

Kesmas

Jumlah

34

130

19

15

20

15

41

3. Sektor Sarana dan Prasarana


No Kegiatan Pelaku waktu

Menyiapkan armada transpor evakuasi


Staffing (personil) dan pengarahan

Dinas Kimpraswilhub
Dinas Kimpraswilhub

Saat bencana

2 3

Setiap waktu Setiap waktu

Persiapan BBM, oli, Dinas P3BA, suku cadang Dinas Kimpraswilhub

No Kegiatan 4 Pemulihan fungsi saran dan prasarana umum Sarana prasarana area pengungsian Rehabilitas saran dan prasarana

Pelaku Dinas P3BA, Dinas Kimpraswilhub Dinas P3BA, Dinas Kimpraswilhub Dinas P3BA, Dinas Kimpraswilhub

waktu Saat terjadinya bencana Setelah adanya tanda-tanda bencana Pasca bencana

3. Sektor Logistik
No Kegiatan 1 2 3 Dapur umum Pelaku waktu Dinas Nakersos 120 hari (4bulan)

Menghimpun Dinas Nakersos 120 hari (4bulan) barang (mobilisasi) Menyetor jenis bantuan Distribusi bantuan Dinas Nakersos 120 hari (4bulan)

Dinas Nakersos 120 hari (4bulan)

5. Evaluasi

Evaluasi rencana kontijensi dimaksudkan untuk melihat secara komprehensif dukungan sumber daya yang ada untuk

menangggulangi bencana dibandingkan jumlah masyarakat


yang terancam bencana di kawasan gunung Merapi. Perhitungan yang dilakukan didasarkan pada beberapa priorotas kebutuhan mendasar agar penanggulangan bencana dapat berjalan normal.

Anda mungkin juga menyukai