Anda di halaman 1dari 6

Nama: Sasmita Nurvinda L NIM: 1510059 BISNIS INTERNASIONAL

Identifikasi dan Analisis kondisi perekonomian Indonesia berdasarkan indikator-indikator kekuatan ekonomidan sosio ekonomi

A. Berdasarkan kekuatan ekonomi

Pendapatan nasional Masyarakat Indonesia Naik 13,9 Persen Pendapatan Nasional Bruto (PNB) perkapita masyarakat Indonesia selama 2010 meningkat sebesar 13,9 persen dibanding tahun sebelumnya. PNB perkapita saat ini mencapai Rp 26,3 juta, atau setara dengan US$ 2.920,1. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Pusat Statistik, Rusman Heriawan, Senin (07/01). "Penghitungan produk nasional bruto perkapita berbeda dengan penghitungan produk domestik bruto perkapita," kata Rusman. Perbedaannya, pada penghitungan produk nasional bruto perkapita, mereka hanya menghitung pendapatan warga Indonesia. Sedangkan pada penghitungan produk domestik bruto perkapita, penghasilan warga asing yang bekerja di Indonesia juga turut dihitung. Rusman menjelaskan, PNB perkapita masyarakat Indonesia pada 2010 besarnya mencapai Rp 26,3 juta atau US$ 2.920,1. PNB perkapita tersebut naik sekitar 13,9 persen dibanding tahun sebelumnya, yang besarnya Rp 23,1 juta atau US$ 2.267,3. Sedangkan PNB perkapita pada 2008 lalu besarnya Rp 20,7 juta atau US$ 2.165,5. Nilai pendapatan nasional bruto perkapita tersebut lebih kecil dibanding pendapatan domestik bruto perkapita. Menurut Rusman, pada 2010, pendapatan domestik bruto perkapita mencapai Rp 27 juta atau US$ 3.004,9. Tahun sebelumnya, pendapatan domestik bruto perkapita hanya Rp 23,9 juta atau US$ 2.349,6. Perkembangan produk nasional bruto di indonesia. Produk Nasional Bruto (Gross National Product) adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam suatu periode tertentu. Produk Nasional Bruto (GNP) merupakan Produk Domestik Bruto (GDP) dengan mengeluarkan faktor pendapatan neto terhadap luar negeri. Pendapatan neto atas faktor luar negeri ialah pendapatan

atas faktor produksi warga negara Indonesia yang dihasilkan di luar negeri dikurangi pendapatan atas faktor produksi warga negara asing yang dihasilkan di Indonesia. Dari angka-angka terlihat bahwa pada setiap tahun Produk Nasional Bruto (GNP) selalu lebih kecil dari Produk Domestik Bruto (GDP). Artinya nilai produksi orang asing di Indonesia lebih besar daripada nilai produksi orang Indonesia di luar negeri. Ini merupakan fenomena umum bagi suatu negara berkembang. Bagi negara-negara maju, Produk Nasional Bruto (GNP) mereka biasanya lebih besar dari Produk Domestik Bruto (GDP) nya. Pada tahun 1989, produk nasional bruto Indonesia adalah sebesar Rp.103.710.200 dan pada tahun selanjutnya produk nasional bruto terus meningkat yang diakibatkan oleh perekonomian Indonesia yang sangat kondusif. Pada tahun 1998, produk nasional bruto Indonesia turun drastis menjadi sebesar Rp. 348.409.500. Hal ini disebabkan karena pada tahun 1997-1998 Indonesia mengalami krisis moneter yang sangat dasyat, sehingga roda perekonomian tidak berjalan dengan baik. Pada tahun 2001, produk nasional bruto Indonesia meningkat menjadi sebesar Rp. 1.376.774.000 dan terus meningkat sampai tahun 2006 menjadi sebesar Rp. 1.731.202.800. Hal ini disebabkan oleh perekonomian Indonesia yang semakin hari semakin membaik, baik tingkat konsumsi masyarakat; investasi; pengeluaran pemerintah dan net-ekspor. Perkembangan Produk Nasional Bruto (GNP) di Indonesia dari tahun 1989-2007 dapat dilihat pada tabel IV-1 berikut ini. Berdasarkan keterangan diatas, dapat kita ketahui bahwa Produk Nasional Bruto (GNP) terus mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan produk nasional bruto tersebut diharapkan perekonomian Indonesia semakin membaik dan kesejahteraan masyarakat dapat terus meningkat demi mewujudkan cita-cita Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

Pendapatan Per Kapita Penduduk Indonesia Naik 13,8% Di tengah demonstrasi buruh marak menuntut kenaikan upah minimum, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru. Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia, menurut BPS, meningkat selama tiga tahun terakhir, rata-rata naik 12,9 persen per tahun.

Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita diperoleh dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduknya. Pendapatan per kapita juga merefleksikan produk domestik bruto (PDB) per kapita. Pendapatan per kapita itu sering digunakan sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara. Semakin besar pendapatan per kapitanya, makin makmur negara tersebut. Pada 2009, menurut data BPS, pendapatan per kapita penduduk Indonesia Rp23,9 juta, atau naik 11,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Tahun berikutnya, pendapatan per kapita masyarakat kembali meningkat menjadi Rp27,1 juta. Kali ini peningkatannya 13,3 persen disbanding 2009. Terakhir, selama 2011, pendapatan per kapita itu sudah mencapai Rp30,8 juta atau sekitar US$3.542,9. Kenaikannya hampir sama dengan tahun sebelumnya, 13,8 persen. Jika dihitung per bulan, rata-rata pendapatan per kapita penduduk Indonesia sekitar Rp2,56 juta. Pengamat ekonomi Aviliani mengatakan kenaikan pendapatan per kapita itu cenderung dikontribusi oleh meningkatnya jumlah kelas menengah di negeri ini. Kenaikan harga komoditas terutama di sektor tambang telah memicu peningkatan pendapatan kelas menengah hingga empat kali lipat Meski demikian, dia menjelaskan, kenaikan pendapatan per kapita itu masih dibayangi kesenjangan. Karena, menurut Aviliani, sekitar 36 juta penduduk Indonesia tergolong miskin, dan 40 juta lainnya hampir miskin. Ekonomi tumbuh Meningkatnya pendapatan per kapita yang di antaranya ditopang kenaikan di sejumlah sektor usaha, terutama tambang itu akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pelaksana Tugas Kepala BPS, Suryamin, dalam keterangan pers di kantornya, Jakarta, Senin, 6

Februari 2012, mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2011 mencapai 6,5 persen. "Sepanjang 2011 terjadi pertumbuhan di semua sektor ekonomi," kata Suryamin.

BPS mencatat, nilai produk domestik bruto Indonesia pada 2011 mencapai Rp7.427,1 triliun. Selama 2011, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak bertumpu pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 10,7 persen. Selanjutnya diikuti sektor bisnis perdagangan, hotel, dan restoran 9,2 persen. Sedangkan keuangan, real estate, dan jasa perusahaan sebesar 6,8 persen.

Kontribusi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2011 banyak ditopang oleh kegiatan ekspor dengan porsi 13,6 persen diikuti impor 13,3 persen. Sementara itu, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi mengontribusi 8,8 persen, pengeluaran rumah tangga 4,7 persen, dan konsumsi pemerintah sebesar 3,2 persen.

Struktur PDB Indonesia 2011 hampir separuhnya berasal dari pengeluaran rumah tangga sebesar 54,6 persen, PMTB 32 persen, ekspor 26,3 persen, konsumsi pemerintah 9 persen, dan impor minus24,9persen. Selama 2011, BPS melaporkan lapangan usaha yang banyak tumbuh berasal dari sektor pengolahan sebesar 24,3 persen, pertanian 14,7 persen, perdagangan, hotel, restoran 13,8 persen, dan sektor bisnis lainnya 47,2 persen.

Namun, tercapainya target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5 persen itu bukanlah penentu kesuksesan negara dalam meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Peningkatan PDB di Indonesia justru membuat negara semakin miskin sumber daya.

Pakar ekonomi dan politik dari Amerika Serikat, Lex Rieffel, mengatakan, Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang mengalami keterpurukan di tengah sumber daya yang melimpah.

"Indonesia tidak menangani sumber daya alamnya dengan baik," ujar dia dalam perbincangan dengan VIVAnews, akhir Januari lalu.

Pemerintah, dia melanjutkan, justru menghancurkan sumber alam dengan terlalu berlebihan mengekploitasinya. Bahkan, dia menilai pemerintah tidak mengalokasikannya untuk kepentingan rakyat secara keseluruhan.

Ahli sistem finansial global di Brookings Institution, lembaga riset kebijakan berbasis di Washington DC itu menambahkan, pemerintah terlalu terfokus pada upaya meningkatkan PDB. Namun, di sisi lain malah mengorbankan sumber daya alam.

Dia mencontohkan penjualan gas alam hingga miliaran dolar AS dari Indonesia keluar negeri. Memang dari penjualan itu, Indonesia meraup banyak untung, sekaligus meningkatkan PDB. Tapi, kenyataannya, Rieffel, menegaskan, gas yang merupakan kekayaan Indonesia akan hilang selamanya.

"Peningkatan

PDB

ini

malah

justru

membuat

negara

semakin

miskin,"

ujarnya.

Kondisi itu, dia mengatakan, justru membuktikan PDB tidak bisa meningkatkan kualitas hidup rakyat. Ada banyak bukti empiris dan studi yang menurut dia, menunjukkan kualitas hidup dan kebahagiaan rakyat tidak ada hubungannya dengan PDB dan kekayaan negara.
B. Berdasarkan populasi penduduk Indonesia

Jumlah Penduduk Indonesia 259 Juta Dalam pendataan penduduk oleh Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia terhitung 31 Desember 2010 mencapai 259.940.857. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802 perempuan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dalam rapat dengar pendapat pembahasan KTP elektronik dengan Komisi II DPR di Jakarta, Senin (19/9/2011). Jumlah ini, kata Gamawan, di luar sekitar 9 juta NIK ganda.

Kemdagri baru akan mengumumkan data kependudukan secara resmi setelah proyek e-KTP selesai pada 2012. Sebab, kata Gamawan, kepastian akurasi akan lebih terjamin kendati saat ini Kemdagri memiliki data nama dan alamat setiap penduduk. Jumlah ini berbeda dengan data yang dimiliki BPS. Di Aceh, misalnya, Kemdagri mendapatkan jumlah penduduk 4,9 juta, sedangkan menurut BPS 4,4 juta. Di Sumatera Barat jumlahnya 5,1 juta penduduk, sedangkan BPS mencatat jumlah 4,8 juta penduduk.
C. Kesimpulan

dari data diatas menyebutkan bahwa Indonesia berkembang dengan baik dilihat dari indicator-indikator ketuatan ekonomi dan sosio ekonomi

Anda mungkin juga menyukai