Anda di halaman 1dari 8

Penyakit misteriusku : arthritis (radang sendi)

3 09 2010

Dear kawan, Baru kali ini kusempatkan dan kuberanikan menulis lagi di blog kesayangan ini, setelah beberapa hari belakangan aku dilanda cemas. Yah, aku sempat cemas akan suatu penyakit yang menyeramkan.., namun alhamdulillah, terimakasih ya Allah, sekarang sudah lebih tenang, dan mudah-mudahan Allah masih melindungiku dari penyakit yang kutakutkan dan aneka marabahaya lainnya. Amien. Alhamdulillah, sebenarnya selama ini staminaku cukup terjaga, walaupun aktivitas tiada hentinya. Memang kuakui, aku jarang olahraga secara khusus sih, tapi aku upayakan makan yang sehat dan istirahat cukup. Kadang aku sempatkan menggunakan multivitamin dan madu jika daya tahan sedang terasa menurun. Apalagi semester ini load pekerjaan lagi meningkat. Dalam seminggu, ada 4 hari yang harus kuliah jam 7 pagi, dan dalam sehari ada yang harus memberi kuliah lebih dari 1 bahkan 2 mata kuliah. Belum lagi urusan lain-lain, penelitian, bimbingan skripsi/thesis/disertasi, urusan pengelolaan program Magister, IMHERE, dll. Tapi sebenarnya asal badan sehat saja, semua itu Insya Allah tidak masalah, karena sudah terbiasa. Kalau kelamaan bengong, jangan-jangan malah jadi sakit hehe. Nah, hari Senin tanggal 30 Agustus lalu aku pergi ke Makasar untuk menyelesaikan urusan penelitianku yang melibatkan subyek/probandus dari Makassar. Setelah sempat tertunda beberapa kali karena Merpati ingkar janji alias membatalkan penerbangan, barulah aku sempat pergi hari Senin itu. Itu pun berangkatnya pada hari Minggunya, take off jam 21 malam dari Yogya. Sampai Makassar sudah menjelang tengah malam WITA. Ngga terasa capek sih sampai sana segera istirahat setelah menyempatkan sholat trawih. Nah, gejala mulai muncul ketika bangun pagi di Makassar. Sendi-sendi tangan kiri, terutama telunjuk, terasa kaku dan sakit jika ditekuk. Aku pikir Ah paling-paling karena lama tidak bergerak, jadi kaku, siang nanti pasti reda. Aku pun beraktivitas seperti yang direncanakan di Makasar. Alhamdulillah, banyak dibantu teman-teman di Makassar (trims buat Ochank dan bu Titi yang mengantar dan menemani). Pergi ke Univ Negeri Makassar menjumpai rekan yang telah membantu mengumpulkan subyek penelitian (trims, Pak Oslan), ke Prodia Makassar menyelesaikan urusan pemeriksaan subyek, lalu ke FK Unhas menemui Prof Nasrum dan mengambil hasil ekstraksi DNA, sekaligus sempat training ekstraksi DNA di sana. Urusan semua berjalan lancar-lancar saja, alhamdulillah, tapi kekakuan sendiku kok belum berakhir. Bahkan siang harinya nambah pegal dan kaku di persendian kaki dan punggung kaki. Hmm kenapa yaa? Malamnya aku pulang ke Jogja dengan sedikit menahan pegal, sambil berpikir-pikir kenapa. Bangun tidur di pagi hari Selasa di Yogya, kembali kaku-kaku pada jari tangan kiri, dan sekarang nambah yang kanan. Aku mulai cemas, dan berpikir jangan-jangan asam uratku tinggi (walaupun selama ini tidak pernah punya masalah dengan asam urat, dan juga tidak makan makanan yang aneh-aneh karena selama di Makassar aku juga tetap puasa). Tapi karena penasaran, saat sahur aku coba-coba minum ibuprofen untuk radangnya. Bela-belain deh jam 03.30 pagi pergi ke apotek untuk beli ibuprofen, karena tidak punya persediaan di rumah.

Hari Selasa. Aku mencoba menjalani kegiatan seperti biasa, ada kuliah, rapat, dll. Kekakuan dan pegel (ngga terlalu sakit sih) sendiku masih terasa. Aku mulai mikir yang enggakenggak. Hmkok simetris yaa? Kanan dan kiri. Tangan, kaki, dan kadang seperti terasa di bahu dan lengan. Jangan-jangan. hmm apakah rheumatoid arthritis yaa?. Aduhh,.. aku mulai tambah cemas. Aku kan masih relatif muda (sok muda nih ye.), wanita,.. dan itu memang mirip dengan informasi tentang prevalensi penyakit RA yang lebih banyak dijumpai pada wanita, usia produktif Oya, sebelum lebih jauh cerita tentang penyakitku, aku paparkan dulu ttg RA, sehingga kalian bisa tau mengapa aku cemas (itulah susahnya, kalau tau ttg penyakit, malah jadi lebih cepat kuatir yaa. hehe..). Rheumatoid arthritis (RA) Sebenernya aku pernah menulis sekilas tentang penyakit ini di Blog ini, karena aku pernah memberi materi tentang pengobatan penyakit ini di sebuah seminar di Solo tahun lalu. Tapi mungkin tak ada salahnya aku ulang lagi. Rheumatoid arthritis atau kita kenal sebagai penyakit rematik adalah gangguan sendi yang dicirikan dengan adanya inflamasi dan merupakan penyakit auto imunitas. Sistem imun di dalam tubuh gagal membedakan jaringan sendiri dengan benda asing, sehingga sistem imunnya akan menyerang jaringan tubuh sendiri, khususnya jaringan sinovial dan jaringan ikat. Penyakit ini bersifat menahun dan sistemik, dan seringkali progresif/terus berkembang. Sebagian besar pasien dengan rematik artritis ini tubuhnya membentuk antibodi yang disebut rheumatoid factor (faktor rematoid). Faktor ini menentukan agresivitas/keganasan dari penyakit.

Berbeda dengan osteoartritis (OA) yang sifatnya lebih lokal, yang umumnya hanya mempengaruhi salah satu atau sebelah saja dari sendi-sendi tubuh, RA ini bersifat sistemik, dan nyeri sendinya bersifat simetris. Hampir semua persendian bisa dipengaruhi. Selain itu, jika OA lebih mempengaruhi tulang rawan, maka RA ini mempengaruhi juga tulang keras, sehingga bisa menyebabkan jari-jari menjadi bengkok. RA yang cukup berat dapat menyebabkan disabilitas (kecacatan) bagi penderitanya, dan sangat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Nah loo.. serem kan? Penyakit ini merupakan penyakit gangguan imunitas dan umumnya akan berlangsung seumur hidup. Untuk mengatasi ini harus digunakan obat-obat untuk menekan sistem imun agar mereka tidak bereaksi berlebihan, misalnya dengan metotreksat, sulfazalasin, prednison, dll, yang mereka juga bukan bebas dari efek samping yang berat. Makanya aku takut benar Back to my story

Kembali ke ceritaku yang tadi yaa Selasa berlalu tanpa perbaikan yang berarti. Malam Rabu aku sulit tidur, dan kecemasan meningkat. Sempet nangis juga loh. dan memohon pada Allah, semoga dihindarkan dari penyakit yang mengerikan itu. Kata suamiku, penyakit itu adalah peringatan dari Allah supaya manusia kembali ingat dan memohon ampun atas segala kesalahannya. Semuanya itu terjadi atas ijin Allah, dan jika Allah menghendaki, akan mudah sekali juga menghilangkan penyakit itu. Asal kita memang sujud kepadaNya. Kekakuan sendi itu mungkin merepresentasikan kekakuan kita dalam berperilaku, atau mungkin kekakuan hati dalam menerima nasihat kebenaran. Yah, mungkin juga ya aku memang masih banyak salah, sering berjalan dengan semaunya sendiri, sulit menerima nasihat.. astaghfirullohaladziim Aku jadi lebih pasrah dan hanya bisa berdoa semoga Allah berkenan menyembuhkan dan menjauhkan dari penyakit. Semoga dengan itu, aku akan menjadi hambaNya yang lebih sujud. Amien. Namun bagaimanapun, aku merasa perlu untuk memeriksakan diri ke dokter, untuk memastikan penyakitku dan menghilangkan kekuatiran. Aku mencoba mengontak Dr. Nyoman Kertia, beliau ahli rematologi. Pertama aku sms beliau, menanyakan apakah masih ingat padaku, karena kami pernah bersama-sama mengisi sebuah seminar di Solo. Alhamdulillah, beliau masih ingat, bahkan bilang bahwa beliau hadir pula waktu pidato pengukuhanku. Aku jadi lebih lega. Singkat cerita, sorenya diantar suamiku, aku berkonsultasi dengan beliau di tempat prakteknya, dan kusampaikan kekuatiranku. Beliau menanyakan apakah ada gejala lain yang aku alami, seperti demam, mual, diare, atau yang lain. Dan kukatakan tidak ada, karena memang gejalanya semata-mata hanya kekakuan sendi itu. Aku bilang Saya kuatir, karena simetris, dok, jangan-jangan RA Beliau menanyakan seberapa lama waktunya dari mulai muncul gejala di tangan kiri terus ke tangan kanan, terus ke kaki. sekitar setengah hari, Dok kataku. Wah, itu terlalu cepat.kalau RA tuh tidak seperti itu, biasanya sifatnya lambat, butuh waktu sampai sebulan untuk bisa simetris gejalanya. Kalau ini sifatnya akut. Bisa jadi karena virus, kata beliau. Cuma memang masih sulit diperkirakan virus apa, atau penyebabnya apa. Periksa darah di lab saja ya, untuk memastikan, begitu saran beliau. Begitulah, akhirnya segera saja sepulang dari dokter aku menuju sebuah lab klinik untuk pemeriksaan darah. Pemeriksaannya cukup lengkap, mulai dari hematologi rutin, fungsi hati (SGOT, SGPT), fungsi ginjal (BUN, serum kreatinin), fungsi jantung (CK, LDH), asam urat, dan fungsi imunitas meliputi rheumatoid factor (RF, penanda rematoid) dan CRP (Creactive Protein, penanda inflamasi). Hasilnya bisa diambil malam itu juga sebenernya, tapi ngga sempat, jadi baru aku ambil paginya. Malamnya sampai beberapa kali aku bermimpi tentang hasil labnya hehehe yang terutama sekali adalah hasil tentang rheumatoid factor (RF)nya. Aku bermimpi bahwa RF-ku negatif atau normal. Hasilnya? The dream comes true (lebay banget), alhamdulillah semua parameter hematologi, fungsi hati, ginjal, jantung, asam urat, semua berada dalam rentang normal. Dan yang lebih penting, nilai RF-ku normal, di bawah < 8 U. Tapi memang nilai CRP-ku tinggi, yakni 24 mg/L dari yang seharusnya < dari 6 mg/L. Segera saja aku searching informasi tentang CRP. CRP adalah suatu protein yang meningkat kadarnya pada keadaan peradangan di dalam tubuh, namun memang tidak bersifat spesifik menunjukkan jenis penyakit tertentu. Semua jenis peradangan dalam tubuh, misalnya karena infeksi atau penyebab lain, dapat meningkatkan kadar CRP. Sorenya ketika konsultasi lagi dengan dokter, beliau bilang bahwa kemungkinan besar sih bukan RA, tapi memang ada peradangan sendi yang belum diketahui

penyebabnya. Di sisi lain, aku merasa sudah lebih baik walaupun masih sedikit terasa kaku dan sakit jika ditekuk. Tetapi hati sudah lebih tenang. Hari itu aku sengaja tidak minum obat apa-apa untuk mengamati progres penyakitku, yang alhamdulillah mulai berkurang. Mudahmudahan akan makin baik lagi dan recovered seperti sedia kala, Amien. Oya, dokter Nyoman ngga mau dibayaraduh jadi ngga enak nih. Makasih banyak, ya, Dok. Tentang Sari dan RA-nya Oya, ada potongan peristiwa menarik ketika aku antri nunggu giliran dokter pada hari Kamis sore itu. Waktu itu datang seorang pasien, masih muda, wanita, dengan langkah pelan agak terpincang-pincang, terlihat lemah, duduk di salah satu bangku di ruang tunggu. Seorang di sebelahnya bertanya, Sakit apa, Mbak?. Rheumatoid arthritis, Bu. Wah, langsung deh aku tertarik untuk mengetahui lebih lanjut pengalamannya. Ketika ibu yang di sebelah mbak pasien tadi dapat giliran masuk ruang praktek, aku segera menghampiri gadis tadi dan mewawancarainyahehe. Inilah hasilnya.

Jari-jari tangan Sari, sudah mulai bengkok karena RA Namanya Sari. Usianya sekarang 29 tahun, sudah menikah 3 thn yang lalu. Ia menderita RA sejak sekitar 7-8 tahun yang lalu, katanya setelah lulus kuliah/sekolah. Gejala awalnya adalah bengkak pada lutut. Ketika pemeriksaan cukup lengkap, akhirnya ia didiagnosis RA. Sejak itu ia rutin harus berobat, sempat berobat dengan obat suntik, tapi belakangan sudah tidak lagi, cukup dengan obat minum. Pernah mendapat obat metotreksat, tapi tidak tahan efeknya. Saat ia datang ke dokter kemarin pun gara-gara ia merasa sesak nafas, yang diduganya akibat obat. Bahkan beberapa hari sebelum ini ia harus opname di RS karena rasa sesaknya itu. Selain itu, dadanya sering terasa panas. Tubuhnya kurus. Aku melihat jarijarinya sudah mulai bengkok. Aku menanyakan bagaimana dengan kakinya. Ia bilang bahwa kakinya pun juga sudah tidak terlalu lurus lagi, sehingga ia tidak bisa normal berjalan. Ia cukup terbuka bercerita dan pasrah dengan penyakitnya. Aku malah jadi terharu, dan mencoba membesarkan hatinya bahwa ini adalah takdir yang harus diterimanya. Katanya, iya, Mbak saya sih pasrah saja, dan saya ikuti semua aturan dan saran dokter untuk kesembuhan penyakit ini. Aku malah sempat meminta ijin untuk memotretnya, terutama tangannya, dan ia mengijinkan ( insting wartawanku muncul hehe. dengan tujuan mau ditulis di blog) Trims, ya, Sari, atas share-nya. Semoga Allah memberikan jalan terbaik untuk kesembuhanmu. Amien.

Demikianlah, kawan Saat aku menulis ini, kaku-kaku di jari tangan kiri dan kananku masih ada sedikit, terutama pada jari telunjuk. Dokter meresepkanku obat herbal yang berisi kurkumin. Tapi mudahmudahan, Insya Allah, semuanya akan baik-baik saja. Oya, aku katakan misterius, karena sampai sekarang aku dan dokter-pun belum tau apa penyebabnya, kok tiba-tiba ada serangan radang sendi akut ini. Namun betapapun aku masih meyakini bahwa penyakit adalah peringatan Allah kepada ummatNya, untuk kembali ke jalanNya. Semoga hamba bisa menjadi hambaMu yang lebih baik dari hari ke hari, ya Allah. Amien. Terimakasih doa teman-teman di FB yang sudah turut melegakanku. Aku menulis ini untuk berbagi saja, siapa tau ada manfaatnya.

Komentar : 26 Komentar Kaitkata: obat rematik, RA, radang sendi Kategori : kesehatan

Seminar Vitamin C Tengkleng Solo


24 05 2009

Dear kawan, Kata-kata dalam judul posting ini nggak ada saling keterkaitannya sama sekali. Apakah ada seminar mengenai Vitamin C yang terkandung dalam tengkleng Solo ? Hm. tentu tidak, emangnya tengkleng mengandung Vit C ? Kalaupun ada mungkin sedikit sekali Lalu apa maksudnya? Ya, itulah yang pengalaman yang kulalui hari Sabtu lalu. Jadi ceritanya hari Sabtu kemarin aku diundang untuk menjadi pembicara di sebuah Seminar Nasional di Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta. Bukan tentang Vit C dalam tengkleng, tetapi temanya cukup bombastis juga, yaitu : Kajian tentang rematik: Segala Permasalahan dan terapinya. Jadilah, pagi-pagi jam 7 aku berangkat menyusuri jalan ringroad utara ke arah timur menuju Solo. Pagi cukup ramah dan cerah, jalanan juga belum terlalu ramai. Jam 8.30an sudah sampai di sana, disambut dengan wedang jahe hangat dan kudapan ringan sebelum acara. Aku ada dalam satu sesi bersama Dr. Nyoman Kertia (ahli rheumatology dari RS Sardjito Yogya), dan ibu Dra Titik Marminah (praktisi apoteker di Solo). Aku kebetulan dapat giliran sebagai pembicara ketiga dengan topik Obat-obat rematik terkini dan permasalahannya. Hm jadi pembicara ketiga ada enak dan tidaknya . enaknya beberapa hal sudah dijelaskan oleh pembicara sebelumnya, sehingga tinggal menggaris-bawahi saja. Susahnya, audiens sudah mungkin sudah cukup capek mendengarkan presentasi2 yang lumayan panjang. Sementara waktunya pun sudah menjorok siang jadi waktunya terasa agak diburuburu. Seminar berjalan lancar. Dr Nyoman cukup kocak ketika menyampaikan paparannya tentang patofisologi dari beberapa jenis penyakit artritis. Penyakit artritis itu banyak macamnya lo. katanya bisa sampai 100 macam. Tapi yang disampaikan dalam seminar tentu tidak semuanya, bisa-bisa butuh tiga hari tiga malam untuk menjelaskan. Bu Titik

menyampaikan tentang tatalaksana terapi berbagai penyakit artritis, terutama pada farmasi komunitas. Aku sendiri memaparkan obat-obat rematik terkini dan permasalahnnya. Pada dasarnya, obat-obat rematik untuk osteoatritis atau gout tidak ada yang sangat baru. Untuk pengobatan rematik ini sudah pernah aku tuliskan somewhere in my blog (bisa ditengok di : http://zulliesikawati.wordpress.com/2008/11/03/pengobatan-untuk-reumatik-dan-encok/ ). Memang ada satu-dua obat baru untuk pengobatan artritis. Perkembangan obat-obat baru dijumpai pada pengobatan rheumatoid arthritis yang merupakan penyakit persendian dan sekaligus merupakan penyakit autoimun. Obat-obat baru itu adalah golongan agen biologis, antagonis reseptor IL-1 (anakinra) dan antibodi terhadap TNFalfa (contoh: etanercept, infliximab, dan adalimumab). Obat terbaru untuk agen biologis adalah abatacept yang menekan aktivitas sel T yangberperan dalam sistim imun, dan rituximab. Kalau dicari masalahnya, maka masalah utama untuk obat-obat ini adalah harganya yang selangit, apalagi untuk ukuran kantong kebanyakan dari kita. Satu paket untuk pemakaian dua minggu harganya Rp 6 juta. Sebulan 12 juta, setengah tahun sudah 72 juta. Bisa bayangkan sendiri. Sedangkan hal yang relatif baru bagi pencegahan penyakit asam urat (hiperurisemia) adalah vitamin C, yang pernah dilaporkan mengurangi kejadian hiperurisemia pada pria. Hal ini sudah pernah aku tuliskan di blog ini juga. Vitamin C dan osteoporosis? Pada sesi tanya jawab banyak juga pertanyaan yang datang untuk ketiga pembicara. Salah satu pertanyaan menarik untukku yang agak sedikit menyimpang dari topik artritis adalah tentang Vitamin C dan efeknya menyebabkan osteoporosis. Menanggapi paparanku tentang peranan Vit C dalam menghambat hiperurisemia, penanya menceritakan bahwa ia rajin mengkonsumsi vitamin C dosis tinggi (500-1000 mg/sehari), dan ia mendengar dari temannya bahwa Vitamin C bisa menyebabkan osteoporosis. Ia menanyakan kebenaran hal itu dan bagaimana dengan kebiasaannya minum vitamin C, apakah harus dihentikan. Aku segera searching informasi tentang ini, dan yang kutemukan cukup menarik, karena faktanya justru sebaliknya. Sebuah tulisan dari http://www.webmd.com/osteoporosis/news/20080919/vitamin-c-good-bones menyatakan bahwa vitamin C bagus untuk tulang, terutama untuk pria usia lanjut. Hasil penelitian tentang hal ini dipublikasikan di Journal of Nutrition tahun 2008. Jalannya penelitian Tucker (sang peneliti) dan team-nya mengevaluasi kepadatan tulang pada 213 pria dan 393 wanita, yang berusia 75 tahun pada saat awal penelitian, selama periode 4 tahun dan melihat apakah ada hubungan antara intake vitamin C dengan kepadatan tulang. Partisipan pada study ini adalah juga partisipan pada study besar yang bernama Framingham Osteoporosis Study. Peneliti mengamati pada hasil quesioner tentang diet partisipan dan mengevaluasi perubahan pada densitas tulang pada tulang pinggul, tulang punggung, dan lengan setelah 4 tahun. Hasilnya? Pria dengan intake vitamin C tertinggi mengalami pengurangan kepadatan tulang terkecil pada tulang pinggul. Hal yang sama tidak dijumpai pada wanita. Diperkirakan faktor hormonal pada wanita lah yang menyebabkan efek ini tidak dijumpai pada wanita. Efeknya

menjadi paling signifikan pada kadar tertinggi, yaitu sekitar 314 mg Vit C sehari, yang berasal dari suplemen maupun makanan. Sedangkan pada mereka yang konsumsinya terendah, yaitu sekitar 106 mg/sehari, kehilangan kepadatan tulangnya mencapai 5,6 %. Bertambah lagi deh fungsi asupan Vitamin C Jadi, asal tidak ada masalah dengan gangguan saluran cerna akibat keasaman vit C, silakan saja mengkonsumsi vitamin C setiap hari, baik dari makanan alami maupun suplemen. Untuk wanita memang belum terbukti efeknya dalam mempertahankan densitas tulang, tapi yang jelas tidak ada bukti bahwa ia menyebabkan osteoporosis. Apalagi jika dalam bentuk kombinasi dengan Calcium seperti yang banyak dijumpai dalam produk suplemen Vit C, tentu akan justru mnghindarkan dari osteoporosis. Selain itu, vitamin C juga banyak berperan dalam kecantikan karena membantu sintesis kolagen sehingga membuat kulit tetap kencang tidak mudah keriput Menikmati Tengkleng

tengkleng Solo Siang seusai seminar, aku ditemui teman SMA dan ditraktir makan tengkleng, salah satu masakan khas Solo. Tengkleng dibuat dari bagian-bagian tertentu dari kambing dan dimasak mirip gulai namun lebih encer. Ketika makan, aku agak sulit mengidentifikasikan dari bagian manakah dari kambing itu yang sedang kumakan. Tapi I dont care about it lah.. pokoknya enak. Pertemuanku dengan Budi, teman SMAku ini, juga sedikit unik. Terus terang, sebelum bertemu aku bahkan agak lupa ini Budi yang mana hehe. (sory, Bud..). Ceritanya aku menulis di status Face Book-ku bahwa aku akan ke Solo. Dan kemudian datanglah comment darinya untuk mengontaknya kalau aku jadi ke Solo dan ia memberikan nomer teleponnya. Jadilah, untuk sebuah silaturahmi kawan lama yang sudah berpisah lebih dari 20 tahun kami bertemu di warung tengkleng. Selain Budi, aku ketemu pula dengan Ebrahm dan keluarganya yang sekarang juga berdomisili di Solo. Kawan, malamnya ketika sudah di rumah, aku mendengar berita di TV bahwa sudah mulai suarasuara untuk mengharamkan Face Book karena katanya menjadi media untuk menyebarkan gambar porno, memfitnah, menipu, dsb. Wah, aku jadi tak tau mau komentar apa. Soalnya siangnya aku baru mendapat manfaat dari Face Book yang telah menyambungkan

tali silaturahmi dengan teman SMA yang sudah 20-an tahun tidak ketemu, ditraktir tengkleng pula. Sama sekali jauh dari urusan negatif. Apakah tidak berlebihan tuh? Mengapa tidak internetnya saja dilarang karena teknologi internet-lah yang memungkinkan pengiriman gambar porno, dsb-nya tadi. Face Book hanyalah tools saja.. mungkin suatu saat akan beralih ke teknologi lain yang lebih menarik. Aku bukan pendukung Face Book walaupun aku juga kerap menggunakannya. Tapi menurutku terlalu berlebihan jika sampai dilarang. Para pengguna memang dituntut untuk bijaksana dalam menggunakannya. Kadang kalau sudah Face Book-an memang banyak yang lupa waktu, lupa tugas, dll. Begitulah ceritaku hari ini. Tidak terlalu menarik, tapi itulah yang bisa kutuliskan.

Anda mungkin juga menyukai