Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS POTENSI KEBUTUHAN BRIKET BATUBARA PADA INDUSTRI PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DI PULAU JAWA Triswan Suseno

Peneliti pada Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara - Jl. Jend. Sudirman 623 Bandung - email : triswan@tekmira.esdm.go.id

1.

PENDAHULUAN

Minyak tanah masih merupakan energi utama yang digunakan oleh masyarakat tingkat bawah juga bagi industri kecil. Meningkatnya harga bahan bakar dunia berdampak pula pada perkembangan harga bahan bakar dalam negeri, termasuk minyak tanah. Selama ini, pemerintah selalu memberikan subsidi terhadap harga minyak tanah. Namun seiring dengan terus meningkatnya harga minyak tanah tersebut, maka beban pemerintah menjadi semakin besar. Pada tahun 2005 beban subsidi pemerintah untuk bahan bakar minyak mencapai Rp. 49 triliun, meningkat menjadi Rp. 59 triliun pada tahun 2006. Untuk minyak tanah rumah tangga dan industri kecil, pemerintah masih mensubsidi sebesar 65 persen dari harga pasar dunia yang mencapai Rp.5.747,96 per liter (www.pertamina.com). Dengan subsidi ini, harga minyak tanah untuk rumah tangga dan industri kecil menjadi Rp 2.000 per liter. Kebutuhan minyak tanah per tahun rata-rata mencapai 10 juta kilo liter, pemerintah telah menanggung subsidi minyak tanah sekitar Rp. 37,47 triliun. Untuk mengurangi subsidi, pemerintah akan menggalakan penggunaan energi alternatif (www.tempointeraktif.com). Salah satu energi alternatif yang memungkinkan dapat menggantikan peran minyak tanah adalah briket batubara, dan salah satu industri yang memungkinkan untuk menggunakan batubara adalah industri peternakan ayam. Karena beberapa diantaranya telah menggunakan briket batubara sebagai penghangat anak ayam jenis pedaging. Untuk membesarkan 1.000 ekor anak ayam ras pedaging, biasanya peternak memerlukan sekitar 225 liter minyak tanah hingga mencapai usia 33 hari. Pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi untuk minyak tanah adalah Rp. 2.000,00, namun pada kenyataannya harga minyak tanah di peternak adalah Rp. 2.500,00 per liter (2007). Dengan demikian, peternak harus mengeluarkan biaya bahan bakar sebanyak Rp. 562.500,00 selama proses pembesaran berlangsung. Namun, jika menggunakan briket batubara, peternak hanya membutuhkan sekitar 250 kg saja. harga batubara di peternak saat ini adalah Rp. 1.000,00 per kg, maka biaya kebutuhan bahan bakar hanya Rp. 250.000,00. Dengan demikian, peternak dapat menghemat biaya bahan bakar sebesar Rp. 312.500,00 untuk setiap seribu ekor sedangkan efisiensi bahan bakar mencapai 44,44%. Keuntungan lain menggunakan briket batubara adalah tingkat kematian ayam ras pedaging dengan menggunakan briket batubara lebih rendah dibandingkan dengan yang menggunakan minyak tanah. Selama proses pembesaran hingga usia 33 hari, tenyata berat badan ayam ras pedaging dengan briket batubara lebih berat dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah. Pemakaian briket batubara di beberapa lokasi di Jawa Barat sudah dilakukan, hasilnya ternyata lebih menguntungkan dengan menggunakan batubara dibandingkan minyak tanah. 2. POTENSI KEBUTUHAN BRIKET BATUBARA DAPAT MENGURANGI SUBSIDI BBM

Perkembangan ayam pedaging di Pulau Jawa selama periode 2001 sampai dengan 2006 sangat berfluktuasi, seiring dengan merebaknya kasus flu burung di tanah air. Pada tahun 2004, populasi ayam ras pedaging sempat mengalami kenaikan yang sangat tinggi, yaitu naik sebesar 119,75%. Memasuki tahun 2005 populasinya mengalami penurunan sebesar 47,59%, kondisi ini disebabkan oleh merebaknya kasus flu burung di berbagai wilayah di Indonesia. Namun dengan adanya berbagai upaya pemerintah memberantas penyakit tersebut ternyata mampu mengembalikan keyakinan masyarakat untuk mengkonsumsi ayam ras pedaging. Hal ini terlihat dari naiknya populasi ayam ras pedaging sebesar 13,30% pada tahun 2006. Untuk lebih meningkatkan konsumsi ayam ras pedaging di masyarakat serta agar para pengusaha ayam lebih bergairah dalam berusaha maka penanganan flu burung harus benar-benar tepat dan benar. Salah 1

satu upaya adalah dengan memberikan penjelasan bagaimana cara beternak ayam yang baik kepada masyarakat, agar terhindar dari penyakit. Apabila pemerintah berhasil mendorong para peternak ayam beralih ke briket batubara, ternyata pemerintah mampu melakukan penghematan yang sangat besar di sektor peternakan ayam. Sebagai contoh, populasi ayam ras pedaging di Pulau Jawa pada tahun 2006 tercatat 219.822.164 ekor. Minyak tanah yang dibutuhkan untuk penghangatan ayam tersebut sekitar 49,46 juta liter atau senilai dengan Rp. 123,65 miliar (harga minyak tanah sampai di tempat Rp. 2.500,00 per liter). Namun jika menggunakan briket batubara hanya memerlukan sekitar 54,96 juta kg dengan nilai Rp. 54,96 miliar (harga briket batubara sampai di tempat sebesar Rp. 1.000,00/kg). Apabila seluruh peternak menggunakan batubara, maka pemerintah akan mampu mengurangi persediaan minyak tanah sebanyak 49,46 juta liter, atau dapat mengurangi beban subsidi pemerintah sekitar Rp. 158,27 miliar. Agar sasaran tersebut dapat tercapai, maka sebaiknya diambil langkah kebijakan dengan menyisihkan 31,59% (atau Rp. 50,00 miliar dari jumlah subsidi tersebut) untuk mensubsidi briket batubara, dengan rincian : 30% (atau Rp. 15,00 miliar) untuk program pengembangan dan peningkatan kualitas briket batubara. 30% (atau Rp. 15,00 miliar) program pengembangan sarana dan prasarana distribusi briket batubara, seperti membuat sentra-sentra briket batubara untuk memudahkan peternak memperoleh bahan bakar tersebut. 40% (atau Rp. 20,00 miliar) diberikan sebagai insentif bagi pengusaha briket, dimana harga briket batubara menjadi sekitar Rp. 650,00. Dengan harga seperti ini, maka diharapkan seluruh peternak ayam di Pulau Jawa beralih ke briket batubara. 3. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa penghangatan ayam ras pedaging dengan menggunakan bahan bakar briket batubara ternyata lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah. Selain itu, dengan menggunakan briket batubara para peternak mampu meningkatkan keuntungannya, sedangkan bagi pemerintah hal ini dapat mengurangi beban subsidi bahan bakar minyak. Briket batubara merupakan bahan bakar padat dengan bahan baku batubara merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan relatif sederhana. Apabila briket batubara digunakan oleh seluruh peternak ayam ras pedaging di Pulau Jawa, sebaiknya pemerintah harus menjamin ketersediaan batubara pada saat mereka membutuhkan. Untuk memudahkan pedistribusian briket batubara, sebaiknya harus melihat pola penyebaran pengusaha peternak ayam ras pedaging di Pulau Jawa. DAFTAR PUSTAKA
www.pertamina.com, Harga Bbm Industri Periode Maret, Jakarta, 28 February 2006, 15:31 WIB. www.tempointeraktif.com, Listrik dan Minyak Tanah Tidak Naik Hingga 2009, Selasa, 27 Maret 2007, 17:11 WIB. Dinas Peternakan Provinsi Banten, 2007, Populasi Ternak di Provinsi Banten tahun 2006, Serang. Dinas Peternakan DKI Jakarta, 2007, Populasi Ternak di DKI Jakarta tahun 2006, Jakarta. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2007, Populasi Ternak di Jawa Barat tahun 2006, Bandung. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah, 2007, Populasi Ternak di Jawa Tengah tahun 2006, Semarang. Dinas Peternakan DIY, 2007, Populasi Ternak di DIY tahun 2006, Yogyakarta. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, 2007, Populasi Ternak di Jawa Timur tahun 2006, Surabaya. Parikesit, 2006, Pebandingan Penggunaan Briket Batubara dengan Minyak Tanah untuk Pemanasan Anak Ayam Ras Pedaging, CV. Sinar Teknik Utama, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai