Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN AKHIR MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

OLEH : MUHAMMAD RAYHAN D1E009078

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN FAKULTAS PETERNKAN PURWOKERTO 2012

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

Oleh : MUHAMMAD RAYHAN D1E009078

Diterima dan disetujui pada tanggal : ............................

Koordinator Asisten

Riecksa N Taufik NIM.D1E007009

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Beakang Perkembangan peternakan ayam boiler di Indonesia pada dasawarsa ini sangat cepat. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah, swasta maupun lembaga lembaga ilmiah. Pada umumnya ada tiga hal penting yang menentukan dalam peternak ayam yaitu bibit unggul, pakan yang balans dan tata laksana pemeliharan yang baik. Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler baru popular di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin kuat keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya (Jafendi. 1999). Ternak unggas merupakan media yang efisien dalam mengubah protein nabati dan bahan bahan lain yang umumnya tidak sesuai dengan kelaziman selera manusia menjadi daging atau telur. Ayam niaga pedaging merupakan ternak yang sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi daging yapng disukai masyarakat. Kelebihan lain yang dimiliki ayam niaga pedaging adalah lebih membutuhkan waktu yang relative singkat yaitu sekitar 35-40 hari dibandingkan dengan petelur, berdasarkan kelebihan tersebut maka tidaklah heran jika ayam niaga pedaging sangat menjanjikan untuk dikembangkan sebagai usaha peternakan. Ayam broiler adalah ayam muda yang biasanya berumur 8 sampai 12 minggu, umur 8 sampai 14 minggu, umur kurang dari 6 minggu dengan tidak membedakan jenis kelamin dan dagingnya empuk. Ayam broiler harus memenuhi syarat-syarat pertumbuhan yang cepat, dada lebar dengan timbunan daging yang baik serta pertumbuhan bulunya cepat, dikehendaki warna putih atau terang. Selain itu ayam broiler juga mempunyai potensi yang besar untuk secara cepat serta mengubah pakan menjadi daging secara efisien.

Pemeliharaan ayam boiler hanya 5 sampai 6 minggu sudah dipanen, dengan waktu pemeliharaan yang relative singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Perkembangan peternakan ayam di Indonesia saat ini sangatlah cepat, hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah, swasta maupun lembaga-lembaga ilmiah. Keberhasilan pemeliharaan yang pertama kali diperhatikan adalah ayam broiler harus memenuhi syarat-syarat pertumbuhan yang cepat, dada leber dengan timbunan daging yang baik serta pertumbuhan bulunya cepat, dikehendaki warna putih atau terang. Selain itu ayam broiler juga memenuhi potensi yang besar untuk secara cepat serta mengubah pakan menjadi daging secara efisien. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum manajemen ternak unggas adalah : 1. Mengetahui tata laksana pemeliharaan ayam niaga pedaging dari periode awal sampai finisher (panen) mulai dari kesehatan (sanitasi), pakan, minum, vaksin, dan proses panen. 2. Cara-cara processing ayam dan langkah-langkah memperoleh karkas secara benar. 3. Penilaian kualitas karkas yang benar dinilai dalam kelasnya, kondisi dan kualitasnya.

II. METODE 2.1 Materi 2.1.1 Alat

2.1.1.1 Pra Pemeliharaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. lap pel kuas sikat ember sapu lidi bak ember 7. 8. 9. 10. 11. slang air pacul tempat sampah mesin semprot karung

2.1.1.2 Pemeliharaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. galon feeder tray feeder tub gasolek cimawar semprot gendong timbangan bak ember 13. 14. 15. 9. 10. 11. 12. ember gayung ukuran satu liter lampu tali penggantung pakan dan minum kandang pemeliharaan tabung gas sekat seng dan bambu

2.1.1.3 Praktikum Lab 1. 2. 3. nampan plastik kantong plasti pisau skalpel 4. 5. 6. gunting bedah pisau timbangan

2.1.2

Bahan

2.1.2.1 Pra Pemeliharaan 1. 2. 3. Biodes formalin kapur gamping 4. 5. tirai karung palstik sekam

2.1.2.2 Pemeliharaan 1. 2. 3. Pre starter C201 Pakan Starter C201 vitamin dan antibiotik 4. 5. 6. Vaksin sekam air minum.

2.1.2.3 Praktikum Lab Ayam broiler 2.2 Cara Kerja 2.2.1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pra Pemeliharaan

pembersihan peralatan kandang, pembersihan kandang, pemasangan tirai, pemasangan alas kandang, penaburan sekam, desinfeksi, pemasangan indukan, penyediaan keperluan pemeliharaan

2.2.2

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. program biosecurity, pemberian pakan dan air minum, pencucian tempat air minum, pemberian Vitamin dan antibiotik, melakukan recording, penimbangan pakan. Kegiatan insidental meliputi: penerimaan DOC pada awal pemeliharaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. pemberian air gula penghitungan DOC Pengawasan DOC Vaksinasi penimbangan panen Culling 2.2.3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Praktikum Lab

Ayam disiapkan terlebih dahulu. Ayam ditimbang untuk mengetahui bobot hidup. Ayam dietanasi. Ayam dicelup celupkan kedalam air panas. Bulunya dicabuti (dimasukkan kedalam plastic) hingga bersih. Ayam dicuci supaya lebih bersih. Ayam dipotong (pada bagian shank dan pangkal leher). Ayam dibedah. Diambil jeroannya kemudian ditimbang. Karkas ditimbang. Pemisahan bagian bagian ayam.

2.3 Waktu dan Tempat 1. Manajemen Pemeliharaan Ayam Boiler Waktu Tempat Tanggal 2. Processing Waktu Tempat Tanggal : 16.30 sampai dengan selesai : Laboratorium Unggas. : 02 Desember 2008. : Pagi 05.30 07.00 dan Sore 16.00 -17.00 WIB : Exfarm Fakultas Peternakan. : 20 Desember 2011

III. KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Kegiatan 3.1.1 Processing : 1,72 kg = 1720 gr : 1140 gr : 60 gr : 80 gr : 310 gr : 360 gr : 110 gr : 250 gr

Bobot ayam hidup Bobot karkas Bobot darah Bobot bulu Bobot paha Bobot dada Bobot sayap Bobot punggung

Perhitungan persentase darah, bulu dan bagian-bagian karkas 1. % darah =

=
= 3,45 % 2. % bulu =

=
= 4,65 % 3. % karkas =

=
= 60,28 % 4. % paha =

=
= 27,14 %

5. % dada

=
= 31,58 % 6. % sayap =

=
= 9,65 % 7. % punggung =

=
= 21,93 % 3.1.2 Pemeliharaan

1. Identifikasi DOC = Strain LH 500 dari PT. Malindo 2. PBBH = = 35,24 gram 3. Pertambahan bobot mingguan Minggu I Minggu II Minggu III : 123 gram : 413 gram : 863 gram

4. Pemberian pakan Minggu I Minggu II Minggu III : 135,9 gram : 522,26 gram ; 1087,5 gram

5. Konsumsi pakan Minggu I Minggu II Minggu III : 275 kg : 1050 kg : 2150 kg

6. Ayam mati = 52 ekor 7. Indeks Produksi = Minggu I Minggu II Minggu III : 270 : 274 : 347
( )

8. Pemberian vaksin 2 kali 1. Vaksin ND1 dengan tetes mata dan vaksin AI dengan injeksi umur 4 hari 2. Vaksin Gumboro dengan air minum umur 15 hri 9. Obat-obat yang digunakan adalah Enoxan, Gallimune flu H5N9, Diluen, Enoquyl, Grofas, Colimas, Supralit 3.2 Pembahasan 3.2.1 Processing

Prosesing adalah kegiatan dari ayam disembelih sampai menjadi bentuk karkas. Pertama kita harus memilih ayam yang memiliki performans yang bagus agar menghasilkan karkas yang maksimal. Prosesing yang dilakukan disini menggunakan 1 ekor ayam. Langkahlangkah kegiatan prosesing adalah memilih ayam, menimbang bobot hidup, menyembelih, menyabut bulu, pengeluaran organ dalam, dan pembentukan karkas. Hal ini sesuai dengan pendapat Priyatno (1997), yaitu langkah langkah menyembelih ayam secara Islam adalah; proses pencabutan bulu yang terdiri dari pencelupan ayam kedalam air panas, tahap pencabutan bulu dan tahap pembersihan bulu; memotoing kepala; memotong kaki (ceker); mengeluarkan isi rongga perut dan dada dengan menyobek kulit perut, mengeluarkan isi rongga perut; mencuci karkas; mengemas produk. Karkas ayam merupakan bagian tubuh tanpa bulu, darah, kepala, dan organ dalam kecuali hati dan gizard. Besarnya bobot bulu pada ayam disebabkan karena pertumbuhan bulu relatif lebih cepat dibandingkan pertumbuhan jaringan. Menurut data praktikum diperoleh bahwa hasil presentase karkas sebesar 60,28%. Karkas yang diperoleh pada saat praktikum tidak sesuai dengan standarnya (terlalu rendah), hal ini diperjelas dengan pendapat Rasyaf (2000), bahwa

presentase karkas ayam broiler adalah berkisar 66 77 %. Karkas adalah daging ayam yang masih bersama kulit dan tulang tulangnya yang diperoleh dari hasil pemotongan, setelah dipisahkan dari kepala, kaki dan isi rongga perutnya. Sebelum ayam dipotong, ayam sebaiknya tidak diberi makan selama lebih dari 3 Jam untuk memudahkan pembersihan perut (Winarno, 1993). Penentuan kualitas ayam hidup menurut Sukardi (1986) terdapat enam kriteria sebagai dasar penilaian bahwa ayam itu kondisinya baik atau buruk. Adapun keenam kriteria tersebut adalah: kesehatan dan kelincahan, keadaan bulu, konformasi, fleshing atau perdagingan, lapisan lemak dibawah kulit, bebas dari kelainan-kelainan. Siregar dkk (1982) menyatakan bahwa karkas yang baik terbentuk padat, tidak kurus, tidak terdapat kerusakan pada kulit ataupun dagingnya. Sedangkan karkas yang kurang baik mempunyai daging yang kurus pada bagian dada sehinggga kelihatan panjang dan kurus. Menurut Soeparno (1992) kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain spesies, genetik, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan stress. Factor setelah pemotongan yang mempengeruhi kualitas daging antara lain meliputi metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, ph karkas dan daging, metode penyimpanan, macam otot daging dan lokasi pada suatu otot daging. Soeparno (1994) menyatakan bahwa karkas dan non karkas yang merupakan hasil dari pemotongan ternak dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Bagian non karkas (offal), terdiri dari bagian yang layak dan tidak layak digunakan. Komponen-komponen yang layak digunakan dan diproses menjadi produk lain yang bernilai ekonomis. Berat daging unggas bervariasi dan tergantung jenis unggas, keturunan dan persilangan. Ayam pedaging muda dengan pemeliharaan yang baik, beratnya dapat mencapai 1,5 kg sampai 5 kg, karena unggas mempunyai bulu-bulu, maka hal ini menentukan pula beratnya. Daging yang dapat diperoleh setelah unggas disembelih dan dihilangkan bulunya sekitar 80% sampai 90%, dan bagian yang dapat dimakan rata- rata 40% sampai 60% saja (Artikel UGM. 2007).

Berdasarkan hasil praktikum bahwa berat badan 1,72 kg dan ayam yang digunakan saat praktikum adalah ayam muda sesuai dengan pernyataan dari artikel UGM. 3.2.2 Pemeliharaan

3.2.2.1 Kegiatan Rutin Kegiatan pra-pemeliharaan terdiri dari mencuci kandang dilakukan selama 2 hari, pencucian menggunakan air bersih dan alat pel agar sisa-sisa feses maupun sisa-sisa kotoran saat pemeliharaan sebelumnya dapat dihilangkan. Kandang anak ayam dibersihkan dengan air bersih yang dicampur pembunuh kuman. Kemudian dibiarkan beberapa saat dan tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang. Semua peralatan, termasuk indukan tempat pakan, dan tempat minum distrerilkan (Rasyaf, 1997). Menurut Jafendi (1999) kegiatan dalam pra pemeliharaan ini peternak harus benar-benar melaksanakannya, karena menyangkut dengan berhasil atau tidaknya suatu usaha beternak. Kegiatan pra pemeliharaan ini dapat meliputi: a. Membersihkan lingkungan kandang, jadi kebersihan selain kandang juga harus memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar baik pada ternak maupun pada manusianya. b. Membersihkan bagian kandang itu sendiri, seperti pembersihan bagian langitlangit kandang, dinding kandang, alas kandang dan halaman kandang. c. Melakukan pengapuran pada seluruh bagian kandang baik yang ada didalam kandang maupun pada sekitar luar kandang dan melakukan penyemprotan desinfektan. Kegiatan ini dilakukan karena untuk mendapatkan kondisi kandang yang bebas dari beberapa bibit penyakit dan memutus rantai kehidupan bakteri yang ada pada masa pemeliharaan sebelumnya, sehingga ayam yang dipelihara pada masa pemeliharaan selanjutnya tidak tertular dan dapat berproduksi dengan sehat. d. Selain pembersihan kandang juga tidak kalah pentingnya dalam

membersihkan peralatan kandang yang digunakan dalam pemeliharaan. Peralatan yang digunakan harus benar-benar steril atau sucihama,

pembersihan ini dapat menggunakan air bersih dan desinfektan, seperti biocid, bromosep, antisep, lysol, medisep, formalin 40%, dan sebagainya. e. Mempersiapkan semua perkandangan dan peralatan kandang yang akan digunakan dalam pemeliharaan yang telah disucihamakan, seperti

mempersiapkan tempat pakan dan minum, penerangan berupa lampu dan pemanas berupa induk buatan (brooder) contohnya gasolex, mempersiapkan litter berupa sekam padi dengan ketebalan 7 cm sampai 10 cm, sekat atau pagar pembatas (chick guard), pemasangan tirai, dan mempersiapkan pakan, obat-obatan, vitamin, dll, yang penting yang dibutuhkan saat pemeliharaan berlangsung. Kegiatan pra pemeliharaan selain yang telah disebutkan ada suatu hal yang tidak kalah pentingnya yaitu perhatian penting terhadap perkandangan. Kandang berperan sangat penting dalam usaha peternakan ayam broiler, oleh karenanya kandang memenuhi segala persyaratan yang dapat menjamin kesehatan serta pertumbuhan pada ayam (Rasyaf. 1984). Kandang ayam broiler biasa yang digunakan pada perternakan umum ada lima sistem yaitu: litter yaitu bentuk lantai yang tidak berlubang. Bahan yang digunakan biasanya yang mudah menyerap air seperti jerami dan serbuk gergaji; wire yaitu laitai yang menggunakan kawat; slat, kombinasi wire dan litter, kombinasi slat dan litter (Rasyaf. 1984). Berbeda dengan sistem kandang yang digunakan praktikum di Exsfarm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman dengan menggunakan tipe kandang monitor (berlitter dan

panggung).Dengan alasan karena model seperti itu mudah sekali dibersihkan dan kotoran langsung jatuh kebabawah sehingga bau amoniak tidak berpengaruh terhadap ayam. Kandang periode awal atau brooding house dapat berbentuk persegi atau lingkaran dengan tinggi sekat (chick guard) sekitar 45 sampai 60 cm dengan dinding sebagian tertutup. Kandang sebaiknya dibangun lebih tinggi, dan menghadap arah terbitnya matahari, dekat dengan sumber air, serta ditanami pohon pelindung di sekitar kandang dan dijaga jangan sampai gundul serta diusahakan tidak ada genangan air di sekitar kandang. Hal ini penting untuk

menghindari suhu yang terlalu panas dan menjaga agar udara tetap segar sepanjang hari (Samosir. 2000). Ketepatan pemberian pemanas (temperatur ruangan) dapat diketahui dengan mengamati tingkah laku anak ayam apabila anak ayam bergrobol menjauhi sumber pemanas dikarenakan temperatur terlalu tinggi; anak ayam bergerombol mendekati sumber panas berarti temperatur kurang atau terlalu rendah; dan anak ayam tenang, menyebar merata, gerakannya aktif berarti temperatur sesuai dengan kebutuhan ayam (Rasyaf, 2008). Menurut Rasyaf (1997) pada pemeliharaan anak ayam dengan menggunakan kandang yang luas diperlukan adanya pelindung anak ayam (chik guard) atau sekat dengan jarak 6075 cm dari sumber pemanas dengan tinggi sekitar 45-60 cm. Kegiatan terakhir adalah mengistirahatkan kandang selama 1-2 minggu. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan penularan penyakit atau sisa-sisa penyakit yang masih ada di dalam kandang tersebut. Lama pengosongan kandang (1-2 minggu) erat kaitannya dengan perencanaan usaha aktivitas produksi ayam. Lama pengosongan sebaiknya tidak kurang dari 7 hari (Rasyaf, 1997). Pelaksanaan saat pra pemeliharaan akan menentukan keberhasilan dalam pemeliharaan selanjutnya. Apabila persiapan kandang ini dilakukan dengan baik maka kemungkinan besar pemeliharaan akan berhasil dengan pertumbuhan ayam yang baik dan sehat, tetapi apabila perlakuan terhadap pra pemeliharaan dilakukan dengan tidak benar, maka tahap pemeliharaan selanjutnya akan mengalami kegagalan. 3.2.2.2 Kegiatan Insidential Menurut Murtidjo (1992) pemeliharaan ayam broiler sesuai pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua periode, yaitu: a. Periode awal atau starting period, yaitu pemeliharaan ayam mulai umur nol sampai 3 atau 4 minggu, serta memerlukan pemeliharaan secara insentif atau benar-benar diperhatikan. b. Periode akhir atau finishing period, yaitu pemeliharaan ayam yang berumur lebih daari 3 atau 4 minggu sampai pemanenan. Pada tatalaksan pemeliharaan

ayam broiler tidak lepas dari masalah-masalah perkandangan, pakan, pencegahan penyakit serta hal-hal yang erat hubungannya dengan tatalaksana pemeliharan ayam pada umumnya. Menurut Abidin (2002), pemeliharaan ayam broiler diawali dengan penerimaan DOC di peternakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerimaan DOC, yaitu : a. Pemanas yang sudah ada dinyalakan 1 2 jam sebelum DOC datang. b. Pastikan temperatur brooder sudah memenuhi standar 33C c. Alas koran harus dalam keadaan bersih, terdapat tiga lapis koran dan diangkat satu lapis tiap hari (sampai hari ketiga) d. Menyiapkan air minumdari larutan gula 2% (1kg gula merah dalam 10 liter air minum) atau dapat menggunakan larutan sorbitol yaitu campuran antara larutan gula dan antibiotik. e. Penyiapan batu kerikil bersih dan diletakan dalam piringan galon air minum ukuran 7 liter (2 galon). Bila galon yang diginakan ukuran 2 liter ,piringan tidak perlu diberi kerikil. f. Pada saat DOC tiba catat jumlahnya, jam kedatangan, kondisi DOC dan kondisi boks, kemudian buka semua tutup boks dan biarkan sampai 15 menit supaya DOC dapat menyesuaikan dengan lingkungan setempat. g. Timbang sampel DOC,hitung jumlahnya dan masukan DOC ke dalam brooder dengan hati-hati. h. Biarkan DOC minum selama 2 jam, siapkan pakan yang telah diayak dan ditaburkan tipis kedalam feeder tray. i. Setelah 2 jam dan pastikan DOC telah minum semuanya, ganti air minum dengan air vitamin anti stres. Setelah penerimaan DOC maka hal yang dilakukan yaitu pemberian pakan dan minum secara berkala. Manajemen pakan yang harus dilakukan yaitu : a. Pemberian pakan pada periode starter menggunakan pakan dengan kandungan protein 21%. Kandungan protein tinggi ditujukan untuk memacu pertumbuhan ayam yang optimal pada periode awal. Pemberian pakan dilakukan secara

bertahap (sedikit demi sedikit) pada umur awal (1 minggu). Pemberian pakan starter dilakukan sampai dengan umur 21 hari. b. Pakan pada periode finisher menggunakan pakan dengan kandungan protein minimal 19%. Hal tersebut bertujuan untuk efisiensi pakan, karena pada periode finisher laju pertumbuhan sudah mulai menurun. Penggantian pakan dilakukan secara bertahap dari pakan starter : finisher, 75% : 25%, 50% : 50%, 25% : 75%, finisher total. c. Pemakaian feeder tary (baki), dianjurkan satu tray untuk 70-80 ekor (1-3 hari) sehingga masih tersedia tempat kosong untuk tidur ayam (beeding space). d. Penambahan alas tabung pakan 10 kg sebanyak 10 buah dapat dilakukan pada umur 3hari sehingga kapasitas feeder space untuk 50 ekor dan pada umur 5 hari (20 buah) dengan feeder space untuk 40 ekor. e. Feeder tray yang digunakan harus dalam keadaan kering dan bersih. Jumlah feeder tray sebaiknya dua kali yang diperlukan per kandangnya, sehingga feeder tray sempat dibersihkan setiap hari dan dijemur di sinar matahari. f. Feeder tray bisa dipakai sampai umur 10 hari (asalkan jumlah pakan di dalamnya tidak terlalu banyak/tidak tumpah (maksimal 300gr/tray). g. Dibawah gasolek sebaiknya jangan diberi tempat pakan/ feeder tray karena panas akan merusak nutrisi yang ada dalam pakan. Umur 9 10 hari, penambahan seluruh alas tabung kuning dapat dilakukan sehingga feeder space 1:25 30 ekor. Umur 13 14 hari 50% tempat pakan tabung kuning bisa digantung. Umur 15 16 hari tabung kuning digantung semua. h. Tinggi tempat pakan setinggi tembolok yang diukur dari bibir atas tabung. Prinsip pemberian pakan adalah full feed (pakan selalu tersedia setiap saat), tetapi perlu diingat bahwa ayam lebih suka makan pada suhu optimum sesuai dengan naluri ayam yaitu pagi hari (jam 05.00 08.00) dan sore hari (jam 17.00-20.00). Jadi pada jam-jam tersebut harus lebih diperhatikan ketersediaan pakannya. Pemberian minum dilakukan dengan cara :

a. Pemberian air minum dapat menggunakan galon biasa, galon otomatis (plasson) dan nipple. Air minum yang diberikan harus sesuai standar kebutuhan harian (dibagi beberapa kali pemberian). b. Kapasitas tempat minum (galon/plasson) 1:80-90 ekor (1-4 hari pertama). Penambahan tempat minum dapat dilakukan umur 5-6 hari, menjadi 1:60 ekor. c. Air minum harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, bersih, segar, layak minum, diklorinasi (3 ppm) dan tempat minum terjangkau dengan mudah oleh ayam. Klorinasi ini adalah untuk mencegah pencemaran dan penularan bibit penyakit. Kualitas air minum sangat penting karena ayam minum 2 kali jumlah pakan yang dikonsumsinya. d. Pemberian antibiotik umur 1-3 hari sebaiknya dapat habis dalam 4-6 jam. Karena konsumsi minum untuk 4-6 jam relatif masih sangat sedikit, sebaiknya dituang langsung ke plasson (sadle conector ditutup). Tetapi vitamin yang diberikan 6-12 jam dapat dicampur ke dalam tangki kandang. e. Sangatlah penting bahwa air minum tersedia setiap saat untuk broiler karena kekurangan pasokan air minum baik dalam jumlah penyebaran serta tempat air minum dan konsumsinya dapat mengurangi laju pertumbuhan. f. Tempat air minum harus selalu diperiksa ketinggianya setiap hari dan disesuaikan agara tepi tempat air minum sejajar dengan tembolok ayam broiler sejak hari ke-18 dan seterusnya. Ketinggian nipple disesuaikan secara sentral menggunakan kerekan sehingga ayam dapat minum dengan mendongakan kepalanya 45 terhadap nipple. g. Pada temperatur normal, konsumsi air minum ayam adalah 1,6-1,8 kali dari konsumsi pakan. Faktor ini sebaiknya digunakan sebagai pedoman, sehingga penyimpangan konsumsi yang berkaitan dengan kualitas pakan, temperatur dan kesehatan ayam dapat segera diketahui. Tempat pakan dan air minum dibersihkan terlebih dahulu sebelum diberikan pakan atau minum. Pembersihan tempat pakan dan air minum di ExFarm dilakukan dua kali dalam sehari. Kegiatan rutin pada pagi hari dimulai pukul 06.00 WIB, sedangkan pada sore harinya pada pukul 16.00 WIB. Tempat air minum di cuci dengan air bersih kemudian dibilas dengan air bersih dan

Tempat pakan dibersihkan dari kotoran dan sekam dengan cara diayak atau dibersihkan dengan tangan. Dalam melakukan pengayakkan diusahakan jangan banyak membuang pakan Tempat minum atau galon dibersihkan terutama pada bagian dalam leher galon dengan menggunakan air untuk mengangkat kotoran dan mikroba atau mikroorganisme yang masih menempel. Kemungkinan terserang penyakit kecil oleh karenanya tempat air minum diusahakan tetap bersih. Air yang digunakan untuk membilas galon tidak di campur dengan desinfektan. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan North (1990) semua sarana dan pemeliharaan unggas harus selalu dalam keadaan bersih, tidak hanya membersihkan alat-alat kandang dan membuang limbah dari dalam kandang, tetapi juga ditunjang dengan penggunaan desinfektan tertentu untuk mencegah mikroorganisme patogen. Pemberian pakan saat praktikum dilakukan secara bertahap. Minggu pertama setiap 2 jam sekali, minggu kedua 4 jam sekali serta minggu ketiga dan keempat 6 jam sekali. Maksud dari cara bertahap ini untuk membantu pertumbuhan organ dan tubuh broiler agar sempurna dan mencegah penimbunan lemak yang berlebihan. Air minum yang diberikan pada ayam biasanya dicampur dengan antibiotik dan vitamin. Misalnya saja saat praktikum antibiotik yang diberikan yaitu doxterin, sulfamonothoxin, dan cyprogrin. Sedangkan vitamin yang diberikan misalnya agriminovit, minovit dan supralit. Pemberian sulfamonothoxin ditujukan untuk pencegahan penyakit malaria pada ayam dan cyprogrin untuk mencegah penyakit SNOT ( coryza ). Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha Peternakan. Oleh karena itu, pemberian pakan pada ayam broiler harus benar-benar diperhatikan, karena 60% sampai 80% biaya produksi merupakan biaya pakan (Rasyaf, 1984). Tujuan utama pemberian pakan pada ayam niaga pedaging adalah menjamin pertambahan bobot badan selama pertumbuhan dan penggemukan. Kekurangan protein dari ransum dapat mengakibatkan pertumbuhan ayam niaga pedaging (broiler) terhambat, menambah sensitifitas ayam terhadap aflatoxin dan mengurangi efisiensi ransum (Rasyaf, 1984). Pakan yang diberikan

adalah pakan ayam periode starter C201 pakan jadi. Alasan penggunaan pakan jadi ini adalah karena praktis. Pakan jadi yang digunakan tersebut adalah C201. Murtidjo (1992) menyatakan bahwa bahan baku makanan yang digunakan untuk menyusun makanan ternak unggas, adalah bahan baku makanan yang mengandung zat-zat makanan yang bisa memenuhi kebutuhan ternak unggas yang mengkonsumsi. Dari sifat fisik, kimia dan biologisnya. Setiap bahan baku makanan ternak unggas secara umum harus bisa diperoleh zat-zat makanan yang diklasifikasikan menjadi 6 golongan, yakni: air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Tata letak tempat minum dan pakan hendaknya berselang-seling, sehingga menyebar merata sesuai dengan luasan kandang dan memudahkan ayam untuk mendapatkan minum dan pakan tanpa harus berebut. Manfaat yang diperoleh dari penataan tempat tersebut adalah untuk menghindari ayam menjadi stress dan kanibal. Tempat pakan di Ex-Farm II diletakkan pada jarak 2 m. Jumlah tempat minum dan pakan selama pemeliharaan ayam periode awal adalah 40 buah. air minum diberikan secara ad-libitum. Anggorodi (1995) menyatakan bahwa jumlah kandungan air tubuh ayam umur satu minggu adalah sekitar 85%, sehingga dapat dilihat betapa pentingnya air terutama untuk periode awal. Persediaan air yang bersih dan dingin harus cukup agar terjadi pertumbuhan optimum dan menyatakan bahwa ayam membutuhkan air yang bersih dan dingin untuk pertumbuhan, produksi dan efisiensi penggunaan pakan. Kekurangan hanya untuk satu hari saja dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan menurunkan kecepatan

pertumbuhan ayam broiler. Pakan yang diproduksi oleh PT Charoen Pokphand Jaya Farm mengandung air maksimal 13%. Anggorodi (1995), menyatakan

bahwa ransum komersial bagi unggas mengandung lebih kurang 10% air, dengan mengkonsumsi ransum 2,0 sampai 2,5 gram air untuk setiap gram ransum yang dimakan selama masa pertumbuhan. Tatacara pemeliharaan yang tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan kondisi dan kesehatan ayam. Ayam yang kurang sehat dapat di beri vitamin atau obat-obatan. Untuk mencegah terjadinya penyakit pada ayam, dapat dilakukan

program vaksinasi. Vaksinasi yaitu memasukkan vaksin ke dalam tubuh termak dan merupakan suatu usaha dengan tujuan melindungi ternak terhadap serangan penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bibit penyakit yang telah dilumpuhkan atau dilemahkan keganasannya atau virulensinya yang dimasukkan pada tubuh ayam yang sehat (Prabowo. 2002). Jenis vaksin ada yang aktif dan inaktif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan vaksinasi, meliputi: ayam harus sehat, jumlah dan umur ayam yang diketahui secara pasti, vaksin harus dalam kondisi baik, melakukan vaksinasi pada pagi hari dan lakukan dengan cepat, bekas botol vaksin dan spuit plastik yang dipakai dimusnahkan, penyimpanan vaksin dengan baik. Adapun cara pemberian vaksin yaitu melalui tetes mata atau tetes hidung, melalui pencampuran air minum, secara parental atau injeki (intramuscular dan subcutan), tusuk sayap, dan sprayer atau penyemprotan (Prabowo. 2002). Sauvani (2007) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam vaksinasi yaitu jenis vaksin, metode vaksin, jadwal vaksin, dosis vaksin, waktu pemberian vaksin dan cara penyimpanan vaksin tersebut. Vaksinasi yang dilakukan pada praktikum pemeliharaan ayam broiler di Exfarm dilakukan pada ayam umur 4 hari dengan pemberian vaksin aktif berupa vaksin ND, yaitu dengan tetes mata dan injeksi secara subkutan di bagian kepala ayam, pemberian vaksin hindari dari kontak langsung sinar matahari, kemudian pada umur 12 dilakukan vaksinasi ND dengan cara tetes mata. Pemberian vaksin melalui air minum sebaiknya ayam dipuaskan minum terlebih dahulu selama 2 jam, agar vaksin yang diberikan nantinya habis terminum oleh ayam yang kondisinya haus. Vaksin yang diberikan tidak boleh tercecer, karena dapat menimbulkan penyakit sesuai dengan jenis vaksinnya. Pemeliharaan ayam yang telah melakukan program vaksinasi maka kemungkinan terserangnya bibit penyakit tertentu akan terhindari, atau pun mengurangi terserangnya bibit penyakit tersebut (Prabowo. 2002). Vaksin ND 1 biasanya dilakukan pada minggu pertama. Pada saat praktikum, vaksin ND1 diberikan saat ayam berumur 4 hari dengan cara tetes mata dan subcutan, sebenarnya vaksin ini dapat dilakukan juga dengan cara

intramuskular. ND 1 bersifat aktif atau kill. Setelah broiler berusia 11 hari maka divaksin IBD atau gumboro. Metode vaksin yaitu dengan drink water ( DW ), karena vaksin bersifat inaktif. Pada metode DW ini vaksin dilarutkan bersama dengan air yang telah dicampur dengan susu skim. Vaksin dengan metode DW biasanya disimpan dalam tempat yang dingin (kulkas atau dengan es batu). Tujuan dari penyimpanan seperti ini adalah agar vaksin tidak mati karena suhu lingkungan yang lebih tinggi sehingga vaksin diinaktifkan terlebih dahulu. Penggunaan susu skim selain untuk media pertumbuhan vaksin juga berfungsi untuk membantu menguatkan daya tahan ayam ( Alferd, 2005 ). Saat praktikum, ternyata ayam yang telah divaksin ND 1 dan IBD mengalami kelumpuhan sebagian ( tidak bisa berjalan ) bahkan ada yang mati. Menurut Alferd (2005) Kelumpuhan pada ayam setelah vaksinasi umumnya merupakan reaksi post vaksinal akibat pengaruh vaksin yang cukup keras,atau pada saat di vaksin terdapat sejumlah ayam yang kondisinya lemah. Untuk menghindari hal itu sebaiknya pastikan ayam benar- benar sehat saat divaksin dan jangan mengganti- ganti vaksin dengan konsentrasi atau jenis yang lain. Kegiatan insidental berikutnya adalah melakukan bedah bangkai terhadap ayam yang mati untuk mengetahui jenis penyakit yang telah menyerang. Selain itu kegiatan insidental berikutnya adalah melakukan diskusi. Diskusi dilakukan tiap minggu sekali, diskusi tersebut mengenai evaluasi keseluruhan kegiatan di kandang sampai dengan perhitungan hasil pemeliharaan meliputi, perhitungan jumlah anak ayam yang mati, sisa ayam, deplesi, konsumsi pakan, pakan rata-rata, PBB, BB, FCR, dan IP. Selain melakukan kegiatan diatas, kegiatan pasca pemeliharaan yang lainnya yaitua menghitung hasil pemeliharaan berdasarkan catatan rekording. Halhal yang dihitung yaitu deflesi, FCR, efisiensi pakan dan indeks produksi. Manfaat yang dapat diambil dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ternak dan mengetahui kemajuan suatu usaha peternakan (laba rugi). a. Menghitung deflesi ( tingkat kematian ) Deflesi adalah presentasi kematian ayam yang dipelihara dengan jumlah ayam yang masuk. Deflesi dapat dihitung dengan rumus :

Semakin tinggi nilai deflesi, maka angka kematian ayam tinggi pula sehingga jumlah ayam yang hidup semakin sedikit. Angka deflesi yang tinggi bisa diakibatkan penyakit maupun manajemen yang tidak sesuai. b. Menghitung Feed Consumption Ratio ( FCR ) Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Nilai FCR dapat dihitung dengan rumus :

Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi (Prabowo, 2007). Misalnya FCR 1 ini berarti untuk menghasilkan kenaikan berat badan 1kg dibutuhkan pakan sebanyak 1 kg/ ekor. c. Menghitung efisiensi pakan Efisiensi pakan yaitu banyaknya pakan yang diperlukan untuk yaitu :

menghasilkan produksi. Rumusnya terbalik dengan rumus FCR,

Beda halnya dengan FCR semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka akan semakin bagus, karena dengan pakan yang sedikit dapat menghasilkan produksi daging yang tinggi. d. Menghitung indeks produksi ( IP ) Indeks produksi merupakan suatu angka yang menunjukan tingkat kemajuan produksi ayam, semakin tinggi IP maka hal ini berarti produksi ayam semakin bagus dan sebaliknya. Biasanya standar IP tiap perusahaan berbeda- beda , namun pada intinya IP diatas 300 sudah menunjukan produksi yang baik. ( ) ( )

Berdasarkan hasil perhitungan saat praktikum diperoleh data produksi yaitu bobot ayam akhir 900 gr dan IP 297. IP rendah dikarenakan FCR yang tinggi. Ini diakibatkan karena pemberian pakan yang tidak dikehendaki.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Penyembelihan ayam saat praktikum dilakukan dengan metode Kosher, yaitu memotong ketiga urat yang terletak di leher, meliputi saluran makanan, saluran pernapasa dan pembuluh darah yang tebal di kanan kiri dan arteri sampai putus. 2. Parting merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut karkas yang dipotong-potong menjadi beberapa bagian. 3. Karkas dipotong menjadi 9 bagian yang terdiri dari 2 paha atas, 2 sayap, 2 dada tulang dan 1 dada tengah/isi. 4. Berat karkas utuh pada ayam 70% dari bobot badan. 5. Kegiatan pra-pemeliharaan dilakukan untuk mempersiapkan seluruh kandang maupun peralatan yang akan dipakai dalam proses pemeliharaan. 6. Kegiatan yang dilakukan pada pra-pemeliharaan, antara lain pembersihan lingkungan peralatannya, kandang, pengapuran, tirai, pensucihamaan kandang dan

penutupan

fumigasi,

pengistirahatan

kandang,

persiapan brooder dan sekam serta pakan dan obat-obatan 7. Masa pemeliharaan ayam broiler terdiri dari masa pemeliharaan awal (starter) dan masa pemeliharaan akhir (finisher). 8. Pemberian pakan tidak diukur, apabila ada tempat pakan yang habis maka diisi pakan 9. Tempat air minum berbentuk galon 10. Sistem atap kandang yang digunakan merupakan sistem atap monitor karena tipe ini mendukung kelancaran sirkulasi udara dari luar kandang ke dalam kandang. 11. Vaksinasi ND I dilakukan dengan menggunakan metode injekdi sub cutan dan tetes mata sedangkan vaksinasi ND II dan gumboro dilaksanakan dengan metode pencampuran dalam air minum. 12. Indeks produksi ayam dipengaruhi oleh bobot badan, mortalitas, konversi pakan dan lama pemeliharaan.

4.2. Saran 1. Praktikum lebih dikonsep lagi dengan benar dan serius. 2. Adanya konfirmasi antar asisten dan dosen pengampu. 3. Konfirmasi antara sisten dan koordinator kelompok. 4. Diperjelas lagi tentang praktikum manajemen ternak unggas dari mulai kegiatan praktikum hingga laporan akhir.

Anda mungkin juga menyukai