Oleh Kelompok 5:
A. fadholi ( 2100820001) Erni Turiana (2100820007) Suhaini (2100820011) Harist aditya H. ( 2100820021) Novita ratna sari (2100820044) Farid Alaudin Zain (2100820037) POGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2011-2012
TUJUAN PENENTUAN HARGA TRANSFER Harga transfer merupakan mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan. Harga transfer dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan antara lain : Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita, meningkatkan laba unit usaha yang juga akan meningkatkan laba perusahaan. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual. System tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola
METODE PENENTUAN HARGA TRANSFER Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok. Ketika suatu pusat laba disuatu perusahaan membeli produk dari, dan menjual ke satu sama lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah : 1. Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari pemasok luar? Hal ini merupakan keputusan sorcing. 2. Jika diproduksi secara internal, pada tingkat harga berapakah produk tersebut akan ditransfer antar pusat laba ? hal ini merupakan keputusan harga transfer.
Situasi Ideal Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan cita-cita jika kondisi-kondisi dibawah ini ada : Orang-orang yang kompeten.
Atmosfer yang baik. Para manajer menjadikan profitabilitas sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja mereka.
Harga pasar. Harga pasar yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan
biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative yang ada.
Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancer untuk melakukan
Hambatan-hambatan dalam Perolehan Sumber daya Situasi dimana manajer pusat laba tidak memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan tersebut dan akibat-akibat yang terjadi dengan adanya hambatan dalam perolehan sumber daya pada kebijakan harga transfer yang ada. Pasar yang terbatas Dalam banyak perusahaan, pasar bagi pusat laba penjual atau pembeli dapat saja sangat terbatas. Ada beberapa alasan akan hal ini:
1. Keberadaan kapasitas internal mungkin membatasi pengembangan penjualan
eksternal. 2. Jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang terdeferensiasi, tidak ada sumber daya dari luar. 3. Jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar, maka perusahaan cenderung tidak akan menggunakan sumberdaya dari luar kecuali harga jual diluar mendekati biaya variable perusahaan, dimana hal itu jarang terjadi. Bagaimana suatu perusahaan dapat mengetahui tingkat harga kompetitif jika perusahaan tersebut tidak membeli atau menjual produknya ke pasar bebas ?
1. Jika ada harga pasar yang diterbitkan, maka harga tersebut dapat digunakan untuk
menentukan harga transfer. 2. Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran (bid). 3. Jika pusat laba produksi menjual produk yang serupa dipasar bebas, maka pusat laba tersebut seringkali meniru harga kompetitif berdasarkan harga diluar.
4. Jika jika pusat laba pembelian membeli produk yang serupa dari pasar luar/bebas, maka pusat laba tersebut dapat meniru harga kompetitif untuk produk-produk eksklusifnya.
Kelebihan atau kekurangan kapasitas industry.
Jika jumlah transfer dalam perusahaan adalah kecil atau jika situasi tersebut bersifat sementara, banyak perusahaan membiarkan para pembeli dan penjual untuk saling bekerja sama tanpa campur tangan kantor pusat. Harga Transfer Istilah HT ini dijumpai pada perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat laba dan antar pusat laba tersebut terjadi transfer barang/jasa. Adanya transfer barang dan jasa dihubungkan dengan proses deferensiasi bisnis dan karena perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis. Diferensiasi bisnis = diversifikasi jalan yang dibuat seorang manajemen saat ia menghadapi banyak ketidakpastian, sehingga resiko bisnis meningkat, sehingga untuk menurunkan resiko, ia membuat diversifikasi. Misalnya : Perusahaan semen yang berkembang mempunyai 2 alternatif : Alternatif 1 : Terus menginvestasikan dana di usaha semen Alternatif 2 : Melakukan diversifikasi pada industri lain yang berlainan dengan bisnis sebelumnya (bisnis semen) Diversifikasi biasa ditempuh melalui proses divisonalisasi (proses pembentukan divisi-divisi yang berperan sebagai pusat laba, yang diserahi fungsi produksi, pemasaran dan diberi tanggung jawab untuk hasilkan laba yang sepadan dengan investasi yang ditanam dalam bisnis divisi) Peran Harga Transfer : 1. Harga Transfer MEMPERTEGAS DIVERSIFIKASI HT menetapkan dengan tegas hak masing-masing menajer divisi uyntuk mendapatkan laba. Tiap-tiap divisi yang terlibat merundingkan unsure-unsur yang membentuk HT, karena unsure-unsur tersebut akan berdampak terhadap laba yang pada akhirnya laba tesebut digunakan untuk mengukur kinerja divisi
Keputusan mau membeli sumber dari dalam perusahaan atau dari luar perusahaan
2. Keputusan Penentuan HT / Transfer Pricing Decision
Jika dipilih keputusan membeli dari dalam, akan timbul keputusan berikut : Pada harga berapa HT diterapkan ? Karakteristik Ht : 1. Masalah HT timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya berdasarkan laba divisinya. o Perusahaan yang dibentuk berdasarkan divisi-divisi akan dinilai kinerjanya berdasarkan laba yang diperoleh, maka manajer pusat laba sangat peduli terhadap factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan laba, termasuk di dalamnya penentuan HT (baik bagi divisi pembeli/penjual). o Jika beli, gak mau menanggung rugi akibat ketidakefisienan divisi penjual o Jika jual, gak mau jual terlalu murah, hanya karena alasan masih dalam satu perusahan 2. HT SELALU MENGANDUNG UNSUR LABA Bagi divisi penjual, HT merupakan pendapatan yang pada gilirannya merupakan unsure laba yang dipakai sebagai dasar penilaian kinerja, sehingga adanya transfer barang ke divisi pembeli harus mengandung unsur biaya di dalamnya 3. HT MERUPAKAN ALAT MEMPERTEGAS DIVERSIFIKASI, SEKALIGUS MENGINTEGRASIKAN DIVISI YANG DIBENTUK Proses pembentukan HT memberi kesempatan kepada manajer divisi yang terkait untuk merunding semua unsure pembentuk HT, karena unsure ini akan mempengaruhi besar kecilnya laba. Dengan HT, divisi yang telah dibentuk dianggap sebagai perusahaan independent yang melakukan nego penetapan harga barang yang ditransfer antar divisi tersebut. MASALAH YANG TIMBUL DALAM PERUNDINGAN HT Masalah ini muncul akibat adanya penilaian kinerja yang dinilai dari laba yang diperoleh suatu divisi, termasuk HT sehingga sering timbul masalah dalam penentuan besarnya HT yang disepakati yaitu : 1. DASAR APA YANG AKAN DIPAKAI SEBAGAI LANDASARN PENENTUAN HT ? Full Costing Biaya Penuh Rill Variabel Costing
BIAYA
ABC
Full Costing Biaya Penuh Dasar Penentuan Harga Transfer ABC HARGA PASAR 2. Besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer Penentuan Ht Berdasarkan Biaya Berdasarkan biaya penuh produk yang ditransfer, yang dapat dipilih antara biaya penuh riil dan biaya penuh standart. Bila biaya riil yang dipilih, ada kemungkinan tejadi ketidakefisienan divisi penjual dibebani ke divisi pembeli (karena biaya penuh divisi penjual mengandung pemborosan) Biaya ini tidak baik digunakan sebagai dasar penetapan HT Bila biaya penuh standart yang dipilih, hal di atas dapat dihindari karena biaya standart mencerminkan operasi terbaik dengan biaya yang seharusnya dibebani oleh divisi penjual. Tapi biaya standart ini akan membuat keenganan divisi penjual untuk memperbaiki efisiensi produksi, karena jika efisiensi ditingkatkan, HT menjadi kecil dan akhirnya laba yang dihasilkan divisi penjual turun kinerja turun. Untuk mamcu divisi penjual untuk melakukan efisiensi, penurunan biaya standart sebagai hasil perbaikan efisiensi, biaya stndart tidak langsung digunakan sebagai dasar penentuan HT, tetapi dalam waktu tertentu, divisi penjual diberi kesempatan untuk menikmati tambahan laba akibat efisinesi, sehingga penlaian kinerja naik. Yang Harus Diperhatikan Jika BIAYA dijadikan sebagai dasar penentuan HT 1. Metode Penentuan HT harus mendorong divisi penjual senantiasa melakukan perbaikan efiensi dan produktivitasnya 2. Jika terjadi ketidakefisienan pada divisi penjual, tidak boleh dialihkan ke divisi pembeli melalui HT 3. Untuk menentukan HT, harus ada aturan, oleh sebab itu tiap ada transfer barang harus dilakukan melalui negoisasi Rumus Umum HT HT = Biaya Penuh** + Laba Standart Variabel Costing
**) Biaya Penuh bisa memakai 3 pendekatan : 1. Pendekatan Full Costing 2. Pendekatan Variabel Costing 3. Pendekatan ABC
Kelemahan Penentuan HT atas dasar BIAYA 1. Biaya penuh divisi penjual akan diperiksa / disetujui oleh divisi yang terlibat, sehingga bisa saja ada biaya yang akan ditolak divisi pembeli sebagai biaya yang tidak efisien dan jika divisi pembeli membeli produk dengan jumlah banyak minta harga khusus 2. Sulit untuk menentukan laba / ROI yang wajar bagi divisi penjual. Apalagi bila sebagian besar produk divisi penjual dijual ke luar, maka perlu dipisahkan antara biaya untuk penjualan ke luar dank e dalam (agar divisi penjual bisa menghitung laba yang diperoleh dari penjualan keluar) 3. Harus dicapai persetujuan lebih dahulu antar divisi penjual dan pembeli mengenai biaya apa saja yang dapat diterima sebagai dasar penentuan harga transfer. 4. Sebenarnya sangat sulit untuk menentukan laba atau ROI yang wajar bagi divisi penjual 5. Divisi penjual menjamin akan mandapatkan laba atau ROI seperti yang telah disetujui divisi pembeli dan penjual padahal ini menjadi dasar penilaian kinerja divisi penjual. PENENTUAN TRANSFER PRICE ATAS DASAR HARGA PASAR Jika produk yang mau ditransfer punya harga pasar, maka harga pasar dapat dipandang sebagai dasar yang adil. Harga pasar dipandang sebagai Opportunity Cost : Penjual Penghasilan yang akan dikorbankan di dalam mentransfer produk kepada divisi pembeli Penjual Biaya yang seharusnya dikeluarkan jika produk tersebut dibeli dari luar. o Harga Pasar disini adalah HARGA PASAR MINUS dengan alasan :
penghematan pada divisi penjual, sehingga terjadi potongan volume (volume discount) 2. Dalam transfer barang, divisi penjual tidak mengeluarkan biaya-biaya seperti iklan, promosi, komisi dll 3. Juga untuk transfer tidak dibutuhkan biaya penggudangan. Kelemahan Harga Pasar : 1. Tidak semua produk punya harga pasar 2. Divisi penjual punya pasar yang sudah pasti (yaitu divisi pembeli) sehingga keuntungan ini hanya dinikmati oleh divisi pembeli saja (divisi penjual hanya dituntut harus bisa capai harga pasar) 3. Tentukan Harga pasar terkadang sulit saat harga pasar sangat berfluktuatif PASAR TERBATAS Dalam pasar yang terintegrasi, sourcing decision jadi sangat terbatas : Divisi penjual kesulitan cari alternative pasar di luar perusahaan bagi produknya Divisi pembeli kesulitan cari alternative pemasok lain di luar perusahaan Hal ini disebabkan karena keadaan sbb : 1. Jika 1 divisi dalam sebuah perusahaan adalah pemasok tunggal bagi komponen suatu produk, tidak mungkin terdapat kapasitas yang disediakan oleh pemasok luar untuk komponen produk tersebut. 2. Jika suatu perusahaan telah putuskan untuk melakukan investasi yang significant dalam 1 fasilitas produksi, kecil kemungkinan perusahaan tersebut menggunakan sumber dari luar perusahaan untuk memenuhi kebutuhan produk, meskipun di luar perusahaan tersedia sumber tersebut bisa gunakan sumber dari luar perusahaan, asal harga yang ditawarkan oleh pemasok luar mendekati biaya variable perusahaan sangat jarang terjadi 3. Tersedianya kapasitas di dalam perusahaan membatasi penyediaan kapasitas di luar perusahaan. Masalah Dalam Penentuan Harga Transfer Setiap harga transfer akan menjadi biaya variable bagi divisi pembeli, meskipun dari sudut pandang perusahaan secara keseluruhan, harga transfer tersebut mengandung unsur biaya tetap dari divisi penjual JIKA manajer divisi pembeli melakukan perencanaan laba jangka pendek usaha optimasi laba jangka pendek yang dilakukan oleh divisi pembeli tidak selalu berakibat optimasi laba perusahaan secara keseluruhan (hal ini bisa terjadi jika menggunakan harga transfer perunit. Untuk divisi penjual yang menjual seluruh (hampir seluruh) produknya ke divisi lain dalam perusahaan yang sama, divisi penjual disebut CAPTIVE SUPPLIER memiliki tanggung jawab pokok pada pengendalian biaya, mutu produk dan ketepatan jadual produksi
dan TIDAK memiliki wewenang yang significant dalam bidang pemasaran laba divisi CAPTIVE SUPPLIER sangat ditentukan oleh volume produk yang dijual penilaian kinerja SANGAT COCOK di dasarkan atas biaya dibanding LABA Pseudo profit center (pusat laba tidak dalam arti yang sebenarnya) karena laba divisi penjual sangat ditentukan oleh kinerja divisi lain. Untuk memecahkan masalah yang dihadapi Captive supplier di atas, ada dua alternative yang dapat dipilih :
1. Memperlakukan divisi penjual sebagai pusat biaya Pjelasan di atas
2. Memilih satu dari tiga alternative harga transfer : 2.1. Beban tetap bulanan 2.2. Pembagian laba 2.3. Dua macam harga. Pembagian Laba (Profit Sharing) 1. Divisi pembeli dibebani biaya variable standar untuk setiap unit produk yang ditransfer oleh divisi penjual ke divisi pembeli. 2. Biaya variable divisi penjual ke divisi pembeli digunakan untuk menghitung biaya variable kumulatif produk yang selesai diproduksi dan dijual oleh divisi pembeli 3. Setelah divisi penjual berhasil menjual produk tersebut ke pasar luar, laba kontribusi yang diperoleh dibagi secara adil kepada divisi penjual dan pembeli. Pengelolaan Harga Transfe Ada 2 aturan formal yang ditetapkan dalam mengatur penetapan harga transfer : 1. Negosiaasi Antar divisi 2. Arbitrase hanya jika jalan negosiasi tidak bisa ditempuh. Penentuan Harga Jasa Perusahaan Beberapa masalah yang berhubungan dengan pembebanan unit usaha dengan jasa-jasa yang diberikan oleh unit staf perusahaan akan digambarkan dalam bagian ini. Biaya dari unit staf jasa pusat untuk mana unit usaha tidak memiliki kendali seperti, akuntansi pusat, hubungan masyarakat, administrasi dikeluarkan. Jika seluruh biaya ini dibebankan, maka itu semua biaya tersebut akan dialokasikan, alokasi juga bukan termasuk harga transfer. 1. Untuk jasa pusat yang harus diterima oleh unit penerima di mana unit penerima dapat mengendalikan jumlah yang digunakan paling tidak secara parsial 2. Untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan digunakannya atau tidak Pengendalian atas Jumlah Jasa
Manajer unit usaha mungkin diharuskan untuk menggunakan staf perusahaan yang tidak dapat dikendalikan efisiensi kinerjanya ( teknologi informasi dan riset & pengembangan) tetapi dia tapi dapat mengendalikan jumlah jasa yang diterimanya. Ada tiga teori pemikiran mengenai jasa-jasa seperti ini : Teori pertama menyatakan bahwa sebuah unit usaha harus membayar biaya variable standar dari jasa yang diberikan. Teori kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variable standar ditambah porsi yang cukup memadai atas biaya tetap standar yaitu biaya penuh (full cost). Teori pemikiran yang ketiga menyarankan suatu harga yang sama dengan harga pasar, atau biaya penuh standar (standard full cost) ditambah dengan margin labanya. Pilihan Penggunaan Jasa Dalam beberapa kasus, pihak manajemen mungkin memutuskan bahwa unit-unit usaha dapat memilih apakah akan menggunkan unit servis sentral atau tidak. Unit-unit bisnis dapat memperoleh jasa tersebut dari pihak luar, mengembangkan kemampuan mereka, atau memilih untuk tidak menggunakan jasa ini sama sekali. Kesederhanan dari Mekanisme Harga Harga yang dibebankan untuk servis perusahaan tidak akan mencapai tujuan kecuali metode dalam menghitungnya dapat dimengerti dan dipahami dengan cukup mudah oleh para manajer unit usaha. Administrasi Harga Transfer Negosiasi Pada sebagian besar perusahaan, unit-unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain; maksudnya, harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf sentral. Alasan yang paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan membuat suatu harga jual dan menentukan harga pembelian yang paling cocok merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen lini. Alasan lain bagi unit usaha untuk menegosiasikan harga mereka adalah bahwa mereka biasanya memiliki informasi yang paling tepat mengenai pasar-pasar dan biaya-biaya yang ada, sehingga mereka merupakan pihak yang paling mungkin untuk memberikan harga yang pantas. Arbitrase dan Penyelesaian Konflik Bagaimanapun rincinya peraturan penentuan harga (pricing rule), mungkin tidak ada kasus dimana unit-unit usaha tidak setuju pada harga tertentu. Untuk alasan tersebut, suatu prosedur harus dibuat untuk menengahi pertikaian harga transfer. Terdapat tingkat formalitas yang luas dalam arbitrase harga transfer. Kemungkinan ekstremnya akan dibentuk suatu komite yang memiliki tiga tanggungjawab, yaitu :
1. Menyelesaikan pertikaian harga transfer, 2. Meninjau alternative sourcing yang mungkin ada, dan 3. Mengubah peraturan harga transfer bila perlu. Arbitrase dapat dilakukan dengan beberapa cara. Dengan sistem yang formal, kedua pihak menyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak penengah / pendamai (arbitrator). Selain tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan juga mempengaruhi keefektifan suatu system harga transfer. Terdapat empat cara untuk menyelesaikan konflik : memaksa (forcingi), membujuk (smoothing), menawarkan (bargaining), pemecahan masalah (problem solving) Klasifikasi Produk Luas dan formalitas dari sourcing dan peraturan penentuan harga transfer tergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar dan harga pasar. Makin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, makin formal dan spesifik peratutran yang ada. Beberapa perusahaan membagi produknya kedalam dua kelas : Sourcing untuk produk kelas I dapat diubah hanya dengan izin dari manajemen pusat. Sourcing untuk produk kelas II ditentukan oleh unit-unit usaha yang terlibat. Dengan perjanjian semacam ini, pihak manajemen dapat berkonsentrasi pada sourcing dan pricing atas sejumlah kecil produk-produk bervolume besar.
masing-masing manajer divisi memang perlu di monitor dan ditengahi oleh divisi lain yang lebih netral, seperti Divisi/Staf Keuangan. Sehingga dalam proses negosiasi dan implementasi harga transfer tetap memenuhi kasanah goal concruence baik dengan semua divisi sebagai pusat laba maupun dengan tujuan laba perusahaan.
2. Kebijakan Transfer Harga harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai
Memberikan informasi yang relevan ke pada setiap unit usaha untuk menentukan timbal balik optimum antara biaya dan penda patan perusahaan. Menghasilkan ke putusan yang selaras dengan cita-cita,sehingga ke putusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual yang mudah di mengerti dan dikelola. Merancang sistem penentuan harga transfer sedemikian rupa sehingga dapat menjawabdua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk yakni apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelia d a r i pemasok luar (keputusan sourcing), dan bila diproduksi secara internal, pada tingkatharga berapakah produk tersebut akan di transfer antar pusat laba (keputusan hargatransfer)