Anda di halaman 1dari 39

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

---------------------

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-VIII/2010

PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN DARI PIHAK TERKAIT (V)

JAKARTA SENIN, 13 JUNI 2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-VIII/2010 PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial [Pasal 17] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. PEMOHON Maemunah; Sugiarto; Sri Linda Yanti; Rohayati Ketaren; Yunus; Tutut Herlina; Dewan Kesehatan Rakyat; Perkumpulan Serikat Rakyat Miskin Kota; Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia

ACARA Mendengarkan Keterangan Saksi dari Pemohon (V) Senin, 13 Juni 2011, Pukul 14.10 15.30 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Moh. Mahfud MD Achmad Sodiki Harjono Maria Farida Indrati Ahmad Fadlil Sumadi Hamdan Zoelva Anwar Usman (Ketua) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) Panitera Pengganti

Saiful Anwar

Pihak yang Hadir:

Pemohon: Willem Engelbert Lukas Warouw Salamudin Daeng Tutut Herlina Maemunah

Kuasa Hukum Pemohon: Hermawanto

Pemerintah: Mualimin Abdi (Kementerian Hukum dan HAM); Helmi Susila Wardaya (Kementerian Hukum dan HAM); Sahat Sinurat Ahmad Junaidi Hutri Yusti Annisa Rima Pratiwi Oloan Dea Erik

Pihak Terkait: Hotbonar Sinaga ( Direktur Utama PT. Jamsostek ) Usman Sumantri ( PT. Jamkesmas ) I Gede Subawa ( Direktur Utama PT. Askes ) Adiatmika ( PT. Asabri) Heri Yudianto ( Walikota Yogyakarta ) Joko Widodo ( Walikota Solo )

SIDANG DIBUKA PUKUL 14.10 WIB ii

1.

KETUA: MOH. MAHFUD MD Sidang Mahkamah Konstitusi untuk mendengarkan keterangan dari Pihak Terkait yang diundang oleh Mahkamah Konstitusi. Dalam Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor, Perkara 50/PUU-VIII/2010, dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Pemohon silakan perkenalkan diri dulu.

2.

KUASA HUKUM PEMOHON: HERMAWANTO Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Terima kasih, kami Pemohon yang hadir. Saya sendiri Hermawanto, selaku Kuasa Hukum Pemohon. Prinsipal yang hadir adalah Ibu Maemunah, Tutut Herlina, dari DKR yaitu Willem Engelbert, Engelbert, dan Salamudin Daeng. Terima kasih, Yang Mulia.

3.

KETUA: MOH. MAHFUD MD Pihak Pemerintah?

4.

PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb., selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua. Pemerintah hadir, saya sendiri Mualimin Abdi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kemudian di samping kiri saya ada Sahat Sinurat dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Kemudian di sebelahnya ada Ahmad Junaedi dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Kemudian di belakang ada Hutri, Yusti Annisa, Rima Pratiwi, Oloana Dea, dan Saudara Erik dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Terima kasih, Yang Mulia.

5.

KETUA: MUH. MAHFUD MD

Baik, hari ini kita khusus akan mendengarkan enam pihak yang dianggap terkait oleh Mahkamah Konstitusi atau punya pengalaman lapangan dalam konteks perkara ini. Dari Jamkesmas, siapa Bapak? Perkenalkan diri dulu, Bapak. 6. PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Baik, Yang Mulia. Jamkesmas. Terima kasih. 7. Usman Sumantri, Pak, dari Pengelola

KETUA: MOH. MAHFUD MD Jamkesmas, ya? Baik, kemudian dari PT Askes?

8.

PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb., selamat siang, salam sejahtera. Saya Dr. I Gede Subawa, selaku Direktur Utama PT Askes. Terima kasih, Yang Mulia.

9.

KETUA: MOH. MAHFUD MD Ya, berikutnya dari Asabri.

10.

PIHAK TERKAIT: ADIATMIKA (PT. ASABRI) Terima kasih, Yang Mulia. Selamat siang, assalamualaikum wr. wb. Saya Adiatmika, mewakili Direktur Utama PT Asabri, Persero. Terima kasih.

11.

KETUA: MOH. MAHFUD MD Kemudian Bapak Walikota Solo.

12.

PIHAK TERKAIT: JOKO WIDODO (WALIKOTA SOLO) Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Saya Joko Wi, Walikota Solo. Terima kasih.

13.

KETUA: MOH. MAHFUD MD

Kemudian Bapak Walikota Yogya. 14. PIHAK TERKAIT: HERI YUDIANTO (WALIKOTA YOGYAKARTA) Terima kasih, Yang Mulia. Saya Heri Yudianto Walikota Yogyakarta, hadir di sini. Terima

kasih. 15.

KETUA: MOH. MAHFUD MD PT Jamsostek.

16.

PIHAK TERKAIT: HOTBONAR SINAGA (PT. JAMSOSTEK) Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Saya Hotbonar Sinaga, Direktur Utama Jamsostek. Wassalamualaikum wr. wb.

17.

KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik Bapak-Bapak terima kasih. Bapak-Bapak diundang ke sini karena Mahkamah Konstitusi sudah mendapat banyak, apa, pandangan dari Pemohon maupun Termohon. Dan Mahkamah Konstitusi menganggap perlu untuk mendengar pelaku-pelaku langsung, institusiinstitusi langsung yang di lapangan menangani soal ini. Ada yang memang institusi yang khusus dibuat, kemudian ada yang mewakili pembuat kebijakan lokal, yang mungkin dilihat efektif selama ini, yaitu Solo dan Yogya. Nah, untuk itu dipersilakan Pak Harjono untuk me, ini, memimpin untuk pertanyaan-pertanyaan dari Mahkamah.

18.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ya terima kasih, Pak Ketua. Kami ingin informasi scheme-nya saja, scheme-nya. Bukan dalam arti organisasinya bagaimana, scheme dari masing-masing ini. Bagaimana mengespen untuk mengeluarkan semacam asuransi? Jamkesmas bagaimana scheme-nya? Lalu kemudian Askes juga bagaimana scheme-nya? Jamsostek juga ada, Asabri juga ada. Jadi tidak usah dijelaskan, kami Asabri melaksanakan begini, enggak. Ada schemenya apakah juga ada kalo ada asuransi, policy asuransi bagaimana? Penghitungannya bagaima? Siapa yang di-cover? Dalam hubungan apa scheme dikeluarkan?

Untuk kedua Bapak Walikota, saya kira bisa memilih kepada, informasi kepada kami. Apa yang dilaksanakan di daerah masingmasing? Lalu siapa yang di-cover? Lalu teknis bagaimana untuk menanggung biaya-biaya yang di-cover? Saya kira itu, Pak. Kita mulai saja dari Jamkesmas bisa saja, terima kasih. 19. PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb., saya sampaikan beberapa hal terkait dengan penyelenggaraan Jamkesmas. Pertama, tentu masalah peserta dulu, peserta ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan data BPS, kuota. Setiap kabupaten mendapatkan kuota yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik. Berdasarkan kuota tersebut, kemudian kabupaten/kota menetapkan by name orang yang dijamin di dalam Jamkesmas. Jadi by name, by address-nya ditetapkan oleh bupati, walikota, melalui surat keputusan bupati/walikota. Berdasarkan surat keputusan bupati/walikota itu, kami mengumpulkan data itu menjadi master file nasional, menjadi data kepesertaan Jamkesmas. Berdasarkan data kepesertaan Jamkesmas tersebut, secara nasional kami menerbitkan kartu dan mendistribusikan sampai kepada peserta yang telah ditetapkan oleh bupati/walikota tersebut. Itu yang pertama, mengenai kepesertaan. Yang kedua, bagaimana pelayanannya? Hampir seluruh penyakit yang terindikasi medis, secara komprehensif di dalam Jamkesmas dijamin melalui paket-paket yang kita tetapkan. Jamkesmas melalui satu mekanisme insurance (asuransi) bekerjasama dengan 1002 rumah sakit di seluruh Indonesia dan 1005 puskesmas seluruh Indonesia. Mereka melakukan pelayanan kesehatan, kemudian mereka dibayar dengan pola persepktif payment system, dibayar dengan pola pembayaran di muka kepada rumah sakit. Dan hampir semua rumah sakit pemerintah, termasuk rumah sakit umum daerah, ikut serta dalam program ini, sepertiganya rumah sakit swasta yang secara sukarela ikut dalam jaringan pemberi pelayanan kesehatan. Pendanaan, yang ketiga. Pendanaan dihitung berdasarkan anggaran alokasi yang dijamin melalui bantuan sosial pemerintah kepada masyarakat miskin dan tidak mampu yang kemudian anggaran ini dialokasikan oleh Kementerian Kesehatan dan itu menjadi sumber dana APBN yang dikelola oleh, melalui Jamkesmas. Preminya, iurannya tergantung dari utilisasi yang dipakai setiap tahun berdasarkan experience. Kita belum sampai menggunakan berdasarkan aktuaris yang sempurna, tetapi berdasarkan experience yang kita lakukan beberapa tahun ke belakang kita tetapkan kebutuhan anggaran per tahun, seperti itu. Setiap tahun ada peningkatan walaupun tidak telalu besar, Pak Hakim Yang Mulia.

Yang keempat mengenai pelaksanaannya, selama ini pelaksanaannya adalah di organisasi oleh Tim Pengelola Kementerian Kesehatan, Kementerian Kesehatan membentuk Tim Pengelola Jamkesmas di tingkat pusat, di tingkat provinsi, dan di tingkat kabupaten/kota. Semua mempunyai peran masing-masing, tetapi dalam hal penganggaran, dalam hal pembayaran kami dari pusat Kementerian Kesehatan langsung dikirim ke rekening pemberi pelayanan kesehatan. Jadi, dari rekening, dari KPPN Jakarta V, dana itu langsung diluncurkan ke rumah-rumah sakit berdasarkan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Barangkali itu dulu sebagian besar yang bisa kami sampaikan, Yang Mulia, mudah-mudahan nanti bisa, kalau diperlukan kami akan tambahkan. Terima kasih. 20. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Sebelum yang lain, supaya jelas juga. Tadi disebut mekanisme asuransi pada saat pelayanan itu. Gimana? Mekainsme asuransi itu gimana operasinya? 21. PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Saya pikir sama semua dengan yang lain, dengan pola asuransi, artinya beberapa kaidah-kaidah yang harus diperhaitkan dalam asuransi. Pertama, dia harus ada member yang jelas. Kedua, harus ada iuran yang ditetapkan. Yang ketiga, mekanisme pengelolaannya dia harus melalui pola klaim dan sebagainya, kemudian ada Tripartit yang bekerja di antara (...) 22. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Berkaitan dengan persoalan dana ya, mekanisme asuransi ada iuran. Tadi disebut premi, siapa yang wajib untuk bayar iuran dan premi dalam Jamkesmas? 23. PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Terima kasih, Yang Mulia. Jadi saya pikir sesuai dengan UndangUndang Nomor 40 dan sesuai dengan Konstitusi Pasal 34 ayat (1), jelas dikatakan, Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Undang-Undang Nomor 40 mengatakan bahwa Pasal 14, fakir miskin dan anak tidak mampu biayanya ditanggung oleh negara.

24.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Jadi premi dan iuran tadi maksudnya (...)

25.

PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Dibayar oleh Pemerintah, Yang Mulia.

26.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Oh, dibayar Pemerintah. Kemudian, berdasarkan atas..., tadi disebut experience. Ini apa laporan dulu, rumah sakit sekian yang menggunakan lalu baru ditagih kan, ataukah ada jatah tertentu yang kemudian risiko asuransinya ada pada rumah sakit?

27.

PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Ya, terima kasih, Yang Mulia. Jadi, Jamkesmas ini sebelumnya programnya Askeskin, dikelola langsung oleh PT. Askes. Lalu tahun 2008 berubah menjadi Jamkesmas yang dikelola langsung oleh Kementerian Kesehatan. Berdasarkan itu kemudian, sampai dengan tahun 2011, tentu kami punya pengalaman sekitar 5 tahun, Yang Mulia. Jadi, berdasarkan pengalaman itu kami bisa menentukan berapa kebutuhan per orang, per kepala. Jadi berdasarkan itulah, kemudian kita menghitung anggaran.

28.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ya.

29.

PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Seperti itu, Yang Mulia.

30.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Bisa disebutkan secara garis besar, berapa alokasi APBN yang sudah pernah ditetapkan untuk Askes ini, untuk Jamkesmas ini, untuk berapa tahun? Masing-masing anggarannya berapa?

31.

PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Ya. Untuk tahun 2008 yang saya ingat itu 4,6 triliun, untuk 2009=4,6 triliun, 2010=5,1 triliun..., 5,125 triliun, yang tahun ini sama 5,1 triliun tetapi ditambah dengan untuk jaminan persalinan 1,2 triliun. Jadi total 2011=6,3 teiliun.

32.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Itu sudah meng-cover seluruh Indonesia?

33.

PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Belum, Yang Mulia. Hanya fakir miskin dan orang tidak mampu yang (...)

34.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Enggak, artinya covering wilayah.

35.

PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Ya, saya tambahkan. Jadi, mekanismenya memang ini secara nasional karena APBN dan berlaku portabilitas. Data BPS itu waktu ditetapkan oleh bupati, ya seluruh bupati, 497 bupati walikota menetapkan kepesertaan itu, Yang Mulia. Jadi, dengan demikian, memang peserta Jamkesmas ini bersifat nasional dan bersifat portabilitas.

36.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Oke.

37.

PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Terima kasih.

38.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Kalau ada hitungan triliun tadi, itu masih kepotong overhead enggak atau langsung kepada yang disokong begitu?

39.

PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Ya, memang begini, Yang Mulia. Jadi penyelenggaraannya ini kan masih Pemerintah ya, jadi yang kami pakai untuk mengelola itu anggaran-anggaran, seperti anggaran pemerintah. Jadi tidak ada keuntungan dan segala macam, kita menggunakan anggaran berbasis anggaran-anggaran pemerintahan berdasarkan standar biaya pemerintah, standar biaya umum. Terima kasih, Pak.

40.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Sudah bisa dihitung rasio pesertanya beli apa kalau dibagi sekian ini kira-kira per peserta dapat jatuhnya berapa?

41.

PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Baik. Untuk yang 2010 dengan peserta 76,4 juta jiwa, yang riil 73 juta sekian tetapi untuk gelandangan, pengemis, anak terlantar, dan peserta beberapa panti dan sebagainya itu tidak bisa identifikasi secara tepat. Yang pasti by name dari bupati walikota itu 73 juta sekian. Berdasarkan data itu, kami me-rate rata-rata per orang jatuhnya Rp5.590,00.

42.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Setiap tahun?

43.

PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Per kepala/bulan.

44.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Oh, per bulan?

45.

PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Ya, terima kasih.

46.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Per bulan ya. Barangkali Hakim yang lain, Pak? Pak Ketua? Lanjut ya. Silakan, kalau begitu kita urut saja. Pak Baju Putih, dari Askes, Pak ya? Kira-kira scheme-nya seperti itu yang kita perlukan, Pak. Terima kasih.

47.

PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Terima kasih, Yang Mulia yang saya hormati. Assalamualaikum wr. wb.

PT. Askes selaku badan usaha milik negara yang dibangun pada tahun 1968 dengan Keppres Nomor 238, memang ditugaskan khusus untuk mengelola jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negeri sipil. Awalnya, Pak. Kemudian berkembang selanjutnya penerima pensiun, veteran dan perintis kemerdekaan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, juga menjadi peserta PT Askes tersebut. Jadi, sifatnya karena ini adalah asuransi sosial maka semua calon pegawai negeri sipil, penerima pensiun, perintis kemerdekaan, dan veteran wajib menjadi peserta askes. Adapun besaran preminya tidak dihitung secara aktuaria, namun ditetapkan oleh peraturan pemerintah yaitu sebesar 2% x gaji pokok dari masing-asing peserta tersebut untuk satu keluarga. Dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003, baru dimulai pemerintah selaku pemberi kerja ikut memberikan iuran secara bertahap yang nantinya mencapai jumlah yang sama dengan iuran yang dipungut dari setiap peserta yaitu pegawai negeri sipil, penerima pensiun, dan juga perintis kemerdekaan tersebut. Jumlah peserta kami sampai dengan saat ini kurang lebih 16.638.000 jiwa dan jaminan yang diberikan sesuai dengan peraturan pemerintah tersebut ditetapkan oleh pemerintah yaitu suatu jaminan yang komprehensif atau menyeluruh. Ini yang tadi kami laporkan bahwa besaran premi yang dikenakan tidak dihitung secara aktuaris dengan manfaat yang harus dibayarkan. Yang kami maksudkan pelayanan komprehensif adalah pelayanan yang menyeluruh mulai dari upaya-upaya promotif, pencegahan, kemudian pengobatan dan juga rehabilitasi dengan suatu sistem rujukan berjenjang mulai dari pelayanan di, yang terendah adalah di Puskesmas atau dokter keluarga, kemudian sesuai dengan tingkat penyakit yang, atau kebutuhan yang dibutuhkan secara medik oleh peserta, maka penderita akan dirujuk ke rumah sakit secara berjenjang, kabupaten atau provinsi, malah sampai ke tingkat nasional. Ini yang menggambarkan suatu program yang ekuitas dan juga portabilitas bisa dilaksanakan. Kemudian sebagai program asuransi sosial, tentu benefit yang didapatkan oleh peserta, kami berikan setara kepada peserta tersebut. Namun di dalam program asuransi PT ASKES ini, memang ditetapkan juga oleh Pemerintah bahwa untuk perawatan bagi peserta golongan I dan II yang semula adalah di kelas 3, namun dengan adanya Jamkesmas, kami mengusulkan agar dinaikkan dirawat di kelas 2. Sedangkan untuk peserta golongan III dan IV dirawat di kelas 1. Memang kami sedang memperjuangkan juga untuk golongan IV-C ke atas agar bisa dirawat di kelas VIP. Namin, namun ini masih dalam, tentu kalkulasi anggaran kami.

10

Adapun prinsip-prinsip asuransi sosial sebagaimana kami laporkan tadi, selain kami harus mengelola dana yang cukup terbatas dari peserta dibanding dengan benefit yang komprehensif tersebut, maka yang lebih penting prinsipnya adalah bagaimana kami menjaga keberlangsungan daripada program ini. Jadi program asuransi sosial di mana pun di dunia ini, dia tidak boleh putus di tengah jalan. Jadi harus, sustainabilitas daripada program itu harus dijaga, sehingga dengan demikian peranan dari manajemen di sini sangat penting untuk menjaga sustainabilitas daripada program tersebut. Dan untuk itu kami telah mencoba mengusulkan kepada Pemerintah melalui pemegang saham bahwa kami, PT ASKES dan juga teman-teman asuransi sosial lainnya, sejak tahun buku 2007 kemari, PT ASKES sudah tidak dipungut deviden lagi, namun sisa hasil usahanya dkembalikan kepada peserta melalui perusahaan dengan berbagai program yang tentunya kami tingkatkan kepada peserta. Di dalam memberikan manfaat kepada peserta, PT ASKES bekerja sama dengan fasilitas kesehatan milik pemerintah, seluruh fasilitas kesehatan milik pemerintah dan juga milik swasta yang bekerja sama dengan PT ASKES. Sebagaimana tadi Jamkesmas, semua rumah sakit pemerintah bekerja sama dengan ASKES, semua Puskesmas merupakan provider ASKES. Dan juga kami memperluas jaringan kepada rumah sakit TNI dan Polri. Melalui MoU dengan pimpinan, Dirkes TNI dan Polri, kami bekerja sama dan di lapangan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja sama. Dan sudah ada juga kurang lebih 300 lebih rumah sakit swasta yang mam, berkenan mau menerima bekerja sama dengan PT ASKES dengan tarif yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Menteri Kesehatan tentunya. Inilah fasilitas pelayanan yang kami pergunakan untuk memberikan pelayanan kepada peserta, sehingga pelayanan tersebut atau fasilitas tersebut tersedia di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya kira demikian secara garis besar Yang Mulia, yang dapat kami laporkan. 48. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Jadi tadi dari ASKES, ya? Preminya itu berdasarkan atas potongan-potongan gaji yang diterima oleh PNS, oleh pensiunan, lalu juga dari perintis kemerdekaan? Itu yang menjadi () 49. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Betul ()

11

50.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Pendapat.

51.

PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Betul, Yang Mulia. Jadi preminya didasarkan atas persentase, bukan nominal, Yang Mulia. Jadi persentase dari gaji pokok ()

52.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO

He eh.
53. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Sehingga di sini unsur gotong royong itu sangat tampak sekali. Yang berpenghasilan lebih membayar lebih besar daripada pegawai negeri sipil atau penerima pensiun yang golongan I atau II, demikian juga i, cross subsidy atau goro.., gotong royong itu terjadi, yang sehat membantu yang sakit. Sehingga banyak sekali kami yakin dan percaya peserta ASKES yang sejak ikut ASKES tidak memanfaatkan karena, mudah-mudahan karena sehat, karena sehat, tetapi iuran daripada beliau-beliau semua adalah untuk membiayai rekan-rekan yang menderita sakit yang cukup banyak. Kalau boleh kami laporkan, ada kurang lebih 7.100 peserta ASKES yang menderita gagal ginjal total, yang setiap minggu harus mengalami cuci darah sebanyak dua kali seminggu, dengan biaya rata-rata per kali cuci darah adalah Rp510.000,00 sampai Rp525.000,00, hanya untuk cuci darah, belum obat-obat (...) 54. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Tanpa melihat golongan kelasnya, mereka di-cover semua? 55. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Tanpa melihat golongan kelas. 56. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Di-cover semua biayanya? 57. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Di-cover semua, Yang Mulia.

12

58.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Jadi ti ()

59.

PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Ter ()

60.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Jadi tidak benar ya, kalau kemudian ada orang datang ke rumah sakit dengan fasilitas ASKES itu, kemudian ada perintah beli jarum jamnya a, jarum suntiknya, ini, ini, itu bagaimana?

61.

PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Seharusnya kalau sesuai dengan aturan, tidak ada Yang Mulia.

62.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Tidak ada?

63.

PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Tidak ada, Yang Mulia, termasuk ()

64.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Jadi harus di-cover semua?

65.

PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Ya. Termasuk di dalamnya sekarang opersasi jantung ()

66.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO

He eh.
67. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Kurang lebih hampir 70%-80% pasien di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita adalah pasien dari peserta Askes, baik itu Golongan I maupun sampai Golongan IV. Karena Golongan I pun kalau memang perlu bedah jantung, kami juga biayai, malah tidak ada iur biaya, apabila peserta mau menempati hak sesuai dengan kelas perawatannya. Kadang yang ada menambah biaya kalau peserta naik kelas, Yang Mulia.

13

68.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Kalau ini, ini mungkin terjadi atau tidak, ya? Karena begini, seorang pensiunan, setelah pensiun itu bisa pegawai golongan berapa pun juga pensiun, ya? Artinya I-B Pensiun, lalu atas pensiunnya itu dia di-cover oleh Askes. Sementara itu, dengan melihat kriteria-kriteria kemampuan hidupnya, mungkin dia termasuk orang miskin, termasuk orang miskin, ya. Lalu persoalannya adalah dia berhak untuk di-cover Askes, sementara dengan kebijakan kepala daerah karena ada kriteriakriteria tertentu, maka dia sebetulnya juga berhak juga untuk mendapatkan Jamkesmas. Ini dua hal yang saya tidak tahu, ya. Kemudian ini jadi persolaan kalau memang itu secara normatif tidak, tapi agaknya ada persepsi bahwa daripada di-cover Askes lebih baik Jamkesmas. Kan Jamksemas ada lagi untuk ambil jarum suntik bayar, periksa lab bayar lagi. Karena di-cover semua. Ini gimana kalau bisa timbul kesan seperti ini? Dari Askes kira-kira ada?

69.

PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT ASKES) Secara formal, semestinya para pensiunan yang sudah mendapatkan pensiun dari Pemerintah, itu tidak ter-cover sebagai peserta Jamkesmas. Mungkin kalau dilihat dari income yang diterima oleh beliau-beliau, kami tentu masih yakin ada yang berada, menerima pensiun mungkin di bawah daripada garis kemiskinan yang ditetapkan. Namun karena sudah memiliki jaminan dari Askes, semestinya tidak lagi masuk dalam itu. Dan tentu bapak bupati/walikota juga tidak memasukkan itu sebagai peserta Jamkesmas di wilayah beliau masingmasing. Barangkali apa Yang Mulia sampaikan, memang kami juga tidak menutup mata. Ada hal-hal pungutan-pungutan yang terjadi di lapangan atas pelayanan kesehatan bagi peserta Askes. Namun kami dengan adanya kemauan baik dari Pemerintah untuk tidak atau mengembalikan semua sisa hasil usaha ke PT Askes, dalam artian untuk meningkatkan program pelayanan kepada peserta, maka pada tahun 2011, mulai dari tahun 2009 kemarin kami sudah mulai menaikkan kemampuan Askes membayar ke rumah sakit dengan suatu harapan agar peseta tidak dipungut lagi biaya di rumah sakit. Dan 2011 Surat Keputusan Kementerian Kesehatan sudah keluar dan kami sudah berlakukan per 1 Mei 2011 ini, terjadi kenaikan lagi, kami menaikkan lagi kemampuan Askes membayar kurang lebih 30 sampai 40% dari sebelumnya. Dengan maksud dan tujuan agar mendekati biaya pelayanan yang terus-menerus dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, Yang Mulia. Tentu kami harus kejar-kejaran dengan, di sisi lain mekanisme pasar, di sisi lain besaran

14

premi ditetapkan oleh Pemerintah. Sedangkan kami membayar kepada pihak pemberi pelayanan kesehatan, mengikuti mekanisme yang berlaku secara umum. Jadi inilah Yang Mulia yang kami upayakan, dengan satu ketentuan di dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2011 ini, tidak ada lagi dikenakan pemungutan biaya dari peserta. Itu sudah ada dalam surat Yang Mulia. 70. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Oke, berikutnya tadi saya mendapatkan informasi. Dulu pernah ada kewajiban membayar dividen pada Pemerintah? 71. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT ASKES) Ya. 72. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Sekarang itu tidak lagi, tapi digunakan untuk pelayanan. Cara menghitung dividen dulu bagaimana itu caranya? 73. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Dalam satu ketentuan BUMN, pada umumnya seperti BUMNBUMN lain, setiap sisa hasil usaha atau laba di akhir tahun yang setelah diaudit oleh auditor independent, maka akan dilaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham, Yang Mulia. Di dalam rapat umum pemegang saham tersebut yang berlaku pada BUMN atau perseroan lainnya, maka pemegang saham akan menetapkan berapa besar persentase dividen yang harus disetorkan kepada negara () 74. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ya, itu itu itu perhitungan, perhitungan biasa, ya? Yang saya maksud adalah komponen dari biaya sen yang seharusnya menjadi hak dari peserta Askes, tapi sebagian besar dia tidak memanfaatkan. Apakah itu dihitung sebagai komponen dividen ataukah dihitung sebagai pos lain? 75. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT ASKES) Pada waktu-waktu yang lalu sebelum 2007, Yang Mulia, kami masih dipungut dividen kurang lebih 10% dari sisa hasil usaha yang dihasilkan oleh PT Askes. Namun setelah 2000, pada tahun buku 2007, dimana kami RUPS pada tahun 2008, sudah tidak sama sekali dipungut

15

dividen. Karena kami mengusulkan kepada Pemerintah bahwa ini adalah asuransi sosial yang didanai oleh peserta, maka wajiblah uang peserta dikembalikan untuk meningkatkan kemanfaatan bagi peserta itu sendiri. Dan itu sudah di () 76. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Sebagai BUMN adakah, apakah itu dari dividen atau kelebihan yang lain. Kemudian ASKES menginvestasi pada perusahaan yang lain? 77. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Jadi masalah investasi, Yang Mulia, tentu ASKES sejak kurang lebih tahun 1980 sesuai dengan ketentuan perasuransian, itu dari sisa hasil usaha juga memupuk dan cadangan, Yang Mulia. Di mana dana cadangan ini diperuntukkan untuk menjaga sustainabilitas dari pada program, sebab pada suatu saat tertentu misalnya dalam satu tahun, kami pernah menghabiskan dana melampaui premi yang kami kumpulkan, kurang lebih Rp104,6 triliun pada Tahun 2001. Maka kalau tidak ada dana cadangan tentu ASKES sudah collapse di sana, namun karena ada pemupukan dana cadangan tersebut, maka kami bisa membiayai. Dan sampai dengan saat ini dana cadangan perusahaan yang dimiliki oleh peserta ASKES, bukan oleh ASKES sebenarnya, oleh peserta ASKES itu sudah kurang lebih sudah ada Rp4 triliun lebih, Yang Mulia. 78. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Dana cadangan berarti itu dimaksudkan agar supaya dipertimbangkan juga jangan sampai menjadi dana yang sukar ditarik, ketat? 79. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Ya. 80. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Karena itu at the moment diperlukan ditarik. Jadi, apakah kemudian itu investasinya portofolio ataukah kepada pendirian PT-PT baru?

16

81.

PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Siap, Yang Mulia. Jadi semua dana investasi ada aturannya kami buat sebagaimana Yang Mulia tadi telah disyaratkan kepada kami, yaitu investasi itu dalam bentuk yang mudah ditarik, yang likuid karena kami sangat menyadari setiap bulan kami harus membayar kurang lebih hampir Rp500 miliar kepada seluruh provider. Sedangkan penerimaan premi, kalau boleh kami laporkan sekarang pada saat 2000..., tahun 2000 sampai dengan saat ini, Yang Mulia, dengan adanya otonomi daerah, maka premi itu kami kumpulkan dari tiap kabupaten dan kota, kemudian juga tersebar lagi di kabupaten/kota dengan Satker-Satker yang ada. Sehingga kami punya sekarang kurang lebih hampir 600 titik untuk mengumpulkan premi dan baru melalui KPPN disetorkan kepada Departemen Keuangan dan selanjutnya kami menerima dari Kementerian Keuangan. Kami bersyukur, penerimaan premi sekarang agak lancar walaupun ke belakang, satu bulan. Sehingga dengan demikian, kami harus melaksanakan investasi tersebut dalam bentuk portofolio yang fix income lebih banyak dalam bentuk deposito dan obligasi.

82.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Jadi sementara ini deposito tidak ada dan juga direct investement juga tidak dilakukan?

83.

PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Kalau untuk saham-saham hanya 20%, kurang lebih 14 sampai 20 % ditetapkan oleh ketentuan, kami boleh melaksanakan itu dan sisanya adalah dalam bentuk deposito dan obligasi, Yang Mulia.

84.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ya. Saya kira cukup ya?

85.

PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb.

86.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Sekarang dari JAMSOSTEK. Ya, silakan, Pak.

17

87.

PIHAK TERKAIT: HOTBONAR SINAGA (PT. JAMSOSTEK) Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. JAMSOSTEK didirikan tahun 1977, pada tanggal 5 Desember, beroperasi berdasarkan Undang-undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992. JAMSOSTEK menggunakan mekanisme asuransi sosial dengan ciriciri. Itu memberikan benefit dasar. Diselenggarakan secara wajib, wajib artinya bagi yang eligible. Diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara. Itu mekanisme asuransi sosial itu seperti yang tadi Yang Mulia sampaikan atau pertanyakan itu ada iuran, ada peserta, kemudian ada yang menanggung. Menanggung itu adalah JAMSOSTEK dan memang ada polis, cuma polisnya di sini bentuknya adalah peraturan pemerintah. Jadi, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993, di situ dijelaskan mengenai kepesertaan, iuran, jaminan, dan sebagainya. JAMSOSTEK sampai dengan saat ini menyelenggarakan empat program: Jaminan kecelakaan kerja. Jaminan kematian. Jaminan pemeliharaan kesehatan, dan Jaminan hari tua. Iuran untuk masing-masing itu semuanya juga ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1943, untuk jaminan kecelakaan kerja itu tergantung dari jenis pekerjaannya. Kalau seperti pegawai staf di kantor yang tidak sering keluar kantor itu adalah 0,24% dari upah. Jadi sama dengan ASKES tadi, itu dasarnya adalah upah. Cuma upah di sini adalah yang dilaporkan oleh perusahaan peserta itu kepada JAMSOSTEK. Yang paling tinggi risikonya itu misalnya adalah di sektor pertambangan atau oil and gas, itu iurannya besarnya adalah 1,72% dari upah setiap bulan. Kemudian yang kedua adalah jaminan kematian. Besarnya iuran itu sama, 0,3% tanpa melihat posisi, tanpa melihat gajinya, 0,3% dari upah. Kemudian yang ketiga adalah jaminan pemeliharaan kesehatan. Saya kira ini mungkin yang terkait dengan yang dipertanyakan oleh Pihak Pemohon. 3% itu untuk lajang, 6% untuk yang berkeluarga dengan catatan jumlah maksimum anak tiga orang, dan ini iuran tadi semuanya dibayar oleh pemberi kerja atau perusahaan pemberi kerja. Tidak ada satu pun iuran yang dibayar dari peserta atau tenaga kerja. Yang keempat adalah program jaminan hari tua. Program jaminan hari tua ini ada iuran yang berasal dari tenaga kerja yaitu 2% dari upah, dibayarkan setiap bulan melalui perusahaan. Kemudian yang berasal dari pemberi kerja atau perusahaan adalah 3,7%. Nah, untuk masing-masing

1. 2. 3.

1. 2. 3. 4.

18

program tentunya ada ketentuan mengenai jumlah santunan atau dalam istilah asuransi itu adalah uang pertanggungan. Khusus untuk jaminan kecelakaan kerja, uang pertanggungan atau jeblusannya jumlah santunan itu ditetapkan juga melalui peraturan pemerintah. Begitu pula untuk jaminan kematian. Begitu pula untuk jaminan pemeliharaan kesehatan itu ada uang pertanggungannya. Nah, khusus untuk jaminan pemrakarsaan, pemeliharaan kesehatan bisa kami jelaskan bahwa untuk pembayaran iuran yang tadi disampaikan 3% untuk lajang, 6% untuk yang sudah berkeluarga, itu ada kami istilahkan plafon upahnya itu adalah Rp1.000.000,00 satu bulan, ada plafonnya. Jadi dalam praktiknya, bagi mereka yang mempunyai upah misalnya katakanlah Rp2.000.000,00 satu bulan, itu perusahaan akan membayarkan kepada Jamsostek bagi yang lajang itu 3% dari Rp1.000.000,00, bukan 3% dari Rp2.000.000,00. Begitu pula untuk yang berkeluarga itu dari Rp1.000.000,00. Plafon ini menyebabkan, istilahnya dalam asuransi itu ada klaim rasio, yaitu perbandingan antara jumlah iuran yang diterima dengan jumlah santunan yang kami bayarkan. Jadi mekanismenya sama dengan asuransi kesehatan atau PT Askes, yaitu menggunakan mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, dimana iuran-iuran itu dibayarkan kepada kami oleh masing-masing perusahaan pemberi kerja, kemudian kami bekerja sama dengan penge..., pemberi pelayanan kesehatan mulai dari klinik, kemudian juga optik, apotek, sampai dengan rumah sakit dengan menggunakan mekanisme kapitasi. Persis sama dengan yang diselenggarakan oleh PT Askes. Nah, adanya plafon ini menyebabkan klaim rasio kami sudah mendekati lampu merah, sehingga kami mempunyai usul untuk menaikkan plafon ini, tapi sampai sekarang belum dikabulkan. Dan untuk Yang Mulia ketahui bahwa kami ada pembatasan. Jadi ada co-sharing dalam hal ini, tidak seperti di Askes. Jadi kalau untuk penyakit-penyakit seperti misalnya cuci darah, penyakit kanker, dan penyakit jantung, berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku, itu dikecualikan ya. Kemudian khusus untuk jaminan hari tua. Jaminan hari tua itu kami..., dananya itu merupakan akumulasi dana dari milik peserta dan ini betul-betul..., memang betul-betul merupakan dana amanat milik peserta, di mana kalau misalnya kami..., sebagai contoh misalnya tahun 2010, katakanlah kekayaan kami itu misalnya 100. Nah, itu 97% itu merupakan kewajiban milik dari peserta, yaitu dalam bentuk jaminan hari tua. Nah, jaminan hari tua ini kami investasikan, Pak. Jadi, Yang Mulia, jadi sebelum..., tadi juga sudah disampaikan kepada Askes, itu sebagian besar adalah portofolio investasi, dimana investasi itu semuanya diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2004, ada pembatasan-pembatasan di situ, sebagai contoh misalnya kami dilarang investasi di luar negeri, kami dilarang investasi dalam bentuk investasi derivatif atau turunan.

19

Nah, kenyataan realisasi sampai dengan tahun 2010 yang lalu itu dari jumlah 100%, katakanlah total investasi kami itu 45% dalam bentuk obligasi dan sebagian besar itu dalam bentuk obligasi pemerintah. Kemudian 20% dalam bentuk saham, 30% dalam bentuk deposito, 4 sampai dengan 5% dalam bentuk reksadana. Nah, yang namanya properti itu realisasinya hanya 0,5%, begitu pula untuk penyertaan langsung. Tadi Yang Mulia menyatakan, Apakah ada investasi di perusahaan? Itu ada hanya satu, yaitu di Bank Syariah Bukopin, itu jumlahnya hanya sekitar Rp36 miliar, itu kalau dari total portofolio investasi kami 0,03% saja. Saya kira mungkin itu sementara yang bisa disampaikan, Yang Mulia. Terima kasih, wassalamualaikum wr. wb. 88. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Saya ingin tahu ini, dari Jamsostek. Persoalan utamanya adalah pemberi kerja karena dialah yang akan membayar polis atau iuran itu. Kalau kita lihat pada pekerja sendiri atau buruh, tadi kalau ada disebut tentang jaminan hari tua dan kematian. Padahal dalam kenyataannya, itu ada seorang buruh yang tidak secara habis waktu produktif usia bekerjanya itu, bekerja di satu perusahaan. Dia pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain, ya. Apakah yang kemudian dia tidak memanfaatkan kerjanya di satu perusahaan itu, lalu kemudian pemberi kerja tidak memberi kewajiban membayar lagi, putus hak untuk hari tua dan kematiannya? Ini persoalan bagaimana yang menjamin bahwa seorang yang bekerja itu yang dia pindah-pindah tempat itu dia akan mendapatkan kepastian hak tentang hari tua dan hak tentang kematian itu. Bagaimana mekanismenya Jamsostek? 89. PIHAK TERKAIT: HOTBONAR SINAGA (PT. JAMSOSTEK) Yang Mulia memang kami tidak sekaku asuransi komersial karena ini kan kami menggunakan mekanisme asuransi sosial. Kalau di asuransi komersial itu istilahnya no premium, no claim, jadi kalau tidak bayar iuran, tidak ada klaim. Di kami masih ada tenggat waktu itu sekitar enam bulan. Nah tapi khusus untuk jaminan hari tua, Yang Mulia tadi pertanyakan, itu tentunya kalau misalnya tidak bayar iuran ya, misalnya karena di PHK, atau misalnya karena (suara tidak terdengar jelas) dan sebagainya, dananya itu tetap ada di perusahaan kami tersimpan dengan baik ya. Berdasarkan ketentuan yang berlaku mereka bisa mencairkan ya, pertama kalau sudah mencapai usia 55 tahun. Yang kedua kalau mereka sudah mengikuti kepesertaan lima tahun dengan waktu tunggu satu bulan dan mereka dalam kondisi di PHK atau tidak

20

bekerja lagi. Jadi memang masih ada tenggat waktu untuk membayar klaim ini, jadi kami sama sekali tidak kaku. Begitu, Yang Mulia. 90. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ya. Sudahkah ada usaha atau sudah mungkin dibuka scheme untuk mereka yang kerja-kerja di sektor non formal?Gimana? 91. PIHAK TERKAIT: HOTBONAR SINAGA (PT. JAMSOSTEK) Yang Mulia, kalau kita bicara mengenai eligibility atau keharusan dari perusahaan pemberi kerja mendaftarkan karyawannya, itu ketentuannya adalah setiap perusahaan yang memiliki karyawan minimum 10 orang dengan total pay roll atau upah yang mereka bayarkan Rp1.000.000,00 satu bulan, wajib mendaftarkan pegawainya itu kepada PT Jamsostek ya. Nah, kalau kita bicara mengenai jumlah karyawan ya, atau jumlah pesertanya Jamsostek itu sampai dengan akhir 2010 itu jumlahnya adalah Rp9.400.000,00 peserta ya. Nah, ini jumlah ini adalah berasal dari sekitar 120.000 perusahaan pemberi kerja. Nah, ini tentunya adalah sektor formal, ya. kalau tadi Yang Mulia menanyakan bagaimana dengan sektor informal, sektor informal kondisi ketenagakerjaan kita itu jumlahnya atau potensinya jauh di atas sektor fo, sektor informal, maaf, sektor informal itu dua kali lipat dibandingkan dengan sektor formal. Jadi sektor formal di luar PNS, ABRI itu ada 30.000.000-an ya. Nah sampai sejauh ini memang kami juga merambah atau melindungi tenaga-tenaga bekerja di sektor formal seperti misalnya buruh, nelayan, sopir angkot, ojek, dan lain-lain. Tapi memang harus terus terang disampaikan di sini jumlahnya tidak lebih dari 600.000 orang saja. Dan mereka memang juga kami cover atau kami ikut sertakan di dalam keempat program yang tadi sudah disampaikan. Demikian, Yang Mulia. 92. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Apakah kira-kira, masa depan ya, atau juga kemungkinan seorang yang dia adalah pekerja non formal karena kesadaran sendiri tidak..., karena tidak punya majikan tapi dia punya gaji lalu bisa partisipasi di dalam Jamsostek? Nih saya daftarkan saya potong dari gaji saya, premi sekian. lalu dia mendaftarkan diri ikut peserta tanpa adanya unsur pemberi kerja?

21

93.

PIHAK TERKAIT: HOTBONAR SINAGA (PT. JAMSOSTEK) Ya, baik Yang Mulia. Justru itulah memang sebetulnya yang kami harapkan adanya kesadaran seperti itu walaupun tidak ada pemberi kerjanya. Karena berbeda ()

94.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Tapi itu dimungkingkan? Dimungkinkan?

95.

PIHAK TERKAIT: HOTBONAR SINAGA (PT. JAMSOSTEK) Dimungkinkan. Jadi ()

96.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Sudah ada pesertanya ya?

97.

PIHAK TERKAIT: HOTBONAR SINAGA (PT. JAMSOSTEK) Sudah ada.

98.

HAKIM ANGGOTA: HARJONO Oh, sudah ada?

99.

PIHAK TERKAIT: HOTBONAR SINAGA (PT. JAMSOSTEK) Jadi barangkali saya boleh tambahkan juga termasuk Yang Mulia sampaikan yaitu self employe people, jadi mereka-mereka bekerja sendiri dan tidak punya majikan itu bisa menjadi peserta dari Jamsostek. Terima kasih, Yang Mulia.

100. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Oke. Terima kasih. Terakhir, oh, belum nih untuk, untuk pelaksana yang dua ini kan Bapak Walikota. Sekarang dari Asabri. Silakan. 101. PIHAK TERKAIT: ADIATMIKA (PT. ASABRI) Baik, Yang Mulia. Perkenankanlah kami menyampaikan tentang Asabri. Asabri adalah Badan Usaha Milik Negara didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1971 tentang Asuransi Sosial ABRI dan PP Nomor 45 Tahun 1971 tentang Pendirian Perusahaan

22

Umum Asuransi Sosial ABRI. Kemudian pada tahun 1991 bentuk hukum berdasarkan PP Nomor 68 dirubah dari Perum menjadi Persero. Peserta Asabri adalah Para prajurit TNI dan Anggota Polri beserta pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Pertahanan, TNI, dan Polri. Dengan jumlah keseluruhan pada saat ini peserta aktif ada sekitar 800.000 sedangkan yang pensiun sekitar 300.000 sekian, sehingga totalnya jumlah peserta Asabri saat ini adalah sekitar 1.150.000 peserta. Mengenai sumber dana, Yang Mulia. Setiap pegawai negeri, Prajurit TNI, Anggota Polri, itu setiap bulan dipotong secara keseluruhan adalah 10% dari gaji pokok ditambah tunjangan istri dan tunjangan anak. Dengan pembagian 3,25% itu dikelola oleh PT Asabri. Kemudian 4,75% itu adalah iuran dana pensiun. Terus yang 2% itu dipotong untuk jaminan kesehatan. Khusus untuk yang jaminan kesehatan, PT Asabri tidak mengelola karena potongan untuk kesehatan itu langsung ke Puskes-Puskes angkatan dan rumah sakit, rumah sakit angkatan. Sedangkan untuk yang iuran 4,75%, Asabri hanya diberi kewenangan untuk mengelola dananya saja, sedangkan penggunaan sepenuhnya menjadi kewenangan dari Kementerian Pertahanan. Untuk pembayaran pensiun, Asabri hanya sebagai penyelenggara pembayaran pensiun. Nah, khusus untuk yang ditangani Asabri sendiri, itu yang berasal dari potongan 3,25%. Dari potongan 3,25%, itu pada awalnya PT Asabri memberikan 4 jenis manfaat pada awalnya, yaitu santunan asuransi bagi..., yang diperuntukkan bagi peserta yang berhenti pada saat pensiun atau dengan hak pensiun. Kemudian santunan nilai tunai asuransi, itu bagi peserta yang berhenti tanpa hak pensiun. Terus kemudian santunan risiko kematian yang diperuntukkan bagi peserta yang meninggal pada saat dinas aktif. Kemudian santunan biaya pemakaman, ini diperuntukkan bagi peserta yang meninggal setelah pensiun. Kemudian selanjutnya, jumlah manfaat pada saat ini telah berkembang yang dari semula 4 berdasarkan kemampuan keuangan perusahaan telah dikembangkan totalnya menjadi 9 program pada saat ini. Yang pertama adalah santunan risiko kematian khusus, yaitu yang diperuntukkan bagi para Prajurit TNI dan Anggota Polri yang meninggal dalam tugas operasi yang dinyatakan gugur atau tewas berdasarkan keputusan Panglima TNI atau Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Kemudian ada juga santunan cacat karena dinas, ini diperuntukkan bagi peserta yang mengalami cacat pada saat melaksanakan tugas operasi yang bisa disebabkan oleh akibat tindakan langsung lawan maupun bukan akibat tindakan langsung lawan. Terus kemudian ada santunan cacat bukan karena dinas yang diperuntukkan bagi peserta yang mengalami kecelakaan dalam tugas sehari-hari. Kemudian ada tambahan lagi, santunan biaya pemakaman bagi istri atau suami peserta dan santunan biaya pemakaman bagi anak peserta.

23

Santunan risiko kematian yang kami sebutkan di muka, dikeluarkan karena pertimbangan karakteristik kepesertaan Asabri, peserta Asabri, Anggota Polri, maupun TNI yang mempunyai risiko yang sangat tinggi. Sehingga untuk memberikan apresiasi kepada mereka dan untuk memberikan cover dalam hal terjadi apa-apa kepada yang bersangkutan, sehingga ahli warisnya bisa mendapatkan cukup dana untuk menyambung kehidupan, dikeluarkanlah santunan risiko kematian khusus. Demikian juga mengenai santunan cacat karena dinas, itu juga dikeluarkan karena adanya pertimbangan risiko yang sangat tinggi di medan pertempuran ataupun di dalam tugas-tugas operasi. Untuk saat ini, besarnya jaminan hari tua atau santunan asuransi, itu berkisar antara Rp18.000.000,00 sampai dengan sekitar Rp42.000.000,00 tergantung dari golongan kepangkatan yang bersangkutan. Kemudian bagi peserta yang meninggal di dalam dinas aktif, dia juga mendapatkan santunan risiko kematian ditambah dengan santunan nilai tunai asuransi. Jadi dia dapatnya dobel dan kurang lebih hampir mendekati..., kalau masa kerjanya maksimum, dia akan mendekati nilai dari santunan risiko kematian khusus. Kemudian untuk santunan cacat karena dinas, mohon maaf saya buka dulu. Untuk santunan cacat karena dinas, pada saat ini tahun 2000 sampai dengan tahun 2011 ini untuk cacat dengan golongan C=Rp25.000.000,00, golongan B=Rp17.500.000,00. Untuk cacat sedang golongan C=Rp30.000.000,00, dan golongan B=Rp20.000.000,00. Cacat berat golongan C=Rp35.000.000,00, dan golongan B=Rp20.500.000,00. Untuk santunan cacat bukan karena dinas, cacat ringan itu Rp15.000.000,00, untuk cacat sedang Rp17.500.000,00, dan cacat berat Rp20.000.000,00. Sedangkan untuk santunan resiko kematian khusus untuk semua kepangkatan pada saat ini diberikan sebesar Rp70.000.000,00. Dalam konteks UU Nomor 40, maka ASABRI hanya menyelenggarakan jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan..., hanya diberikan..., kami ulangi, hanya memberikan jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Sedangkan untuk jaminan kesehatan, ASABRI tidak mengelola jaminan kesehatan. Dan mengenai iurannya, semua adalah iuran dari pekerja yang bersangkutan. Demikian, Yang Mulia, yang bisa kami sampaikan. Terima kasih. 102. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Terima kasih. Jadi, dari ASABRI ini jaminan kesehatannya langsung ke rumah sakit ya?

24

103. PIHAK TERKAIT: ADIATMIKA (PT. ASABRI) Betul, Yang Mulia. 104. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ke rumah sakit-rumah sakit angkatan? 105. PIHAK TERKAIT: ADIATMIKA (PT. ASABRI) Ya. 106. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Sehingga sebetulnya..., kalau begitu setiap pensiunan, apakah dia sipilnya atau ABRI-nya, itu punya akses untuk ke rumah sakit angkatan semua? 107. PIHAK TERKAIT: ADIATMIKA (PT. ASABRI) Itu bagi yang masih aktif, Yang Mulia. Bagi yang sudah pensiun itu yang meng-cover ASKES. 108. HAKIM ANGGOTA: HARJONO ASKES ya? 109. PIHAK TERKAIT: ADIATMIKA (PT. ASABRI) Ya. 110. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ada pungutan yang kemudian masuk ke ASKES tadi ya? Ya, ya. Saya kira itu untuk..., ASABRI apa juga investasi? 111. PIHAK TERKAIT: ADIATMIKA (PT. ASABRI) Kami juga investasi, jadi investasi ASABRI didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 424 yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135. Jadi, investasi yang ada di ASABRI dibatasi: Satu, dalam bentuk deposito berjangka, sertifikat deposito atau deposito angko. Kemudian dalam bentuk obligasi, khususnya obligasi pemerintah. Kemudian, reksa dana, juga ada saham, penataan langsung. Kemudian, ada juga dalam bentuk pinjaman polis. Tapi sebetulnya yang

25

saat ini dilaksanakan oleh PT ASABRI, terutama adalah dalam bentuk obligasi, khususnya dalam obligasi pemerintah yang saat ini sekitar 70% dari portofolio PT ASABRI Persero. Sedangkan untuk deposito, saat ini hanya sekitar 10% dan saham kurang dari 2%. 112. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Satu pertanyaan lagi, dan ini sebenarnya juga untuk..., apa itu..., pekerja tadi, apakah sudah pernah setor dividen ke Pemerintah? Ini tadi yang belum saya tanyakan juga. ASABRI dan dari..., apa..., JAMSOSTEK. 113. PIHAK TERKAIT: ADIATMIKA (PT. ASABRI) Sebelum tahun 2002 memang dikenakan dividen, tapi sejak tahun 2002, kami sudah tidak dikenakan dividen lagi. 114. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ya. Bagaimana dengan (...) 115. PIHAK TERKAIT: HOTBONAR SINAGA (PT. JAMSOSTEK) Baik, Yang Mulia. Sama dengan ASKES, sejak tahun buku 2007, Pemerintah sebagian mengatakan tidak lagi memungut dividen. Terakhir dividen itu dipungut untuk tahun buku 2006=25% dari keuntungan bersih. Terima kasih, Yang Mulia. 116. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Terima kasih. Baik, ini dari pelaksana jaminan sosial, bertiga sudah. Sekarang Pak Walikota Solo ini yang selalu mengintrodusir namanya disingkat ya? Saya silakan dan nanti setelah itu dari Yogya, bagaimana penyelenggaraan di sana? 117. PIHAK TERKAIT: JOKO WIDODO (WALIKOTA SOLO) Terima kasih, Yang Mulia. Kota Solo telah tiga tahun ini mempunyai program yang namanya PKMS (Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta) sudah dimulai tahun 2008 yang lalu. Peserta PKMS atau Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta ini adalah semua masyarakat yang belum masuk dalam program Jamkesmas, kemudian ASKES, ASKES PNS, dan ASKES Swasta, kemudian bertempat tinggal dan berdomisili di Kota Solo minimal tiga tahun.

26

Perlu kami sampaikan bahwa jumlah penduduk di Kota Solo adalah 522.000, kemudian peserta ASKES=75.000, peserta Jamkesmas adalah 100.019 jiwa, kemudian peserta ASKES sosial yang lainnya adalah 11.800. Sampai hari ini, peserta PKS..., PKMS kami ini sudah 213.000 masyarakat dan kami membagi, Yang Mulia, kami mempunyai kartu seperti ini, seperti kartu kredit. Ada kartu Gold, ini untuk yang miskin, kemudian ada kartu yang Silver ini yang untuk yang abu-abu, yang antara miskin dan tidak miskin. Kemudian, di sini komplet ada by name, by address, semuanya kami untuk memudahkan management controlling kami di lapangan. Kemudian, di belakangnya ada semuanya yang dilayani apa dan yang tidak dilayani apa. Jadi, ini adalah gratis di puskesmas dan di 12 rumah sakit yang ada di Kota Solo, sampai pelayanan cuci darah dan juga kemo untuk kanker dilayani oleh kartu ini, Yang Mulia. Dalam satu tahun, kami menghabiskan anggaran kurang lebih 19 miliar untuk meng-cover..., apa..., program layanan kesehatan masyarakat Kota Surakarta ini. Pernah tiga tahun yang lalu sebetulnya kami ingin juga ini di apa..., di-manage, dikelola oleh..., apa..., lembaga asuransi, tetapi ternyata biayanya memang sangat mahal sekali, kurang lebih dulu kalau enggak keliru itu 53 miliar. Dan kalau kita kelola sendiri..., ini dikelola sendiri oleh dinas kesehatan kami, kami hanya menyiapkan 19 miliar. Dan untungnya kalau anggaran ini, anggaran 19 miliar disiapkan oleh APBD kalau warga kami tidak sakit, separuh gitu saja, di anggaran itu bisa masuk lagi ke kas daerah. Jadi, prosedurnya juga sangat mudah sekali..., apa..., membawa kartu keluar..., menunjukkan kartu keluarga, datang..., mohon maaf, datang ke UPT WKMS di balai kota membawa kartu keluarga, membawa fotokopi KTP, membawa foto 2x3 dua lembar, mem..., kalau sudah tahun yang kedua membawa fotokopi kartu yang ada dan pencetakan kartu UPT WKMS ini dilakukan setelah semuanya terdaftar dalam SK Walikota yang kami..., yang kami terbitkan. Saya kira itu mungkin secara simple, Yang Mulia, yang bisa kami sampaikan, program pemeliharaan kesehatan masyarakat Surakarta yang kami punyai, terima kasih. 118. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Oke. Sederhana, tapi bermanfaat, ya. Saya ingin tanya, Pak. Kalau tadi disebut kemungkinan sisa 19 miliar itu, lalu masih masuk kas. Kas itu kemudian diperhitungkan sebagai apa? Untuk anggaran pendapatan belanja daerah berikutnya? 119. PIHAK TERKAIT: JOKO WIDODO (WALIKOTA SOLO) Di dalam silfa, Yang Mulia.

27

120. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Dalam? 121. PIHAK TERKAIT: JOKO WIDODO (WALIKOTA SOLO) Silfa. 122. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Silfa, silfa () 123. PIHAK TERKAIT: JOKO WIDODO (WALIKOTA SOLO) Ya, Sisa Lebih Anggaran. 124. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Jadi, masih harus disetujui lagi, dimasukkan sebagai komponen dalam APBD tadi? 125. PIHAK TERKAIT: JOKO WIDODO (WALIKOTA SOLO) Ya. 126. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Tidak diswakelola menjadi sebuah () 127. PIHAK TERKAIT: JOKO WIDODO (WALIKOTA SOLO) Oh, tidak, Yang Mulia (...) 128. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Tidak? 129. PIHAK TERKAIT: JOKO WIDODO (WALIKOTA SOLO) Karena ini memang..., apa..., cara pembayarannya..., mohon maaf, tadi mungkin saya belum sampaikan, cara pembayaran dari klaim rumah sakit itu adalah klaim rumah sakit, kemudian masuk ke dalam dinas kesehatan kami, diverifikasi. Kemudian, dari dinas kesehatan masuk ke dinas keuangan untuk dibuat SPM-nya, kemudian diterbitkan oleh..., diterbitkan SP2D, kemudian ditransfer ke rumah sakit. Artinya

28

kalau memang duitnya itu tidak dipakai ya masih tetap di kas daerah, kemudian nanti dihitung sebagai silfa di anggaran berikutnya. 130. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Garda depannya rumah sakit atau sampai puskesmas, pelayanan? 131. PIHAK TERKAIT: JOKO WIDODO (WALIKOTA SOLO) Puskesmas dan rumah sakit, Yang Mulia. 132. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Puskesmas dan rumah sakit. 133. PIHAK TERKAIT: JOKO WIDODO (WALIKOTA SOLO) Jadi, kami ada 17 puskesmas. Yang sembilan sudah ISO, kemudian juga kerja sama dengan 12 rumah sakit yang ada di Kota Solo. 134. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Oke. Terima kasih, Pak Walikota. Sekarang dari Yogya. 135. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Sebentar, Pak! 136. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ya. 137. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Boleh sedikit, ya. Saya mau tanya yang platinum sama yang gold itu, Pak. silver, ya? Silver dan gold, ya. Itu untuk menentukan, mohon maaf, tingkat kemiskinan atau misalnya yang, yang silver itu ada kewajiban membayar, gitu. Tapi pelayanannya sama enggak? Prima semua enggak itu? 138. PIHAK TERKAIT: JOKO WIDODO (WALIKOTA SOLO) Jadi, untuk penentuan gold dan silver kami lakukan home visit, Yang Mulia. Ada langsung cek di lapangan. Kemudian, untuk yang..., apa..., yang..., yang gold ini yang..., apa..., pelayanannya diperoleh apa, di sini ada. Kemudian, yang silver di sini apa juga ada. Karena yang

29

silver ini yang kaya pun, konglo..., konglomerat pun minta silver ini

diberi, Yang Mulia. Kalau tidak malu. Jadi, apa..., tetap ada..., tetap di..., di..., diberikan, tetapi memang pelayanan antara yang ini dan yang ini memang berbeda, dan ada di belakangnya.

139. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Kita dengar terakhir dari Yogya. Silakan, monggo! 140. PIHAK TERKAIT: HERI YUDIANTO (WALIKOTA YOGYAKARTA) Baik. Terima kasih, Yang Mulia. Pertama, bahwa kalau kita bicara kenyamanan dari sisi sosial adalah jaminan pendidikan dan kesehatan, bagaimana orang itu harus dijamin masalah kesehatan dan pendidikannya. Kemudian waktu itu tahun 2006 kami berpikir bahwa data BPS itu kreterianya sama rata seluruh Indonesia, padahal kemiskinan itu sesuatu yang comparable artinya orang merasa miskin di Jogja belum tentu merasa miskin di suatu daerah yang lain karena tingkat dari fasilitas dan sebagainya. Mungkin orang Jogja enggak miskin, di Jakarta bisa jadi miskin. Nah, dari situ kami mutuskan bahwa variabel BPS harus kita revisi, kita harus punya variable sendiri, sesuai dengan kreteria tingkat kemiskinan sosial di Yogyakarta. Karena kemiskinan itu pembanding, kalau semua jadi miskin mungkin merasa jadi enggak miskin semua, jadi ada pembanding sosial. Nah, kami punya kreteria sendiri yang itu juga akhirnya kami, namanya, kalau tadi apa solo apa, Kartu Pemeliharaan Kesehatan kami namanya KMS (Kartu Menuju Sejahtera). Karena kartu itu juga by name, by address untuk dua kepentingan. Satu kepentingan kesehatan dan satu kepentingan pendidikan. Karena pendidikan kami jamin untuk penduduk miskin, sampai SMA atau SMK, full, khusus untuk yang mereka punya KMS. Baik sekolah di negeri maupun swasta maupun sekolah di keliling kota Yogyakrta. Karena untuk yang swasta juga mereka yang menerima KMS tidak boleh menarik yang lain, itu konskuensi dari sekolah swasta. Sekarang kita kembali kesehatan tadi. Setelah kami tentukan kriteria sendiri, ternyata datanya jelas jauh lebih besar dari apa yang diback up oleh Jamkesmas maupun Jamkesos oleh provinsi. Itulah yang kita back up dari anggaran APBD Kota, yang kita sebut juga sebagai Jamkesda. Dan itu berjalan bahkan Jamkesda juga kita perluas, misalkan mereka yang, kartu juga kita bagi tiga, sama dengan Solo. Satu, dua, tiga, itu hubungannya dengan tingkat aspek kemiskinan, jadi miskin sekali, miskin, kemudian hampir miskin. Tetapi setelah itu juga kami jumpai lagi ternyata pada waktu sehat enggak miskin, tapi begitu sakit miskin. Nah, itu ahirnya kami cover lagi ada tambahan lagi yang namanya dengan surat rekomendasi SKTM. Kami sediakan dana lagi di luar KMS

30

karena ternyata cukup banyak kasus. Sehat tidak masuk kreteria miskin, tapi begitu sakit ternyata banyak hal yang biayanya dia tidak akan sanggup. Karena kadang-kadang sakit itu kan tidak ada batas atas sakitnya. Kadang-kadang memang biayanya jadi mahal sekali karena sakitnya. Itu juga kami tanggung dalam (suara tidak terdengar jelas) tapi modelnya adalah proposal surat keterangan tidak mampu dan sebagainya. Kemudian kami juga menjamin pengurus RT, RW, LPMK, KaderKader PKK, dan sebagainya kami jamin semua. Itu bagian dari, istilahnya penghargaan kami pada mereka-mereka yang bergerak di dalam sosial. Kemudian yaitu termasuk juga yang naik sepeda di Jogja kalau kecelakaan juga kita jamin. Kemudian ada program Yes 118 siapa pun yang kecelakaan di Jogja, katakanlah terjadi kecelakaan lalu lintas atau hal yang lain kami cover full 21x24 jam. Jadi harapan saya rumah sakit kalau menerima kecelakaan dari lalu lintas jangan tanya dulu, ini rumah mana, punya duit enggak, baru ditangani atau enggak. Tapi minimal 1x24 Jam penanganan apa pun ditangani oleh, eh, dibiayani, ditanggung oleh pemerintah daerah. Itu untuk mempercepat rumah sakit dalam hal penanganan kondisi-kondisi darurat. Jadi prinsipnya hampir sama, kemudian baru tahun 2010 ini kami, perluas sebetulnya, kami membuat Perda Jaminan Kesehatan. Kami mulai memikir bagaimana mereka untuk yang tidak miskin dan sebagainya itu bisa kita cover juga. Nah, disitulah yang akan kita kembangkan mulai tahun 2012 yang ini sedang kita susun mekanismenya dan sebagainya. Tapi untuk yang miskin dan, katakanlah kalau sakit jadi miskin, itu sampai sekarang sudah bisa kita cover. Jadi kalau kartu kami namanya KMS karena itu juga berlaku juga untuk dua hal kesehatan dan pendidikan. Saya kira itu dulu untuk awal, terima kasih. 141. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Baik, Pak. Minta informasi juga berapa yang sudah dianggarkan tiap tahunnya untuk itu dan apakah kemudian dilaksanakan langsung oleh dinas kesehatan ataukah lewat ansuransi yang lain? 142. PIHAK TERKAIT: HERI YUDIANTO (WALIKOTA YOGYAKARTA) Ya, untuk kita yang Jamkesda artinya ditanggung olehi BPD ditangani langsung, kita membentuk namanya UPT Dinas Kesehatan jadi di bawah langsung Dinas Kesehatan. Untuk tahun 2011 kami anggarkan sekitar Rp14 miliar kemarin, 14 miliar. Dan sama juga itu sebagai bagian dari APBD kalau sisa juga kembali sebagai silva untuk kita anggarkan lagi ke depan, berapa sesuai dengan probalitas dari kemungkinankemungkinan yang tidak bisa recover oleh Jamkesmas maupun Jamkesos itu.

31

143. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Jumlah pemegang kartu itu berapa Pak, bisa disampaikan? 144. PIHAK TERKAIT: HERI YUDIANTO (WALIKOTA YOGYAKARTA) Jumlah pemegang kartu totalnya, kalau KMS (Kartu Menuju Sejahtera) itu ada 68.900 jiwa 145. HAKIM ANGGOTA: HARJONO 68.000? 146. PIHAK TERKAIT: HERI YUDIANTO (WALIKOTA YOGYAKARTA) Ya. 68.900 jadi 69.000 kurang lebih. 147. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Dari penduduk Yogya, berapa? 148. PIHAK TERKAIT: HERI YUDIANTO (WALIKOTA YOGYAKARTA) Sekitar 400.000. 149. HAKIM ANGGOTA: HARJONO 400 juga. Saya kira cukup. Kalau ada Bapak Hakim yang lain? 150. KETUA: MOH. MAHFUD MD Hakim lain ada pertanyaan? Cukup? Baik, Pemohon ada yang mau didalami? Silakan. 151. KUASA HUKUM PEMOHON: HERMAWANTO Terima kasih, Yang Mulia. Kepada semua pihak. Yang pertama adalah apakah basis jaminan atau yang ditanggung itu berbasis kepala atau keluarga? Itu yang pertama. Yang kedua, kami juga ingin bertanya kepada Pak Joko Wi, kenapa dikelola asuransi, kok lebih mahal? Kami ingin Bapak jujur sampaikan dalam persidangan ini dan waktu itu dengan lembaga asuransi mana?

32

Yang ketiga adalah kami juga ingin tanya kepada Pak Joko Wi dan Pak Walikota Pak Heri dari Yoyga, apakah ada kemungkinan dana itu diinvestasikan? Jadi, apakah ada kemungkinan, pertanyaannya. Itu saja dulu. Terima kasih, Yang Mulia. 152. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik, Pemerintah sekalian kalau ada pertanyaan? Cukup? Baik, silakan dijawab, itu pertanyaannya sudah jelas dan mungkin jawabannya memang singkat saja. Silakan. 153. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ini kepala atau keluarga dulu? Ini baik dari Jamkesmas, lalu ASKES, Jamsostek, ASABRI. 154. PIHAK TERKAIT: USMAN SUMANTRI (JAMKESMAS) Terima kasih, Yang Mulia. Untuk Jamkesmas yang kita hitung, kepala dikali jumlah total, berapa nanti menjadi dana APBN Terima kasih. 155. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Terima kasih, Yang Mulia. 156. KETUA: MOH. MAHFUD MD Silakan, ASKES. 157. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Dari ASKES. Jaminan yang diberikan adalah per kepala, namun iurannya per keluarga, Yang Mulia. Dengan 2% dari gaji pokok tersebut. Terima kasih, Yang Mulia. 158. PIHAK TERKAIT: HOTBONAR SINAGA (PT. JAMSOSTEK) Ya baik, Yang Mulia. Yang dijamin adalah per kepala, kemudian tadi dikategorikan ada yang lajang, ada yang keluarga. Bisa diinformasikan bahwa yang membayar iuran itu jumlah (suara tidak terdengar jelas) sekitar 2 juta orang, tetapi yang ditanggung, itu jumlahnya lebih dari 5 juta orang. Gitu, terima kasih.

33

159. KETUA: MOH. MAHFUD MD ASABRI. 160. PIHAK TERKAIT: ADIATMIKA (PT ASABRI) Baik, Yang Mulia. Jadi kalau ASABRI ada dua, selain biaya pemakaman, jaminan per kepala. Tapi kalau biaya pemakaman karena anak istri juga dijamin, berarti keluarga. Sedang iuran adalah basisnya adalah keluarga. Karena memperhitungkan gaji pokok tambah tunjangan istri dan tunjangan anak. Terima kasih, Yang Mulia. 161. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Bapak Walikota, ini pertanyaannya tadi persoalan kalau dicurahkan asuransi lebih mahal, itu pengalamannya bagaimana? Dan pertanyaan kedua adalah kalau yang berempat tadi sudah mungkin investasi, ya? Tapi yang Bapak Walikota ini bagaimana, memilih investasi enggak? 162. PIHAK TERKAIT: JOKO WIDODO (WALIKOTA SOLO) Ya, jadi memang dulu keinginan kita, kita enggak ingin urus, enggak ingin pusing, Yang Mulia. Sehingga kami ingin memakai asuransi, tetapi setelah dihitung, ternyata nilainya sangat besar sekali. Saat itu Rp53 miliar, kemudian kita perkirakan kalau kita, apa, kelola sendiri, itu hanya antara Rp17 miliar sampai Rp20 miliar. Sehingga kita putuskan, kita kelola sendiri, kita manage sendiri, dan ternyata tiga tahun ini juga berjalan tidak ada masalah. Kemudian kalau ditanya asuransinya apa, saya tidak ingin menyebutkan di sini, Yang Mulia. Kemudian mengenai anggaran, tidak diinvestasikan, ya enggak, itu memang anggarannya untuk anggaran kesehatan, ya anggaran kesehatan. Jadi tidak ada yang namanya, apa, anggaran kesehatan, kemudian, apa, misalnya sisa diinvestasikan, kami tidak mempunyai itu. Dan tidak ada di dalam, apa, APBD kami. Karena ini adalah anggaran daerah. 163. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Bapak Wali Yogya punya pengalaman yang lain? 164. PIHAK TERKAIT: HERI YUDIANTO (WALIKOTA YOGYAKARTA) Belum, Yang Mulia. Karena memang kami sejak awal memutuskan untuk kami tangani sendiri. Karena memang berdasarkan dari, apa, pernah kita juga mau memperbaiki asuransi kepegawaian, ternyata kalau

34

lewat asuransi jauh lebih besar juga daripada kita tangani sendiri untuk asuransi kepegawaian. Itu contoh saja. Sehingga kita memutuskan untuk rakyat, jadi kita tangani sendiri saja. Kemudian () 165. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Masih bersumber pada APBD dan belum dalam bentuk ada pelaksana tunggal yang kemudian itu semacam, apa, BUMD begitu tidak? 166. PIHAK TERKAIT: HERI YUDIANTO (WALIKOTA YOGYAKARTA) Belum, belum, ini cuma kami tangani selama ini dengan UPT. 167. HAKIM ANGGOTA: HARJONO UPT (suara tidak terdengar jelas). 168. PIHAK TERKAIT: HERI YUDIANTO (WALIKOTA YOGYAKARTA) Unit Pengelola Teknis bagian dari Dinas Kesehatan. Terima kasih. 169. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Terima kasih. 170. KUASA HUKUM PEMOHON: HERMAWANTO Bertanya lagi, satu pertanyaan lagi, Yang Mulia. Baik, kami ingin tanya kepada ASKES, Jamsostek, dan ASABRI. Kalau tadi per kepala dan ada pendanaan per keluarga, kalau tanggungan per keluarga itu ada pembatasan jumlah anak, tidak? Atau misalnya, peserta yang terdaftar adalah tentu saja suami, gitu ya, terus kemudian dia punya nenek. Apakah nenek itu ditanggung juga? Terima kasih. 171. KETUA: MOH. MAHFUD MD ASKES (...) 172. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Izin, Yang Mulia. Tentu karena ini suatu badan yang dibentuk untuk mengelola jaminan kesehatan bagi pegawai negeri sipil, penerima pensiun, perintis kemerdekaan, dan juga veteran, tentu kami harus taat

35

dan tunduk pada aturan kepegawaian. Jadi, sesuai dengan peraturan kepegawaian yang kita miliki bahwa yang menjadi tanggungan bagi pegawai tersebut adalah pegawai yang bersangkutan, suami, atau istri yang sah, dan dua anak. Itu yang mem.., dibayar tunjangan keluarganya, sehingga potongan daripada premi 2% dari gaji pokok pun, termasuk hanya itu. Jadi orang tua, nenek, atau pun ayah kandungnya tidak termasuk. Demikian juga kalau ada pegawai negeri sipil yang mempunyai anak lebih daripada dua, itu akan terseleksi. Pertama, sampai dengan anak itu berumur 21 tahun atau setelah menikah, itu tidak akan dijamin. Namun, anak yang belum menikah dia bisa dijamin sampai dengan berumur 25 tahun, apabila mengikuti pendidikan atau kuliah dengan surat keterangan dari kampus. Maka, mereka sampai dengan umur 25 tahun masih di-cover oleh jaminan asuransi kesehatan. Saya kira demikian, Yang Mulia. 173. KETUA: MOH. MAHFUD MD Ya. 174. PIHAK TERKAIT: I GEDE SUBAWA (PT. ASKES) Terima kasih. 175. KETUA: MOH. MAHFUD MD Ya, silakan, JAMSOSTEK. 176. PIHAK TERKAIT: HOTBONAR SINAGA (PT. JAMSOSTEK) Baik, Yang Mulia. Ketentuannya persis sama, mengenai usia, mengenai istri satu, mengenai anak, dan sebagainya persis sama. Terima kasih, Yang Mulia. 177. KETUA: MOH. MAHFUD MD ASABRI? 178. PIHAK TERKAIT: ADIATMIKA (PT. ASABRI) Terima kasih, Yang Mulia. Untuk ASABRI, ketentuannya persis sama dengan yang ada di ASKES maupun JAMSOSTEK. 179. KETUA: MOH. MAHFUD MD Ya.

36

180. PIHAK TERKAIT: ADIATMIKA (PT. ASABRI) Terima kasih. 181. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik, cukup ya? Saudara, Mahkamah menggangap tidak perlu ada sidang lagi, sehingga sidang berikutnya adalah pengucapan putusan. Nah untuk itu, kepada Pemohon dan kepada Pemerintah atau DPR nanti kalau juga ditanya mau, itu diberi kesempatan untuk mengajukan kesimpulan, kesimpulan selambat-lambatnya disampaikan pada hari Jumat, tanggal 24 Juni, sehingga sesudah itu kami akan menentukan jadwal sidang untuk pengucapan putusan. Jumat, tanggal 24 Juni, dimohon kesimpulannya supaya disampaikan ke Kantor Mahkamah Konstitusi, pada jam kerja. Ya, terima kasih, Bapak-Bapak dari JAMKESMAS, dari PT JAMKESMAS, JAMSOSTEK, PT ASKES, Yayasan ASABRI, Bapak Walikota Solo, dan Walikota Yogya atas kehadirannya. Menambah bahan bagi kami untuk mencoba mencari putusan yang seadil-adilnya dan setepat-tepatnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia berdasar konstitusi kita. Sidang dinyatakan ditutup.

KETUK PALU 3X

SIDANG DITUTUP PUKUL 15.30 WIB

Jakarta, 13 Juni 2011 Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah, t.t.d. Paiyo NIP. 19601210 198502 1 001

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

37

Anda mungkin juga menyukai