Tinjauan Pustaka
Definisi
Pleuritis Tuberculosa
Klasifikasi
efusi pleura
pleurisi kering
Etiologi
Penyebab : M. Tuberculosis Penyebarannya melalui: Langsung Limfogen Hematogen Hipersensitivitas tipe lambat.
Anatomi Pleura
Anatomi Pleura
Rongga pleura dibentuk oleh :
Membran serosa yg kuat berasal dari
mesoderm. Rongga pleura terletak antara paru dan dinding thoraks. Tebal rongga pleura 10-20 mikron lapisan cairan yang tipis berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura
Anatomi Pleura
Terdiri dari dua bagian: Pleura parietalis membungkus rongga dada bagian dalam (dinding thorak, diafragma, dan mediastinum) Pleura viseralis membungkus parenkim paru
Anatomi Pleura
Pleura visceralis
Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm. Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik. Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a.Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe Menempel kuat pada jaringan paru Fungsinya untuk mengabsorbsi cairan Pleura
Anatomi Pleura
Pleura parietalis :
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis) Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada. Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura.
Patofisiologi
Pleuritis TB dapat merupakan manifestasi dari
tapi dapat juga berupa serosanguineous dan biasanya mengandung sedikit basil TB
Patofisiologi
Pleuritis tb primer 6-12 minggu setelah infeksi primer
Antigen M. TB memasuki kavitas pleura dan berinteraksi dengan Sel T yang sebelumnya telah tersensitisas i mikobakteri
Pleuritis TB primer :
1. Adanya data tes tuberkulin positif baru 2. Rontgen thorax dalam satu tahun terakhir tidak menunjukkan adanya kejadian tuberkolosis parenkim paru 3. Adenopati Hilus dengan atau tanpa penyakit parenkim
Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari Pleuritis TB yang paling
Gambaran Klinis
Demam dan nyeri dada umumnya terdapat
pada pasien muda Batuk dan dyspneu umumnya pada pasien yang lebih tua. Durasi rata-rata dari gejala penyakit sekitar , 14 hari pada pleuritis TB primer dan 60 hari pada pleuritis TB reaktivasi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ditemukan : Berkurangnya suara nafas Fremitus melemah Perkusi pekak diatas tempat efusi Pleural friction rub dilaporkan pada 10% pasien.
Diagnosis
gambaran khas seperti adanya eksudat yang kaya limfosit pada cairan efusi, granuloma nekrotik kaseosa pada biopsi pleura, hasil positif dari pewarnaan Ziehl Neelsen atau kultur Lowenstein dari cairan efusi atau jaringan sampel dan sensitivitas kulit terhadap tuberkulin.
Diagnosis
Diagnosis dari Pleuritis
Pada tahun-tahun terakhir ini, beberapa penelitian meneliti adanya penanda biokimia seperti : ADA ADA isoenzim, Lisozim, dan limfokin lain IFN- PCR
Diagnosis
Biopsi pleura parietal : tes diagnositik
yang paling sensitif untuk Pleuritis TB. Pemeriksaan histopatologis jaringan pleura menunjukkan peradangan granulomatosa, nekrosis kaseosa, dan BTA positif. Hasil biopsi perlu diperiksa secara PA, pewarnaan BTA dan kultur.
Terapi
Berdasarkan pedoman tata laksana DOTS, pasien
dengan sakit berat yang luas atau adanya efusi pleura bilateral dan sputum BTA positif, diberikan terapi kategori I 2RHZE/4RH
Pada pasien dengan pleuritis TB soliter harus diterapi
dengan 2RHZ/4RH
Terapi
Thorakosintesis mungkin diperlukan untuk
mengurangi gejala. Penggunaan kortikosteroid menurut review metaanalisis Cochrane menunjukkan kurangnya data yang mendukung bahwa kortikosteroid efektif pada Pleuritis TB.
Prognosis
Setengah dari kasus yang tidak diterapi akan
berkembang menjadi bentuk tuberkulosis paru dan ekstraparu yang lebih berat yang dapat berakibat pada kecacatan dan kematian. Umumnya, efusi pada Pleuritis TB primer tanpa diketahui dan proses penyembuhan spontan 90% kasus.
Komplikasi
Tuberkulosa empyema.
Laporan Kasus
Identitas
Nama Jenis kelamin
Umur
Agama Alamat
Pekerjaan
Status Pernikahan Tanggal masuk rumah sakit
: Ny. A : Perempuan : 51 tahun : Islam : Ranggon genteng. Karangsari : ibu rumah tangga : Menikah : 16 November 2012
Anamnesis
Keluhan utama
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 27 November 2012 pukul 11.30 WIB
Keluhan tambahan
Sesak nafas Batuk dengan lendir berwarna putih
keluhan utama mual dan muntah sejak 5 hari yang lalu, muntah berwarna keputihan seperti lendir, pasien juga mengeluhkan sesak nafas sejak satu minggu yang lalu pasca rawat inap akibat paru terisi cairan, sesak dirasa terus menerus dan terasa semakin berat, pasien lebih nyaman dalam posisi duduk. pasien juga merasa batuk namun tidak berdahak dan hilang timbul, pasien tidak mengeluhkan demam.
konsistensi lunak berwarna kuning kecoklatan BAK dirasa tidak ada gangguan, berwarna kuning,jernih,darah (-) dan ntidak sakit maupun sulit saat mengeluarkan
DM (-)
Alergi (-)
Asma (-)
Asma (-)
Riwayat Pengobatan
Pasien mengkonsumsi obat anti tuberculosis
Riwayat Kebiasaan
Merokok (-) Konsumsi jamu-jamuan (-) Jarang berolahraga dan konsumsi sayur serta buah
Keadaan umum
Kesadaran Status gizi Antropometry
Weight Height BMI : 53 kgs : 165 cms : 19,4 normal
Tekanan darah
Normal
: 120 / 80
: 36 , 3 oc : 28 x/ menit : 80 x/ menit
Suhu
Normal
pernafasan
Menigkat
Nadi
Normal
Pemeriksaan Fisik
Kepala Mata Telinga
Hidung Mulut Leher
Normocephali, rambut putih, tidak mudah dicabut, distribusi merata Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-. Refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+
Normotia (+/+), hiperemis (-/-), sekret (-/-), nyeri tarik (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
Septum deviasi (-), concha hiperemis (-/-), sekret (-/), massa (-/-), pernapasan cuping hidung(-) Bibir pucat (-) kering (+). Carries (-) Lidah (N). Arcus faring (simetris). Faring hiperemis (-)
KGB: pembesaran (-), Nyeri tekan (-) hiperemis (-) Thyroid: pembesaran (-) JVP: 5+1 cmH2O
PALPASI
Ictus cordis teraba di ICS 5 LMCS
PERKUSI
Batas kanan jantung: ICS III-V LSD Batas kiri jantung: ICS V 1cm medial LMCS Batas atas jantung: ICS III LPSS
AUSKULTASI
Regular I II, murmur (-), gallop (-)
PERKUSI
Redup pada paru kanan
AUSKULTASI
bising usus (+ 3x/menit), venous hum (-), arterial bruit (-)
PERKUSI
Timpani Shifting dullness (-)
PALPASI
Supel, nyeri tekan buli (+) nyeri tekan abdomen (-) Hepatomegali (-), splenomegali (-),
Ekstremitas
+
Akral hangat
+
oedem
Follo Up Pasien
19 November 2012 S : pasien mengeluh batuk tanpa dahak dan sesak napas O: TD : 110/70 mmHg RR : 28x/mnt N : 72x/mnt S : 37,2oC Thorax : jantung: dalam batas normal Paru : I : gerakan dinding dada simetris saat bernapas dan tidak ada yang tertinggal P : VF melemah pada lapang paru kanan P : redup di lapang paru kanan A : Rh +/+ , Wh +/ Abdomen: dalam batas normal Ekstremitas : oedem pada tangan kanan
Follow Up Pasien
20 November 2012 S: pasien mengeluh batuk berdahak putih,sesak nafas,sulit kencing,kedua tangan bengkak O: TD : 120/80 mmHg RR : 28x/mnt N : 84x/mnt S : 37,3oC Thorax : jantung: dalam batas normal Paru : I : gerakan dinding dada simetris saat bernapas dan tidak ada yang tertinggal P : VF melemah pada lapang paru kanan P : redup di lapang paru kanan A : Rh +/+ , Wh +/ Abdomen: dalam batas normal Ekstremitas : oedem pada kedua tangan
Follow Up Pasien
21 November 2012 S: pasien mengeluh batuk berdahak putih,sesak nafas, kedua tangan bengkak O: TD : 120/80 mmHg RR : 24x/mnt N : 84x/mnt S : 36,5oC Thorax : jantung: dalam batas normal Paru : I : gerakan dinding dada simetris saat bernapas dan tidak ada yang tertinggal P : VF melemah pada lapang paru kanan P : redup di lapang paru kanan A : Rh +/+ , Wh +/ Abdomen: dalam batas normal Ekstremitas : oedem pada kedua tangan
Follow Up Pasien
22 November 2012 S: pasien mengeluh batuk namun sulit mengeluarkan dahak O: TD : 130/80 mmHg RR : 24x/mnt N : 96x/mnt S : 36,5oC Thorax : jantung: dalam batas normal Paru : I : gerakan dinding dada simetris saat bernapas dan tidak ada yang tertinggal P : VF melemah pada lapang paru kanan P : redup di lapang paru kanan A : Rh +/+ , Wh -/ Abdomen: dalam batas normal Ekstremitas : oedem pada kedua tangan
Follow Up Pasien
23 November 2012 S: pasien mengeluh batuk namun sulit mengeluarkan dahak,tangan dan kaki bengkak O: TD : 100/70 mmHg RR : 20x/mnt N : 80x/mnt S : 36,5oC Thorax : jantung: dalam batas normal Paru : I : gerakan dinding dada simetris saat bernapas dan tidak ada yang tertinggal P : VF melemah pada lapang paru kanan P : redup di lapang paru kanan A : Rh +/+ , Wh -/ Abdomen: dalam batas normal Ekstremitas : oedem pada kedua tangan dan kaki kanan
Follow Up Pasien
26 November 2012 S: sesak nafas, lebih nyaman saat duduk, batuk (-) O: TD : 90/70 mmHg RR : 32x/mnt N : 92x/mnt S : 36,5oC Thorax : jantung: dalam batas normal Paru : I : gerakan dinding dada simetris saat bernapas dan tidak ada yang tertinggal P : VF melemah pada lapang paru kanan P : redup di lapang paru kanan A : Rh +/+ , Wh -/ Abdomen: dalam batas normal Ekstremitas : oedem pada kedua tangan dan kaki kanan
Follow Up Pasien
27 November 2012 S: tidak dapat tidur karena sesak nafas makin berat, batuk (-) O: TD : 120/80 mmHg RR : 32x/mnt N : 84x/mnt S : 37oC Thorax : jantung: dalam batas normal Paru : I : gerakan dinding dada simetris saat bernapas dan tidak ada yang tertinggal P : VF melemah pada lapang paru kanan P : redup di lapang paru kanan A : Rh +/+ , Wh -/ Abdomen: dalam batas normal Ekstremitas : oedem pada kedua tangan dan kaki kanan
Follow Up Pasien
28 November 2012 S: sesak nafas berkurang sudah dapat tidur, batukjarang, bengkak pada ekstremitas O: TD : 120/80 mmHg RR : 28x/mnt N : 84x/mnt S : 36,5oC Thorax : jantung: dalam batas normal Paru : I : gerakan dinding dada simetris saat bernapas dan tidak ada yang tertinggal P : VF melemah pada lapang paru kanan P : redup di lapang paru kanan A : Rh +/+ , Wh -/ Abdomen: dalam batas normal Ekstremitas : oedem pada kedua tangan dan kaki kanan
Leukosit
Trombosit Hematokrit diffcount
12,000/ul
570,000 30% 0/0/0/87/7/6
5 000 10 000/L
150 000 450 000 37 43 % (0-1)/(1-3)/(2-6)/(40-70)/(2040)/(2-8)
SGOT
SGPT
93
20
<40
<40
Kalium
Natrium Chlorida
2,6
123 85
3,5 - 5,6
134 - 145 100 - 110
21 November 2012
Hasil
Kalium Albumin Globulin 2,7 2,71 3,07
Nilai normal
3,5 5,6 3,5 5,0 2,6 3,6
Hasil
Albumin Kalium Natrium 2,44 2,5 128
Nilai normal
3,5 5,0 3,5 5,6 134-145
Chlorida
24 November 2012
91
100 - 110
Kalium
Natrium Chlorida
3,9
128 92
3,5 - 5,6
134 - 145 100 - 110
Mikroskopis
sediaan apus terdiri dari debris nekrosis,diantaranya limfosit, histiosit, proliferasi sel machotel. Inti bulat eksontris, sitoplasma sedikit
Kesimpulan : Peradangan kronis proses spesifik dengan reactive mecothel pada cairan pleura
Resume
Pemeriksaan Tambahan
Leukositosis Anemia Hiponatrium hipoclhorida Hipoalbumin trobositosis
Anamnesis
Sesak Mual Muntah Batuk berdahak Riwayat OAT (+)
Pemeriksaan Fisik
Takipnoe Percusi redup pada paru kanan Vocal fremitus teraba lebih lemaht pada lapang paru sebelah kanan Ronkhi +/+
Ro : efusi pleura Punksi : Peradangan kronis proses spesifik dengan reactive mecothel pada cairan pleura
Diagnosis Banding
Efusi pleura et causa pleuritis tuberculosa
Diagnosis Kerja
Efusi Pleura et causa Pleuritis Tuberculosa
Pemeriksaan Anjuran
Tes BTA
Tumor marker
Echocardiography
Biopsi
Terapi
Asering + 1 ampul 20
tpm Ceftizoxim 2x1 Rantin 2x1 Metil prednisolon 3x125 OBH syrup 3x cth
Rifampicin 450mg 1x1 Pulna 3x1 Pirazinamide 3x2 Hepamax 3x1 Spironolacton 1x40 KSR 1x1
Prognosis
Ad Vitam : Dubia Ad Malam
Ad Sanationam : Dubia Ad Malam Ad Fungsionam : Dubia Ad Malam