Anda di halaman 1dari 2

Surat kecil untuk Tuhanku Allah

18 Nov 2012

By: ima-chan (nyang lagi galau)

Lalu bagaimana dengan ku? Aku merasa sendiri bahkan disaat ku tengah di keramaian. Aku benar- benar merasa sepi ketika ku di tengah kurumunan. Ku tidak merasa apa yang mereka rasakan. Sekarang sudah tidak ada lagi, cahaya, cinta, impian, bahkan harapan pun ku tak punya semuanya telah hilang satu per satu. Semuanya sudah tidak ada yang peduli. Semuanya berjalan sendiri-sendiri tanpa tau apa yang tengah aku rasakan, tanpa tau apa yang aku butuhkan. Aku tidak meminta apa yang aku inginkan Tuhan, ku hanya meminta apa yang ku butuhkan, apa itu terlalu sulit untuk dipenuhi? Apa memang dunia sekejam ini? Semuanya begitu mudah dilalui orang lain tapi mengapa ku merasa sulit untk melalui hidup ini? Seolah ku meniti jembatan panjang tiada berujung. Meniti sampai tertatih- tatih tanpa tau tujuanku menjalaninya. Katakan aku harus bagaimana Tuhan,,,,, jika memang Engkau tidak sayang padaku, lalu kenapa Engkau masih mengijinkanku hidup? Kadang ku merasa iri, melihat orang lain bahagia, tersenyum tanpa menoleh ke arahku. Mereka seolah dipenuhi rasa bahagia hanya dengan membalikkan tangan, hanya dengan kedipan mata. Begitu mudahnya kebahagiaan mereka dapatkan, sedangkan disini ku berjuang untuk menemukan kebahagiaanku yang ku sendiripun tak tau kebahagiaan itu ada atau tidak. Jangankan kebahagiaan yang abadi, kebahagiaan sesaatpun ku sudah lupa bagaimana rasanya. Bagaimana tubuh ini harus bereaksi ketika kebahagiaan itu datang, aku sudah lupa semua itu. Salahkah bila ku malah menangis ketika melihat orang lain bahagia? Salahkah jika justru airmataku yang menyambut kebahagiaan mereka? Ku tau aku memang egois, tapi apa tak boleh ku egois hanya untuk sekedar merasakan kembali rasa itu, rasa bahagia, senang seperti yang orang lain rasakan. Ku hanya meminta yang sederhana Tuhan, ku hanya meminta kebahagiaan yang sederhana, bahkan yang paling sederhana sekalipun. Tak apa akan ku terima dengan hati yang lapang. Salahkah aku jika aku ingin merasakan apa yang mereka rasakan? Atau setidaknya mereka berbagi rasa itu denganku? Salahkah jika aku ingin mereka berhenti sejenak untuk mengulurkan tangan mereka padaku hanya untuk sekedar membantuku berdiri? Sehingga ku bisa kembali berjalan menapaki hidup? Salahkah jika aku berharap mereka merangkulku, memapahku agar ku bisa berjalan beriringan dengan mereka? Ku rasa Engkau akan menjawab salah, tidak, bahkan salah besar! Ku tau dan sangat tau bahwa kebahagian yang sesungguhnya adalah bukan disini. Tapi apa salah jika ku meminta sedikit kebahagiaan itu ktika ku masih disini, di dunia ini? Jika memang kau tak mengizinkan ku untuk merasakannya lalu mengapa kau malah mengizinkanku hidup di dunia ini? Hidup tanpa rasa cinta, bahagia dan kedamaian.

Sebenarnya apa yang sedang Engkau rahasiakan dariku? Apa yang kau inginkankan dari makhluk kecil dan lemah sepertiku? Kadang ku tertawa sendiri, mengapa Engkau menciptakan hatiku yang begitu lemah dan penuh akan rasa peduli. Menciptakan perasaan yang labil, menciptakan mata yang mudah menangis. Ku ingin untuk tidak peduli, tapi ku tidak bisa, ku ingin membenci tapi selalu rasa itu hilang hanya dengan mereka tersenyum padaku, menyambutku, mengakui keberadaanku. Rasa sayang dan peduli yang ku punya mengalahkan rasa acuh dan benci itu. Aku tidak pernah mengharapkan balasan apapun dari mereka, cukup dengan mereka tersenyum dan menyambutnya pun sudah cukup. Tapi yang ku heran kenapa kau ciptakan rasa itu tanpa Engkau ciptakan pula objek yang mau menerimanya? Apa Engkau tidak takut kalau nantinya rasa itu terbuang percuma? Yah ku rasa Engkau tidak akan pernah takut, karena itu bukanlah sifat-Mu. Maaf ya Tuhan aqu memarahi-Mu. Engkau tau kan aku memang begini, pasti Engkau tau karena Engkau lah yang menciptakanku. Kalau ku boleh bertanya kenapa ya Tuhan, ku selalu menangis jika mengalami hal seperti ini? Awalnya memang sakiiiiit skali rasanya, tapi perlahan-lahan (walaupun lama -.- ) rasa sakit itu hilang dan ku tertawa jika mengingatnya, jika mengingat apa yang sempat ku tangisi. Hihihi,,,, Engkau pasti menertawakan ku yah? Ya memang, ku memang pantas untuk ditertawakan dengan sifat kekanak-kanakanku ini. Ku akui memang umur mentalku masih setara dengan TK hihihi,,,, Jangan marah ya Tuhan, tetaplah anggap aku sebagai hamba-Mu, tetaplah bimbing aku menuju kebahagian yang kekal itu, kebahagiaan yang haqiqi bersama orang- orang yang ku sanyangi, amiiiin...... Hm,,,, ku kira sudah cukup suratku, walaupun ku tau bahwa Engkau pasti akan tetap mengetahui tanpa ku susah- susah menulis surat ini. Tapi tak apa, selama menulis surat ini sudah ku keluarkan semua airmata, kekesalan, kepedihan dan kekecewaan yang kurasakan. Hingga saat menulis paragraf terakhir ini, air mata itu sudah kering dan tergantikan oleh cengiran hihihihi,,,, ups maaf,,,, hehehe,,, ^^ Sudah dulu ya, kapan-kapan ku tulis surat lagi, jangan bosan y Tuhan. I Love U Allah,,,,,

Anda mungkin juga menyukai