Pengertian
APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rayat (UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.) Terdapat banyak pegertian APBN menurut para ahli, tetapi pada umumnya pengertian APBN memiliki unsur sebagai berikut: Merupakan kebijakan pemerintah; Taksiran penerimaan dan pengeluaran dalam bentuk angka (kuantitatif); Ditetapkan dengan Undang-Undang; Periode tertentu (pada umumnya satu tahun); Akan dilaksanakan dimasa mendatang; Untuk kemakmuran rakyat.
1|Page APBN
Asas baru Akuntabilitas berorientasi pada hasil : setiap pengguna anggaran wajib menjawab dan menerangkan kinerja organisasi atas keberhasilan atau kegagalan suatu program yang menjadi tanggung jawabnya. Proporsionalitas : pengalokasian anggaran dilaksanakan secara proporsional pada fungsi-fungsi Kementrian/Lembaga sesuai dengan tingkat prioritas dan tujuan yang ingin dicapai. Profesionalitas : mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani oleh tenaga profesional. Keterbukaan : dalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan adanya keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan anggaran serta atas hasil pengawasan oleh lembaga audit independen. Pemerikasaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri : memberi kewenangan lebih besar pada BPK untuk melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara objektif dan independen.
Jenis-Jenis Anggaran
2|Page APBN
Kelebihan: Mudah diawasi penggunaannya karena mencantumkan dengan jelas barang atau obyek dimana uang itu dibelanjakkan (dicatat secara spesifik). Mengamankan komitmen diantara partisipan sehingga mengurangi konflik. Kekurangan: Sulit menyederhanakan berbagai jenis barang untuk dikelompokkan. Terdapat perbedaan pengelompokkan barang antara unit organisasi satu dengan lainnya, tidak didasarkan atas perencanaan menyeluruh dan berkesinambungan, karena perkiraan kebutuhan masa depan tidak dikaitkan dengan maksud dan tujuan yang lebih luas. Sedikti memberi perhatian terhadap laporan pelaksanaan anggaran penerimaan dan pengeluaran. Mengabaikan pencapaian prestasi realisasi penerimaan dan pengeluaran yang dianggarkan. Penyusun anggaran tidak memiliki alasan rasional dalam menetapkan target penerimaan dan pengeluaran.
dan
siapa
4|Page APBN
Zero-Based Budgeting
Anggaran jenis ini disusun berdasarkan pada perkiraan kegiatan, tidak berdasar jumlah dan rincian kegiatan tahun sebelumnya. Setiap kegiatan akan dievaluasi secara terpisah, artinya berbagai program dikembangkan dalam visi tahun yang bersangkutan. Langkah-langkah menyusun Zero-Based Budgeting: 1. Identifikasi unit keputusan; Stuktur organisasi merupakan pusat-pusat pertanggungjawaban yang merupakan unit pembuat keputusan, salah satu fungsinya adalah menyiapkan anggaran. Suatu unit keputusan merupakan kumpulan dari unit keputusan level yang lebih kecil. 2. Menentukan paket keputusan; Pada tahap ini dokumen yang berisi tujuan unit keputusan dan tindakan yang hendak dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan disiapkan. Dokumen (atau paket keputusan) tersebut mengandung gambaran komprehensif mengenai bagian dari aktivitas organisasi atau fungsi yang dapat dievaluasi secara individual, dan harus menunjukkan secara mendetail estimasi biaya dan pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk pencapaian tugas serta perolehan manfaat. 3. Memeringkat dan mengevaluasi paket keputusan; Jika paket keputusan telah disiapkan, manfaat terhadap organisasi diperingkat. Tahap ini merupakan jembatan untuk menuju proses alokasi sumber daya diantara berbagai kegiatan yang beberapa diantaranya sudah ada dan lainnya baru sama sekali. Kelebihan: Proses pembuatan paket keputusan dapat menjamin tersedianya informasi yang lebih bermanfaat bagi kepentingan manajemen. Dana dapat dialokasikan dengan lebih efisien, karena terdapat beberapa alternatif keputusan dan pelaksanaan keputusan tersebut. Setiap program dan kegiatan selalu ditinjau ulang. Pengambilan keputusan dapat memperoleh informasi mengenai kegiatan yang ada dalam kondisi kritis dan mendesak. Kekurangan: Tidak mudah diterapkan. Tidak semua kegiatan dapat disusun menurut peringkat keputusan secara konsisten. Tidak efisien dalam biaya dan waktu. Memerlukan keahlian khusus dalam penentuan prioritas. Memerlukan data lengkap dan dukungan analisis yang cukup kuat. Sulit diputuskan bahwa suatu kegiatan lebih penting daripada kegiatan lainnya.
Siklus Anggaran: Penyusunan pengesahan Pelaksanaan dan pengawasan pemeriksaan dan pertanggungjawaban anggaran 5|Page APBN
Format APBN
APBN tahun 1969/1970 hingga 1999/2000 1. Periode anggaran 1 April hingga 31 Maret; 2. Format T-account (sisi penerimaan dan pengeluaran dipisahkan pada kolom yang berbeda); 3. T-account mengikuti anggaran yang berimbang dan dinamis (artinya sisi penerimaan dan pengeluaran mempunyai jumlah yang sama, jika jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan, kekurangannya ditutup dari pembiayaan yang berasal dari sumber dalam negeri maupun luar negeri); 4. Kebijakan anggaran berimbang, pinjaman luar negeri dimasukkan sebagai bagian dari penerimaan negara (penerimaan pembangunan) dan pembayaran cicilan utang luar negeri dianggap pengeluaran negara (pengeluaran rutin). Format sebagai berikut: Penerimaan Negara Pengeluaran Negara A. Penerimaan Dalam Negeri C. Pengeluaran Rutin 1. Penerimaan Migas 1. Belanja Pegawai 2. Penerimaan Pajak 2. Belanja Barang 3. Penerimaan Bukan Pajak 3. Subsidi Daerah Otonom B. Penerimaan Pembangunan 4. Bunga dan Cicilan Utang 1. Bantuan Program 5. Pengeluaran Rutin Lainnya 2. Bantuan Proyek D. Pengeluaran Pembangunan - Luar Negeri 1. Pembiayaan Rupiah - Dalam Negeri 2. Bantuan PRoyek Format ini memiliki kelemahan tidak memberikan informasi yang jelas mengenai pengendalian defisit dan kurang transparan. Serta tidak menunjukkan dengan jelas komposisi anggaran yang dikelola pemerintah pusat dan pemerintah daerah, akibat dari sistem anggaran yang terpusat. Sehingga.....
APBN 2000-2004 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Periode anggaran 1 Januari--31 Desember; Format diubah menjadi I-Account; Sisi penerimaan dan pengeluaran tidak dipisahkan atau dalam satu kolom; Digunakan anggaran tidak berimbang; lebih sering anggaran defisit (deficit budget); Defisit/surplus adalah perbedaan antara jumlah penerimaan dan hibah dengan pengeluaran negara; Sumber penerimaan dan sumber pembiayaan dipisahkan pada pos yang berbeda (utang dalam atau luar negeri dimasukkan pada pos pembiayaan defisit); Lebih transparan (sumber pembiayaan jelas); Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah; Pinjaman luar negeri dan pembayaran cicilan dikelompokkan sebagai pembiayaan anggaran; 6|Page APBN
10. Dengan format ini pinjaman luar negeri diperlakukan sebagai utang, jumlahnya harus sekecil mungkin, karena pembayaran luar negeri akan memberatkan APBN di masa depan. Tujuan perubahan format Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan belanja negara. Menyesuaikan klasifikasi internasional sehingga mempermudah analisis komparasi (perbandingan) dengan anggaran negara lain. Untuk mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalaian dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBN. Untuk mempermudah perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan untuk didistribusikan oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah, mengikuti pelaksanaan UU No. 25/ 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah.
APBN 2005-Sekarang Perubahan dari sistem anggaran sebelumnya (2000-2004): 1. Melaksanakan sistem penganggaran secara terapdu (unified budget-tidak ada pemisahan antara pengeluaran rutin dan pembangunan) dari sebelumnya dual budget (anggaran belanja negara dipisahkan antara anggaran belanja rutin dan angaran pembangunan) 2. Merinci belanja negara (organisasi, fungsi, dan jenis belanja) yang sebelumnya berdasarkan sektor dan jenis belanja. APBN Format Lama APBN Format Baru (tahun 2000-2004) (tahun 2005 ke atas) Klasifikasi Jenis Belanja - Dual budgeting - Unified budgeting - Belanja pusat terdiri dari enam jenis - Belanja pusat terdiri dari delapan jenis belanja (termasuk belanja pembiayaan) belanja. Klasifikasi Organisasi - Tidak tercantum dalam Nota Keuangan - Daftar organisasi pengguna anggaran dan UU APBN belanja negara tercantum dalam Nota - Tetapi tercantum dalam Buku Satuan 3 Keuangan dan UU APBN yang ditetapkan dengan Keppres Klasifikasi Sektor Klasifikasi Fungsi - Terdiri atas 20 sektor dan 50 sub sektor - Terdiri atas 11 fungsi dan 79 subfungsi - Program merupakan rincian sektor - Program sesuai fungsi dari pada pengeluaran rutin dan kementerian/lembaga pembangunan - Nama-nama program telah - Nama-nama program antara disesuaikan dengan unified budget pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan sedikit berbeda Dasar Alokasi - Alokasi anggaran berdasarkan sektor, - Alokasi anggaran berdasarkan subsektor, dan program. program kementerian negara/lembaga 7|Page APBN
APBN FORMAT LAMA A. Pendapatan Negara dan Hibah I. Penerimaan Dalam Negeri 1. Penerimaan Perpajakan 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak II. Penerimaan Hibah B. Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat 1. Pengeluaran Rutin a. Belanja Pegawai b. Belanja Barang c. Pembayaran Bunga Utang d. Subsidi e. *Pengeluaran Rutin Lainnya 2. **Pengeluaran Pembangunan II. Belanja Untuk Daerah 1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus Penyesuaian C. Keseimbangan Primer D. Surplus/Defisit Anggaran E. Pembiayaan
dan
APBN FORMAT BARU A. Pendapatan Negara dan Hibah I. Penerimaan Dalam Negeri 1. Penerimaan Perpajakan 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak II. Penerimaan Hibah B. Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat 1. Belanja pegawai 2. Belanja barang 3. Belanja modal 4. Pembayaran bunga utang 5. Subsidi 6. Belanja hibah 7. Bantuan sosial 8. Belanja lainnya II. Belanja Untuk Daerah 1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian C. Keseimbangan Primer D. Surplus/Defisit Anggaran E. Pembiayaan
Ket: *Pengeluaran rutin lainnya (format lama) dialihkan menjadi belanja pegawai, belanja hibah, bantuan sosial, dan belanja lainnya (format baru). **Pengeluaran pembangunan (format lama) dialihkan menjadi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bantuan sosial, dan belanja lainnya (format baru).
8|Page APBN