LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA NIM
GOLONGAN / KELOMPOK : RABU SORE / 6 ANGGOTA : ENNIS HARIMURTI TIRTO WAHYU FAJRI WILDANA YUSTINA RATNASARI ACARA (111510501) (111510501102) (111510501067)
TANGGAL PRAKTIKUM
: 1 JANUARI 2012
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesadaran masyarakat terhadap pola makan yang sehat tercermin dari makin banyaknya pilihan dalam mengonsumsi makanan seperti buah dan sayur. Hasil sensus Direktorat Jenderal Hortikultura, menunjukkan bahwa pada tahun 2007 konsumsi sayuran masyarakat Indonesia mencapai 40,9
kg/kapita/tahun. Dimana angka ini lebih tinggi dibandingkan konsumsi masyarakat Indonesia terhadap buah-buahan yaitu hanya sebesar 34,06
kg/kapita/tahun. Kondisi tersebut disebabkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi sayuran yang bersamaan dengan konsumsi nasi sehingga posisi sayuran lebih penting dibandingkan dengan konsumsi buah-buahan. Konsumsi masyarakat pun akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Seiring meningkatnya kesadaran dan kebutuhan akan perlunya hidup sehat dengan cara mengkonsumsi makanan yang sehat dan bersih. Masalah yang sering muncul adalah kerusakan buah segar karena proses transpirasi dan respirasi yang berlangsung setelah produk tersebut dipanen. Penyimpanan memegang peranan penting dalam menjaga kuantitas dan kualitas produk. Penyimpanan menjadi fokus utama pada komoditi pertanian, terutama penyimpanan sayur dan buah. Komoditi pertanian berupa sayur dan buah mempunyai tingkat kadar air yang tinggi yaitu sekitar 75-95%. Oleh karena itu, modifikasi suhu penyimpanan mesti dilakukan sesuai dengan tingkat aktivitas enzim dari masing-masing sayur dan buah.Penyimpanan buah dan sayur baik dalam waktu yang singkat maupun relatif lama dapat menggunakan teknik pengemasan yang baik dan benar. Penyimpanan dalam kemasan plastik merupakan salah satu cara penghambatan kematangan buah karena pengemasan ini mencegah masuknya oksigen ke dalam atmosfir penyimpanan sehingga tercipta udara seperti udara termodifikasi. Di samping itu, pengemasan plastik ini juga berguna untuk mengurangi resiko kerusakan oleh mikroorganisme perusak. Film kemasan
Polyethilen (PE) merupakan bahan pengemas plastik yang baik digunakan pada sistem penyimpanan dengan atmosfir termodifikasi karena mempunyai
1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum kali ini antara lain: 1. Memahami adanya interaksi metabolisme produk dengan karakteristik permeabilitas plastik berpengaruh terhadap mutu produk hortikultura segar selama penyimpanan. 2. Memahami pentingnya pengemasan dan suhu penyimpanan sebagai cara untuk memperlambat kemunduran produk. 3. Mampu mengidentifikasi perubahan-perubahan karakteristik mutu produk segar akibat pengemasan plastik dan suhu selama penyimpanan.
Komoditi hortikultura mudah sekali mengalami kerusakan setelah dipanen. Pemilihan umur yang kurang tepat, cara panen dan pengangkutan yang kurang hati-hati serta pengemasan yang kurang baik dapat mengakibatkan kerusakan dalam jumlah yang besar yaitu kerusakan mekanis, fisiologis, kimiawi, dan mikrobiologis. Buah yang memiliki mutu rendah sebagai akibat dari kerusakan tersebut dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam hasil olahan menjadi berbagai macam produk untuk mendapatkan nilai tambah dan juga dapat memungkinkan pada saat bukan musimnya masih dapat menikmati cita rasa buah sesuai dengan cita rasa buah segarnya (Basuki, 2010). Salah satu masalah utama produk hortikultura setelah dipanen adalah sifatnya yang mudah rusak oleh pengaruh mekanis serta kandungan air yang tinggi, sehingga memungkinkan adanya aktivitas enzim dan mikroorganisme pembusuk. Kulit buah sangat mudah mengalami kerusakan karena goresan atau gesekan sehingga diperlukan penganganan pasca panen yang benar, agar sesampainya di tangan konsumen buah tersebut tetap dalam keadaan matang segar dengan warna yang menarik serta mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Kerusakan pasca panen produk hortikultura di daerah tropis berkisar 5-50% (Rahmawati, 2011). Pada pasca panen atau saat penyimpanan, buah dapat mengalami susut fisik (penurunan bobot buah), susut kualitas (terjadi perubahan bentuk, warna, dan tekstur buah), serta susut nilai gizi (penurunan kadar asam organik dan vitamin) (Tranggono dan Sutardi, 1990). Salah satu cara memperpanjang lama umur simpan produk hortikultura untuk mempertahankan kandungan asam askorbat adalah dengan pemberian bahan kimia secara eksogen, yaitu pemberian kalsium klorida (CaCl2). Kalsium (Ca2+) dapat memperpanjang daya simpan dengan memperlambat pemasakan buah. Kalsium juga mengubah proses-proses intraseluler dan ekstraseluler yang dapat memperlambat pemasakan buah (Andarwulan, 1992).
Banyak usaha dilakukan untuk menjaga kualitas buah-buahan yang disimpan, diantaranya dengan melakukan fumigasi. Fumigasi merupakan usaha penanggulangan serangga dengan menggunakan fumigan. Salah satu fumigan yang dapat digunakan adalah Karbon dioksida (CO2) (Satuhu, 1996). Penurunan O2 dan peningkatan CO2 telah terbukti mengurangi laju respirasi dan memperpanjang masa simpan buah (Ahmad,dkk, 2001). Teknologi atmosfir termodifikasi dengan menggunakan CO2 telah digunakan untuk mengendalikan serangga yang menyerang buah-buahan atau produk hortikultura lain yang disimpan, tetapi belum banyak informasi mengenai pengaruh CO2 terhadap aspek biologi Sitophilus zeamais (Susanto, 1994). Penyimpanan dalam kemasan plastik merupakan salah satu cara penghambatan kematangan buah karena pengemasan ini mencegah masuknya oksigen ke dalam atmosfir penyimpanan sehingga tercipta udara seperti udara termodifikasi. Di samping itu, pengemasan plastik ini juga berguna untuk mengurangi resiko kerusakan oleh mikroorganisme perusak (Dumadi, 2001).Film kemasan Polyethilen (PE) merupakan bahan pengemas plastik yang baik digunakan pada sistem penyimpanan dengan atmosfir termodifikasi karena mempunyai permeabilitas yang cukup besar terhadap CO2 dibandingkan dengan O2 (Rosalina, 2011).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum Teknologi Panen dan Pasca Panen dengan judul Modifikasi Atmosfer dengan Pengemasan Untuk Produk Hortikultura dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 2012 pukul 15.30 di Jurusan Budidaya Pertaniaan Universitas Jember.
1. Ruang pendingin
3.2.2
Bahan
3.3 Cara Kerja 1. Memilih salah satu jenis buah dan sayuran daun sebagai bahan percobaan. 2. Mengemas bahan dengan jumlah atau berat tertentu dengan plastik LDPE dengan kedua ketebalan berbeda. 3. Mengecek kebocoran udara pada bagian sambungan kemasan plastik. 4. Menempatkannya pada suhu dingin dan suhu kamar. 5. Mengulang perlakuan tersebut sebanyak dua kali. 6. Mengamati perubahan mutu bahan percobaan selama periode penyimpanan.
4.1 Hasil 4.1.1 Tabel Pengamatan Kekerasan Jenis Komoditi Pengepakan Waktu Pengamatan 5 Pisang Tanpa Plastik Plastik Tanpa Plastik Timun Plastik Tanpa Plastik Tomat Plastik 4 5 4 4 3 3 10 2 4 3 3 2 2 Warna Waktu Pengamatan 5 4 3 4 4 3 4 10 3 4 2 4 2 3 Pembusukan Waktu Pengamatan 5 4 4 4 4 5 4 10 2 4 2 3 4 4
4.2 Pembahasan Dari data yang didapat dari hasil pengamatan dan penelitian pada pengemasan sayuran sawi selama 6 hari pengamatan dan dengan perlakuan ketebalan plastik yang berbeda-beda yaitu 0,02 mm dan 0,008 mm dan control ternyata menunhukkan adanya perubahan warna dan tekstur. Pada penyimpanan suhu dingin warna sawi pada hari ke-0 pengamatan semua perlakuan hijau 100%, pada pengamatan hari ke-2 terjadi perubahan warna pada perlakuan control menjadi hijau 50%, pada hari ke-4 terjadi perubahan pada kedua ketebalan plastic yaitu menjadi hiaju 75 % pada hari ke 6 terjadi [perubahan juga control menjadi hijau 25% dan pada perlakuan ketebalan plastic sawi berubah warna menjadi hijau 50%. Selain warna juga terjadi perubahan tekstur yaitu pada hari ke 0 pengamatan semua perlakuan teksturnya dangat keras kemudian terus mengalami perubahan sampai pengamatan hari ke 6 yaitu untuk control teksturnya sangat lunak, perlakuan ketebalan pplastik 0,02 mm dan 0,08 mm teksturnya agak lunak. Begitu juga untuk suhu ruang juga mengalami perubahan warna dan tekstur. Pada hari ke
0 pengamaatan warna sawi pada semua perlakuan hijau 100% dan kuning 0 % dan terus mengalami perubahan sampai hari ke 6 pengamatan yaitu pada perlakuan control warna sawi menjadi hijau 50% dan kuning 50% begitu juga dengan perlakuan ketebalan plasrtik 0,02 mm dan 0,08 mm. untuk tekstur hari ke 0 pengamatan teksturnya sangat keras dan terus mengalami perubahan sampai hari ke 6 pengamatan yaitu pada semua perlakuan teksturnya menjadi sangat lunak. Warna pada buah dan sayur dipengaruhu oleh adanya pigmen yang terkandung dalam buah dan sayur, perubahan warna pada buah dan sayur berkaitan dengan kerja enzim terhadap pigmen. Hal nitu diakibatkan adanya proses respirasi yang mengahasilkan energy untuk enzim bekerja terjadi proses pematangan pada buah maupun sayur. Sedangkan proses pelunakan pada buah dan sayur ada kaitannya dengan proses transpirasi buah dan sayur. Dengan adanya proses transpirasi maka kandungan air yang ada di dalam buah dan sayur menjadi berkurang sehingga buah dan sayur menjadi layu. Perubahan fisik yang terjadi dan juga perubahan fisiologis pada perelakuan pelapisan, pengepakan dan crisping ini pada dasarnya terjadi karena adanya proses respirasi dan transpirasi pada masing-masing perlakuan yang pada akhirnya menyebabkan perubahan warna, tekstur dan pelunakan. Proses yang terjadi pada fenomena modifikasi atmosfer yaitu proses laju respirasi yang merupakan proses metabolism utama yang dapat mengakibatkan perubahan fisik dan kimia pada hasil panen produk hortikultura misalnya perubahan pada kekerasan warna dan susut bobot. Kondisi lingkungan berperan penting pada kondisi atmosfer yaini pada pada produk hortikultura. Pengaruh dari modifikasi atmosfer dapat mengahasilkan kondisi udara yang optimal serta memperpanjang masa simpan produk hortikultura.
5.1 Kesimpulan Berdasarkan kegiatan praktikum serta pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Warna pada buah dan sayur dipengaruhu oleh adanya pigmen yang terkandung dalam buah dan sayur, perubahan warna pada buah dan sayur berkaitan dengan kerja enzim terhadap pigmen. 2. Pemilihan ketebalan kemasan plastik adalah hal yang kritis karena berhubungan dengan permeabilitas terhadap O2, CO2, dan uap air. 3. Penggunaan plastik sebagai bahan kemasan buah-buahan dapat
memperpanjang masa simpan produk hortikultura segar, dimana kemasan plastik memberikan perubahan gas-gas atmosfer dalam kemasan itu sendiri yang berbeda dengan atmosfer udara normal yang mana dapat memperlambat perubahan fisiologis yang berhubungan dengan pemasakan dan pelayuan.
5.2 Saran Pada saat proses pengepakan, hal yang perlu diperhatikan adalah proses penutupan, diusahakan pada proses ini tidak terjadi kebocoran pada plastic.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,dkk. Effect of Reduced O2 and Increased CO2 (Controlled Atmosphere Storage) on The Rippening and Quality of Ethylene Treated Banana Fruit.International Journal Of Agriculture And Biology 3 (4) : 486 490. Andarwulan, N., dan Koswara S. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali: Jakarta. Basuki, E., Prarudiyanto, A., dan Wiliyanto, U. 2010. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Kualitas Mangga CV. MADU Selama Penyimpanan dalam Plastik Polietilen. Jurnal Agroteksos. Vol 20 (1) : 31-40. Dumadi, Suryatmi. 2001. Penggunaan Kombinasi Adsorban Untuk Memperpanjang Umur Simpan Buah Pisang Cavendish. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 12 (1) : 13 20. Rahmawati, IS., Hastuti, ED., dan Darmanti, S. 2011. Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Kalsium Klorida (CaCl2) dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Asam Askorbat Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal Anatomi dan Fisiologi. 20 (1) : 62-70. Satuhu. 1996. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya: Jakarta Susanto. 1994. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen. Akademika: Yogyakarta. Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.