Anda di halaman 1dari 2

DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN

Ibn Ishaq berkata, Orang-orang memeluk Islam secara bergelombang, baik laki-laki maupun wanita, sehingga berita tentang Islam tersebar luas di kota Makkah, dan Islam menjadi bahan pembicaraan. Setelah itu Allah Azza wa Jalla memerintahkan Rasul-Nya menyampaikan Islam dan mengajak manusia secara terang-terangan, menampakkan perintah Allah kepada manusia, sekaligus mengajak mereka kepada-Nya Ibn Ishaq berkata lagi. Lalu Allah Swt. berfirman kepada Rasulullah saw:

[ ]
Sampaikanlah olehmu secara terang-etrangan segala yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (QS al-Hijir [15]: 94). Allah Swt. juga berfirman:

%[ % ]
Berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat dan rendahkanlah dirimu terhadap orangorang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu, katakanlah, Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan. (QS asy-Syuara [26]: 214-216). Tatkala Rasulullah saw. memperlihatkan Islam secara terang-terangan kepada kaumnya dan menampakkan perintah Allah kepada mereka secara terbuka, saat itu orang-orang Quraisy tidak mengutuk beliau dan tidak memberikan reaksi, kecuali ketika suatu saat beliau menyebut-nyebut tuhan-tuhan mereka dan menghinanya. Tatkala beliau melakukan hal itu, seketika mereka menjadikan persoalan tersebut sebagai persoalan yang besar; mereka menentangnya. (Ibn Hisyam, Srah anNab, jld. I/274-276). Pelajaran yang Dapat Dipetik Pertama, dakwah Islam, maupun dakwah yang menyerukan ideologi tertentu atau mengajak manusia melakukan proses perubahan di tengah-tengah masyarakat haruslah disampaikan secara terang-terangan, meskipun pada tahap awalnya diserukan secara sembunyi-sembunyi (rahasia). Tahap dakwah secara terang-terangan adalah tahap yang harus dan wajib dilalui oleh para pengemban dakwah Islam, termasuk harakah dakwah Islam, apapun risikonya. Sebab, target dasar dari dakwah secara terang-terangan ini adalah membongkar berbagai persepsi batil, sistem hukum kufur/thght, adat-istiadat sesat, serta perasaan keliru dan telah mendarah daging di tengah masyarakat. Caranya adalah dengan membangun opini umum tentang Islam di tengah-tengah mereka. Dengan begitu, masyarakat akan sadar dan mengerti tentang kesesatan dan kekeliruan yang selama ini mereka praktikkan dan yakini. Pada gilirannya, mereka akan menyingkirkan semua itu seraya membangun persepsi, sistem, kebiasaan, dan perasaan baru yang berdasarkan Islam. Kedua, firman Allah (QS al-Hijir [15]: 94) di atas menunjukkan perintah untuk menyampaikan Islam secara terang-terangan. Artinya, para pengemban dakwah maupun

harakah dakwah Islam tidak bisa memperhalus atau menyembunyikan al-haq di hadapan masyarakat dengan tujuan untuk menghindari kebinasaan atau motivasi buruk lainnya. Sebab, kalimat berikutnya, wa aridh an almusyrikn bermakna, berpalinglah dari orang-orang yang memasang halangan/rintangan dalam penyampaian dakwah (tablig), dan jangan lagi mempedulikan mereka (al-Qasimi, Mukhtashar min Mahsin at-Tawl, hlm. 267). Dengan kata lain, reaksi negatif masyarakat terhadap dakwah Islam tidak boleh menyurutkan langkah dakwah, apalagi menyimpulkan bahwa isi dakwah Islam itu tidak sesuai sehingga perlu dikemas sesuai dengan tuntutan masyarakat. Ketiga, dari petikan sirah dakwah Rasulullah saw. di atas, ada fenomena menarik, yakni bahwa dakwah secara terang-terangan pada mulanya tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat kafir Quiraisy, karena mereka beranggapan, tidak ada sesuatu yang membahayakan ideologi/keyakinan mereka; tidak mengorek-ngorek kedudukan para pemimpin mereka; tidak menggugat kemapanan sistem dan adat istiadat mereka. Namun, Rasulullah saw. kemudian menyampaikan firman Allah Swt.:

[ ]
Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah (berhala) adalah umpan Jahanam; kalian pasti masuk ke dalamnya. (QS al-Anbiya [21]: 98). Ketika disampaikan ayat di atas, barulah orang-orang kafir Quraisy melakukan penentangan terhadap Rasulullah saw dan para sahabatnya serta dakwah Islam. Sejak saat itu orang-orang kafir mengetahui tujuan dakwah Rasulullah saw, yaitu melakukan perubahan di tengah-tengah masyarakat hingga Islam tegak sebagai sebuah institusi politik, hukum, dan kepemimpinan di dunia. Sejak saat itu pula dimulai pergulatan politik dan pertarungan pemikiran antara Islam dan kekufuran, antara yang haq dan yang batil. Oleh karena itu, sekali memasuki dakwah secara terang-terangan (dawr al-Ilan) dan memproklamirkan tentang tujuan-tujuan dakwah serta mengajak masyarakat melakukan perubahan fundamental, langkah dakwah tidak akan dan tidak boleh surut kembali ke belakang. Dakwah secara terang-terangan merupakan tahap dakwah yang paling berat, paling keras, paling menakutkan. Sebab, kebenaran dan kebatilan berhadap-hadapan secara frontal; tidak ada sesuatu yang bisa dikompromikan di antara keduanya. Ini adalah tahap interaksi dan perjuangan (marhalah at-taful wa al-kifh). Kaum kafir mulai memerangi dakwah Islam dan para pengembannya dengan segala cara. Sebagaimana dipahami, seluruh dunia saat ini, termasuk Dunia Islam, sedang berada dalam kungkungan ideologi, sistem, pemikiran, dan perasaan-perasaan kufur. Artinya, yang dihadapi oleh dakwah Islam dan para pengembannya saat ini adalah kekufuran yang bersifat global. Dengan demikian, amat keliru jika para pengemban dakwah menempatkan sistem kufur dan ideologi kufur pada skala sempit sehingga perjuangan dakwah pun hanya berada pada skala regional atau lokal. Sebab, kekufuran dan para penganutnya di seluruh dunia pun akan berhadaphadapan dengan dakwah Islam dan para pengembannya sebagai kekuatan yang amat dahsyat. Namun, semua itu bagi para pengemban dakwah bukanlah sesuatu yang mengkhawatirkan, bukanlah sesuatu yang layak

memalingkannya dari kewajiban dakwahnya, atau yang menyebabkan bergesernya arah dakwah. Maju terus pantang mundur!

Anda mungkin juga menyukai