Anda di halaman 1dari 2

Bahasa Indonesia Kurang Diminati

Denpasar (Metrobali.com)Dalam era globalisasi saat ini, siswa lebih tertarik untuk mempelajari bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. hal ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, dalam pembicaraan keseharian para orang tua lebih membiasakan anaknya bercakap-cakap dalam bahasa Inggris. Tak hanya itu, sekolah pun lebih memprioritaskan pengajaran mata pelajaran bahasa Inggris di bandingkan bahasa Indonesia. Makanya, tak sedikit anak atau siswa yang tumbuh dengan pemahaman yang lebih baik terhadap bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Fenomena ini menandakan bahwa perjuangan para ilmuan untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) secara politik menjadi tidak sebangun dengan perjuangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa resmi pergaulan dari kehidupan keseharian masyarakat di negeri ini. Tak pelak, semangat sumpah pemuda terkesan semakin memudar dan teksnya pun tidak lagi menjadi pengetahuan kolektif dalam mencetak karakter bangsa. Akibatnya, muncul kesan bahwa bahasa Indonesia lebih rendah dari bahasa asing. Di samping itu, kebijakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan dunia yang digagas oleh Badan Bahasa Jakarta untuk meningkatkan martabat bangsa yang telah dirumuskan secara komprehensif terancam kandas di tengah jalan. Ini terlihat dari sikap dan perilaku negatif masyarakat terhadap bahasa Indonesia dalam kehidupan kesehariannya. Simon Sabon Ola, dosen Universitas Nusa Cendana, Kupang, menegaskan bahwa menyikapi rendahnya minat siswa belajar bahasa Indonesia ke depan perlu ditingkatkan kompetensi guru pengampu mata pelajaran dengan menerapkan tiga langkah strategis seperti pembelajaran, kompetensi, dan ekologi bahasa. Diakuinya, dalam pembelajaran guru harus mampu membangun komunikasi dua arah. Sedangkan, kompetensi mengembangkan kecakapan pengetahuan dan keterampilan, nilai dan sikap berpikir dalam bertindak yang dapat menguatkan kepribadian secara individu dan kolektif. Sementara itu, ekologi bahasa memberikan perhatian yang lebih serius dalam hubungan lingkungan untuk membangun interaksi antara bahasa dengan masyarakat. Hal ini, katanya, sangat efektif untuk mengatasi kendala dalam mengangkat gengsi bahasa Indonesia, penguatan fungsi dan kaitannya dengan pembangunan karakter bangsa. Mengingat sikap bahasa masyarakat sebagai reaksi terhadap kesadaran norma dan kemauan untuk menggugah kesadaran publik terhadap kecintaan dengan bahasa Indonesia. Sikap positif bahasa sebagai wujud kompetensi sosial dalam penguatan karakter bangsa, tegasnya, Selasa (30/10). Kemudian, I Nyoman Weda Kusuma, selaku Guru Besar Fakultas Sastra Unud Denpasar menambahkan bahwa sastra Indonesia sebagai faktor esensial penunjang pengembangan bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa internasional. Karena itulah, perlu adanya peran serta aktif dan lebih serius dari instansi terkait terutama dunia pendidikan dalam meningkatkan minat siswa untuk mempelajari bahasa Indonesia secara berimbang dengan bahasa asing, Inggris.

Menurutnya, untuk menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional perlu adanya kebijakan pembentukan badan/lembaga khusus dalam penerjemahan, laboratorium bahasa, dan kamus penunjang oleh Kemendikbud. Dengan, meningkatkan minat siswa terhadap bahasa Indonesia dan intensifnya kegiatan penerjemahan khususnya terkait karya sastra Indonesia lambat laun dan pasti bahasa Indonesia akan menjadi bahasa Internasional, tegasnya
http://yatieshetia.blogspot.com/2012/05/proposal-ptkmeningkatkan-pemahaman.html

pdf jigsaw model http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d0251_060231_chapter2.pdf pdf jigsaw http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0551_0605739_chapter1.pdf

Anda mungkin juga menyukai