Anda di halaman 1dari 14

Proses untuk Meningkatkan Kemampuan Aliran Resirkulasi Air dengan Disinfeksi Ozonasi dan Peng-UV-an

Abstrak Proses disinfeksi air secara kontinyu dapat digunakan untuk mencegah kemunculan dan akumulasi obligat dan kemungkinan patogen ikan dalam sistem akuakultur resirkulasi (RAS), terutama saat penyakit menjangkit saat agen penyebab penyakit berkembangbiak di dalam sistem. Untuk mencegah akumulasi patogen, proses penyinaran dengan ozonisasi dan UV bisa digunakan secara terpisah atau bersamaan sebagai perlakuan terhadap air pada RAS sebelum patogen-patogen itu kembali ke dalam tanki budidaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan proses yang dibutuhkan untuk mendisinfeksi aliran air secara keseluruhan dalam RAS dengan menggunakan ozonisasi yang diikuti dengan penyinaran UV pada saat aliran air kembali ke dalam tanki kultur. Dalam penelitian ini diketemukan bahwa proporsi-integral (PI) dari umpan balik putaran air bisa secara otomatis dimasukkan konsentrasi ozon (O3) yang dihasilkan dari oksigen gas pakan (dipasang/ditambahkan pada low head oksigenator) untuk menjaga kelarutan residu O3 atau ORP pada saat prapemilihan setpoin. Kesimpulannya, pengaplikasian ozonasi dan peng-UV-an aliran air ini lebih mudah dan efektif untuk dipantau secara kontinyu dan pengontrolan dosis O3 bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan pemeriksaan oxidative reduction potential (ORP, untuk pemeriksaan ozon terlarut) yang ditempatkan pada outlet dari ruang kontak O3 sebelum air masuk ke dalam unit peng-UV-an. Perlakuan pada Kontrol PI pada setpoin ORP sebesar 450 dan 525 mv dan pemberian pada setpoin O3 terlarut sebesar 20 ppb bisa menjaga hampir keseluruhan penghitungan lapisan aliran bakteri heterotrof (hingga <1 cfu/mL) dan menjaga kualitas air (terutama warna dan persentase UVT) dalam satu putaran resirkulasi. Keberhasilan ini treatmen ini membutuhkan penambahan dosis rata-rata hampir 293 g O3 per kg pakan. Bagaimanapun, karena air ditreatmen dan kembali dipakai secara terus-menerus dalam sistem air daur ulang, mean kebutuhan harian O3 dijaga berada dalam kisaran ORP antara 375 525 mV (atau 20 ppb O3 terlarut) antara 0,34 0,39 mg/L, yang mana dosis ini lebih rendah 10 kali dari pada kebutuhan umumnya untuk mendisinfensiksi permukaan air dalam satu kali treatmen air. Penemuan ini dapat berguna bagi peningkatan biosekuritas dan perencanaan kualitas produk dengan menjaga mean untuk kontinyuitas disinfeksi air dalam RAS intensif terkontrol. 1. Pendahuluan Tanpa proses disinfeksi internal, obligat dan patogen kemungkinan akan berakumulasi dalam sistem akuakultur yang menggunakan sistem treatmen dan daur ulang air, terutama pada saat penyakit menjangkit ketika patogen menyebar dan keluar dari inangnya. Peng-UV-an dan atau pengozonan dapat dipakau untuk mentreatmen dan sewaktu-waktu mendisinfeksi air resirkulasi sebelum kembali ke dalam tanki kultur (Brazil, 1996; Bullock et al., 1997; Summerfelt et al., 1997; Christensen et al., 2000; Krumins et al., 2001a,b; Summerfelt, 2003; Sharrer et al., 2005; Summerfelt et al., 2004; Sharrer and Summerfelt, 2007). Dalam RAS, pengUV-an telah berhasil menonaktifkan mikroorganisme (Farkas et al., 1986; Zhu et al., 2002; Sharrer et al., 2005) dan menghancurkan O3 terlarut (Summerfelt et al., 2004). Kemanjuran dari peng-UV-an sendiri tergantung pada ukuran partikel, konsentrasi, dan pemancaran sinar UV terhadap air, sebaik dosis yang direspon oleh mikroorganisme. Pada penelitian terdahulu ditunjukkan bahwa dosis O3 sedang (0.10.2 min mg/L) ditambah dosis

peng-UV-an yang sehat (42.5112.7 mJ/cm2) dapat menonaktifkan lapisan bakteri heterotrof secara total pada sisi air resirkulasi yang ditreatmen (Sharrer and Summerfelt, 2007). Pada RAS air tawar, pengozonan juga telah mampu meningkatkan kualitas air dengan menggunakan filter jaring mikro, untuk menghancurkan komponen-komponen yang keras kemudian menghilangkan akumulasi warna air, dengan oksidasi nitrit menjadi nitrat (Brazil, 1996; Summerfelt et al., 1997; Christensen et al., 2000; Krumins et al., 2001a,b). Keuntungan ini diperoleh dengan penambahan O3 kira-kira 1525 g per kg dari pakan pada sistem resirkulasi (Brazil, 1996; Summerfelt et al., 1997). Level pengozonan ini pun dilaporkan bisa meningkatkan kesehatan ikan, seperti mencegah kembalinya bakteri penyerang insang pada rainbow trout dengan tanpa penggunaan chemotherapeutic, tapi ini dilakukan dengan tanpa penambahan 1 log10 penghitungan bakteri heterotrof pada kolom air (Bullock et al., 1997). Bagaimanapun, untuk mencapai konsentrasi O3 yang cukup untuk mengurangi bakteri secara signifikan dibutuhkan penambahan O3 untuk nitrit dan karbon organik dalam resirkulasi air. O3 dibutuhkan untuk menjaga 0.2 mg/L buangan yang meningkat menjadi 23 mg/L setelah 10 menit untuk kebutuhan akan pasokan air dari Fishing Creek ke US Fish and Wildlife Services Northeast Fishery Center di Lamar, Pennsylvania (Summerfelt et al., 2008). Hasil ini serupa dengan, atau lebih kurang dengan hasil penelitian Cryer (1992) tentang pengozonan air permukaan untuk supply pada Hatchery Kitoi Bay (Alaska) dan Hatchery Cold Lake Fish (Alberta, Canada). Karbon organik dapat berakumulasi dalam aliran air dan membentuk konsentrasi yang relatif tinggi pada sistem daur ulang air intensif dengan level pakan per unit yang tinggi. Hal ini diindikasikan bahwa kebutuhan akan O3 pada sistem daur ulang air lebih tinggi dari pada yang pernah teramati pada air permukaan. Bagaimanapun, karena air terus menerus ditreatmen dan dipakai lagi secara terus menerus, ini pun mungkin dikarenakan seringnya pengozonan (setiap 3060 min) sehingga kebutuhan akan O3 semakin berkurang dinadingkan dengan air yang diberi perlakuan O3 dan hanya digunakan sekali saja. Sebagai contoh, kebutuhan ozon yang dihitung selama penelitian untuk menguji disinfeksi aliran air kecil dalam RAS <1 mg/L (Sharrer and Summerfelt, 2007). Dosis O3 dibutuhkan untuk mengatasi kebutuhan O3 dan menjaga konsentrasi buangan pada ujung ruang kontak O3 yang mungkin juga diisi sisa pakan dan dengan daur produksi buangan pada RAS. Buangan metabolis ikan dan buangan ekskresi yang dihasilkan dari proses makan (Krumins et al., 2001a), atau karena stress akibat pemanenan pada sistem kultur ikan intensif (Forsberg, 1994, 1995). Beragam manajemen teknik digunakan untuk mengurangi besarnya buangan harian dan untuk menciptakan kuasi-steady state dan kualitas air secara konstan pada sistem resirkulasi, termasuk penggunaan penyinaran selama 24 jam dan meningkatkan frekuensi pemberian pakan dengan porsi yang sedikit pada interval yang teratur. Sebagai tambahan, proses kontrol peralatan dapat digunakan agar secara otomatis bisa meningkatkan O3 pada gas oksigen pakan (yang kemudian disalurkan ke dalam air resirkulasi melalui head O3 yang menuju tanki) dalam rangka untuk menjaga kontinyuitas konsentrasi O3 atau pengurangan oksidatif potensial (ORP) di ujung ruang kontak O3. Meskipun O3 merupakan pilihan treatmen yang paling efektif dalam sistem akuakultur, namun O3 merupakan gas yang sangat berbahaya dimana dosis 5 ppm bisa mengakibatkan ancaman jiwa bagi personil. United States Occupational Safety and Health Administration (OSHA) telah menetapkan rentang waktu rata-rata dari penggunaan O3 selama 8 jam maksimal 0,1 ppm dan penggunaan selama 10 menit sebesar 0,3 ppm. Sebagaimana berbahaya bagi jiwa manusia, O3 pun berbahaya bagi ikan. Selain bisa mematikan atau menyebabkan kerusakan jaringan, O3 juga bisa membunuh ikan. Karenanya, penggunaan O3 untuk kebutuhan spesifik harus dilakukan seefektif dan seaman mungkin bagi sistem resirkulasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan proses disinfeksi yang dibutuhkan untuk aliran resirkulasi dengan menggunakan pengozonan dan peng-UV-an air sebelum kembali lagi ke dalam tanki kultur. Tujuan utamanya adalah untuk proses kontrol kebutuhan O3 yang berupa, (i) apakah penggunaannya bisa lebih efektif untuk pemonitoran secara kontinyu dan dapat secara kontinyu mengontrol dosis O3 dengan menggunakan probe (pemeriksaan) O3 terlarut atau probe ORP yang ditempatkan pada ujung outlet ruang kontak O3? (ii) bisakah proporsi integral (PI) loop pengontrol umpan balik bisa secara otomatis memasukkan konsentrasi O3 yang dihasilkan dari gas oksigen pakan (yang ditambahkan pada head bawah oksigenator) untuk menjaga buangan O3 terlarut atau ORP pada pra pemilihan set poin? (iii) apakah kondisi titik penentuan (set poin) O3 terlarut dan ORP dapat menjaga penonaktivan bakteri pada putaran air dan meningkatkan kualitas air pada skala keseluruhan dalam sistem resirkulasi? Dan (iv) apakah dosis O3 dalam mg/L dan pada mg per kg pakan harus diaplikasikan untuk mentreatmen aliran resirkulasi agar sukses mendisinfeksi di semua level? 2. Bahan dan Metode 2.1. Sistem Resirkulasi Penelitian untuk disinfeksi pada resirkulasi dengan pengozonan dan peng-UV-an ini dilakukan di sistem resirkulasi skala komersil di Yayasan Konservasi Institut Air Tawar (Shepherdstown, WV). Sistem resirkulasi (Gambar 1) dijelalskan secara terpisah (Davidson and Summerfelt, 2005; Sharrer et al., 2005). Sistem resirkulasi menggunakan pompa senstrifugal berukuran 5HP untuk mengalirkan air sebesar 4640 L/menit dari biofilter pasir-fluida yang mengalir ke atas secara gravitasi dengan bantuan aerasi kolom. Kemudian air melewati unit oksigenasi head kecil (LHO), pompa LHO, dan unit peng-UV-an (Gambar 2) sebelum masuk ke dalam tanki kultur yang berisi air 150 m3. Air keluar dari tanki kultur secara gravitasi dan mengalir ke dalam drum filter jaring mikro (90 mm) untuk kemudian kembali dipompa. Kecepatan air dijaga sebesar 30 menit. Aliran air sebesar 4% dari total resirkulasi sebesar 185 L/min dan pergantian total volume air dilakukan sehari sekali. Oksigen murni yang dihasilkan dari gas oksigen pakan mencapai 99.5%. Pengozonan oksigen secara subsequent disuntikkan ke dalam LHO, dimana oksigen murni digunakan sebagai suplemen level DO menambah carrying capacity dari sistem. 2.2 Pemantauan (photoperiod), Pakan dan Ikan Sistem resirkulasi (gambar 1.) digunakan untuk pembesaran rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) dari ukuran rata-rata 710 g hingga mencapai ukuran 1620 g. Pemantauan dilakukan selama 24 jam. Untuk menjaga konstanitas biologis (Gambar 3.), respirasi dan rata-rata produksi buangan, mesin pakan mekanik untuk menjaga kebutuhan makan harian terkontrol 3 jam sekali. Rata-rata harian pakan antara 72- 6 938 kg. Padat tebar dijaga antara 5080 kg/m3 dengan grading setiap 3 6 sekali untuk mempertahankan proporsi berat dalam sistem. 2.3 Monitoring Kontinyu secara In Situ Tiga buah sc 100 Universal Controllers (Hach Company, Loveland, CO) dihubungkan pada unit perekam data dengan 6 sensor digital yang 2 di antaranya berfungsi sebagai kontroler. O3 terlarut dimonitor dengan menggunakan Hach 9185sc Ozone Analyzer. ORP dimonitor dengan menggunakan 2 unit Hach Differential ORP Sensors. DO dimonitor dengan menggunakan Advanced Hach LDO1 Process Probe. Satu dari sensor ORP dan LDO Probe diletakkan secara beruntun di belakang unit peng-UV-an dan dua sensor yang lain, sensor ORP dan O3 terlarut,

disimpan di ujung ruang kontak O3 sebelum air masuk ke dalam unit peng-UV-an (Gambar 2.). Pengukuran kualitas air secara in situ pun dilakukan terhadap pH. pH dihitung dengan menggunakan Hach digital pH sensor setelah air keluar dari unit peng-UV-an dan kotak samping RAS. Hasil pengukuran kemudian dimasukkan ke dalam software Lookout versi 4.5 yang telah diinstalkan pada PC (National Instruments, Austin, TX) untuk menjaga lokasi sentral pemantauan dan direkam secara real time: O3 keluar dari generator; level output O3; konsentrasi O3 terlarut, ORP, dan suhu sebelum keluar dari unit peng-UV-an, sebelum masuk ke dalam tanki kultur. Lubang pipa dihitung dengan flow meter ultrasonik (Transport Model PT868 Portable Flowmeter, Panametrics, Inc., Waltham, MA) untuk menghitung aliran resirkulasi total.

2.4. Pembangkitan Ozon dan Sistem Kontrol Aplikasi ozon mengikuti proses: pemurnian suplay gas oksigen pakan, generator O3, sistem pemutusan gas (LHO), cawan untuk menjaga waktu kontak hidrolis untuk reaksi O3, unit destruksi O3 (unit peng-UV-an), sensor in situ (ORP atau sensor O3 terlarut) untuk memonitor air keluar dari ruang kontak O3 untuk digunakan sebagai loop kontrol feedback O3, dan sensor in situ (sensor ORP) untuk memonitor dan menghentikan penambahan O3 menimbulkan residu yang terdeteksi pada air di tanki kultur. Untuk menjaga dari O3, penghenti gas darurat dari unit penghenti gas (LHO) dialirkan melalui lubang (melalui PVC berdiameter 2,5 cm) ke luar gedung. Sebagai tambahan, penghenti

otomatis dipasangi alarm untuk mengantisipasi naiknya level O3 yang bisa dideteksi dari ruang monitor atau memutus suplay O3 tanpa harus menghentikan sirkulasi air pada LHO. Sebagai tambahan, penghitungan spot O3 dilakukan pada beragam area dalam ruangan, katup pipa, tube, maupun sambungan pipa penghasil O3 dan mengirimkan data dari sistem dengan menggunakan Porta Sens II Gas Leak Detector (Analytical Technology, Inc., Collegeville, PA).

Pendingin generator O3 menggunakan PCI-Wedeco Environmental Technologies (West Caldwell, New Jersey) model GSO40. Generator memiliki kapasitas produksi O3 4.0 kg/hari yang memiliki konsentrasi berat 6%. Ozon yang dihasilkan dari oksigen murni sebesar 99,5% disuplay dari tanki oksigen cair. Setelah keluar dari generator, oksigen yang telah mengalami pengozonan kemudian disalurkan pada LHO dengan menggunakan pipa stainless berukuran 6,4 mm. Sebelum masuk ke LHO, oksigen yang telah diozon diangkut dengan klep chek 316 stainless, klep selenoid, dan pengontrolan pemasangan. Flow kontrol dipasang dengan borosilicate glass variable-area rotameter (Model K-0321778, Cole-Parmer Instrument Company, Vernon Hills, Illinois), dengan sapphire float dan klep serta fiting integral inlet teflon, 316 stainless steel pressure gauge, dan 316 stainless steel klep jarum. Klep jarum dipasangkan setelah pressure gauge pada saluran suplay gas O3 dan digunakan sebagai penyetabil tekanan balik pada rotameter jadi alirannya terkontrol pada kondisi standar setelah dikalibrasi. Pemasangan flow kontrol pun digunakan sebagai penghitung dan kontrol oksigen yang terozonasi sebelum masuk ke unit LHO. A normally closed, 6.4 mm (1/4-in. nominal) diameter, 316 stainless steel solenoid valve (Model 8262G220NV, ASCO Red Hat, Florham Park, New Jersey) was installed immediately before the flow control assembly on the ozonated feed gas piping. The

solenoid valve was wired to close whenever the water level above the LHO distribution plate dropped to a low level, as indicated by a float switch installed above the LHO distribution plate, or, when the ORP monitored at the outlet of the UV irradiation unit exceeded a set-point of 375 mV. The solenoid valve would only open when the water level above the LHO distribution plate rose above the low water level, as indicated by the float switch, and when the ORP value at the outlet of the UV irradiation unit was less than 375 mV. A 420 mAmp analog input signal from the O3 controller (i.e., the Hach sc100) was wired to the O3 generator to adjust ozone output from 1 to 100% of full capacity. The ozone controller used a PI control loop to adjust the percentage of O3 generated in order to maintain a selected set-point of either dissolved O3 or ORP in the water exiting the O3 contact tank. Set-points were adjusted directly at the O3 controller. Using observational experience, we adjusted the values for the Proportional (P) and Integral (I) on the controller unit we achieved an acceptable doseresponse behavior around our set-point for ORP values or dissolved ozone concentration. PI control was tuned as necessary for each ORP value or O3 concentration. One tuning was generally adequate over a wide range of biomass. A modular O3 gas detector (STX-PA Gas Monitor, Pure-Aire Monitoring Systems, Inc., Lake Zurich, IL) was installed in the room between the fish culture tank and the LHO for detecting O3 gas in the surrounding air space. The modular O3 gas detector was programmed to alarm powering a strobe light and loud buzzer in the event that O3 gas levels in the room reached 0.07 ppm. The handheld PortaSens II Gas Leak Detector described above was used to further protect workers against potential leaks and confined zones of O3 accumulation in the room. These spot-checks were performed periodically, and this instrument would also sound an audible alarm if the ambient O3 gas levels were measured at or above 0.07 ppm. 2.5 Perlakuan Satu PI loop kontrol digunakan untuk secara otomatis memasukan generator O3 untuk memproduksi dengan mengikuti O3 dan perlakuan UV: nilai ORP 37,5 450, atau 525 mV, atau konsentrasi O3 terlarur sebesar 20 ppb dapat segera diberikan sebelum air masuk ke dalam unit operasi UV. Perlakuan ini berarti tidak ada O3 atau tidak ada UV pada kontrol, yang sebarannya dilakukan secara random dan diulang sebanyak tiga kali ulangan (Tabel 1.). Bagaimanapun, dalam beberapa kondisi (450 mV dan 20 ppb) diulang sebanyak empat kali dan satu perlakuan diulang sebanyak 5 kali (525 mV). Sebagai tambahan, pada percobaan yang menggunakan kombinasi antara O3 dan UV, tiga ulangan hanya O3 (375mV) sebagai kontrol diulang tiga kali. Perlakuan ini diacak dalam waktu seminggu pertama sebagai dasar penelitian. Untuk setiap perlakuan penelitian, sistem daur ulang air dioperasikan selama 5 12 hari sebelum bakteri dan kualitas air diambil secara berurutan di tiga hari yang ditentukan. Sampel diambil

pada hari ke-5, 6 dan 7, atau hari ke-12, 13, dan 14 selama sampel diambil secara acak untuk kemudian sampel ini diambil secara mingguan. 2.6 Unit Peng-UV-an Sebuah unit UV rakitan digunakan untuk menyinari 100% dari 4640 L/menit resirkulasi air sebelum kembali masuk ke dalam tanki kultur (Sharrer et al., 2005). Unit UV bertekanan rendah sebesar 200W digunakan selama 20 jam (Emperor Aquatics Inc., Pottstown, Pennsylvania). Dosis UV ditentukan saat penelitian dimulai (lampu UV yang digunakan masih baru). Terhitung, kekuatannya mendekati 100 mJ/cm2, menghasilkan pijaran sinar pada aliran air, dan prosentase UV yang memancar di air. 2.7. Bench-top water quality analysis Konsentrasi O3terlarut dimonitor sebelum LHOdan outlet ruang kontak O3, unit peng-UV-an dan tanki kultur menggunakan Hach Company DR/4000U spectrophotometer dan Hach Companys low range Ozone AccuVac1 Reagent Ampulsmetode Indigo. Efektivitas relatif pada tiap perlakuan disinfeksi dihitung dengan menggunakan penghitungan plat indikator mikroorganisme, total koliform bakteri dan total bakteri heterotrof seperti yang dikemukakan oleh Zhu et al. (2002). Penghitungan bakteri diselesaikan dengan pengumpulan sampel dari empat lokasi berbeda; (i) air permukaan, (ii), air yang keluar sebelum transfer O3, (iii) dan yang terakhir O3channel kontak (sebelum air masuk ke dalam unit peng-UV-an), dan (iv) setelah engUV-an (sebelum air masukke dalam tanki kultur). Sampel dikumpulkan dari (tryptone glucose extract) yang diambil w/TTC (tetrazolium chloride) indikator (Millipore Corporation, Billerica, MA), dihitung dengan mikroskop berkekuatan rendah dan dilaporkan pada unit pembentukan koloni sampel (cfu) per 1-mL. Total koliform bakteri dinkubasi selama 24 jam pada suhu 38C dengan menggunakan mColiBlue241 broth (Hach Company), dihitung dengan menggunakan miroskop berkekuatan rendah dan dilaporkan dengan koloni per 100-mL sampel. Penghitungan direkam ketika berada dalam kisaran nol yaitu tidak ada koloni bakteri yang nampak dan ketika penghitungan dikalkulasi <1 cfu per mL (untuk total bakteri heterotrof) dan <1 per 100 mL (untuk total koliform bakteri). Mean dihitung dengan menggunakan penghitungan efisiensi penghilangan bakteri dengan mengikuti persamaan:

Statistical analyses assessed homogeneity of means at the after UV sampling site for total heterotrophic and total coliform bacteria counts under all experimental treatments. A ShapiroWilk test was performed to determine data normality, which indicated the datasets for total heterotrophic and total coliform bacteria were not normally distributed. Data transformation did not facilitate a normal distribution. As a result, a non-parametric KruskalWallis test was performed to assess homogeneity of means. Post hoc analysis was performed to determine specific differences in bacterial population ranked non-transformed means at each experimental treatment applying Tukeys multiple comparison procedure. Statistics were performed using SYSTAT 11 (2004).

Water samples were also analyzed to determine water quality within the recirculating system. Analyses were performed once weekly from four locations: from the systems make up water, in the flow before ozonation, at the outlet of the O3 contact chamber, and at the outlet of the UV irradiation unit. Samples collected preozonation, post-ozonation, and post-UV irradiation were analyzed for total ammonia nitrogen (TAN), nitritenitrogen, and nitrate nitrogen. TSS, total alkalinity, true color, percentage UV transmittance (%UVT), and particle size distribution (PSD) were also measured once weekly, but only on the samples collected post-UV irradiation. Make up water was analyzed for total alkalinity and nitratenitrogen once weekly.

TAN was assessed utilizing Hach Companys Nessler Method and a DR4000/U spectrophotometer. Nitritenitrogen and nitrate nitrogen were assessed using Hach Companys diazotization and cadmium reduction methods, respectively. Total suspended solids (TSS) concentrations were determined according to Standard Methods procedure 2540 D (APHA, 2005). True color was determined according to Hach Companys Platnium-Cobalt Standard Method and %UVT by the direct reading method(l = 253.7 nm). PSD was measured utilizing a Hach Company 2200 PCX Particle Counter and modified set up consisting of a peristaltic pump, flow dampener, and stir plate. Total alkalinity was determined by digital titration and endpoint pH according to Hach Companys phenolphthalein and total alkalinity method using sulfuric acid.

2.8. Salt-tracer tests to determine HRT of O3 contact chamber In order to determine the mean hydraulic retention time (HRT) of the recirculating flow as it passed through the LHO and O3 contact chamber (i.e., LHO sump and O3 contact channel up to the entry into the UV irradiation unit), 4 L of sodium chloride solution was added in a single pulse as the flow entered the LHO distribution plates and specific conductance was then recorded

every 5 s at the outlet of the O3 contact channel. The salt tracer study was replicated three times, one trial per day. The mean HRT of the water flowing through the O3 contact chamber was estimated by calculating the area under the curve (Fig. 4) and determining the point (i.e., HRT) when equal areas occurred on either side of this point.

2.9. Mass balance to determine O3 application rate and dose The concentration of O3 generated in the oxygen feed gas (%O3) was continuously logged every 5 min throughout the study. These data were then used to calculate the daily mean %O3 generated in the oxygen feed gas during each treatment. Also, the flow of the

ozonated-oxygen feed gas (Qgas) was kept constant and was logged once daily, along with the back-pressure on the rotameter. The Qgas was pressure compensated to standard temperature (21.1 8C) and 1 atm pressure. The daily mass of O3 applied was calculated from Qgas and %O3 using the following equation:

The O3 dose per unit feed input, i.e., mg O3 per kg feed, that was applied to the recirculating flow was calculated by dividing the mean daily mass of O3 applied by the mean daily fish feed rate (as is, not a dry weight) during each trial period, i.e., The mean concentration of O3 applied, i.e., the dose applied, was calculated from daily mass of O3 applied divided by the treated water flow rate, 4640 L/min, according to the following:

The ozone Ct was calculated from the product of the mean concentration of dissolved O3 (measured at the outlet of the O3 contact chamber) times the mean HRT, i.e.,

4. Kesimpulan Inaktivasi penghitungan secara komplet dari lapisan total bakteri heterotrof dapat diperoleh dengan pengozonan kemudian peng-UV-an aliran resirkulasi keseluruhan terlebih dulu sebelum aliran air kembali pada tanki kultur. Proses ozonasi dapat dikontrol dengan menggunakan loop kontrol PI yang dipasangkan untuk menambah O3dan ditransfer pada sistem. Penjagaan titik tentu ORP pada 450 atau 525 mv atau titik tentu O3 pada 20 ppt selama 2 menit pada ruang kontak menghasilkan disinfeksi terbaik dengan diikuti peng-UV-an. Mayoritas bakteri mati setelah proses peng-UV-an, tetapi pengozonasian pun berkontribusi pada inaktivasi bakteri dan menambah daya manjur peng-UV-an, memungkinkan dengan menambah prosentase radiasi UV dan mengurangi total partikel. Ozonasi pun meningkatkan kualitas air (terutama TSS, NO2-N, warna dan persentase UVT) pada sistem resirkulasi tanpa menghentikan rata-rata pergantian air harian. Mean harian dosis O3 sebesar 0,34 0,39 mg/L (equivalen 27 29 g O3 per kg pakan) dibutuhkan untuk menghasilkan ORP sebesar 375 mV pada ujung ruang kontak O3. Hasil ini menunjukkan bahwa peng-UV-an yang dilanjutkan dengan ozonasi dapat meningkatkan kebutuhan dosis O3 untuk meningkatkan ORP atau set poin O3 pada ujung ruang kontak O3.

Penelitian ini pun dikaitkan dengan pentingnya untuk menjaga sistem kontrol yang secara otomatis menambahkan kebutuhan O3 pada sistem yang berubah seiring dengan perubahan kebutuhan makan ikan. Penentuan setelan yang baik pada sistem dapat membantu mengoptimasi respon kontrol selama sistem disiapkan dan berada dalam kondisi yang normal. Sebagai tambahan, ketika sistem kontrol proporsional digunakan untuk secara otomatis menambahkan prosentase O3, menjaga kelebihan konsentrasi O3 pun dibutuhkan untuk menjaga kandungan O3 pada outlet yang berhubungan dengan tanki kultur saat kondisi air memburuk. Dalam penelitian ini pun ditemukan bahwa kalibrasi probe O3 terlarut adalah pada saat waktu-konsumsi dan itu dihitung outputnya lebih variabel dibanding ORP. Sebagai tambahan, probe ORP menunjukkan output yang lebih stabil (kecuali pada saat merespon peningkatan pada ORP) dan lebih terlihat menyimpang dengan perbandingan waktu pada probe O3 terlarut. Tindakan pencegahan dan keselamatan harus diutamakan saat menggunakan O3. Bagaimanapun proses ini dijalani secara terjaga pada penelitian ini memberikan wawasan akan desain dan prosedur operasi dari sistem ozonasi.

Penemuan ini dapat digunakan untuk meningkatkan biosekuritas dan kualitas produk dengan menjaga rataan disinfeksi air secara kontinyu pada RAS intensif terkontrol. Bagaimanapun, keefektifan biaya dari sistem O3 dan peng-UV-an tidak diteliti dalam penelitian ini. Kiranya teknologi ozonasi dan peng-UV-an harus diaplikasikan pada sistem daur ulang yang memproduksi fingerling ikan berharga tinggi (seperti salmot smolt atau stok benih berharga yang lain) atau bahkan pada sistem karantina benih ikan. Meskipun demikian, fasilitas pembesaran ikan yang besar, setidaknya bisa menghasilkan ikan berharga tinggi, dapat menasbihkan mahalnya cost dari ozonasi dan peng-UV-an pada sistem daur ulang air.

Anda mungkin juga menyukai