Anda di halaman 1dari 11

1. Ibnu Rushd adalah salah seorang filosof muslim yang hidup pada abad XII.

Mempunyai nama asli Abu Al-Wahid Muhammad ibn Muhammad Ibn Rusyd. 2. Dilahirkan di Cordova pada tahun 520 H (1126 M) dari keluarga yang terkenal alim dalam ilmu fikih di Spanyol. 3. Disiplin ilmu Ibnu Rusyd meliputi Ilmu Fiqh yang dipelajari langsung dari ayahnya, Ilmu Kedokteran dari Abu Jafar Harun dan abu Warwan ibn jarbun al- Balansi, Ilmu logika, Filsafat dan Teologi ketiganya diperoleh dari Ibn Thufail, ilmu Sastra Arab, Matematika, fisika dan astronom. 4. Ibn Rusyd dipandang sebagai filsuf yang paling menonjol pada periode perkembangan filsafat Islam mencapai puncaknya (700-1200 M).

5. Tahun 1153 pergi ke Maroko membantu mengelolah lembaga pendidikan Pada Khalifah Abd Al-Mumin dari Dinasti Muwahhidin, sekaligus berperan aktif di pemerintahan. 6. Di dunia Barat Ibn Rusyd lebih dikenal dengan sebutan Averroes. Dan dikenal sebagai seorang penyelamat ruh filsafat yang telah hampir mati dihantam oleh Al-Ghazali melalui karyanya Tahafut Al Falasifah. 7. Wafat di Maroko 9 Safar 595 H (10 Desember 1198 M) dimakamkan di Cordova.

1. Dalam pemikiran Ibnu Rusyd, melalui bukunya Tahafut alTahafut kembali menyerang Al Ghazali yang dianggapnya telah merancukan pemikiran filsafat. 2. Perang pena antar dua tokoh besar Islam ini bukan hanya terjadi pada tulisan monumentalnya Tahafut al-Tahafut. 3. Ibnu Rusyd telah beberapa kali mengkritik Al Ghazali dalam beberapa tulisannya. Kitab Fashl al Maqal, misalnya, merupakan serangan balik atas kitab Al Ghazali Faishal al Tafriqah bain al Islam wal al Zindiqah. Kitab Bidayah al-Mujtahid juga merupakan tandingan atas kitab Al Ghazali, Bidayah al-Hidayah.

4. Aliran filsafat Ibn Rusyd adalah rasional. Ia menjunjung tinggi akal fikiran dan menghargai peranan akal, karena dengan akal fikiran itulah manusia dapat menafsirkan alam maujud.

a) METODE PEMBUKTIAN KEBENARAN


Metode-metode yang dapat dilakukan manusia untuk membuktikan kebenaran ada tiga macam : a. Metode Retorika (al-khatabiyyah) b. Metode Demonstrasi (al-burhaniyyah) c. Metode Dialektik (al-Jadaliyyah) 1. Orang awam: orang-orang yang hanya bisa memahami teks agama secara retorika dan lahiriah saja. 2. Orang khawas, yaitu orang-orang yang mampu memahami makna tersirat dari sebuah teks. Mereka inilah yang dimaksud sebagai filosof. Golongan ini mampu memahami segala ciptaan Tuhan yang ada dengan pendekatan burhani (demonstratif). 3. Sementara di antara keduanya terdapat mereka yang dianggap sebagai mutakallimun, yaitu orang-orang yang memahami teks atau maujudat dengan pendekatan jadali (dialektis).

b) METAFISIKA

Dalam masalah ketuhanan Ibn Rusyd berpendapat bahwa Allah adalah penggerak pertama. Sifat positif kepada Allah adalah akal. Wujud Allah ialah esa-Nya. Wujud dan keesaannya tidak berbeda dari zat-Nya. Sebagai orang berfikir rasional, ibn Rusyd menafsirkan agama pun dengan penafsiran rasional. Namun ia tetap berpegang kepada sumber agama, yakni al Quran. Dalam mengenal sang pencipta tidak mungkin berhasil kecuali dengan melakukan pengamatan terhadap wujud yang diciptakan Allah.

c) TANGGAPAN IBN RUSYD TERHADAP AL-GHAZALI Pendapat Filsuf tentang Qadimnya Alam Al-Ghazali : Pendapat para filsuf bahwa alam kekal dalam arti tidak bermula, tidak dapat diterima kalangan teologi Islam, sebab menurut konsep teologi islam Tuhan adalah Pencipta seperti dalam Al-Quran. Ibn Rusyd : Tidak ada ayat yang menyatakan bahwa Tuhan pada mulanya berwujud sendiri, yaitu tidak ada wujud selain dari diri-Nya dan kemudian barulah dijadikan alam. Dasar Ibn Rusyd di dukung oleh ayat Al-Quran yang mengandung pengertian bahwa Tuhan menciptakan sesuatu dari sesuatu yang sudah ada, bukan dari tiada. Q.S. Hud; 11 : 7.

Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam

enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.

Ibn Rusyd: Bahwa ayat di atas mengandunng arti sebelum adanya wujud langit-langit dan bumi telah ada wujud yang lain yaitu wujud air yang di atasnya terdapat tahta kekuasaan Tuhan, dan adanya masa sebelum masa diciptakannya langit dan bumi.

Pendapat Filsuf tentang Pengetahuan Tuhan


Al-Ghazali : Pendapat para filsuf bahwa mengetahui perincian yang terjadi di alam. Ghazali pendapat itu akan membawa ke dasarnya Q.S. Al-Hujurat; 49 : 16 : Allah Tuhan tidak Menurut Alarah kufur,

mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Ibn Rusyd : Al-Ghazali dalam hal ini salah paham. Pengetahuan Tuhan bersifat Qadim yaitu semenjak azali Tuhan mengetahui segala hal-hal yang terjadi di alam, betapun kecilnya. Namun demikian, pengetahuan Tuhan tidak dapat di beri sifat kulliyah atau juziyyah.

Pendapat Filsuf tentang Kebangkitan Jasmani


Al-Ghazali telah mengkafirkan para filsuf yang mengatakan bahwa di akhirat nanti manusia akan di bangkitkan kembali dalam wujud ruhani tidak dalam wujud jasmani, dasar AlGhazali Q.S. Yasin; 36: 78-79 : Ia berkata: "Siapakah

yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh? Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk.

Ibn Rusyd : Kebangkitan di akhirat nanti dalam wujud ruhani, tetapi tidak menafikan kemingkinan kebangkitan jasmani bersama sama ruhani.

Anda mungkin juga menyukai