AYAT AL QURAN & HADITS YANG MENDASARI TEORI HARGA & MEKANISME PASAR DALAM EKONOMI ISLAM
Dan mereka berkata, Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasarpasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang Malaikat, agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia ? (Al-Furqaan; 7)
][
(Mengapa rasul memakan makanan) artinya, suatu pertanyaan bahwa rasul makan dan
][
] [
(43:53).
malaikat itu memberi peringatan bersama-sama dengan dia?) Maksudnya, suapaya Malaikat itu membuktikan kebenaran apa yang disampaikannya. Sebagaimana ucapan Firaun Mengapa tidak diturunkan/dipakaikan kepadanya gelang-gelang dari emas atau datang bersamanya para malaikat untuk mengiringinya.
( )
Orang-orang ketika itu mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: ya Rasulullah hendaklah engkau menentukan harga. Rasulullah SAW. berkata:Sesungguhnya Allah-lah yang menetukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun harta.[1]
Rasulullah SAW dalam hadits tersebut tidak menentukan harga. Ini menunjukkan bahwa ketentuan harga itu diserahkan kepada mekanisme pasar yang alamiah impersonal. Rasulullah menolak tawaran itu dan mengatakan bahwa harga di pasar tidak boleh ditetapkan, karena Allah-lah yang menentukannya.
harga dan pasar. Kekaguman ini dikarenakan, ucapan Nabi Saw itu mengandung pengertian bahwa harga pasar itu sesuai dengan kehendak Allah yang sunnatullah atau hukum supply and demand.
Menurut para pakar ekonomi Islam kontemporer, teori inilah yang diadopsi oleh Bapak Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teori invisible hands. Menurut teori ini, pasar akan diatur oleh tangan-tangan tidak kelihatan (invisible hands). Bukankah teori invisible hands itu lebih tepat dikatakan God Hands (tangan-tangan Allah).
penawaran dan permintaan di pasar, maka harga barang tidak boleh ditetapkan pemerintah, karena ketentuan harga tergantung pada hukum supply and demand.
Namun
demikian, ekonomi Islam memberikan peluang pada kondisi tertentu untuk melakukan intervensi harga (price intervention) bila para pedagang melakukan monopoli dan kecurangan yang menekan dan merugikan konsumen sehingga merusak berlangsungnya mekanisme pasar yang adil
Alasannya: Terjadi Distorsi Pasar 1. Menghindari Ikhtikar 2. Mencegah kerusakan (Saddu al DzaraI 3. Untuk kemaslahatan (Konsep Kemaslahatan)
ulama atas intervensi harga berdasarkan atas pemahaman mereka terhadap teks hadits (Zhahir hadits), bukan terhadap konteks hadits. Namun, pelarangan tersebut tidak bersifat mutlak dan dharuri (wajib), apabila nabi menginginkan adanya larangan tersebut secara mutlak mungkin kata-kata yang digunakan Nabi (shigot) : jangan atau tidak diperbolehkan dan sebagainya.
Adil dalam takaran dan timbangan Larangan mengkonsumsi riba Kejujuran dalam bertransaksi )bermuamalah( Larangan Bai Najasy Larangan Talaqqi al-rakban(menjemput penjual/adanya asymetric information) Larangan menjual barang yang belum sempurna kepemilikannya Larangan penimbunan harta (Ikhtikar) Konsep kemudahan dan kerelaan dalam pasar
IJMA YANG MENDASARI TEORI HARGA & MEKANISME PASAR DALAM EKONOMI ISLAM
barang dagangan karena akan mempengaruhi harga di pasar 2. Ijma Ulama tentang mencegat penjual sebelum masuk pasar 3. Ijma Ulama tentang larangan najasy dalam jual- beli
IJMA YANG MENDASARI TEORI HARGA & MEKANISME PASAR DALAM EKONOMI ISLAM
4. Ijma Ulama tentang penahanan barang dagangan sebagai Imbangan Tsaman (harga barang) 5. Ijma Ulama tentang turunnya harga secara alamiyah bukanlah cacat 6. Ijma Ulama tentang Tsaman dalam perdagangan (alat pembayaran/price)
3.
Kewajiban Intervensi Harga dengan Saddu al-DzaraI (mencegah terjadinya kerusakan), sebagian ulama fiqh berpendapat negara mempunyai hak untuk melakukan intervensi harga apabila terdapat sekelompok orang yang melakukan eksploitasi harga terhadap komoditas yang ada atau kebutuhan pokok masyarakat dnegan menaikan harga tanpa adanya justifikasi yang dibenarkan oleh hukum. Konsep maslahah, ketika pemerintah memandang hal tersebut sebagai kemaslahatan, maka saat itu pula intervensi dapat dijalankan. Ada beberapa kondisi yang memperbolehkannya seperti: dalam waktu perang, musim paceklik, dan lain sebagainya.
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI TIMUR TENGAH & ISLAM
AYAT AL QURAN & HADITS YANG MENDASARI TEORI HARGA & MEKANISME PASAR DALAM EKONOMI ISLAM
And they say: "Why does this Messenger eat food, and walk about in the markets. Why is not an angel sent down to him to be a warner with him' )Al-Furqaan; 7)
to and rejection of the truth, with no proof or evidence for doing so. Their excuse was, as they said:
][
][
(Why is not an angel sent down to him to be a warner with him) They were saying: why doesn't
[
("Why then are not golden bracelets bestowed on him, or angels sent along with him'') (43:53).
an angel come down to him from Allah, to be a witness (bukti, tanda, saksi) that what he is claiming is true This is like when Fira`wn said:
( )
Orang-orang ketika itu mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: ya Rasulullah hendaklah engkau menentukan harga. Rasulullah SAW. berkata:Sesungguhnya Allah-lah yang menetukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun harta.[1]
Rasulullah SAW dalam hadits tersebut tidak menentukan harga. Ini menunjukkan bahwa ketentuan harga itu diserahkan kepada mekanisme pasar yang alamiah impersonal. Rasulullah menolak tawaran itu dan mengatakan bahwa harga di pasar tidak boleh ditetapkan, karena Allah-lah yang menentukannya.
harga dan pasar. Kekaguman ini dikarenakan, ucapan Nabi Saw itu mengandung pengertian bahwa harga pasar itu sesuai dengan kehendak Allah yang sunnatullah atau hukum supply and demand.
Menurut para pakar ekonomi Islam kontemporer, teori inilah yang diadopsi oleh Bapak Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teori invisible hands. Menurut teori ini, pasar akan diatur oleh tangan-tangan tidak kelihatan (invisible hands). Bukankah teori invisible hands itu lebih tepat dikatakan God Hands (tangan-tangan Allah).
penawaran dan permintaan di pasar, maka harga barang tidak boleh ditetapkan pemerintah, karena ketentuan harga tergantung pada hukum supply and demand.
Namun
demikian, ekonomi Islam memberikan peluang pada kondisi tertentu untuk melakukan intervensi harga (price intervention) bila para pedagang melakukan monopoli dan kecurangan yang menekan dan merugikan konsumen sehingga merusak berlangsungnya mekanisme pasar yang adil
Alasannya: Terjadi Distorsi Pasar 1. Menghindari Ikhtikar 2. Mencegah kerusakan (Saddu al DzaraI 3. Untuk kemaslahatan (Konsep Kemaslahatan)
ulama atas intervensi harga berdasarkan atas pemahaman mereka terhadap teks hadits (Zhahir hadits), bukan terhadap konteks hadits. Namun, pelarangan tersebut tidak bersifat mutlak dan dharuri (wajib), apabila nabi menginginkan adanya larangan tersebut secara mutlak mungkin kata-kata yang digunakan Nabi (shigot) : jangan atau tidak diperbolehkan dan sebagainya.
Adil dalam takaran dan timbangan Larangan mengkonsumsi riba Kejujuran dalam bertransaksi )bermuamalah( Larangan Bai Najasy Larangan Talaqqi al-rakban(menjemput penjual/adanya asymetric information) Larangan menjual barang yang belum sempurna kepemilikannya Larangan penimbunan harta (Ikhtikar) Konsep kemudahan dan kerelaan dalam pasar
IJMA YANG MENDASARI TEORI HARGA & MEKANISME PASAR DALAM EKONOMI ISLAM
barang dagangan karena akan mempengaruhi harga di pasar 2. Ijma Ulama tentang mencegat penjual sebelum masuk pasar 3. Ijma Ulama tentang larangan najasy dalam jual- beli
IJMA YANG MENDASARI TEORI HARGA & MEKANISME PASAR DALAM EKONOMI ISLAM
4. Ijma Ulama tentang penahanan barang dagangan sebagai Imbangan Tsaman (harga barang) 5. Ijma Ulama tentang turunnya harga secara alamiyah bukanlah cacat 6. Ijma Ulama tentang Tsaman dalam perdagangan (alat pembayaran/price)
3.
Kewajiban Intervensi Harga dengan Saddu al-DzaraI (mencegah terjadinya kerusakan), sebagian ulama fiqh berpendapat negara mempunyai hak untuk melakukan intervensi harga apabila terdapat sekelompok orang yang melakukan eksploitasi harga terhadap komoditas yang ada atau kebutuhan pokok masyarakat dnegan menaikan harga tanpa adanya justifikasi yang dibenarkan oleh hukum. Konsep maslahah, ketika pemerintah memandang hal tersebut sebagai kemaslahatan, maka saat itu pula intervensi dapat dijalankan. Ada beberapa kondisi yang memperbolehkannya seperti: dalam waktu perang, musim paceklik, dan lain sebagainya.