Anda di halaman 1dari 29

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal. Kanker kolon adalah kanker yang menyerang usus besar. Penyakit ini adalah kanker peringkat 2 yang mematikan. Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sebagaimana kita ketahui sistem pencernaan dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum, ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah rektum yang merupakan saluran diatas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid. Kanker usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar (kanker kolon) relatif umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling umum kedua dri kanker internal di Amerika serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal.

Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip.

Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.

Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira- kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal. Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik. Carsinoma kolon ditemukan diseluruh dunia. Dieropa dan di amerika lebih banyak dari pada di afrika dan asia.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian Ca kolon ? 2. Apa sajakah etiologi dari Ca kolon ? 3. Bagaimanakah patofisiologi Ca kolon ? 4. Apa sajakah prognosis dan stadium dari Ca kolon ? 5. Bagaimanakah manifestasi klinis dari Ca kolon ? 6. Apa sajakah komplikasi dari Ca kolon ? 7. Apa sajakah pemeriksaan penunjang pada Ca kolon ? 8. Bagaimana pencegahan Ca kolon ? 9. Bagaimanakah penatalaksanaan dari Ca kolon ? 10. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca kolon ?

1.3 Tujuan 1. Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami tentang penyakit Ca kolon 2. Mahasiwa diharapkan mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca kolon 3. Mahasiswa diharapkan mampu mempratekkan asuhan keperawatan di lapangan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177). Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (SylviaA Price, 2005). Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa

abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72). Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805). Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).

2.2 Etiologi Terdapat empat etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu 1. Kelainan kolon a. Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma. b. Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma. Pada golongan ini penderita pasti akan menderita karsinoma (100%). c. Kondisi ulserative : mereka yang telah menderita colitis ulserativa menahun (50%) apalagi dideritanya sejak usia muda. d. Mereka yang telah diobati untuk karsinoma kolon. e. Mereka dengan ureterosigmoidestomi (8%). Sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ). Meskipun hampir besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi

manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.

Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di

karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum.Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 30 tahun. Orang-orang yang telah mempunyai ulcerative colitis atau penyakit Crohns juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut

2. Genetik Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 kali lebih banyak daripada anak anak yang orangtuanya sehat (FKUI, 2001 : 207).

3. Diet Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayursayuran buah-buahan) seperti makanan yang sering dikonsumsi oleh orang eropa dan amerika, kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani. Sebaliknya makanan orang afrika dan asia mengandung sedikit lemak dan banyak dietary fibre. Lemak dalam kolon-rektum dipecah oleh bakteri dan

menghasilkan beberapa asam empedu yang merupakan ko-karsinogen tau promotor dalam proses karsinogenesis, berarti membantu

mempercepat timbulnya karsinoma.

Selain itu makanan dengan sedikit dietary fibre, akan lebih lama berada dalam saluran cerna sebelum dikeluarkan dari badan sebagai tinja. Ini disebut transit-time atau waktu transit yang panjang. Dengan demikian, kontak kedua asam empedu (deoxycholic acid dan lithocholic acid) dengan mukosa kolon rectum berlangsung lama. Sebaliknya makanan dengan banyak dietary fibre membuat tinja lunak dan lebih volumineus, sehingga transit pendek. Ini berarti kontak zat-zat yang merangsang mukosa adalah pendek. Dietary fibre juga menyerap kedua empedu tersebut selain menyerap air, sehingga konsentrasi asam empedu yangdapat merangsangmenjadi rendah, dengan kata lain dietary fibre dapat melindungi dan mencegah timbulnya karsinoma atau mengurangi kemungkinan timbulnya karsinoma.

4. Makanan yang juga dapat memicu terjadinya Ca Colon Makanan-makanan yang pasti dicurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar terkena kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang

mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buahbuahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ). Makanan yang harus dihindari : a) Daging merah b) Lemak hewan c) Makanan berlemak d) Daging dan ikan goreng atau panggang

e) Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring) Makanan yang harus dikonsumsi : a) Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts ) b) c) Butir padi yang utuh Cairan yang cukup terutama air

2.3 Patofisiologi Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir. Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens. Tumor dapat menyebar melalui : 1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung

kemih (vesika urinaria). 2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. 3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal. Penyebaran juga terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.

Kanker terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian ( Sthrock 1991 a ) : 1. 26 % pada caecum dan ascending colon 2. 10 % pada transfersum colon 3. 15 % pada desending colon 4. 20 % pada sigmoid colon 5. 30 % pada rectum

2.4 Prognosis dan Stadium Prognosis kanker kolon disesuaikan dengan stadium dari kankerr kolon. Penilaian stadium kanker kolon dengan menggunakan system TNM telah disepakati untuk menentukan stadium kanker (American Cancer Society, 2009). Table berikut merupakan stadium patologis dari kanker kolon dengan penilaian system TNM. Pengelompkan stadium dan prediksi bertahan hidup TNM Stadium Tumor primer (T) Carcinoma in situ (TIS) Tumor menginvasi Stadium I submukosa atau (T1) N0 M0 79 % Kelenjar getah bening regional (N) N0 Metastasis jauh (M) Bertahan hidup setelah 5 tahun

Stadium 0

M0

propria

muskularis (T2) Tumor menginvasi Stadium II muskularis (T3) N0 M0 73 %

atau organ dan struktur jaringan sekitar (T4)

Stadium II A Stadium II B Stadium A III

T3 T4 T1-4

N0 N0 N1

M0 M0 M0

65 % 51 % 49 %

Stadium B

III

T1-4 T1-4

N2-3 N1-3

M0 M1

15 % 5%

Stadium IV Sumber :

American Cancer Society, Colorectal cancer facts and figure 2008-1010. American cancer society statistics. Diambil maret 2, 2009. Le Voyer TE, Sigurdson ER, Hanlon Al et al. Colon cancer survival is associated with increasing number of lymph nodes analyzed a secondary survey of intergroup trial INT-0089, J Clin Oncol, Agustus 1 2003;21(15):2912-9

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsul Hidyat (1197) diantaranya: 1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa). 2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa. 3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebur ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar usus. 4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain.

2.5 Manifestasi Klinis Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya makin banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis). 1. Gejala Lokal a. Perubahan kebiasaan buang air

1) Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah(diare). 2) Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin tapi sudah tidak bisa keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses). Keduanya adalah ciri khas dari kanker kolorektal. 3) Perubahan wujud fisik kotoran/feses. Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat buang air besar. Feses bercampur lendir Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan

terjadinya perdarahan di saluran pencernaan bagian atas. b. Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor. c. d. Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita. Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat

tumbuh mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih (timbul darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau, muncul lendir berlebihan, dll). Gejala-gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan semakin luas penyebarannya.

2. Gejala umum a. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum

di semua jenis keganasan) b. Hilangnya nafsu makan c. Anemia, pasien tampak pucat

d. Sering merasa lelah e. Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang

3. Gejala penyebaran a. Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala : b. Penderita tampak kuning c. Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati

d. Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter

2.6 Komplikasi Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk : 1. Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis 2. Pembentukan abses 3. Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik 1. Anamnesis Anamnesis yang cermat sering sudah dapat menentukan dignosis. Yang harus ditanyakan adalah perubahan pola defekasi, frekuensi, dan konsistensi tinja. Dalam anamnesis tentang nyeri perut, perlu dibedakan antara nyeri kolik dan nyeri menetap, serta hubungannya dengan makan atau dengan defekasi. Perlu pula ditanyakan warna tinja, terang atau gelap, bercampur lendir atau bercampur darah, dan warna darah segar atau tidak. Juga harus ditanyakan ada rasa puas atau tidak setelah defekasi, bagaimana nafsu makan, adakah penurunan berat badan, dan rasa lelah. Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada kelainan kolon ialah dispepsia, hematokesia, anemia, benjolan, dan obstruksi karena radang atau keganasan.

2. Pemariksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosisnya dilakukan serangkaian pemeriksaan berupa inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Tidak

semua organ dpat diperiksa dengan cara ini. Jenis pemeriksaan dipilih sesuai dengan kelainan yang diperkirakan berdasarkan anamnesis atau diplih menurut informasi yang diinginkan.

3. Pemeriksaan Laboratorium Anemia dapat dibbuktikan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit. Pemeriksaan bensidin untuk darah samar bukan pemeriksaan yang khas, tetapi memberi petunjuk adanya perdarahan didalam saluran cerna. Pemeriksaan fungsi hati sering memberi keterangan yang cukup berguna. Perlu disadari bahwa hasil laboratorium tidak memberikan gambaran yang khas tentang kelainan tertentu di kolon atau rectum.

4. Pemeriksaan Radiologik Foto kolon dilakukan dengan kontras barium yang dimasukkan melalui rektum. Dengan memasukkan udara setelah defekasi bubur barium ini, akan tampak lapisan tipis bubur barium pada mukosa kolon lebih mudah dilihat. Pemeriksaan ini disebut foto kontras ganda , yaitu kontras negatif udara dan kontras positif bubur barium. Sayangnya, pada foto kolon ini kelainan rektum dibagian dua pertiga distal tidak dapat dinilai. a. Proktoskopi

Pemeriksaan kolon dubur dapat disusul dengan proktoskopi (tindakan meriksa endoskopik/melihat dalam) dengan cara dan alat yang sederhana ini dapat dilihat kelainan pada anus, kanalisanalis, dan bagian distal rektum. b. Rektosigmoidoskopi Rektosigmoidoskop adalah pipa kaku sepanjang 25-30cm. Dengan alat ini, rektum dan sikmoid dapat dilihat setelah usus dibersihkan secara mekanis. Pemeriksaan dengan alat yang kaku ini kadang menemui kesulitan pada sudut rektosigmoid. Pada setiap kelainan yang terlihat harus dilakukan biopsimultiple untuk pemeriksaan patologi. c. Kolonoskopi

Pada kolonoskopi dipakai fiberskop lentur untuk melihat dinding kolon dari dalam lumen sampai ileum terminalis. Dengan alat ini dapat dilihat seluruh

kolon, termasuk yang tidak terlihat pada foto kolon. Fiberskop juga dapat dipakai untuk biopsi setiap jaringan yang mencurigakan, evaluasi, dan tindakan terapi misalnya polipektomi.

2.8 Pencegahan Kanker Kolon Pencegahan kanker kolon antara lain : 1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar. 2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu. 3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin. 4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus. 5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar. 6. Hidup rileks dan kurangi stress.

2.9 Penatalaksanaan ( Medis, Diet, & Keperawatan ) Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut : 1. Pengobatan a. Pembedahan Reseksi. Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di kolon transversal dan di

pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan

hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal. Untuk kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis. Desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.

b. Kolostomi Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.

Tujuan pembuatan kolostomi adalah untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara). Jenis-jenis kolostomi : 1. Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya: a. Sementara

Indikasi untuk kolostomi sementara : 1). Hirschprung disease 2). Luka tusuk atau luka tembak 3). Atresia ani letak tinggi 4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus setelah tindakan operasi (mengistirahatkan usus). 5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan tindakan operasi anastomosis. b. Permanen Indikasi untuk kolostomi permanen : Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi reseksi-anastomosis usus.

2. Jenis kolostomi berdasarkan letaknya : Colostoy Asendens Colostomy Transversal Lokasi Konsistensi feses Iritasi kulit Mudah karena dengan pencernaan Komplikasi Striktur retraksi stoma atau terjadi, Mungkin kontak karena terjadi Kadang terjadi lembab Colon Asendens Cair atau lunak Colon Tansversum Lunak Colostomi Desendens Colon Desendens Padat

enzim terus menerus

3. Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan : a. Single Barreled Colostomy

b. Double Barreled Colostomy c. Loop Colostomy

c. Radioterapi Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk melakukan radiasi dengan dosis adekuat. Memberikan radiasi isoniasi pada neoplasma. Karena pengaruh radiasi yang mematikan lebih besar pada selsel kanker yang sedang proliferasi, dan berdiferensiasi buruk, dibandingkan terhadap sel -sel normal yang berada di dekatnya, maka jaringan normal mungkin mengalami cidera da1am derajat yang dapat ditoleransi dan dapat diperbaiki, sedangkan sel-sel kanker dapat dimatikan, selanjutnya dilakukan kemoterapi.

d. Kemoterapi

Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.

2. Penatalaksanaan Keperawatan 1. Dukungan adaptasi dan kemandirian. 2. Meningkatkan kenyamanan. 3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal. 4. Mencegah komplikasi. 5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

3. Penatalaksanaan Diet 1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buahbuahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker. 2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari) 3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan. 4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker. 5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan. 6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

2.10 Asuhan Keperawatan Kanker Kolon 1. Pengkajian

Pada pengkajian akan didapatkan sesuai stadium kanker kolon. Keluhan sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kenker berlokasi. Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang, akan didapatkan perubahan kebiasaan defekasi dan pasase darah dalam feses. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan. Pengkajian riwayat penyakit penting untuk diketahui adanya riwayat infeksi pada kolon, kanker payudara, rahim atau ovarium. Pengakjian riwayat keluarga, terutama pada generasi terdahulu yang memiliki riwayat kanker. Pengkajian kebiasaan yang mendukung peningkatan risiko, seperti merokok, konsumsi makana rendah serat, atau tinggi lemak dan protein. Perawat juga mengkaji selama ada riwayat penyakit tersebut apakan disertai adanya penurunan berat badan. Kanker kolon pada lansia berhubungan erat dengan karsinogen diet. Kekurangan serat adalah factor penyebab utama karena hal ini menyebabkan pasase feses melalui saluran usus menjadi lama sehingga terpajan karsinogen cukup lama. Kelebihan minyak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen. Keletihan hamper selalu ada, akibat anemia defisiensi besi primer. Keluhan yang sering dilaporkan oleh lansia adalah nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus, dan perdarahan rectal. Pengkajian psikososial biasanya didapatkan kecemasan berat setelah mendapat pemberitahuan tentang kondisi kanker kolon. Pengkajian pengetahuan pasien tentang program pengobatan kanker kolon. Pengkajian pengetahuan pasien tentang program pengobatan kanker meliputi radiasi, kemoterrapi, dan pembedahan memberikan manifestasi untuk merencanakan tindakan yang sesuai dengan kondisi individu. Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik. Pada survey umum terlihat lemah. TTV biasanya normal, tetapi dapat berubah sesuai

dengan kondisi klinik. Pada pemeriksaan fisik focus pada area abdomen dan rectum akan didapatkan : Inspeksi : tanda khas didapatkan adanya distensi abdominal. Pemeriksaan rectum dan feses akan didapatkan adanya perubahan bentuk dan warna feses. Sering didapatkan bentuk feses dengan caliber kecil seperti pita. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dank ram, penipisan feses, konstipasi, dan distensi), serta adanya darah merah segar dalam feses. Auskultasi : biasanya normal. Perkusi Palpasi : timpani akibat abdominal mengalami kembung. : nyeri tekan abdomen pada area lesi.

Pengkajian diaqnostik yang dapat membantu adalah dengan pemerikasaan abdomen dan rectal. Prosedur diagnostic paling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema barium, protoksimoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsy atau asupan sitologi. 2. Pemeriksaan Penunjang 1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi. 2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.

3. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati. 4. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel. 5. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba. 6. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan. 7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya. 8. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang. 9. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

3. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Marilynn E. Doenges (1999), Brunner and Suddarth (2001), dan Lynda Juall Carpenito (1997). 1. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker) 2. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme

otot sekunder akibat kanker usus besar.

3.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

status hipometabolik berkenaan dengan kanker. 4. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang masukan cairan 5. Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit / jaringan berhubungan dengan

insisis bedah, pembentukan stoma dan kontaminasi. 6. Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare berhubungan dengan karsinoma kolon.

4. Perencanaan 1. Diagnosa Keperawatan 1 : Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam ansietas dapat berkurang atau dapat dikontrol sampai skala 2-3 Kriteria Evaluasi : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut, Dapat mengungkapkan rasa takutnya, Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang, Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif, Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

Intervensi : 1. Kaji tingkat kecemasan pasien. R/untuk menilai tingkat kecemasan pasien 2. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. R/untuk mengurangi kecemasan pasien 3. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman. R/untuk menjaga dan meningkatkan kenyamanan pasien 4. Informasikan kepada pasien teknik teknik relaksasi. R/untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien pengurangan kecemasan dangan

2.

Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri (akut) berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas jaringan kulit sekunder terhadap tindakan pembedahan. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 jam diharapkan pasien dapat melaporkan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal Kriteria Evaluasi: Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap, Mengungkapkan rasa nyerinya, Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan, Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi, Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya.

Intervensi 1. Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas, serta tindakan penghilang yang dilakukan. R/untuk mengetahui tindakan apa yang akan diberikan 2. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan. R/ untuk mengurangi rasa nyeri pasien 3. Ajarkan ketrampilan manajemen nyeri misalnya teknik relaksasi napas dalam (dengan cara tarik nafas melalui hidung tahan sampai hitungan sepuluh lalu hembuskan pelan -pelan melalui mulut sambil dirasakan), tertawa, musik, dan sentuhan terapetik. R/untuk mengurang intensitas nyeri dengan teknik nonfarmakologis serta meningkatkan kenyamanan pasien. 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti nyeri. R/untuk membantu menghilangkan nyeri dengan teknik farmakologis

3. Diagnosa Keperawatan 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker .

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi. Kriteria Evaluasi: Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat, Berpartisipasi dalam intervensi spesifik, Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap, Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.

Intervensi : 1. Pantau masukan nutrisi setiap hari dan timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi. R/ untuk melihat keberhasilan terapi yang diberikan 2. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat. R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien secara adekuat 3. Dorong pasien untuk makan dengan porsi kecil tetapi sering. R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien secara teratur 4. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan. R/ untuk meningkatkan nafsu makan pasien 5. Informasikan kepada pasien tentang diet tinggi kalori dan kaya nutrien. R/ untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan kepatuhan pasien terhadap terapi 6. Kolaborasi pemberian nutrisi dengan tim ahli gizi. R/ untuk membantu memberikan diet yang dibutuhkan oleh pasien

4. Diagnosa Keperawatan 4 : Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang adekuatnya masukan cairan. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi Kriteria Evaluasi:

Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab. turgor kulit baik, TTV dalam batas normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt RR 16-24 x/mnt S 36-37oC. intake dan out put seimbang.

Intervensi : 1. Pantau masukan dan keluaran berat jenis urin serta observasi pasien R/ untuk mengetahui resiko kekurangan volume cairan pada pasien 2. Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu. R/ untuk memenuhi kebutuhan cairan 3. Informasikan kepada pasien untuk sering minum atau memenuhi kebutuhan cairan. R/ untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi 4. Kolaborasi dengan dokter untuk memenuhi kebutuhan cairan. R/ memberikan intake sesuai dengan kebutuhan pasien

5. Diagnosa

keperawatan

Risiko

tinggi

terhadap

kerusakan

kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan imunologis Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 jam diharapkan kerusakan kulit / jaringan tidak terjadi. Kriteria Evaluasi: Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah

komplikasi/meningkatkan penyembuhan cepat, Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.

Interverensi : 1. Kaji keadaan kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker. R/ untuk mendeteksi adanya resiko kerusakan integritas kulit 2. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan. R/ untuk menjaga kulit dari iritasi

3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering. R/ untuk menghindari kulit pasien dari lesi 4. Baliklah/ubah posisi dengan sering. R/ untuk menghindari luka atau dekubitus

5. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak kecuali diizinkan dokter. R/ untuk mencegah pemakaian obat yang dapat memicu timbulnya kerusakan integritas kulit

6. Diagnosa Keperawatan 6 : Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma kolon. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan pasien dapat mempertahankan konsistensi/pola defekasi umum. Kriteria Evaluasi : Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan

intervensi/solusi yang tepat berkenaan dengan situasi individu, BAB dalam batas normal 1-2 x/hari, Menghindari makanan yang dilarang misalnya tinggi lemak, tinggi protein dan rendah serat Interverensi : 1. Kaji bising usus dan pantau gerakan usus termasuk frekuensi dan konsistensi. R/ untuk menentukan adanya konstipasi dan diare pada pasien 2. Dorong masukan adekuat, berikan makanan sedikit tapi sering dengan makanan rendah serat. R/ untuk membantu melancarkan pengeluaran feses 3. Informasikan kepada pasien diet tinggi serat. R/ untuk meningkatkan pengtahuan pasien tentang terapi diet 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberia obat.

R/ untuk membantu mengatasi apabila konstipasi atau diare

5. Implementasi Pekasanaan atau tindakan keperawatan yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Pelaksanaan merupakan rencana tindakan yang telah dilakukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan mencakup: melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktifitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien, menyelia dan mengevaluasi kerja anggota staf, dan mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan pasien yang berkelanjutan.

6. Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi juga merupakan proses yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai berdasarkan standar / kriteria yang telah ditetapkan. Selama evaluasi perawat kearah terbaik untuk memenuhi kebutuhan pasien. Perawat harus menyadari bahwa evaluasi adalah dinamis dan berubah terus, bergantung pada diagnosa keperawatan dan kondisi pasien. Prinsip evaluasi diantarnya adalah obyektifitas : mengukur keadaan yang sebenarnya, dimana keputusannya sama dengan keputusan orang banyak. Realibilitas : ketepatan, hasil ukuran yang diperoleh bila diulang oleh orang lain hasil itu tetap sama. Validitas : mengukur dengan tepat, mengukur apa yang akan diukur sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan menggunakan kriteria pengukur yang tepat.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kanker kolon adalah suatu keganasan yang terjadi diusus besar. American cancer society (2009) memperkirakan bahwa 148.810 orang akan dapat di diagnosis dengan kanker kolorektal dan 49.960 akan mati karena penyakit ini di Amerika Serikat pada tahun 2008. Pada tahun 2003, Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa sekitar 492.00 meninggal pada tahun tersebut. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca kolon meliputi pengkajian, diagnosa,intervensi, implementasi dan evaluasi. 3.2 Saran 1. Mahasisawa dapat memahami tentang Ca kolon dan asuhan keperawatan pada Ca kolon. 2. mahasiswa aktif dalam diskusi.

DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. Jakarta : EGC.

R. Sjamsuhidayat, Wim de jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, ed 2. Jakarta : EGC.

Sudoyo W.Aru dkk.2006.Bukur Ajar Penyakit Dalam, Jilid 1. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. http://www.drarief.com/mengenal-kanker-kolon/

Anda mungkin juga menyukai