Anda di halaman 1dari 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Secara umum, pengertian katarak adalah kekeruhan yang terjadi di lensa kristalin mata atau di kapsulanya yang secara normal seharusnya berwarna jernih. kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Dorland, 2010; Khaw, 2004).

Gambar 2.1 Katarak

Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun. Penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi (Ocampo, 2009).

B. Etiologi dan Predisposisi Penyakit katarak dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda (Ocampo, 2009). Penyebab katarak lainnya meliputi : 1. Usia lanjut. Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60 tahun keatas. 2. Faktor keturunan Banyak terjadi kejadian katarak yang diikuti oleh anggota keluarga yang lain. 3. Kongenital Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan ( diwariskan secara autosomal dominan ) 4. Trauma Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata. 5. Penggunaan obat secara terus-menerus (misal: steroid) 6. Penyakit mata lainnya, seperti Uveitis, infeksi mata. 7. Paparan sinar matahari secara langsung yang berlebihan 8. Penyakit sistemik (misal: Diabetes Melitus) C. Klasifikasi Katarak Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut (Harper, 2007; Ocampo, 2009): 1) Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative. 2) Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata. Misalkan diakibatkan oleh pukulan ataupun benturan pada mata yang begitu keras akibat

kecelakaan. 3) Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata. 4) Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam : a. Katarak kongeniatal : katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun) b. Katarak juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 tahun c. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun d. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini merupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling sering ditemukan. Adapun tahapan katarak senilis adalah : a) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan. b) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih c) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.

Gambar 2.2 Katarak matur

d) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang lainya. Perbedaan tahap-tahap katarak senilis:

INSIPIEN Kekeruhan Cairan lensa Iris Ringan Normal Normal

IMATUR Sebagian Bertambah Terdorong

MATUR Seluruh Normal Normal

HIPERMATUR Masif Berkurang Tremulans(hanya bila putus0 zonula

Bilik depan

mata Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut bilik mata Shadow test Penyulit

Normal Negatif -

Sempit Positif Glaukoma

Normal Negatif -

Terbuka Pseudopositif Uveitis, glaukoma

Tabel 2.1 Perbedaan katarak senilis

Katarak senilis juga dapat diklasifikasikan berdasarkan letak kekeruhan di lensa mata, yaitu: a) Nuclear sclerosis merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi dari pada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru. b) Kortical Terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior. c) Posterior subcapsular

Merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi, dan trauma.

D. Patofisiologi Katarak Senilis


Degenerasi Perubahan fisik & kimia pada lensa Katarak Senilis

Korteks lensa Terbentuk celah antar lensa Berisi air,Kalsium dan protein

Nukleus Serat baru mendorong serat lama Nukleus lebih padat dan berisi Penimbunan kalsium dan protein

Koagulasi protein Kekeruhan lensa Lensa cembung dan bengkak Bloking sinar yang masuk Obstruksi jaringan Perubahan retraksi Iris terdorong Kapsula rusak Mengaburkan bayangan Pandangan kabur

Humour Aquos

Miopi

Sudut bilik depan menyempit atau menutup TIO

Penumpukan Substansi Di lensa Toksik bagi mata

Air mata berlebih

Komplikasi Glaukoma

oveitis

E. Penegakan Diagnosis 1. Anamnesa Hasil anamnesa pada penderita katarak, biasanya didapatkan keterangan (Shock,2005; Vaughan,2010): Pandangan berkabut ketika pasien melihat sumber titik dari cahaya/ lampu, terjadi difusi cahaya warna dan putih di sekelilingnya yang mengurangi penglihatan. Penglihatan kabur,semakin lama semakin berat Mata berair Mata terasa pegal Penglihatan menurun bila melihat cahaya pada siang hari (hemerolopia) tapi meningkat saat matahari terbenam. Penglihatan ganda Lingkaran halo tampak saat melihat cahaya. 2. Pemeriksaan Diagnostik: Visus mengalami penurunan Gerakan bola mata masih bebas bergerak tanpa tahanan Silia normal Palpebra superior normal, tidak ada ptosis maupun edema Palpebra inferior normal Konjungtiva palpebra normal, tidak ada papil, folikel dan tidak hiperemis Konjungtiva bulbi normal, tidak ada injeksi silier maupun injeksi konjungtiva. Sklera putih (normal) Kornea jernih Camera Occuli Anterior pada katarak senilis insipiens dan matur terlihat normal, pada katarak senilis imatur biasanya dangkal, pada katarak senilis hipermatur didapatkan COA yang lebih dalam. Iris normal Pupil: refleks pupil (+), reguler, diameter normal (2-3 mm) Lensa terlihat keruh

Tekanan intraocculi normal 3. Gold standart Diagnosis: Menggunakan oftalmoskopi untuk menilai apakah terjadi kekeruhan pada lensa mata pasien atau tidak. Pemeriksaan ini dengan menggunakan slit lamp tidak hanya ditujukan untuk melihat adanya kekeruhan pada lensa, tetapi juga untuk melihat struktur okular yang lain seperti konjungtiva, kornea, iris dan segmen anterior lainnya. F. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang utama untuk katarak adalah pembedahan.

Penatalaksanaan dengan terapi medikamentosa dan non farmakologis hanya bertujuan untuk menjaga elemen mata yang masih baik. Tindakan pada terapi non farmakologis misalnya dengan menjaga asupan nutrisi yang diperlukan bagi elemen-elemen mata yang berfungsi langsung terhadap tajam penglihatan (seperti pembuluh darah dan persyarafan) ataupun asupan nutrisi yang diperlukan bagi ketahanan tubuh pasien. Contoh: mengkonsumsi makanan seperti makanan berdaun hijau, buah-buahan, kacang-kacangan dan wortel yang banyak mengandung antioksidan, vitamin A, B, C dan E (HHP, 2007). Seperti halnya terapi nonfarmakologis, terapi medika mentosa tidak dapat menghilangkan katarak pada kedua mata, namun diharapkan pasien dapat lebih lama menikmati tajam penglihatan sebelum proses opasitas memburuk. Adapun karena kekeruhan lensa pada katarak disebabkan oleh rusaknya protein dan lemak lensa akibat multifaktorial, maka prinsip medikamentosa dalam penanganan katarak adalah menggunakan obat yang mampu mencegah rusaknya protein dan lemak pada lensa, misalnya dengan menstabilkan molekul protein dari denaturasi. Tujuan terapi medikamentosa antara lain (Cassidy, 2005; Khaw, 2004): 1. untuk memperlambat kecepatan progresifitas kekeruhan (mencegah rusaknya protein dan lemak penyusun lensa, misalnya dengan menstabilkan molekul protein dari denaturasi) sehingga pasien dapat lebih lama menikmati tajam penglihatan sebelum proses opasitas memburuk. Contoh: obat iodine yang memiliki efek antioksidan seperti potassium iodine, natrium iodine, dll 2. Untuk menjaga kondisi elemen mata misalnya pembuluh darah dan persyarafan mata. Contoh:

- suplemen vitamin A (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi retina), contoh: vitamin A 6000 IU, beta carotene (pro-vitamin A) 12.000 IU, - suplemen vitamin B (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi syaraf), contoh vitamin B-2 (riboflavin) 20 mg, vitamin B-6 (pyridoxine hydrochloride) 11 mg, vitamin B complex, dll - Vitamin C (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi pembuluh darah), contoh ascorbic acid 600 mg - Vitamin E. 3. Untuk menjaga kondisi imunitas tubuh, contoh: suplemen vitamin. Tindakan pembedahan masih merupakan penatalaksanaan yang utama pada katarak. Pembedahan bertujuan untuk mengobati katarak dengan mengangkat lensa yang keruh dan mengganti lensa dengan implan plastik/ Implan Lensa Intraokular (ILO) (lensa monofokal/lensa torik/lensa multifokal). Operasi direkomendasikan segera untuk mata pasien jika karena penurunan penglihatan pada mata telah dirasakan mengganggu. Indikasi dilakukan tindakan operasi (Dhawan, 2011; Smeltzer, 2001) : a. penurunan penglihatan sudah dirasakan mengganggu. b. mencegah terjadinya penyulit dan tersedianya prasarana operasi di tempat dilakukan tindakan.

Adapun macam-macam operasi yang dapat dilakukan: 1. Insisi luas pada perifer kornea atau sclera anterior, diikuti oleh ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK/ Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)).

10

Gambar 2.3 Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular 2. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)/ Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK). Pada tindakan bedah EKIK dilakukan insisi yang lebih lebar dibandingkan dengan EKEK kemudian lensa dan kapsulnya diangkat. Teknik ini jarang digunakan, tetapi masih digunakan untuk kasus trauma. 3. Fakoemulsifikasi (likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukan melalui insisi yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior).

Gambar 2.4 Fakoemulsifikasi katarak Setelah dilakukan tindakan operasi, dilakukan tindakan postoperasi yaitu follow up dan pemberian terapi medikamentosa untuk mencegah infeksi (antibiotic) dan anti inflamasi seperti kortikosteroid. Setelah dilakukan pembedahan, pasien juga perlu diberikan edukasi untuk mengurangi aktivitas-aktivitas yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan. Diantaranya adalah: 1. Pembatasan aktivitas: Menonton tv, membaca bila perlu tapi jangan terlalu lama Pada awal, mandi waslap selanjutnya menggunakan bak mandi atau pancuran(dengan pembantu) Tidak boleh membungkuk pada pada wastafel atau bak mandi; condongkan kepala sedikit kebelakang saat mencuci rambut Tidur dengan perisai pelindung mata logam berlubang pada malam hari; mengenakan kaca mata pada siang hari Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring, tidak boleh telungkup Aktivitas dengan duduk

11

Mengenakan kaca mata hitam untuk kenyamanan Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai 2. Dihindari (paling tidak untuk satu minggu) Tidur pada sisi yang sakit Menggosok mata; menekan kelopak untuk menutup Mengejan saat defekasi Memakai sabun mendekati mata Mengangkat beban yang lebih dari 7 kg Mengendarai kendaraan. Batuk, bersin, muntah Menundukan kepala sampai bawah pinggang; melipat lutut saja dan punggung tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai 3. Obat dan perawatan mata pergunakan obat sesuai aturan cuci tangan sebelum dan setelah memakai obat membersihkan sekitar mata dngan bola kapas steril atau kasa yang dibasahi dengan air steril atau larutan salin normal; sapu kelopak mata dengan lembut dari sudut dalam keluar untuk meneteskan obat mata, duduklah dan kepala condong kebelakang; dengan lembut tarik kebawah batas kelopak mata bawah mengenakan perisai pelindung mata logam berlubang-lubang pada malam hari; mengenakan kaca mata selama siang hari menggunakan semua obat mata tepat sesuai dengan resep sehingga dosis dapat dinilai dan disesuaikan oleh dokter pada kunjungan control pertama.

G. Prognosis Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik (James, 2003).

12

Dalam kasus katarak senilis imatur yang di dapatkan,prognosis dari penderita tersebut adalah: Visum (Visam) Kesembuhan (Sanam) Jiwa (Vitam) Kosmetika (Kosmeticam) : OD dubia/bonam, OS dubia/bonam : OD dubia/bonam, OS dubia/bonam : bonam : OD dubia/bonam, OS dubia/bonam

H. Komplikasi Apabila dibiarkan katarak akan menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma, uveitis dan kerusakan retina. Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaukoma ini dapat timbul akibat intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak ini muncul dengan komplikasi glaukoma maka diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah. Selain itu Uveitis kronik yang terjadi setelah adanya operasi katarak telah banyak dilaporkan. Hal ini berhubungan dengan terdapatnya bakteri patogen termasuk Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis (Bobrow, 2005).

13

Anda mungkin juga menyukai