Cedera Kepala
Cedera Kepala
Cedera Kepala
Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama kelp usiproduktif Prognosis ditentukan oleh :
Penanganan di tempat kejadian Transportasi ke RS Penilaian dan tindakann awal di IGD
Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik umum neurologis harus dilakukan serentak
Pengertian
Cedera kepala adalah gangguan traumatik pada daerah kepala yang menggangu fungsi otak dengan atau menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan kepala yang biasanya disebabkan oleh trauma keras (Sylvia A. Price, 1995).
Gambar Kranial
Duramater adalah membran luar yang kuat, semitranparant dan tidak elastis. Fungsi duramater (1) Melindungi otak, (2) Menutupi sinus2 vena yg terdiri atas duramater dan lapisan endothelial saja tanpa jaringan vaskuler, (3) Membentuk periosteum tubula interna. Duramater berhubungan erat dgn permukaan dalam tengkorak.
Arachnoid
Arachnoid adalah membran yg tdk melekat pada duramater tetapi ruangan antara duramater dan arachnoid adalah ruangan subdural. Subdural adalah ruangan yg potensial perdarahan. Antara duramater dgn arachnoid (Ruang Subdural) menyebar dgn bebas hanya dibatasi oleh sawar (barrier) dari falx cerebri dan tentorium.
Vena vena otak yg melewati ruangan ini hanya memiliki sedikit vena2 otak yg melewati ruangan ini hanya memiliki sedikit penyangga oleh krn mudah cedera dan robek oleh cedera kepala.
Piamater
Piamater adalah membran lunak sekali melekat langsung pada otak, yang banyak disuplai oleh pembuluh darah halus.
Klasifikasi
Berdasarkan Patofisiologinya 1. Komosio serebri
Bentuk ringan dari cedera otak menyebar, tdk ada jaringan otak yg rusak tetapi hanya kehilangan fungsi otak sesaat yang dapat pulih kembali dengan/tanpa kehilangan kesadaran
pingsan < 10 menit atau amnesia pasca trauma Disorientasi, bingung Nyeri kepala Tak mampu berkonsentrasi
Klasifikasi
2. Kontusio serebri
Kerusakan jar. otak dan defisit neurologik yg timbul setara dgn kerusakan otak tsb, minimal pingsan > 10 mt dan atau lesi neurologik yg jelas Perdarahan Sub dural Perdarahan antara duramater dan arakhnoid (perdarahan vena)
Akut
Klasifikasi
Sub Akut
Perkembangan Cedera 7 10 hari
Kompresi Gangguan kesadaran
Kronis
Luka ringan perdarahan memasuki ruang sub dural menumpuk selama beberapa minggu di sekitar membran vaskuler meluas pelan-pelan berbulan-bulan
Klasifikasi
Perdarahan Epidural
Perdarahan antara tubula interna dan durameter terutama pada frontal dan temporal akibat pecahnya pembuluh darah meningen (arteri) Tanda / Gejala - Epidural temporal
Kesadaran menurun Anisokor Hemiparese kontra lateral Gejala tidak khas Kesadaran menurun
Hematoma Epidural
3. Laserasi otak
Kerusakan otak yg luas dan jaringan otak robek yg umumnya disertai fraktur tengkorak terbuka.
Berdasarkan mekanisme cedera Cedera percepatan (akselerasi) Benda yang bergerak membentur kepala yang diam Cedera perlambat (deselerasi) Kepala membentur benda yang diam
Cedera Primer
Terjadi waktu benturan Memar permukaan otak Laserasi subtansia alba Robekan Perdarahan
Cedera Skunder
Kemampuan autoregulasi / tidak ada pada daerah cedera (Hipoksia, Hiperkarbia, Hipotensi)
TIK
Cedera akson menyebar Kerusakan otak hipoksia Hematoma otak menyebar Hemoragi kecil multiple
KOMA
Cedera Kepala Berat (GCS : 3-8) Cedera Kepala Sedang (GCS : 9-12) Cedera Kepala Ringan (GCS : 13-15) Perdarahan Intrakranial dgn GCS CKR/CKS dianggap sbg CKB
Patofisiologi
Otak perlu 25% glukosa tubuh
Glukosa darah < 70 mg% disfungsi otak Glukosa darah < 20 mg% koma
CONTUSIO
Robekan pembuluh kapiler Pengeluaran cairan traumatik (protein, eksudat, albumin, cairan interstitial)
Edema
- TIK - Kompresi batang otak - Hipoksia - Kompresi jaring otak - Herniasi - Glukosa
Met. anaerobe
Asam laktad
Patofisiologi
Berdasarkan waktu dan berat ringannya cedera Proses primer : Kerusakan otak tahap pertama / awal yg diakibatkan o/ benturan / proses mekanis yg membentur kepala. Derajat kerusakan tergantung pd kekuatannya, benturan dan arahnya, kondisi kepala yg bergerak / diam, percepatan dan perlambatan gerak kepala. Proses primer mengakibatkan fraktur tengkorak, perdarahan segera dlm rongga tengkorak / otak, robekan dan regangan serabut saraf dan kematian langsung neuron pd daerah yg terkena.
Patofisiologi
Proses sekunder :
Merupakan tahap lanjutan dari kerusakan otak primer dan timbul krn kerusakan primer membuka jalan utk kerusakan berantai krn berubahnya struktur anatomi maupun fungsional dari otak misalnya meluasnya perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berlanjut, iskemia / global otak, kejang, hipertermia. Kerusakan primer juga menyebabkan perubahan sistemik seperti hipertensi atau hipotensi sistemik. Jika klien masih hidup pada benturan pertama, proses sekunder yg dpt menyebabkan kematian pada saat berikutnya.
Patofisiologi
Proses terjadinya trauma otak sekunder melalui beberapa proses : 1. Kerusakan otak berlanjut (Progressive Injury) Yaitu terjadi kerusakan berlanjut yang progresif pada daerah otak yang rusak dan sekitarnya 2. Cedera otak sekunder berlanjut (Delayed Secondary Brain Injury)
Penyebab : Hematoma PTIK secara berangsur angsur Perfusi jar otak hipoksia / hipoksemia otak nekrosis
Vasokonstriksi paru
Hipertensi paru Edema paru Hiperkapnea Bronkokonstriksi Cheyne Stokes
Hiperasidum (HCl )
Iritasi Lambung
Umum Nyeri kepala Mual, muntah Hematoma Kesadaran menurun Pingsan Fraktur basis tengkorak Batle sign (warna biru /ekimosis di belakang telinga di atas os mastoid) Hemotimpanum (perdarahan di daerah membran timpani) Periorbital ekimosis (kelopak mata berwarna hitam tanpa truma langsung) Rhinorrhoe (likor keluar dari hidung) Otorhoe Ilikuor keluar dari telinga)
Penatalaksanaan
Klien dalam keadaan sadar (GCS : 15) 1. CK Simpleks (Simple Head Injury)
Tanpa gnguan kesadaran, tanpa amnesia perawatan luka, radiologi hanya atas indikasi. observasi kesadaran. Kesadaran terganggu sesaat diperiksa sudah sadar kembali, foto kepala penatalaksanaan selanjutnya seperti cedera kepala simpleks.
Klien dengan kesadaran menurun a. CKR / Minor Head Injury (GCS : 13-15) Kesadaran disoriented atau not obey command tanpa disertai defisit fokal serebral.
pemeriksaan fisik perawatan luka, foto kepala. CT Scan kepala dilakukan jika dicurigai adanya hematoma intrakranial, misalnya ada riwayat interval lusid, kesadaran semakin menurun atau timbul lateralisasi observasi kesadaran, pupil, gejala fokal serebral di samping tanda tanda vital
Posisi tidur
bagian kepala ditinggikan 20-30 dengan dada dan kepala pada satu bidang. Jangan fleksi atau latero fleksi, supaya vena leher tidak terjepit sehingga drainage vena otak menjadi lancar.
Nutrisi
Pada Cedera Kepala Berat terjadi hipermetabolisme 2 - 2 kali pd keadaan normal. Setelah 3-4 hari dengan cairan parenteral, pemberian cairan nutrisi per oral melaui pipa Nasogastrik bisa dimulai sebanyak 2000-3000 Kal / hari.
Keseimbangan cairan dan elektrolit Pada saat awal pemasukan cairan dikurangi untuk mencegah bertambah edema serebri dengan jumlah cairan 1500-2000 cc / hari diberikan secara parenteral. Sebaiknya diberikan cairan koloid seperti NaCl 0,9 %, Ringer Laktat. Jangan diberikan cairan yang mengandung glukosa karena akan menambah edema otak.
Komplikasi
a. b. c. d. e. Meningitis Encephalitis Epilepsi Hidrosefalus Cephalgia Post Trauma.
Asuhan Keperawatan
CEDERA KEPALA
Pengkajian
Aktivitas / Istirahat S: Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan O: Perubahan keasadaran, lethargi Hemiarese, quadriseplegia Ataksia, cara berjalan tidak tegap Masalah keseimbangan Cedera ortopedi Kehilangan tonus otot
Peredaran Darah
DO: tekanan denyut nadi disritmia). darah tinggi/hypertensi, (brachialis, tachycardi,
Integritas Ego
DS : cemas DO : tampak bingung, mudah tersinggung
Eliminasi
DS : verbal tidak dapat menahan buang air kecil dan buang air besar. DO : incontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
Makanan / Cairan
DS : mual DO : muntah yang memancar / proyektif, masalah kesukaran menelan (batuk, air liur yang berlebihan, sukar makan).
Persyarafan
DS : pusing, kejang, adanya kehilangan kesadaran, masalah penglihatan, bunyi berdengung ditelinga. DO : kesadaran menurun, koma, perubahan status mental (perubahan orientasi, respon, pemecahan masalah), perubahan penglihatan (respon terhadap cahaya, simetris/tidak), kehilangan sensitivitas (bau, rasa, dengar), wajah tidak simetris, tidak ada repleks tendon, hemiparise, adanya perdarahan mata, hidung, kejang.
Kenyamanan / Nyeri
DS : nyeri kepala yang bervariasi tekanan dan lokasinya. DO: respon menarik diri terhadap rangsangan, wajah mengerut, kelelahan, merintih.
Pernafasan
DO : perubahan pola napas (periode apnoe dengan perubahan hyerventilasi), wheezing, stridor dan ronchi.
Keamanan DS : ada riwayat kecelakaan. DO : terdapat trauma/fraktur/dislokasi, perubahan penglihatan, kulit (kepala/wajah mengalami luka, abrasi, warna), keluar darah dari telinga dan hidung. Konsep Diri DS : adanya perubahan tingkah laku. DO : kecemasan, berdebar-debar, bingung, delirium, interaksi sosial. Interaksi Sosial DO : afasis/disartria (gangguan mengartikan pembicaraan orang lain).
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko atau aktual tidak efektifnya jalan napas berhubungan dengan : - Gangguan / kerusakan pusat pernapasan di medulla oblongata. - Adanya obstruksi trakeobronkial.
4.Aktual atau potensial terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan bd : Berkurangnya kemampuan menerima nutrisi akibat menurunnya kesadaran. Melemahnya otot-otot yang digunakan untuk mengunyah dan menelan. Hipermetabolik. Perubahan kemampuan untuk mencerna makanan. Immobilisasi, aturan therafy untuk tirah baring.
9.Gangguan rasa nyaman (pada klien yg tingkat kesadarannya sudah pulih, GCS = 15 ) nyeri kepala, pusing dan vertigo disebabkan karena kerusakan jaringan otak dan perdarahan otak/PTIK
10. Gangguan rasa aman, cemas dari keluarga bd. ketidakpastian thd pengobatan dan perawatan serta adanya perubahan situasi krisis.
Rencana Keperawatan
Dx. 1 : Risiko atau aktual tidak efektifnya jalan napas bd. gangguan/kerusakan pusat pernapasan di medula oblongata. Tujuan : jalan efektif. Kriteria hasil
Pola napas dalam batas normal; frekuensi 14 20 x/menit dan iramanya teratur, tidak ada stridor, ronchi dan wheezing, gerakan dada simetris tidak ada retraksi, Nilai AGD normal, Ph 7,35 - 7,45, PaO2 80 - 100 mmHg, PaCO2 35 - 45 mmHg.
Lakukan penghisapan lendir dgn hati2 slm 10-15 dt. Catat sifat, warna dan bau sekret. Lakukan bila tdk ada retak pd tulang basal dan robekan dural.
Rasional : Penghisapan biasanya dibutuhkan jika klien koma atau dalam keadaan imobilisasi dan tidak dapat memberikan jalan napasnya sendiri.
Dx. Risiko terjadinya PTIK bd. adanya proses desak ruang akibat penumpukan cairan darah di dalam otak.
Tujuan; PTIK tidak terjadi. Kriteria hasil; Tidak ada tanda-tanda PTIK seperti tekanan darah meningkat, pupil melebar, kesadaran tambah buruk, nilai GCS<15.
c) Naikkan kepala dengan sudut 15o-45o tanpa bantal dan posisi netral.
Rasional : meningkatkan aliran balik vena dari kepala, sehingga akan mengurangi kongesti dan edema.
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan anti edema seperti manitol, gliserol dan lasix.
Rasional : dapat digunakan pada fase akut untuk menurunkan air dari sel otak, menurunkan edema otak dan TIK.
Dx. : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bd. penurunan produksi (ADH)
Tujuan; cairan elektrolit tubuh seimbang. Kriteria hasil; asupan dan pengeluaran seimbang yaitu asupan cairan selama 24 jam 1-2 ltr dan pengeluaran urine 1-2 cc/kgBB/jam, turgor kulit lain, nilai elektrolit tubuh dalam batas normal.
Intervensi; a) Monitor asupan tiap delapan jam sekali dan timbang berat badan setiap hari bila dapat dilakukan.
Rasional : indikator langsung dari hidresi/perfusi organ dan fungsi, memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
c) Pasang dawer cateter dan monitor warna, bau dan aliran urine.
Rasional : u/ memudahkan pengukuran pengeluaran.