Anda di halaman 1dari 9

1

Biru Untuk Langit - Hitam Untuk Malam [FennyHabybah.Blogspot.com]

Biru Untuk Langit, Hitam Untuk Malam


Akhirnya Dhani nongol juga ke rumah Inez dan langsung saja diboyong ke ruang belajar Seno, kakaknya Inez. "Assalamu'alaikum" "Walaikum Salam" sapa Seno Dhani. langsung

nyalamin tangan Dhani. Nggak banyak omong langsung aja komputer yang lagi ngadat itu dengan pasrah diacak-acak, dinyalain, diliatin programnya. Setelah dikira-kira bad sector-nya dimana, seketika itu juga komputer yang dengan manisnya duduk di atas meja, dibongkar. Tutup CPU-nya dibuka. Isi perutnya yang mirip perut Robocop diutak-atik. "Sirkuitnya ada yang longgar" jawab Dhani waktu Seno tanya-tanya soal penggusuran eh pembongkaran komputer kesayangannya itu. Bener aja saodara-saodara, nggak sia-sia Dhani waktu kecil suka ngrusakin mainan orang, ternyata komputer yang gagar otak itupun dengan lancar mengeluarkan program-programnya. "Belajar betulin komputer dimana, Dhan?" tanya Seno sesudah ngeberesin bekas operasi. "Belajar sendiri aja dari buku" jawab Dhani sambil minum sirup. "Ditambah nekat bongkar komputer bokap di rumah" lanjutnya sambil cengengesan Karena udah sore. Dhani buru-buru pamitan pulang sama Seno dan tentu juga sama Inez. "Pinter juga tuh anak" setelah Dhani pulang, Inez diam aja. "Baik lagi", tambahnya.

Biru Untuk Langit - Hitam Untuk Malam [FennyHabybah.Blogspot.com]

"Kalau kakaknya?" tanya Inez iseng. "Si Erik? baik juga sih, cuman sok kece aja" Komentar Seno sambil ngeliat reaksi adiknya. Inez cuman manyun. "Apa si Dhani baru aja maen ke rumah kamu?" Erik nggak bisa nahan rasa sirik bin kagetnya waktu Seno nelpon ke rumah ngasih tahu kalo Dhani baru aja pulang dari rumahnya. "Tenang aja Rik, Dhani kagak ngapa-ngapain, cuman betulin komputer gue doang", kata Seno sambil ketawa ngeledekin Erik. Sukses gue bikin jealous tuh anak!. "Oh, jadi dia nggak coba ngrayu-ngrayu Inez kan?" Erik masih penasaran. Tawa Seno meledak. "Mana gue tau? emangnya gue musti ngawasin kemana adik lu pergi?" Erik bersungut-sungut. "Ok Rik, sekian aja informasi dari Seno, wassalam, bye" klik, Seno nutup teleponnya meninggalkan Erik yang masih panas ati. Sialan si Dhani, bener-bener kutu busuk alias musuh dalam selimut, beraninya maen belakang. Bersaing sih boleh aja, cuman jangan maen belakang dong. Udah minggu kemaren nggagalin kencan gue sama Inez, eh sekarang malah ngedeketin Inez. Memang benar, perlu dikasih pelajaran tuh anak, Erik geram. Baru saja dia masuk ke kamar, suara kaki Dhani kedengaran masuk ke dalam rumah. Erik nggak jadi masuk kamar. Dhani ditungguin di depan kamarnya. Dhani sempet kaget juga ngeliat kakaknya menghadang di depan pintu kamar. "Jadi gitu cara elu bersaing maen curang?" Erik emosi. Dhani bengong nggak ngerti maksud omongan Erik, tapi otaknya cepet mikir, pasti soal mobil kemaren. Dari pada ribut, Dhani cuek aja masuk ke dalam kamar. Brukkkkk

Biru Untuk Langit - Hitam Untuk Malam [FennyHabybah.Blogspot.com]

pundaknya tubrukan sama pundak Erik. Erik panas ngerasa dicuekin. Pundak adiknya ditarik, tapi tangannya ditepis Dhani, dan tiba-tiba sebuah pukulan melayang ke wajah Dhoni. Dkkkuk! Dhani nggak sempat menghindar, badannya terhuyung ke dalam kamar. Tapi sebentar kemudian Dhani melayangkan pukulan balasan ke pipi kiri Erik, giliran Erik yang terhuyung sampai terjengkang. Dia merasa ludahnya asin. Makin murka Erik langsung berdiri dan menerjang Dhani. Keduanya bergerumul di lantai dan saling baku hantam. "Berhenti" satu teriakan menghentikan keduanya. Papi sudah berdiri di belakang. Mami sesenggukan di balik punggung Papi. Pelan Erik dan Dhani bangkit, pakain keduanya kusut. Darah mengalir dari sudut kiri bibir Erik. Sementara mata Dhani lebam. "Apa-apaan ini? kalian mau saling bunuh, hah?" tanya Papi dengan suara tinggi. Erik dan Dhani tidak menjawab. "Sekarang kalian bereskan semuanya dan Papi tunggu satu jam di kamar Papi". Selesai memarahi, papi menuju ke ruang tengah sambil menggandeng Mama yang masih sesenggukan. Tapi baru aja papi dan mama berjalan beberapa langkah, tiba-tiba,,, Brukkkkkkkkk! Dhani ambruk. Mama kaget dan menjerit "Dhaniii!!" Papi dan Mama berdiri di samping ranjang saat Dhani membuka mata. Papa dan Mama membawa Dhani ke rumah sakit. Kata dokter Dhani terkena gegar otak ringan akibat terbentur tembok waktu berantem dengan Erik. Wajah Papi sudah tidak segarang tadi. Kelihatan lebih tenang, hanya Mamanya yang masih nampak cemas. "Masih sakit, sayang?" tanya Mama penuh perasaan. Dhani tidak menjawab. "Pi" kata Dhani pelan. Papi mendekatkan telinganya pada Dhani.

Biru Untuk Langit - Hitam Untuk Malam [FennyHabybah.Blogspot.com]

"Dhani minta maaf, Pi" pinta Dhani pelan. Papi menggelengkan kepala. "Papi sudah maafkan. Papi sudah tahu semua duduk persoalannya. sekarang kamu istirahat saja. Kita bicarakan nanti aja kalau kamu sudah kembali ke rumah" Jawab Papi menenangkan Dhani.

Sore itu Erik masih duduk-duduk di teras belakang rumah neneknya. Oleh Papi, Erik dilarang tinggal di rumah selama 2 bulan. Akhirnya dengan sangat terpaksa dia mengungsi ke rumah nenek. Tapi lumayan, dia nggak kesepian, karena mini componya boleh dibawa ke sana. Lamatlamat lagu Paint My Love-nya Micheal Learns to Rock terdengar di sana. "From my youngest years till the moment here I've never seen such a lovely queen" begitu Erik menirukannnya. Erik jadi teringat Inez, sudah 2 minggu dia nggak maen atau nelpon ke rumahnya. Mungkin sudah tahu kejadian yang menimpa Dhani, mungkin juga ia sekarang membenci dirinya dan makin simpati sama Dhani. Erik menertawakan ketololannya sendiri, kenapa ia begitu emosi padaDhani, ia terbawa emosi setelah diberitahu Seno kakak Inez, bahwa Dhani baru aja ke rumah Seno. Padahal dalam kenyataanya, Dhani hanya betulin komputer, kalaupun pada Inez, Dhani sebenarnya juga

Biru Untuk Langit - Hitam Untuk Malam [FennyHabybah.Blogspot.com]

naksir, tapi sebagai seorang muslim yang ngerti halal dan haram, maka Dhani nggak melampiaskan rasa tertariknya pada Inez dengan memacarinya, berbeda dengan Erik, dan belum tentu juga Inez suka pada Dhani ataupun erik. Karena penasaran, Erik mendekati telepon neneknya. Masih dengan ragu-ragu jarinya menekan tombol telepon. Cukup lama Erik menanti telepon di seberang diangkat. "Hallo bisa bicara dengan Inez?" Erik mulai pembicaraanya. "Saya sendiri, Ini siapa ya?" tanya Inez di seberang. "Erik, ini Erik" sahut Erik. "Erik? Kak Erik Sugama?" tanya Inez. "Iya," Erik meyakinkan Inez, yang diyakinkan malah terdiam. "Eh, Nez, gue mau minta maaf. Gue lama nggak ngontak dan maen lagi ke rumahmu, maklum banyak urusan" Erik mulai Berdiplomasi. "Eng.. nggak apa-apa, emangnya sekarang ada perlu apa?" tanya Inez. "Nez.. gimana kalo sabtu sore kita ke Rose Kafe?" Erik harap-harap cemas kalo Inez menolak ajakannya. "Memangnya ada perlu apa sih? kalo cuman mau minum kopi kan bisa di rumah Inez?" tanya Vivi curiga. "Eeeeee.. Ada yang penting dan kayaknya perlu serius deh. Lagian kan asyik kalau kita sore-sore maen ke sana. Kata anak-anak brown cake nya enak lho, eh, kamu nggak lagi diet kan?" Erik mulai mengeluarkan jurus play boy-nya. "Bukan soal diet sih, cuman penting banget nggak?" Inez masih curiga. "Penting dong" jawab Erik. "Harus?" tanya balik Inez. "Harus!" kejar Erik.

Biru Untuk Langit - Hitam Untuk Malam [FennyHabybah.Blogspot.com]

Hening, Erik ikutan diam, menunggu jawaban Inez. "Ya udah, tunggu jam empat sore ya?" Sahut Inez. Yes you give me a big chance, pekik Erik dalam hati. Good. "Ok, jam 4 sore dan jangan lupa tunggu disana" sambar Erik cepat, Telepon Inez ditutup. Klik.. Jam 4 sore, Erik sudah duduk di kafe Ros. Kaos hijau Ocean Pacific dipadu dengan jins biru. segelas kopi krim sudah ada diatas meja. Jam 4 lewat lima menit Inez muncul dari dalam taksi. What a beauty!!! puji Erik dalam hati. Bener-bener sekuntum bunga mawar merah. Erik melambaikan tangan, saat Inez mendekati Erik menarik kursi untuk tempat duduk Inez. "Mau makan dan minum apa?" tanya Erik setelah Inez duduk. Yang ditanya sibuk membuka daftar menu. "Pisang bakar keju, sama kopi krim" jawabnya. Pelayan yang berdiri di dekat Inez segera pergi menyiapkan makanan. "Setengah porsi aja?" pesen Inez lagi. "Erik mau bicara apa sama Inez?" tanya Inez. Erik terkejut juga, jarang nih cewek berani mulai bicara pikirnya. "Nanti aja deh habis makan" jawab Erik bak gentlemen. "Begini, Nez" kata Erik lembut, "Sebenarnya dari dulu, sejak pertama kali liat Inez, Erik langsung suka sama Inez, jadi Erik mau minta jawaban jujur dari Inez " Suara lembut Erik terputus. "Mau nggak Inez jadi pacar Erik?" sambungnya. Inez terdiam. Erik membuka lebar-lebar telinganya buat ngedengerin jawaban Inez. Inez menggeser tempat duduknya. " Inez .." suara lembut khas Inez akirnya keluar, terbata-bata.

Biru Untuk Langit - Hitam Untuk Malam [FennyHabybah.Blogspot.com]

" sebenarnya Inez masih ragu untuk ngejawab sementara Erik still waiting dengan cemas. " Inez sebenarnya nggak nyangka dan nggak mau kalau hubungan baik Inez dan Kak Erik disalah artikan sebagai pacaran oleh Kak Erik. Sekarang ini Inez nggak mau pacaran dulu. Dengan siapapun" sambung Inez pelan dan dengan putus-putus. " Inez, minta maaf, kalo jawaban Inez menyinggung perasaan Kak Erik, bagaimana kalo sekarang kita berteman aja?" pintanya polos. Erik terhenyak ke sandaran kursi. Tak disangka ada juga gadis yang menolaknya, dan gadis itu adalah yang setengah mati diinginkannya. Erik terkesima dengan jawaban Inez. Matanya setengah tak percaya kalau gadis dihadapannya adalah Inez yang baru aja menolaknya. Ah, semoga kupingnya budeg dan salah denger. But its true! Inez jadi serba salah dipandangnya Erik dengan tatapan kosong. Beberapa menit mereka berdua terdiam. " Inez, pamitan dulu, sudah mau maghrib, Mama pasti nyariin Inez " akhirnya Inez memberanikan diri bicara. Gadis itu bangun sambil menyeka matanya yang basah dengan sapu tangan merah jambu, berjalan menuju ke kasir, membayar ongkos makan mereka berdua, lalu pergi keluar dengan taksi biru. Erik masih terduduk di kafe yang mulai rame di kungjungi remaja-remaja yang membawa pasangannya masing-masing. Lagu Ordiniry Love menggema dengan pilu dari sudut kafe. "This is not your ordinary, your ordinary love, I was not prepare enough to fall so deep in love. Erik termangu sendiri di dalam kafe larut dalam kesedihannya.

Biru Untuk Langit - Hitam Untuk Malam [FennyHabybah.Blogspot.com]

Lima tahun kemudian Dhani sibuk menyiapkan kamar kosnya yang bakal dipake tempat pengajian. Hari itu dia harus sudah mulai membimbing adik-adik kelasnya untuk jadi aktivis Islam di kampusnya. Terpaksa kamar yang biasa berantakan dirapikan. Diktat, kertas-kertas, coretan, buku-buku agama disimpan rapi di rak. Tiba-tiba matanya tertumbuk pada sehelai foto yang jatuh dari buku agamanya. Foto dia dengan Erik di Pengandaran, sewaktu liburan SMP. Dia jadi ingat Erik yang hampir lima tahun belum bertemu, semenjak perkelahian itu, Erik diminta agar sekolahnya pindah keJogja, di rumah bibinya. Dan Erik belum pernah bertemu lagi dengan Dhani, setiap Dhani keJogja, Erik menghindar dengan menginap di rumah temannya. Begitu pula setiap Erik pulang ke Jakarta, selalu tidur di rumah Nenek. Dhani hanya tahu dari mama kalo prestasi sekolah Erik, ancur-ancuran, untungya dia masih bisa kuliah. Terakhir mama cerita kalau Erik bekerja dan akan menikah dengan teman kerjanya. Tak terasa Dhani meneteskan air mata mengingat masa-masa mereka yang manis waktu SMP, sampe akhirnya mereka bertemu Inez. Tapi mereka berpisah bukan karena Inez, tapi karena kebodohan dirinya dan Erik. Meraka hanya anak-anak SMA yang berandal. Dug, dug dug, pintu kamar kostnya diketuk dari luar. "Dhan, ada surat nih" teriak teman kosnya, Dhani menyeka air matanya sebelum membuka pintu. "Jazakallah khairan" katanya sambil buru-buru ngambil surat itu dan cepet nutup pintu takut ketahuan nangis. Ada dua surat di tangannya. Surat undangan berwarna biru dan merah jambu.

Biru Untuk Langit - Hitam Untuk Malam [FennyHabybah.Blogspot.com]

Yang pertama dibuka, undangan pernikahan dari Erik. Dhani nyaris jejeritan kesenangan, Erik menikah dan mengundangnya, ternyata dia tidak melupakan adiknya. Giliran surat kedua dibuka, dia menahan nafas membuka surat itu, undangan pernikahan Inez Erning Praja. Dhani tersenyum, tidak lagi panas kepala seperti dulu. Allah jugalah yang menentukan segalanya. Erik dengan gadis lain dan Inez dengan pria lain. Surat itu disimpannya baik baik. Surat dari orang yang masih dan pernah dicintainya dan ternyata tidak pernah melupakan dirinya. Erik dan Inez, aku akan datang ke pernikahan kalian. Aku janji pada diri sendiri. Tidak ada lagi dendam, tidak ada lagi cemburu. Gorden kamarnya dibuka, Dhani ingin menatap langit malam itu. Langit masih biru dan malam mulai gelap, tapi semuanya indah dalam pandanganya yang kini semakin dibukakan oleh Allah.

- THE END -

Anda mungkin juga menyukai