Anda di halaman 1dari 6

REMEDIAL IPS SUKU SINGKIL

Nama Kelas

: M.MUHADZDZIB F F : XI-AKUNTANSI

Suku Singkil
Suku Singkil adalah sebuah suku yang terdapat di kabupaten Aceh Singkil daratan dan kota Subulussalam di propinsi Aceh. Makna kata Singkil, singkil asal katanya Sekel yang artinya MAU. Oleh sebab itu suku Singkil mudah untuk menyesuaikan diri dengan suku yang lain sehingga ia lupa akan bahasa dan budayanya sendiri. Mulainya suku singkil masuk ke Aceh Tenggara dengan berdagang garam, ikan laut, dan sebagainya yang dibutuhkan di Kutacane dan sebaliknya mereka membawa beras dan hasil pertanian yang ada di Aceh Tenggara ke Singkil melalui sungai kali alas dengan menggunakan perahu. Dan masyarakat singkil dengan berdagang tersebut bermukim di pinggiran sungai kali alas, misalnya Desa Kuta Gerat, Maha Singkil, dan lain-lain. Meskipun secara bahasa, bahasa etnis Singkil berkerabat dengan bahasa Pakpak di propinsi Sumatera Utara, namun etnis ini memiliki adat dan budaya yang jauh berbeda dengan Suku Pakpak. Hal ini dikarenakan suku Singkil menganut agama Islam sedangkan suku Pakpak mayoritas memeluk agama Kristen. Selain itu suku Singkil lebih banyak bercampur dengan etnis-etnis tetangga, seperti suku Aceh dan Minang. Bahasa Singkil adalah bahasa daerah yang dituturkan oleh penduduk asli Singkil. Bahasa ini berhubungan dekat dengan bahasa Pakpak yang terdapat di propinsi Sumatera Utara. Masyarakat Aceh Singkil terdiri dari berbagai suku dan budaya, berdasarkan sejarahnya asal etnis yang paling dominan adalah dari Minang dan Dairi, suku Minang banyak menguasai dalam bahasa pengantar dagang, sedangkan mayoritas suku Dairi berbahasa Ulu (mudik), yaitu bahasa Dairi dialek Singkil dan bahasa Minang dilalek pesisir.

Asal Muasal Suku Singkil


Singkil sebagai bandar dan kota perdagangan tentunya mempunyai daya tarik tersendiri bagi penduduk dari daerah lain sebagai tempat mencari nafkah. Fenomena ini telah menyebabkan penduduk daerah tersebut sangat hiterogen jika ditinjau dari suku bangsa. Pada tahun 1852 jumlah penduduk Kota Singkil sebanyak 2.104 orang yang terdiri dari 6 orang Eropa, 55 orang Cina, 183 orang Arab dan sisanya adalah penduduk setempat dari berbagai kelompok suku bangsa. Memperhatikan data tersebut terlihat bahwa di Kota Singkil dahulu terdapat 2 kelompok suku bangsa dari luar, yaitu Arab dan Cina yang secara turun temurun mempunyai budaya yang cukup kuat dalam berdagang. Kehadiran kedua kelompok suku bangsa tersebut kiranya dapat memperkuat hipotesis yang mengatakan bahwa Singkil memang merupakan kota perdagangan. Selanjutnya pada tahun 1894 Kota Singkil didatangi oleh orang-orang Melayu dari Kesultanan Pahang. Mereka adalah orang-orang Melayu yang melarikan diri karena Kerajaan Pahang diduduki oleh pasukan Inggris. Di Kota Singkil mereka mempersiapkan diri untuk berjihad dan mengharap dapat bantuan dari Kerajaan Aceh dalam melawan agresi pasukan Inggris tersebut. Mereka baru kembali ke Pahang setelah mendapat himbauan dari para ulama kesultanan supaya mereka melakukan perjuangan dari dalam negeri.

Agama Suku Singkil


Tentang agama penduduk pada masa itu, bahwa umumnya masyarakat Singkil beragama Islam, dan sebagian kecil memeluk agama Kristen, yang terletak di daerah Simpang Kanan di desa Kutakerangan. Sesuai dengan keputusan Gubernur Hindia Belanda diberikan penetapan pada Huria Kristen Batak Protestan tanggal 10 Januari 1935 No. 37 atas permintaan dari ketua Huria untuk diberikan izin mendirikan sebuah gereja, yang kemudian dinamakan Gereja Zending Batak. Dalam sebuah laporan W.L. Ritter menyebutkan bahwa penduduk Singkil sekitar 600 orang atau sekitar 150 buah rumah tangga, akan tetapi apabila diperkirakan sampai kepada penduduk yang ada di pedalaman mencapai 10.000 jiwa. Hubungan penduduk Singkil dengan Pak-pak yang belum beragama di pedalaman umumnya berjalan harmonis.

Budaya Suku Singkil


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dampeng Tari Alas Tari Barat Tari Sri Ndayong Tari Piring Tari Biahat (Tari Harimau) Tari Payung Tari Lelambe (Tarian Terakhir)

A. Hukum (Denda) Adat istiadat suku singkil mempunyai tiga tingkatan :


1. Denda 105 yang mempunyai arti bahwa apabila seorang raja melakukan suatu kesalahan dan hal tersebut hanya ditujukan kepada seorang raja saja. 2. Denda 100 yang mempunyai arti bahwa apabila seorang pengulu/kepala desa melakukan suatu kesalahan dan hal tersebut hanya ditujukan kepada seorang pengulu saja. 3. Denda 80 yang mempunyai arti bahwa apabila seseorang melakukan suatu kesalahan dan hal tersebut hanya ditujukan kepada masyarakat biasa.

Denda tersebut diatas disesuaikan dengan kesepakatan dan perkembangan zaman. B. Adat Istiadat Dalam Perkawinan Adat istiadat dalam perkawinan singkil yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki.
1. Beras 100 (sepuluh kaleng). 2. Kambing 1 ekor. 3. Uang Hangus (jumlahnya tidak tertentu), ada disebut dengan Khukun damae artinya kebutuhan yang dibutuhkan dengan musyawarah. 4. Obon (nasi kendang) yang dibawa oleh pengantin laki-laki (yang mengiringi) atau disebut dengan mengakhak dan jumlah obon 16 talam (tempat).

C. Makanan Tradisional Makanan tradisional suku Singkil, diantaranya:


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nditak Pelita Talam Ndalabakh Buah Belaka Nakan Nggekhsing (nasi kuning) Seme Malum, Cemanis (pulut bekuah) Manuk Labakh, Cenecah

D. Keterampilan Tradisional Suku Singkil


1. Sumpit belopepinang 2. Ndulang 3. Pahar

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai