Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

Menurut Kushartanti dan Setiawati (2005 : 15) Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Ketika berkomunikasi, manusia memproduksi ujaran lisan atau tulisan; orang yang diajak berkomunikasi akan mendengar atau melihata apa yang hendak dikomunikasikan dan berusaha memahami apa yang diujarkan atau dituliskan. Dalam proses pemahaman, manusia juga akan mengingat apa yang diujarkan atau dituliskan. semua proses tersebut disebut proses kognitif Dalam makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan perngertian psikolinguistik secara umum. Psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak dalam memproses dan mengkomunikasikan bahasa. Hal yang penting adalah bagaimana memproses dan menghasilkan bahasa itu. Proses bahasa berlangsung adalah pekerjaan otak. Yang tidak dimengerti dan tidak diketahui yang pasti ialah bagaimana proses pengolahan bahasa sehingga berwujud satuan-satuan kata yang bermakna. Masih menurut Kurhartanti (2005 : 238) Psikolinguistik merupakan salah satu cabang linguistik yang menarik karena memaksa membuat berbagai hipotesis tentang cara kerja otak memproses bahasa.

BAB II PERMASALAHAN Perumusan masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Psikolinguistik? 2. Apakah yang dimaksud dengan Proses Kognitif? 3. Bagaimana proses kognitif bahasa dalam otak? 4. Bagaimana hubungan bahasa dengan komunikasi? 5. Apakah yang dimaksud dengan Pemelorehan dan Pemelajaran bahasa? 6. Apakah yang dimaksud dengan Bilingualitas dan Bilingualisme? 7. Apa yang dimaksud dengan pemahaman sintaksis dalam Psikolinguistik? 8. Apa saja gangguan dalam proses berbahasa?

Tujuan masalah 1. Memahami dan mengerti pengertian Psikolinguistik 2. Memahami proses kognitif bahasa dalam otak. 3. Mengetahui dan memahami hubungan bahasa dan komunikasi 4. Mengetahui apa yang dimaksud Pemelorehan dan Pemelajaran bahasa 5. Mengetahui apa yang dimaksud Bilingualitas dan Bilingualisme 6. Memahami sintaksis dalam psikolinguistik 7. Mengetahui apa saja gangguan dalam proses berbahasa.

BAB III PEMBAHASAN 1. Pengertian Psikolinguistik Menurut Kridalaksana dan Sutami (2005 : 236 ) Psikolinguistik termasuk salah satu cabang linguistik yang derap perkembangannya pesat karena membuka diri pada temuan disiplin ilmu yang lain sebagai alat bantu bentuk interpretasikan masalah pemelorehan bahasa (language acquisition) serta komprehensi dan produksi bahasa (speech comprehension and production). Psikolinguistik merupakan salah satu cabang linguistik yang kompleks. Ahli psikolinguistik dituntut dapat melakukan analisis pada semua tataran linguistik (fonologimorfologi-sintaksis-wacana-semantik-pragmatik) dengan baik, karena psikolinguistik

berusaha memahami bagaimana proses berbahasa di otak manusia. Menurut George Yule (2006 : 121) Psycholinguistics is often defined as the study of language and the mind. It explores what goes on in the human mind as an individual acquires, comprehends, produces and stores language. Kajian psikolinguistik akan memberikan deskripsi yang bermanfaat untuk perencanaan bahasa jika penelitian tentang pemelorehan bahasa pertama (child language acquistion) ditingkatkan. Teori yang terbaru yaitu, conectonism, sangat berkaitan erat dengan komputasi bahasa (language computing) yaitu pembuatan program komputer yang coba meniru kerja otak dalam memproses bahasa. 2. Proses Kognitif dan Otak Menurut Setiawati dan Kushartanti (2005 : 15) Proses kognitif adalah proses untuk memperoleh pengetahuan di dalam kehidupan yang diperoleh melalui pengalaman. yang berkenaan dengan pengalaman disini adalah pengalaman indrawi. Proses kognitif melibatkan berbagai indra kita, yaitu penglihatan, penciuman, perabaan, pengucapan dan pendengaran, di samping kesadaran dan perasaan. Hasil proses kognitif adalah kognisi. Di dalam proses kognitif, berbagai perasaan seperti senang atau sedih dapat diekspresikan dengan kata-kata. Berbagai ilmu pengetahuan selalu disampaikan melalui katakata. Jadi, berkata-kata atau berbahasa adalah bagian dari proses kognitif yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Secara garis besar , sistem otak manusia dapat dibagi menjadi tiga, yakni (1) otak besar (sereberum) (2) otak kecil (serebelum) (3) batang otak. Bagian otak yang paling penting dalam kegiatan berbahasa adalah otak besar. Bagian pada otak besar yang terlibat langsung pemprosesan bahasa adalah korteks serebral. apa yang dinamakan korteks serebral

adalah bagian yang yang tampak seperti gumpalan-gumpalan berwarna putih dan merupakan bagian terbesar dalam sistem otak manusia. Korteks serebral terdiri atas dua bagian, yakin belahan otak kiri atau hemisfer kiri dan belahan otak kanan atau hemisfer kanan. Kedua hemisfer tersebut masing-masing memiliki kekhususan dalam proses kognitif. Hemisfer kanan mengontrol pemprosesan informasi spasial dan visual. Jadi, berkat hemisfer ini kita dapat melihat, memperkirakan atau memahami ruang atau benda secara tiga dimensi. Sementara hemisfer kiri mengontrol kegiatan berbahasa disamping tentu saja proses kognitif yang lain. Jadi proses berbahasa melibatkan kedua belahan otak. Koordinasi diantara keduanya dimungkinkan karena adanya struktur yang menyatukan kedua belah hemisfer itu yakni korpus kalosum. Struktur yang berbentuk mirip tulang rawan ini berperan dalam menyampaikan informasi diantara kedua hemisfer.

Gambar Otak kanan dan otak kiri

Mengapa hemisfer kiri dianggap cukup dominan dalam proses berbahasa? hal itu terjadi bukan tanpa alasan. Pada hemisfer kiri terdapat bagian yang penting yang disebut area Broca dan area Wernicke. Nama Broca dan Wernicke ini berasal dari nama penemu kedua area tersebut. area Broce merupakan pusat yang mengelola penyampaian lisan, sedangkan area Wernicke merupakan pusat pemahaman lisan. Selain kedua area tersebut, masih ada area penting yang lain, yakni area pendengaran primer (area auditori primer) yang berfungsi

menerima informasi auditoris dan area motor primer yang berfungsi mengatur gerakan alatalat tubuh, termasuk di antaranya alat-alat ucap manusia seperti lidah, rahang, atau anak tekak. 3. Memori dan Bahasa Menurut Setiawati dan Kushartanti (2005 : 17) Kemampuan kognitif seorang

manusia ditentukan oleh memori yang tersimpan dalam otak. Istilah memori sering disamakan dengan istilah ingatan. Memori merupakan informasi tentang pengalaman masa lampau yang di simpan dalam otak manusia. Pemprosesan informasi yang diterima melalui indra penglihatan, pendengaran dan indra yang lain ke dalam memori manusia berlangsung melalui tiga tahap, yaitu memori sensorik (sensory memory) atau ingatan dalam jangka waktu yang sangat pendek, memori jangka pendek (short term memory) dan memori jangka panjang (long term memory). Memori sensorik menyimpan informasi untuk kurun waktu; biasanya ini terjadi pada informasi yang dianggap tidak penting sedangkan memori jangka panjang menyimpan informasi untuk jangka waktu yang sangat lama bahkan seumur hidup. Di dalam otak manusia, memori jangka panjang mencakup memori semantis dan memori episodis. Memori semantis berkaitan dengan unsur-unsur makna bahasa dan tidak berkaitan dengan lingkup ruang dan waktu, sedangkan memori episodis mengandung informasi yang berkaitan dengan pengalaman seseorang dalam lingkup ruang dan waktu. a) Bentuk penyimpanan Informasi di dalam Memori Pengetahuan dan pengalaman sebagai sumber informasi disimpan dalam otak sebagai kesatuan mental yang disebut konsep. Konsep terbentuk karena informasi yag diserap indra manusia harus disimpan dan ditata secara ekonomis sehingga beban otak tidak berlebihan. Konsep merupakan dasar memori yang sangat kompleks susunannya dan dapat dibandingkan dengan modul yang masing-masing memiliki fungsi tertentu. Ada dua jenis bentuk penyimpanan konsep yang dikenal. yang pertama merupakan representasi gambar objek, keadaan atau peristiwa. Bentuk penyimpanan konsep yang kedua merupakan proposisi (abstraksi makna yang diwakilinya). Informasi tersimpan lebih baik dalam memori manusia jika informasi diperoleh secara bertahap dan melalui penyebaran yang rata dalam satu kurun waktu. Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk mengingat. cara untuk mengingat disebut mnemonik. ada berbagai bentuk mnemonik antara lain :

Urutan kategorial Gambaran mental yang interaktif Akronim Akrostik Sistem kata kunci

Untuk mengukur daya ingat kita, ada berbagai cara yang dapat dipakai, antara lain adalah mengingat kembali (recall) dan mengenal kembali (recognition). 4. Pemerolehan dan Pemelajaran Bahasa Istilah pemerolehan dipakai dalam proses penguasaan bahasa pertama, yaitu salah satu proses perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak lahir. Istilah Pemelajaran dipakai dalam proses beajar bahasa (umumnya bahasa yang dipelajari secara formal atau bahasa asing) yang dialami oleh seorang anak atau orang dewasa setelah ia menguasai bahasa pertama. (Setiawati dan Kushartanti, 2005 : 24) a) Tahap-tahap dalam Pemelorehan Bahasa Pertama Didalam berbagai penelitian telah terbukti bahwa manusia normal mengalami tahaptahap yang hampir sama dam pemelorehan bahasa pertama. Proses pemelorehan bahasa dimulai sebelum kelahiran, hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa pada umumnya bayi yang baru lahir menunjukan rekasi tertentu ketika mendengar suara ibunya. Pada masa-masa awal kehidupannya, bayi menggunakan tangisan untuk berkomunikasi. Pada perkembangan selanjutnya di usia 6 atau 7 minggu seorang bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan konsonan atau vokal. Perkembangan ini dikenal sebagai proses mencekut (cooing). Sekitar umur 6 bulan, bayi mulai menghasilkan campuran bunyi yang mirip konsonan dengan bunyi yang mirip vokal. Perkembangan ini dikenal sebagai proses mengoceh atau berceloteh (babling). Perkembangan kemampuan berbahasa seorang anak seperti yang telah diuraikan tidak hanya tercermin dari aspek fonologisnya. Perkembangan itu tercermin pula dari aspek sintaksis, yaitu kemampuan menyusun kalimat; dari aspek semantis, yaitu kemampuan untuk memahami atau mengungkapkan makna suatu kata atau kalimat; dari aspek pragmatis, yaitu kemampuan untuk menggunakan bahasa dalam konteks sosial. b) Pemelajaran Bahasa Asing Faktor-faktor yang berperan besar dalam pemelajaran bahasa asing adalah faktor psikologis dan faktor faktor sosial. Faktor psikologis yang dimaksud adalah proses intelektual yang melibatkan pemahaman struktur gramatikal dan aturan-aturannya, ingatan atau memori

yang sangat penting dalam pemelajaran, serta keterampilan motorik yang meliputi penggunaan alat-alat ucap untuk memproduksi bunyi-bunyi dalam bahasa asing. Faktor sosial dalam pemelajaran bahasa mempertimbangkan situasi, termasuk interaksi, khususnya situasi alamiah. Untuk memahami struktur dan aturan-aturan di dalam bahasa asing, ada dua cara yang dapat dipergunakan. ynag pertama adalah meminta seseorang menerangkannya; yang kedua adalah menemukannya dengan cara kita sendiri. Cara yang pertama disebut eksplikasi (explication) sedangkan cara yang kedua disebut induksi (induction). Eksplikasi adalah penjelasan aturan dan struktur bahasa asing dalam bahasa kita sendiri. Proses ini jarang sekali dipakai ketika seorang anak belajar bahasa pertama. Contoh : Nah, Nak, pergunakanlah ber- pada kata lari. Jangan pakai me-, ya. Itu tidak ada di dalam bahasa indonesia. boleh juga kamu memakai me- dan kan. Tapi, arti berlari dan melarikan berbeda, lho! Menurut Setiawati dan Kushartanti (2005 : 26) Induksi adalah cara mempelajari struktur atau aturan bahasa asing dengan mengulang-ulang kata, frasa, atau kalimat dalam situasi yang relevan sehingga diperoleh pemahaman yag tepat. Dengan cara seorang pemelajar bahasa asing akan menganalisis dan menemukan generalisasi atau aturan dalam sturktur bahasa yang dipelajarinya. Faktor sosial dibedakan menjadi dua hal. Yang pertama adalah situasi natural. Yang kedua adalah situasi di dalam kelas bahasa asing. Di dalam proses pembelajaran bahasa dikenal pula istilah Hipotesis Umur Kritis ( Critical Age Hypotesis). Hipotesis ini mempertimbangkan usia sebagai faktor untuk mencapai kemampuan berbahasa. 5. Bilingualitas dan Bilingualisme Menurut Setiawati dan Kushartanti (2005 : 15) di dalam buku Pesona Bahasa Bilingualitas adalah keadaan psikologis seseorang yang mampu menggunakan lebih dari satu bahasa dalam komunikasi sosial. Bilingualisme atau kedwibahasaan adalah suatu suatu konsep yang mencakup konsep bilingualitas dan juga keadaan yang menggambarkan terjadinya kontak bahasa diantara sebuah masyarakat bahasa tertentu dengan masyarakat bahasa lainnya (Hammers dan Blanc 1998). Bilingualitas seseorang dapat diihat dari berbagai dimensi, seperti kemampuan berbicara di dalam kedua bahasa, organisasi kognitifnya atau status kedua bahasa baginya. Jika kemampuan berbahasa pertama dan bahasa keduanya sama, bilingualitas orang tersebut adalah bilingualitas seimbang. Sebaliknya, jika kemampuan bahasa pertamanya lebih

dominan daripada bahasa keduanya, bilingualitas orang tersebut adalah bilingualitas dominan. Seseorang yang belajar bahasa pertama dan kedua dalam waktu yang hampir sama dan konteks yang sama biasayanya mempunyai representatif kognitif yang sama untuk kata tertentu dalam bahasa yang berbeda. Keadaan ini disebut Bilingualitas majemuk (compound bilinguality). keadaan yang sebaliknya adalah bilingualitas sederajat (coordinate

bilinguality). Di dalam keadaan ini, biasanya kata tertentu dalam bahasa yang berbeda mempunyai representatif kognitif yang berbeda. Jika pemelajaran bahasa asing meningkatkan kemampuan kognitif seseorang, terutama pada masa anak-anaknya, orang yang bilingual ini sangat beruntung. Ia dapat menggunakan kedua bahasa tersebut dengan kemampuan yang sama dan memperluas wawasannya karena kedua bahasa tersebut. Keadaan itu disebut bilingualitas tambahan/plus (additive bilinguality). Sebaliknya jika keadaan bilingualitas memperlambat kemampuan kognitifnya, seperti berfikir, berbicara, atau memahami sesuatu, keadaan itu disebut bilingualitas minus (substractive bilinguality). 6. Pemahaman sintak dalam Psikolinguistik Seperti yang kita ketahui sintaksis merupakan studi gramatikal struktur antar kata dan tata bahasa atau gramatika setiap bahasa mencangkup kaidah-kaidah sintaksis yang mencerminkan pengetahuan penutur bahasa atau fakta-fakta tersebut. Kita sekarang tahu begitu banyak kata tentang pengenalan tetapi itu tetap belum jelas, bagaimana untuk memisahkan kata bersama kedalam bentuk keseluruhan. Untuk beberapa tingkat, prosesnya adalah serupa kedalam kata pengenalan, yang orang lihat untuk menguraikan petunjuk, dan kemudian menyusun kembali kemungkinan pesan dari mereka. Didalam linguistik terminologi, pendengar menggunakan strategi pemahaman. Mereka melompat ke kesimpulan dasar dari penguraian petunjuk oleh kesan apa yang mereka harapkan untuk mendengarkan kedalam aliran suara. Seperti contoh, mempertimbangkan kalimat: Laki-laki menendang bola melemparnya. Kebanyakan orang yang mendengar kalimat ini merasa ada yang salah dengan itu, yang disana terdapat sebuah kata yang tertinggal dan itu seharusnya menjadi: Laki-laki yang menendang bola melemparnya. Laki-laki menendang bola, kemudian melemparnya. Bagaimanapun, mereka menyadari itu adalah fakta yang bentuknya baik ketika menampilkan sebuah kalimat yang sama ketika menunjukkan sebuah kalimat serupa.

Laki-laki melempar bola menendangnya. (Laki-laki untuk yang menendang melempar bola itu). Masalah timbul karena ketika menafsirkan kalimat, orang cenderung untuk memaksa sebuah subyek-kata kerja-objek terdapat didalamnya. Ini sulit untuk meniadakan kecenderungan ini, dan situasi dimana pendengar pada permulaan kepastian jalan singkat dalam penafsiran mereka, sebelum menyadarkan mereka punya kesalahan membuatnya, seperti berikut: Siapapun yang memasak menghindari keluar dari tempat pencucian. (Siapapun yang memasak mencoba untuk menjauhi atau menghindari keluar dari tempat pencucian). Di bagian lain, bagaimanapun, orang menafsirkan variasi tergantung pada hal bahasa. Dalam: Perempuan pintar dan laki-laki pergi ke universitas. Orang biasanya berasumsi yang pintar merujuk untuk keduanya untuk perempuan dan lakilaki. Tetapi dalam: Anjing kecil dan kucing tidak membutuhkan banyak latihan. (Kecil adalah biasanya di ambil untuk merujuk hanya untuk anjing). Hubungan antara leksikal, sintaksis, dan keseluruhan isi, oleh karena itu tetap di bawah pembicaraan. Sebuah masalah kelanjutan adalah kerenggangan, situasi di mana sebuah kata membawa ke awal kalimat, dan kiri sebuah kekosongan setelah verb, seperti : Dimana Wombat menaruh sangkar Bill? Mental pendengar menyimpan diamana wombat sampai mereka menemukan tempat didalam kalimat itu menyimpan kedalam (dalam tempat ini, setelah kata kerja menaruh) 7. Gangguan dalam Proses Berbahasa Gangguan dalam proses berbahasa dapat berupa gangguan alat wicara dan gangguan wicara. Gangguan-gangguan ini masih dibedakan atas beberapa bentuk : Gangguan alat wicara berkaitan dengan gangguan pada alat-alat ucap. Penderita gangguan ini masih bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Jika yang terkena gangguan adalah bagian paru-paru , nada bicaranya sangat monoton, suaranya kecil sekali terputus-putus. Jika yang terkena gangguan adalah bagian pita suara, suaranya serak atau hilang. Jika yang terkena gangguan adalah lidah, pengucapan sejumlah fonem yang melibatkan lidah menjadi tidak sempurna. Jika bibirnya sumbing atau yang terganggu adalah ronggo hidung atau langit-langit (palatum) mulutnya terganggu,suaranya menjadi sengau.

Gangguan wicara berkaitan dengan gangguan otak. Gangguan ini terjadi karena pecahnya pembulu darah, tersumbatnya pembuluh darah atau terhambatnya aliran oksigen pada otak. Jika terjadi kerusakan pada hemisfer kiri maka timbulah gangguan wacana yang dinamakan afasia. Penderita afasia masih dibedakan atas penderita afasia broca dan afasia Wernicke. Afasia Broca Penderita mengalami Afasia Wernicke kesukaran Penderita tidak mengalami kesukaran untuk mengalami ujaran. Penderita afasia jenis ini lancar dan sangat cepat berbicara Struktur sintaksis ujaran yang dihasilkan Struktur sintaksis ujaran yang dihasilkan penderita biasanya tidak beraturan penderita sangat baik dan kompleks

menghasilkan ujaran Terdapat banyak jeda dalam ujarannya

Di dalam ujaran hanya terdapat sedikit Di dalam ujaran terdapar kata-kata fungsi (bahkan ada yang tidak ada) kata-kata fungsi dari bentuk-bentuk afiks. seperti di, ke, atau dari atau yang dan juga bentuk afiks Sebagian besar ujaran yang dihasilkan adalah Sebagian besar ujaran nomina umum (seperti bnetuk nomina konkret hal) dan verba terhadap ujaran sangat

Pemahaman terhadapa ujaran orang lain Pemahaman biasanya sangat baik, tetap biasanya terganggu

tanggapannya tidak seperti yang diharapkan dan mempunyai hubungan secara semantis. Misalnya, jika penanya menanyakan sebuah benda yang seharusnya dijawab kursi, si penderita menjawab duduk.

Gangguan dalam proses berbahasa dapat pula ditemukan dalam bentuk yang lain seperti : Disartria, yaitu gangguan berupa lafal yang tidak jelas tetapi ujaran utuh; Agnosia atau Demensia, yaitu gangguan dalam memfokuskan ide; Aleksia, yaitu gangguan kemampuan untuk membaca; dan Agrafia, yaiu gangguan kemampuan menulis

Dua gangguan berbahasa terakhir disebut juga sebagai Disleksia.

BAB IV KESIMPULAN Telah penulis paparkan bahwa keterkaitan antara bahasa dan proses kognitif yang terjadi di dalam benak manusia. Bahasa tidak muncul begitu saja. Di tinjau dari aspek kognitif, bahasa merupakan hasil proses pemahaman. Uraian mengenai aspek-aspek kognitif di dalam bahasa akan membantu kita untuk memahami apa yang terjadi pada manusia etika berbahasa serta memahami gangguan-gangguan yang terjadi di dalam proses berkomunikasi. Untuk memahami hal tersebut kita juga perlu melihat aspek fisiologis. Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial. Psikolinguistik adalah ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya pembicara membentuk dan membangun suatu atau mengerti kalimat tersebut. Hal ini mengacu pada domain kognitif, yakni bagaimana bahasa berproses dalam otak kita. Bahasa yang diwujudkan dalam kalimat dihasilkan oleh pebicara yang kemudian diusahakan untuk dimengerti oleh pendengar.

BAB V PUSTAKA ACUAN Aitchison, Jean. 1995 . Linguistics An Introduction. London : Hodder and Stoughton. Lauder, Allan F dan Multamia RMT Lauder. 2005. Berbagai Kajian Linguistik dalam Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder ( peny. ) Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Setiawati Darmojuwono dan Kushartanti. 2005 . Aspek Kognitif Bahasa dalam Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder ( peny. ) Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai