Anda di halaman 1dari 11

Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis Olahraga (Shodiq Hutomono)

OBSERVASIONAL LEARNING : METODE PSIKOLOGIS YANG DILUPAKAN DALAM PSIKOLOGIS OLAHRAGA.


Oleh : Shodiq Hutomono.

A. Latar Belakang Didalam dunia olahraga, banyak sekali penelitian telah dilakukan oleh para ahli termasuk didalamnya adalah penelitian psikologi olahraga. Mengapa atlet mau berlatih keras, pendekatan apa yang dilakukan pelatih supaya atletnya mau berlatih, faktor-faktor psikis apa saja yang meyebabkan atlet dapat berprestasi optimal, dan masih banyak lagi yang lainnya. Hanya saja masih terdapat kajian secara psikilogis yang jarang disentuh atau mungkin dilupakan oleh para ahli psikologi olahraga yaitu observasional learning. Dengan adanya kenyataan tersebut, yang menguatkan Penny Mc Cullagh dan Maureen R. Weiss (2002:131) untuk menulis mengenai obsevasional learning ini, dengan maksud supaya pendekatan atau teori psikologis olahraga yang mendukungnya dapat lebih dikenal dan masyarakat olahraga tertarik untuk menggunakannya/mempraktikkannya. Olahraga/pendidikan jasmani tidak seperti bidang pendidikan yang lain yang cukup dilakukan dengan belajar teori, yang apabila atlet/siswa ingin menguasai suatu teknik gerakan menjadi terampil, dia harus rajin berlatih/belajar dalam artian gerak-gerak teknik yang sudah dimengerti secara teori harus dipraktikkan. Dan oleh karena adanya suatu syarat untuk menjadi terampil harus mempraktikkan. Gerakan inilah maka kajian tentang observasional learning menjadi lebih bermakna/penting. Mengapa demikian? yang pertama tentu saja karena didalam praktik

pelatihan/pembelajaran gerak olahraga para atlet/siswa terutama kelas pemula memerlukan apa yang namanya contoh model gerakan yang betul ditinjau dari sudut fisiologis, biomekanis dan kinesiologis. Yang kedua

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011

25

Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis Olahraga (Shodiq Hutomono)

tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksanaan gerakan agar supaya menjadi terampil tersebut, dimungkinkan para atlet/siswa akan mengalami cidera. Dalam keadaan cedera inilah atlet/siswa sangat membutuhkan perhatian yang kadang-kadang hal ini diabaikan oleh pelatih/guru olahraganya. Sehingga arti penting dari kajian mengenai observasional learning ini minimal mengingatkan pada para pelatih/guru olahraga, bahwa didalam pembelajaran/pelatihan olahraga mereka harus tetap memperhatikan atlet/siswa mereka yang sedang dirundung cedera. Disini juga akan dibahas studi kasus mengenai para atlet/siswa yang mengalami cedera berikut penanganannya menggunakan metode observasional learning. B. Batasan Istilah Pengertian mengenai observasional learning, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Bandura (1977a, 1977b, 1986, 1997) yang menyebutkan bahwa ada empat proses yang menguasai observasional learning yaitu atensi/perhatian, retensi/ingatan, produksi/hasil dan motivasi. Berikutnya disebutkan peran penting teori self-efficacy dalam metode observasional learning, dimana self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan individu yang dapat membuat perilaku yang sukses dan sangat penting untuk menghasilkan kemauan/hasrat. Self-efficacy ini didapatkan dari empat sumber utama dari informasi yaitu penguasaan pengalaman (mastery experiences), pengalaman yang seolah dialaminya sendiri (vicarious experiences), kepercayaan verbal (verbal persuasion), dan status fidiologis atau efektif (affective or physiological state), dimana keempat dari sumber informasi tersebut berhubungan secara lagsung dengan teknik modeling. Self-modeling dan partisipan modeling adalah bagian dari mastery experiences. Correct atau mastery models dan learning atau coping models

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011

26

Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis Olahraga (Shodiq Hutomono)

untuk teman sebaya adalah bagian dari verbal persuasion dan physiological state. Dari pengertian diatas bahwa self-effcacy dapat berhubungan langsung dengan teknik modeling, memudahkan pemahaman dari bandura bahwa ada empat proses untuk menguasai observasional learning. Misalnya dalam penerapan partisipan models atlet terkenal/favorit, siswa/atlet didalam berlatih/belajar akan penuh perhatian, kemudian dari bekal tersebut siswa/atlet akan dapat mengingat gerakan-gerakan yang dilakukan oleh model, dan diharapkan siswa/atlet akan dapat

memproduksi/menghasilkan gerakan-gerakan yang baik dan benar sesuai dengan gerakan model, yang terakhir dari partisipan models tersebut dapat lebih memotivasi diri atlet/siswa untuk menjadi lebih baik didalam belajar/berlatih.

C. Modifikasi Ketrampilan Fisik dan Respon Psikologis Ada beberapa variable yang utama dalam mendiskusikan observasional learning sebagai metode untuk memodifikasi ketrampilan fisik (performance) dan respon psikologis (self-efficacy) yaitu model, self-observation, dan imagery. 1. Tipe Model Tingkat ketrampilan model adalah salah satu faktor yang paling penting untuk mempertimbangkan kapan intervensi modeling dirancang. Kecenderungan yang utama adalah memilih model yang dapat menjalankan tingkah laku dengan sempurna (misalnya, correct model). Berikutnya ada metode alternative yaitu yang mengekspos observer sebagai model yang mencoba belajar ketrampilan dan dia tidak mempunyai performa yang patut dicontoh (misalnya learning model). MccCullagh dan Caird (1990) telah melakukan penelitian tentang hal ini, dan terbukti bahwa learning model lebih efektif daripada sekedar anak SMU melihat gerakan yang betul yang diperagakan oleh model. Hebert dan Landin (1994) memperluas studi tersebut dengan ketrampilan olahraga yang kompleks (forehand tenis). Partisipan menerima feedback tentang penampilannya sendiri, melihat

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011

27

Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis Olahraga (Shodiq Hutomono)

learning model, dan mendengar feedback instruktur kepada model, menerima kombinasi dari kedua perlakuan tersebut, atau menerima dengan tidak melakukan demonstrasi. Ternyata kombinasi dari kedua perlakuan menghasilkan performa yang terbaik, mengingat partisipan learning model menghasilkan performa yang mirip yang dapat meningkat karena penerimaan feedback akibat dari hasil pelaksanaan ketrampilannya sendiri. Mengapa learning model sangat efektif? Lee, Swinnen, dan Serrien (1994) menyarankan bahwa para observer mempunyai usaha kognitif yang lebih ketika mereka melihat learning model yang sedang menerima feedback daripada ketika mereka melihat correct model. Mereka harus berkonsentrasi dalam proses informasi error sebagaimana mereka melihat seseorang yang sedang belajar dan menerima feedback. Lebih jauh McCullagh dan Weiss (2001), mengatakan bahwa self-efficacy yang lebih tinggi mungkin terlibat ketika para pelajar melihat usaha keras lain yang mirip dan menguasai ketrampilan selama mereka mempunyai pengalaman yang lebih sulit. 2. Self-Observasi Ketika kita berpikir menggunakan demonstrasi untuk memodifikasi perilaku, kita biasanya berpikir dari melihat perlakuan yang lain. Dowrick (1999), menghubungkan riset yang sesungguhnya pada teknik model self-observasi dan mempunyai gambaran tiga tipe dari self-observasi yaitu videotape feedback. Selfmodelling, dan feedforward. Videotape feedback menerima individu menjalankan ketrampilan dan perilaku yang dimainkan kembali pada monitor video. Pelatih dan konsultan psikologi olahraga mungkin melihat tape itu dengan pelaku membuat komentar korektif. Self-modelling didefinisikan oleh Dowrick sebagai prosedur intervensi menggunakan observasi yang mengajak dirinya sendiri dalam perilaku adaptif. Tipe dari self-observasi ini biasanya membutuhkan videotape asli yang diedit atau berupa gambar. Feedforward memperlihatkan individu dalam berperilaku diluar apa yang dapat mereka capai secara aktual. Teknik ini mungkin memperlihatkan ketrampilan baru yang berada diluar hal yang akan disajikan oleh observer dan dapat digunakan untuk menanamkan informasi teknik atau meningkatkan motivasi.

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011

28

Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis Olahraga (Shodiq Hutomono)

3.

Imagery dan Modelling sebagai Vicarious Experience Imagery secara luas digunakan oleh pelatih, atlet, dan konsultan psikologi

olahraga selama memperbaiki ketrampilan fisik, mengubah respon emosional, dan mempertinggi self-efficacy. Perbedaan yang utama antara modeling dan imagery adalah jenis dari penggunaan stimulus. Dalam studi modeling, stimuli eksternal seperti demonstrasi langsung atau videotape diperlihatkan secara khusus kepada observer. Dengan intervensi imagery, bukan stimulus eksternal yang disediakan. Malahan, pelaku menciptakan gambaran internal yang berdasar pada pengalaman sebelumnya.

D. Isu-isu Perkembangan Karena teori social-kognitif Bandura (1977, 1986) berkaitan dengan peranan esensial dari proses atensi, retensi, produksi, dan motivasi, tingkat perkembangan observer adalah faktor krusial untuk dipertimbangkan ketika merancang intervensi model. Riset pada performa gerak menunjukkan bahwa anak-anak tidak tumbuh secara penuh dalam perhatian, kecepatan proses visual, dan proses control (misalnya labeling, rehearsal, dan organisasi) sampai kira-kira umur 12 tahun (Galagher, French, Thomas & Thomas, 1996). Dasar pengetahuan diasosiasikan dengan kemampuan menggunakan strategi belajar self-regulasi (misalnya mengorganisasikan informasi, self-efficacy), perilaku (misalnya selfreinforcement), dan emosi (misalnya merasa bangga dalam pekerjaan) menuju meningkatnya suatu tujuan.

E. Model Anak-anak dari Ketrampilan Gerak Riset pada model anak-anak untuk ketrampilan gerak menunjukkan perkembangan fisik dan kognitif yang berbeda secara konsisten. Weise-Bjornstal dan Weiss (1992), menggunakan analisis biomekanik untuk mengukur perbedaan model-anak, menemukan bahwa penghargaan anak, mengingat, dan pelaksanaan fisik dari lemparan bola softball yang baru meningkat dengan pemasangan yang diundang untuk model dan tongkat yang tersedia.

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011

29

Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis Olahraga (Shodiq Hutomono)

F. Efek Psikologis dari Modelling Meskipun peranan model dalam ketrampilan gerak anak masih sekedar dilafalkan, namun efek motivasional dai intervensi modeling telah dipelajari dalam domain fisik. Proses psikologis seperti self-efficacy, kecemasan, dan rasa takut berpengaruh terhadap perilaku. Berdasarkan penelitian Schunk dan kawankawan (Schunk, 1987; Schunk & Hanson, 1985, 1989; Schunk, Hanson $ Cox, 1987) telah memperlihatkan secara konsisten bahwa peer-model mempertinggi self-efficacy, hasrat untuk belajar, dan performa dalam domain akademik. Mekanisme yang utama dari model mempengaruhi respon psikologis dan motivasi perilaku dengan melalui karakteristik model.

G. Peer Model Schunk (1987, 1989, 1998) berpendapat bahwa peer model menyampaikan informasi dan motivasi kepada obsever untuk strategi belajar, ketrampilan peraturan sendiri, hasil yang diharapkan, dan self-efficacy. Proses psikologis disini diterjemahkan untuk memotivasi perilaku dan untuk meningkatkan performa. Untuk anak-anak, keuntungan peer model dari model orang dewasa adalah kemampuan untuk mengidentifikasi yang lebih baik dengan ketrampilan dan strategi belajar selama peer model focus pada strategi praktis yang dibawah standar untuk anak-anak pelajar. Yang utama dari peer model mungkin untuk membantu pada saat observer ragu-ragu terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas, tidak familiar terhadap ketrampilannya, atau mempunyai pengalaman yang sulit atau rasa cemas sebelum performa dicoba. Baru-baru ini, perhatian telah diarahkan kepada teknik peer-assisted learning (lihat Topping & Ehly, 1998). Peer-assisted learning didefinisikan sebagai hasil dari perngetahuan, ketrampilan, perhatian, dan perilaku social melalui bantuan aktif dan pertolongan diantara status yang sederajat. Dengan membantu yang lain belajar, penolong juga belajar dari dirinya sendiri. Metode peer-assisted learning termasuk peer tutoring, counceling, pendidikan, model, dan memantau. Lebih jauh, peer model adalah sekurang-kurangnya tempat investigasi dalam berbagai domain pendidikan, termasuk olahraga. Berdasar pada

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011

30

Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis Olahraga (Shodiq Hutomono)

kepercayaan yang kuat pada bidang akademis dan media, peer model dapat diadvokasi sebagai metode yang viable untuk memodifikasi ketrampilan gerak anak dan respon psikologis.

H. Aplikasi pada Cedera Olahraga Hasil psikologis yang mengiringi cedera olahraga telah didokumentasi secara baik dalam litelatur psikologi olahraga (lihat Brewer, 1998). Banyak konsultan dan peneliti psikologi olahraga tertarik dalam intervensi yang dapat memudahkan rehabilitasi fisik dan psikologis. Artikel terapan menyarankan bahwa model dalam bentuk langsung atau model videotape (misal atlet yang mengalami cedera yang sama atau pembedahan sebagai target atlet) mungkin akan menjadi teknik yang efektif dalam proses rehabilitasi (Flint, 1999; Weiss & Troxel, 1986). Dalam studi database, Gould, Udry, Bridges, dan Beck (1997) mendapatkan strategi yang digunakan oleh atlet ski elit yang cedera dan menemukan bahwa 10% dari respon dihubungkan untuk mencari dan menggunakan sumber social. Satu dari strategi kunci yang digunakan oleh atlet lain yang cedera sebagai model untuk mempertinggi motivasi. Flint (1999) menyarankan bahwa model mungkin dapat sebagai intervensi yang efektif dalam rehabilitasi untuk dua alasan utama. Pertama, video adalah alat yang dapat dipakai pada kesempatan yang dapat diulang dan dengan jumlah individu untuk memperlengkapi informasi tentang atlet yang cedera. Kedua, dengan melihat rehabilitasi lain yang serupa dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan self-efficacy. 1. Studi Kasus dan Kemungkinan Intervensi 1. Makaila Makaila adalah atlet panahan yang telah berlatih selama empat tahun, yag mengalami penurunan prestasi yang sangatt drastis (bidikan merosot, performa menurun), sehingga dia ragu-ragu untuk tampil pada kompetisi yang akan datang. Setelah mendiskusikan situasi, baik dengan pelatih maupun atlet, konsultan psikologi olahraga mengembangkan beberapa self-modelling

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011

31

Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis Olahraga (Shodiq Hutomono)

video yang akan digunakan untuk memecahkan kemerosotan prestasi Makaila, dan untuk membantunya mengatasi perhatiannya tentang kompetitornya. Pertama, dirasa pentig untuk mengembangan perpustakaan video, baik dari Makaila maupun dari kompetitornya (diambil pada saat pertemuan local ketika mereka tidak pada kompetisi yang sama). Kedua, Makaila dan pelatihnya diperlihatkan videonya, dan terutama mengarah pada bidikan yang terbaik sehingga mendapatkan skor yang tinggu (karena pemisahan antara pemanah dan target adalah mungkin untuk mengubah hasil pada video). Makaila menjadi terbiasa melihat dirinya sukses membidik, dan video juga memperlihatkan bidikan yang jelek dari kompetitornya. Menirukan kompetisi juga mempunyai kontribusi untuk menuju sukses pada intervensi model.

2. Harrison Pada saat berumur 10 tahun, Harrison menyayangi renang dan aktivitas air lainnya. Dia mahir dalam berbagai gaya berenang dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi diantara teman sebayanya. Hingga pada suatu hari, pada saat dia sedang santai berenang, temannya dari kelompok yang lain tanpa sepengetahuannya mencekiknya, dan membenamkan kepalanya dibawah air. Tidak mengetahui apa yang terjadi padanya, Harrison mulai panik, dia memukul-mukul dibawah air, dan dia tercekam oleh kecemasan yang sangat menyedihkan. Meskipun instruktur menolong Harrison dalam waktu yang cukup, namun peristiwa tersebut benar-benar traumatic, sehingga membuat Harrison marah, dia memanjat tangga kolam, mengambil handuk dan berjalan pulang. Setelah itu dia pergi meninggalkan kolan dan tak pernah kembali lagi. Suatu hari, guru Harrison memperkenalkannya dengan Peter, seorang yang lebih tua darinya dan berasal dari kelas yang lain. Guru tersebut menjelaskan bahwa pada awalnya Peter tidak suka berenang, karena dia pernah melihat ada anak-anak jatuh dalam danau dekat

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011

32

Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis Olahraga (Shodiq Hutomono)

rumahnya dan dia menjadi takut karenanya. Tetapi hal itu sudah terlewati, karena sekarang Peter sangat menyukai renang yang diperolehnya dari teman sebayanya yang bisa menghilangkan ketakutannya melalui instruksi satu per satu dan menggunakan bantuan alat floatation. Peter sangat antusias untuk menunjukkan kepada Harrison beberapa ketrampilannya dengan cara yang lucu (dengan pelampung, meniup gelembung) yang didapat dari teman sebayanya sewaktu dia masih takut dengan air, misalnya untuk mengurangi kecemasan sendiri dalam air, dia membuat pertanyaan verbal seperti Saya mengingatkan diri saya sendiri, bahwa saya didalam air yang dangkal, Air terasa enak dan menyenangkan ketika kamu mendapatkan ketrampilan. Harrison dipindah dengan kelas berenangnya Peter, dimana Peter melayaninya sebagai peer coping model, dan guru mengajarkannya ketrampilan dengan cara pengembangan yang tepat. Akhirnya Harrison kembali dalam kelasnya dan secara perlahan-lahan dia membenamkan dirinya kedalam kelompoknya.

3. Felicia Felicia direkrut oleh program bola basket perguruan tinggi. Dia dapat dengan serius menunggu tes ketrampilannya pada kompetisi tingkat tinggi. Pada sesi pertama dia mendapatkan sukses. Pada akhir pertandingan dia memberikan sumbangan kemenangan yang dapat mendorong timnya pada turnamen NCAA. Pada suatu pertandingan, ketika dia melakukan lay-up dan melakukan tembakan, dia merasakan kesakitan pada kakinya akibat landing yang janggal. Setelah mendapatkan pertolongan, dia akhirnya mengerti bahwa terjadi robek pada ligament anterior yang penting pada kakinya. Selanjutnya dia harus menjalani operasi, dan akhirnya membenamkan diri pada program rehabilitasi fisik yang diasuh oleh dokter dan pelatih fisik. Dia kelihatan putus asa dan meninggalkan bagian dari tim dengan rasa pesimis.

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011

33

Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis Olahraga (Shodiq Hutomono)

Pelatih fisik dan konsultan psikologi olahraga, memperkenalkan Felicia pada Yolanda, seorang anggota tim sepakbola yang telah kembali setelah musim pertandingan selesai untuk operasi ligament anterior dan rehabilitasi. Yolanda member tekanan kepada Felicia dan secara aktif memotivasi kemunduran emosionalnya serta memberikan informasi mengenai petunjuk latihan fisik. Peranan Yolanda sebagai peer coping model member kesempatan kepada Felicia untuk kembali bergairah untuk latihan, dan bahkan dia terlihat pada kelompok sosial untuk membantu atlet lain yang sedang mengalami cedera.

J. Kesimpulan Dari paparan diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Intervensi model adalah metode yang sangat efektif untuk memodifikasi ketrampilan, respon psikologis, dan perilaku dalam konteks aktivitas fisik. 2. Teori, riset, dan penerapan memberikan alasan yang meyakinkan untuk membebaskan model dari label metode psikologis yang dilupakan dalam psikologi olahraga. 3. Learning model, teknik self-observasi, covert model (imagery), peer model, dan coping model hanya sebagian kecil dari banyak intervensi yang tersedia yang dapat digunakan baik anak-anak maupun ornag dewasa dlaam latihan, kompetisi, dan situasi rehabilitasi.

BIODATA PENULIS : Nama : Shodiq Hutomono.

Tempat dan Tgl lahir : Yogyakarta, 20 Mei 1964. Pendidikan : S1 Jurusan Pendidikan Kepelatihan di FPOK-IKIP Yogyakarta. S2 Jurusan Ilmu Kesehatan Olahraga di UNAIR Surabaya.

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011

34

Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis Olahraga (Shodiq Hutomono)

Saat ini sedang menempuh S3 di UNESA Surabaya. Pengalaman Kerja: Dosen POK-FKIP Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. - PD I FKIP Universitas Tunas Pembangunan Surakarta tahun 1999-2002 - Dekan FKIP Universitas Tunas Pembangunan Surakarta tahun 2002-2005

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011

35

Anda mungkin juga menyukai