Anda di halaman 1dari 12

Cerpen

JAULA
Oleh : Istin Nana Robiah

Langit bertatah bintang bertaburan yang indah dan menawan. Milyaran jumlahnya menyilaukan dan seakan-akan menyihir dan membangunkan sebuah bongkahan kealpaan setiap mata yang memandang. Malam anugerah Tuhan memikat jiwa sebagai wujud kebesaran-Nya di jagat raya ini. Suasana malam begitu menghangatkan. Bulan pun bertengger di antara bintang-bintang itu yang begitu anggun mengisi ruang hampa membawa kedamaian di dalam hati. Tak bisa terhentikan kekaguman akan ayat-ayat Kauni Sang Ilahi. Terdengar bisikan ayat-ayat angin yang menyapa lamunan seorang gadis berparas cantik, hidung mancung, mata melong, kulit putih langsat dan wajah yang oval. Siapa yang tak senang memandang wajahnya yang begitu anggun nan memesona? Dia biasa dipanggil Jaula, nama panjangnya Baiq Jaulanis Tivinnani. Dia adalah anak semata wayang dari Baiq Latika dan Lalu Malik yang terkenal kaya raya di tempat tinggalnya dan merupakan keturunan menak. Mereka hidup sangat berkecukupan. Sawah dan ladang yang dimiliki begitu luas, rumahnya besar dan mewah, dihiasi taman bunga yang turut memperindah rumah Jaula yang nampak asri seperti istana bidadari. Kolam mandi, kolam ikan, tempat bermain, mobil mewah dan fasilitas-fasilitas lainnya semua tersedia. Mamiqnya memiliki perusahaan mega proyek yang dirintis berkat kerja keras dan ketekunannya selama bertahun-tahun. Jaula terbelenggu dalam lamunannya yang membuat butiran-butiran bening seketika itu membasahi pipi manisnya. Lamunan yang mengusik jiwanya. Lamunan yang membuatnya terasa hampa. Hampa dalam memaknai kehidupan nyata. Kosong terdedah dan berdarah. Hampa tanpa pijakan seperti air sungai yang terus mengalir tiada henti yang selalu pasrah kemana pun arah arus angin yang menemani. Kedua bola matanya kembali mengamati lekat langit yang memesona namun tak membuat hatinya terhibur dan tertawan. Lamunan lepas terbang mengembara. Dalam pengembaraan itu tiba-tiba lamunannya tersentak oleh sebuah bongkahan rasa yang pekat mengundang kegalauan. Laki-laki

bajingan, batinnya.

Laki-laki yang pernah hadir membawa bencana dalam

hidupnya. Dialah laki-laki itu. Laki-laki yang membuat dirinya merasa begitu kotor sampai umur tujuh belasan tahun saat ini. Dia merasa jijik dengan dirinya sendiri. Dia pun merasa marah, berontak atas kelemahannya saat itu Butiran-butiran bening itu kembali menetes di pipi manisnya. Sesaat kemudian mengalir deras dan terdengar isak tangis yang mengharukan. Malam menjadi redup. Matanya yang indah menjadi membengkak. Tubuhnya yang selalu bergairah, kini terkujur lemas tak berdaya. Masih terngiang di telinga Jaula, suara yang membisik. Dia tidak bisa melupakan seorang laki-laki bajingan yang telah berani menodainya pada masa kecil dulu ketika dia masih berumur sembilan tahun. Laki-laki itu ketika itu berumur sembilan belas tahun yang hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SMP. Laki-laki itu Anak dari pembantu yang bekerja di rumah Jaula bernama ibu Milsa dan sekaligus sebagai sopir pribadi mamiqnya. Laki-laki yang sangat menjijikkan. Laki-laki pecundang yang telah merampas mahkota kewanitaannya. Dia telah mengkhianati kedua orang tua Jaula yang menaruh kepercayaan penuh kepadanya. Laki-laki pengecut!, sambil memukul jendela kamarnya yang terbuka lebar menatapi indahnya malam yang berubah menjadi kelam kelabu. Dia tidak akan pernah bisa memaafkan laki-laki yang berani menghancurkan

kebahagiaannya itu. Peristiwa itu pun masih membekas dan bercangkang dalam rasa. Laki-laki itu menjilat tubuhnya yang tak dapat dia lawan. Dia belum tahu apa yang akan dilakukan. Apalagi tubuhnya diikat di atas ranjang. Dia tidak bisa melupakan laki-laki yang bernama Abrizal itu memeluk dengan begitu rakusnya dan melampiaskan nafsu birahinya seperti harimau yang menerkam mangsanya. Matanya sembab dan sendu. Jaula hanya bisa berteriak dan menangis. Tubuhnya nyaris meronta kesakitan. Namun tak satu pun orang mendengar teriakan kencangnya karena orangtuanya pergi ke luar kota sedang ibu Milsa sedang pergi ke pasar. Saat itulah kesempatan emas bagi Abrizal. Laki-laki

terlaknat bagi Jaula. Laki-laki itu kabur setelah puas menodainya dan melepaskan ikatan tali di ranjangnya. Jaula tidak tahu dia pergi kemana. Ibunya sendiri pun

tidak tahu dia berada di mana. Sembilan tahun tahun lamanya

Abrizal bak

ditelan bumi. Tenggelam dalam bingkai pandangan Jaula. Lagipula dia tidak akan sudi melirik laki-laki itu kembali jika berada di hadapannya. Jaula mencoba bangkit dari lamunan masa lalunya yang terpuruk. Dia segera menutup jendela kamar yang terbuka lebar dan beranjak menuju luar kamar tidur. Dia melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu yang dingin. Untuk menenangkan pikirannya, dia mendirikan shalat malam dengan bersujud, bersimpuh mengadu kepada-Nya. Tik tik tik!, detik jam terus berputar sambil menendangkan lagu yang harmoni menghipnotis sepasang mata. Dewa waktu terus melaju tanpa dapat kembali walau hanya sedetik saja. Sepuluh menit telah berlalu, mengapa kedua bola matanya masih saja terbuka. Jemari tangan kirinya berulangkali menutup mulutnya yang menguap, kekurangan oksigen. Dia mencoba menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Dia lakukan berulang kali sambil menenangkan pikiran. Silaq bangun Dende! Sudah jam lima. Nak Jaula kan belum sholat Subuh? Nggih Bik, tiang matur tampiasih, sudah diperingatkan, umi dan abah sudah bangun Bik? Nggih sampun, tadi bibi bangunkan. Jaula langsung meraih handuk dan segera ke kamar mandi. Hari ini jadwal piket menyapu di kelasnya. Program XII Bahasa yang siswanya terkenal paling ribut namun berprestasi. Jaula merupakan siswa yang pandai, sering meraih juara umum dan meraih juara lomba bidang bahasa Inggris. Ia menggeluti bidang itu sehingga tidak heran berapa banyak piala yang dia raih dan persembahkan ke sekolah seperti juara lomba pidato, debat bahasa Inggris, pembaca puisi, dan menulis cerpen tingkat kabupaten, tingkat provinsi bahkan tingkat nasional.

Tidak heran pula jika semua warga sekolah mengukir namanya. Da juga aktif dikepengurusan osis dan Remus. Anak-anak sekolah kita mendapatkan seorang guru baru yakni guru bahasa Inggris yang akan menggantikan ibu mengajar.

Siapa Bu.?, teriak semua siswa kepada ibu Tika tidak sabaran. Namanya Pak Izal. Nanti kalian pun akan tahu sendiri siapa beliau. Sebab ibu kena mutasi tahun ini dan ibu pun harus melaksanakan tugas baru di tempat lain. Semua siswa mendengar penuturan ibu Tika begitu berat untuk menerima hal itu karena bagi mereka guru yang paling menyenangkan, tahu perasaan dan nyambung dengan siswa adalah ibu Tika. Sayang beliau tidak akan mengajar lagi di sekolah Jaula. Perpisahan yang mengharukan dengan ibu Tika. Ada yang menangis dan ada juga yang sampai marah-marah sambil memukul meja seolah-olah mereka tidak dapat menerima hal itu. Mereka membayangkan apakah guru barunya nanti akan sama dengan cara mengajar ibu Tika yang menyenangkan. Kekecewaan itu memang ada dalam hati mereka. Di saat mereka nyambung dengan gurunya di saat itulah ujian menghampiri mereka. Mereka harus terima keputusan itu meski hati memberontak. Memberontak bagi mereka adalah sebuah kewajaran yang lumrah. Bu Tika juga memendam rasa berat hati karena baginya siswa di sini sudah menjadi bagian hidupnya. Yang selalu membuatnya ceria jika sudah sampai di sekolah meski ribuan masalah pribadi dan keluarga dalam kepala tertumpuk dan menggumpal mengkristal. Namanya Pak Izal, kata-kata Bu Tika masih terekam di memori Jaula. Jaula nampaknya penasaran dengan guru yang dimaksud oleh Ibu Tika itu. Tak lama kemudian dia beranjak menuju perpustakaan. Dari arah kejauhan terlihat pintu perpustakaan tertutup. dia kembali lagi ke kelasnya. Di tengah perjalanan dia terkesan dengan seseorang yang baru pertama kali dia lihat dengan senyuman mahal namun berwibawa penuh makna. Senyuman yang memikat. Wajah yang menawan hati. Namun terlihat kewibawaannya yang terpancar dari cahaya aura wajahnya. Begitu penilaian Jaula. Jika ia senyum semakin sipit hingga kedua bola matanya tak terlihat lagi. Hari demi hari Jaula lewati dengan hati yang tak menentu. Hari sudah beranjak siang namun udara masih terasa dingin. Terlintas dalam benaknya tentang sosok Pak Izal, guru baru bahasa Inggrisnya. Senyum manis beliau yang menyihir hati, selalu menghantui dan menemani kesehariannya. Dia merasakan kedamaian berada di dekatnya. Baru pertama kali dia merasakan hal itu.

Ada apa dengan ini? Mengapa dia selalu hadir dalam memori otakku?, dia merintih dan terus bertanya dalam hatinya. Lima belas menit telah berlalu. Hatinya benar-benar dibuatnya gelisah. Kedua bola matanya terasa ada beban yang menggantung, tetapi pikirannya melayang-layang tak karuan. Malam ini terasa begitu sulit untuk sekedar istirahat sebentar. Dia teringat ketika dia berpapasan pertama kalinya. Ketika itu dia merasa jengkel karena perpustakaan tutup sehingga tidak dapat mengembalikan buku tepat waktu. Di samping itu, dia harus mengikhlaskan uang untuk denda karena terlambat mengembalikan buku yang dipinjam. Namun hatinya yang jengkel seketika itu berubah menjadi damai, seolah amarahnya berubah menjadi suasana ramah, mengubah kekecewaan menjadi ketenangan. Malam semakin mengusik, kencangnya hembusan angin yang menyela di sela-sela lengan bajunya. Suara gemersik hewan-hewan malam di luar sana jelas terdengar dengan telinganya. Malam yang lekat, ribuan bintang berkejaran seolaholah berlomba-lomba untuk memberikan cahaya yang paling terang, menerangi malam yang gelap. Malam ini dingin sekali. dia kembali goreskan pena di diary manisnya. Yang selalu setia menghibur hati Jaula. Mencurahkan segala perasaan dan hati yang tak menentu yang sama sekali dia tak tahu maknanya. Dia juga heran bercampur marah. Mengapa dia terkesan dalam pandangan pertamanya tanpa disengaja? Setelah beberapa minggu Pak Izal sudah akrab dengan siswa di sekolah Jaula termasuk teman-temannya. Ternyata beliau lebih jauh menyenangkan dibadingkan dengan ibu Tika ketika belajar. Beliau sangat memahami kondisi siswa di sekolah itu. Beliau pandai sekali beradaftasi. Teman-teman Jaula merasakan kedamaian itu lagi. Pelajaran bahasa Inggris kembali menjadi pelajaran yang menggairahkan dan menyenangkan bagi mereka. Sesekali beliau mengajar di luar agar belajar bahasa Inggris tidak membosankan dan membuat jenuh siswa. Tak kalah juga, Pak Izal mengadakan study tour ke pantai Senggingi, Gili Terawangan, dan pantai Selong Belanak. Niat baik beliau agar siswa bisa langsung berkomunikasi dengan orang-orang bule. Itulah yang membuat jaring-jaring keakraban antara siswa dengan beliau.

Sepulang sekolah Jaula meraih HP-nya. dia menemukan SMS seseorang yang tidak dikenalnya. Assalamualaikum. Seketika itu pun Jaula gemetaran, tangannya dingin, entah ketakutan itu datang darimana. Ketakutan yang menghantui membuatnya tak mampu berkatakata. Dia duduk di kursi dekat meja belajarnya. Bukan waktu itu saja dia menerima sms seperti itu. Namun, entah mengapa pesan itu begitu menyentuh hatinya, terasa kontak batin ada dengan sang pengirim. Seolah-olah petir menyambarnya sehingga dia ragu-ragu menjawab salam dari sang pengirim. Mengaduk air gula didekatnya dengan menggerakkan sendok di tengahtengah gelas tersebut agar suaranya tidak terdengar keras dan air gula itu tidak tumpah. Begitulah umi Jaula mengajarkan buah hatinya. Meski hal itu merupakan hal yang dianggap sepele namun ilmu mengaduk air tersebut begitu bermakna dan sarat polosifis. Sambil mengaduk tangannya mulai membalas SMS sang pengirim misterius. Waalaikumussalam. Waktu terasa lama baginya menunggu balasan dari sang pengirim yang membuat hatinya ketakutan dan gemetaran luar biasa bak bumi terasa diguncang. Saya pak Izal, guru baru bahasa Inggrismu, kamu tahu kan? Seketika itu pun dia semakin menyadari bahwa kontak batin itu memang ada terhadapnya. Anggapannya benar. dia langsung membalas pesan pak Izal. Yes I know my teacher! Bahkan mata hati dan rasa Jaula ikut nyeletuk I will always love you till the end. Komunikasi lewat pesan singkat telah berakhir. Mereka sering bertemu di sekolah. Bicara seperlunya layaknya seorang guru dengan siswanya. Namun, tidak dapat dipungkiri lagi sepertinya sikap pak Izal terhadap Jaula berbeda dengan siswa yang lain sehingga membuat teman sebangku Jaula curiga terhadap pak Izal. Mendekati pembagian rapor Jaula semakin menaruh rasa terhadap pak gurunya itu. Sehari sebelum hari pembagian rapor dia dipanggil oleh guru

kimianya ibu Sriwahyuni. Beliau menginterogasi Jaula sehingga membuatnya meneteskan butiran-butiran bening yang terus mengalir deras di pipi manisnya.

Perkataan yang menyayat hatinya. Perkataan yang membuatnya terasa tercakar. Dia menjerit, batinnya ikut menangis. Dia dituduh memiliki hubungan spesial dengan Pak Izal karena kedekatannya akhir-akhir ini. She was very angry with me. Why Bu Sri?, batin Jaula berkecamuk. Ibu Sri beranggapan nilai Jaula turun karena dia kalah dengan perasaannya sendiri yang kini menginjak masa remaja dan sedang tertimpa virus merah jambu. Jaula terganggu awan mendung yang bergelayut mengitari dan menghadang setiap jengkal langkah dan rasa. Memang ada beban berat terpancar dari sorot bola matanya yang setiap orang akan mengundang sebuah pertanyaan kepadanya. Jika maya menawarkan suka, ingatlah rasa yang tak terungkap. Di sanalah kekasih menanti menyajikan rasa, nama dan makna menuju tangga pijakan yang abadi dalam suka dan duka. Jaula melangkah dengan cepat mempersempit ruang dan waktu. Berlari sekencang mungkin. Dia tidak bisa melukiskan bagaimana kondisi hatinya saat itu. Darimana ibu Sri tahu bahwa Jaula memendam rasa kepada Pak Izal? Walau kebenaran itu ada namun hanyalah dalam rasa. Jaula meniti titian nasib menghadapi mahkamah yang mendera. Semua orang tak tahu bahkan pura-pura tahu termasuk ibu Sri. Jaula memiliki hubungan spesial dengan Pak Izal adalah bongkahan fitnah belaka. Pak Izal sudah berkeluarga dan memiliki satu anak perempuan cantik dan manis. Beliau yang dikenal berwibawa, luwes dan menyenangkan. Matahari seketika itu kembali ke peraduannya. Malam menjadi semakin gelap dan dingin. Jaula kembali bermunajat dan bermunasabah kepada Sang Penguasa jagat raya. Dia tumpahkan segala rasa dalam rukuk dan sujudnya. Dialah zat Yang Maha Mengetahui dan Memahami segala itu. Setujukah Engkau Ya Allah, bahwa rahasia itu tak bisa diceritakan, seperti rasa manis atau pahit tak ada yang bisa menceritakan rasanya. Rasa cinta dan benci, rasa takut dan hormat hanya bisa dirasakan walau mungkin apa yang kucintai dan kurindukan adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Aku pun kadang-kadang cemburu pada kerahasiaan hati, dan telah merangsang nafsuku untuk membukanya. Jaula tetap bersimpuh minta pengertian kepada-Nya dan mereka.

Jaula tak sanggup menahan masalah ini sendiri. Dia terlalu letih dan rapuh menapaki perjalanan panjang tanpa tahu di mana akan berakhir. Dia tak bisa. Ketika selesai pembagian rapor dia mencuba membuka pintu rahasia itu sedikit demi sedikit dengan wali kelasnya yaitu ibu Rohmi. Dia ceritakan semua masalah yang dihadapi, masalah yang hadir dalam mimpinya tadi malam. Hasil rapornya begitu memuaskan namun dia tidak merasakan kebahagiaan dengan semua itu sembari mengeluarkan semburan bening bersama tabir rasa yang rahasia yang selama ini dia pendam seorang diri. Sebagai kondrat kewanitaan yang peka terhadap rasa, ibu Rohmi pun tak sanggup menjamu persoalan pelik itu secara face to face. Keesokan harinya ibu Rohmi memberitahunya lewat facebook karena

beliau tidak tega melihat kondisi Jaula yang mengharu-birukan bahwa memang Pak Izal pun memiliki perasaan yang sama dengan Jaula. Saat itu terasa bagai petir menyambar dengan dahsatnya. Jaula tidak percaya dengan hal itu karena Pak Izal sudah berkeluarga, memiliki keluarga yang lengkap, seorang istri yang solehah dan anak perempuan yang manis dan cantik. Jaula menyadari dan beranggapan bahwa semua itu adalah fitrah manusia. Fitrah yang telah dimiliki oleh masing-masing manusia. Mengapa dia harus kaget dan ingkar terhadap perasaan itu? Namun dia tak menyangka seorang Pak Izal gurunya sendiri yang dikenal penuh wibawa ternyata dapat menaruh hati padanya. Sambil mendengarkan lagu nasyid dan lagu barat Jaula mengingat dan merenungi perlakuan Pak Izal terhadapnya selama ini. Memang ada perbedaan dan kejanggalan pada diri Pak Izal namun di antara mereka tetap bertahan membendung rasa itu dalam bongkahan rahasia masing-masing. Tiba-tiba badan Jaula dingin dan gemetar. Sebongkah rahasia dan harapan itu tertanam dan semakin tumbuh di dalam hati Jaula. Dua minggu libur sekolah tak mampu menghibur kondisi labilnya. Jaula ingin suatu kepastian. Kepastian langsung dari Pak Izal. Hari dilewati dengan begitu berat oleh Jaula hingga semester dua. Semester ini merupakan semester yang memadati aktivitas belajarnya. Dia pun harus berpikir keras dan dewasa untuk menghadapi ujian nasional. Dia harus memposisikan diri bahwa masa depannya begitu penting baginya. Dia selalu

pulang sore hari menggunakan sepeda motornya. Namun orang tuanya membiarkan dan memberikan kesempatan untuk berlatih hidup mandiri. Pagi yang cerah, sinar mentari yang masih menemani langkah Jaula menuju latihan debat bahasa Inggris. Suara kicauan merdu burung-burung di saat embun pagi yang masih menyapa. Jaula harus dihadapkan lagi dengan lomba debat bahasa Inggris. Berarti dia akan berhadapan lagi dengan Pak Izal. Jaula merupakan salah satu siswa kelas XII yang dipercayai untuk terakhir kalinya mengikuti lomba. Oleh karena itu, dia sangat serius mempersembahkan lomba terakhir untuk sekolah tercinta. Dia harus memberikan penampilan maksimal dan terbaik saat lomba nanti tekatnya. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan Pak Izal. Terpancar kerlap-kerlip kedua bola matanya yang indah. Dia bersikap dengan berusaha mendramatisir semuanya. Meski dalam hati memberontak. Dia sangat merindukan sosok wajah beliau. Jaula. Ya Pak, ada apa memanggil saya? Ada yang ingin saya tanyakan nanti berdua denganmu. Baik Pak! Ketika latihan berlangsung Pak Izal mengirimkan sebuah pesan singkat. Kalau kamu tidak bisa secara langsung lewat SMS saja. Jaula membacanya dengan terbata-bata, dia semakin merasakan adanya getaran itu dan yakin bahwa Pak Izal akan menanyakan tentang ibu Rohmi, wali kelasnya. Ya Pak, silakan mau bertanya apa? Apa benar ibu Rohmi pernah bilang sesuatu denganmu tentang Bapak waktu pembagian rapor dulu itu? Benar Pak, maafkan saya. Maafkan Bapak jika kamu merasa terganggu dengan hal itu tapi Bapak tidak pernah bermaksud membuatmu seperti itu. Sebenarnya perasaan itu ada namun tidak berani Bapak ungkapkan karena Bapak pun sudah tahu diri. Maafkan saya juga Pak, tidak apa-apa.

Seketika itu pun langit menjadi mendung dan menjadi muram kembali. Dia pulang dengan perasaan tak karuan, bergemuruh dan berguguran. Di waktu Isya, Jaula kembali bermunajat menghadap Sang Maha Kuasa. Dia melafadzkan surat Ar-Rahman sampai ayat terakhir. Tak terasa butiranbutiran bening mulai menetes membasahi mukena Jaula. Jaula larut dalam keheningan malam. Malam yang sangat menyentuh dalam sejarah hidupnya. Jaula tak sanggup berkata-kata lagi menanggung beban seberat itu. Dia kehabisan kata-kata. Mulutnya terkunci. Bisu. Dia semakin yakin dengan apa yang dikatakan oleh Pak Izal terhadapnya. Berbeda dengan dahulu ketika hal itu diucapkan oleh ibu Rohmi. Dia tidak percaya seratus persen, namun Pak Izal mencoba memberikan energi kekuatan untuk meyakinkan Jaula kemarin. Jaula meraih juara satu debat bahasa inggris (English Debate Club/ EDC) yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Mataram. Seminggu lagi pengumuman ujian nasional. Jaula nampaknya belum mempersiapkan mau kuliah atau berhenti sampai di sini. Kebimbangan turut menemani hari-hari Jaula. Bertebaran dalam mimpi-mimpinya. Pada suatu ketika Pak Izal mengirimkan surat lewat teman sebangku Jaula yaitu Aisyah. Pak Izal berpesan agar surat itu diberikan kepada Jaula saat pengumuman ujian nasional nanti. Mentari menyapa Jaula. Sinarnya menembus setiap lubang bilik kelasnya. Jaula pun lulus dengan mendapatkan nilai tertinggi dan segera akan menanggalkan seragam abunya.

Assalamualaikum Jaula cantik. Teriring doa selalu untukmu. Tersenyumlah saat membuka surat ini ya. How are you to my heart? Tetaplah tersenyum dengan indah. Bapak senang melihatmu tersenyum. Bapak tidak ingin Jaula bersedih. Jaula mengerti kan maksud Bapak? Bapak tahu banyak tentangmu. Kamu juga menaruh rasa kan terhadap bapak? Begitupula dengan Bapak. Bapak mengerti. Jaula. Kuburlah masa lalumu, bangkitlah menjadi seorang wanita yang tegar, pemberani dan perkasa yang rela berkorban untuk menyelamatkan umat
10

seperti tokoh Inggit pada roman Ramadhan K.H.dalam KUANTAR KE GERBANGdan gapai mimpi-mimpi besarmu! Maafkan Bapak Hal ini seharusnya telah lama Bapak ingin katakan padamu, tapi Bapak belum ada keberanian untuk melakukannya. Seseorang yang kau benci seumur hidupmu adalah Bapak sendiri. Bapak khilaf dengan segala kemaksiatan yang Bapak lakukan terhadapmu, Bapak minta maaf. Bapak tidak memaksamu untuk memaafkan Bapak, tapi Bapak mohon kamu memaafkan Bapak. Jaula kau lentera yang menerangi hati Bapak, hidayah itu muncul karenamu. Jaula. Saat ini, ketika kamu membaca surat ini mungkin Bapak sudah tidak lagi berada di bumi ini. Maafkan Bapak, Bapak sengaja berbohong kepadamu dengan mengatakan Bapak pindah ke sekolah lain agar kamu tidak terlalu memikirkan Bapak Padahal Bapak sedang diopname di rumah sakit. Jantung ini akan Bapak cangkokkan untuk istri Bapak karena ia menderita gagal jantung. Maafkan Bapak Jaula. Bapak mungkin adalah orang yang paling mengerikan bagimu, Bapak adalah seorang bajingan yang ganas memangsamu dulu, namun Bapak sadar yang Bapak lakukan itu salah. Lagi sekali Bapak tidak memaksamu untuk memaafkan Bapak. Itu semua tergantung dirimu. Bapak tahu kamu trauma atas apa yang terjadi waktu dulu, itu perbuatan yang sangat mengerikan. Bapak minta maaf padamu. Berjanjilah kepada bapak untuk tetap menjadi gadis yang pintar, kuat dan tegar.! Tersenyumlah sebelum kamu menutup surat ini dan tanamkan keyakinan bahwa hidup ini adalah keseimbangan untuk dihayati sebagai takdir di ujung usaha yang pasrah Jaula. Bahagia dan derita adalah bara kecemburuan datangnya bagai nuansa, tak disadarkan. Dalam dekap bahagia orang sering terbius tuk berpaling. Derita itu Jaula jika hanya dikeluhkan adalah racun berbisa bagi kehidupan. Derita juga Jaula perlu dihayati untuk keseimbangan dunia. Maafkan Bapak! Dari Bapak yang selalu menyayangimu Terdengar isak tangis Jaula. Pandangannya menerawang jauh ke arah langit biru yang berubah menjadi kelam kelabu, surat itu menyentakkan hatinya. Dia merenung dan begitu kecewa. Aliran kekecewaannya menyeretnya kepada

11

sebuah kenyataan pahit. Terbayang kembali peritiwa yang membuatnya trauma itu. Namun tidak dipungkiri perasaannya yang mendalam terhadap Pak Izal mampu menghapus segala kesalahan beliau. Hingga kini dia memendam kerinduan yang mendalam terhadap Pak Izal. Semoga kau tenang di alam sana Pak! Aku menghabis waktu selama sembilan tahun untuk membencimu tapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintaimu. ***

Praya, Di penghujung tahun 2011 Istin Nana Robiah MAN 1 Praya Jln. Pejanggik 05 Telp.(0370)654154 Praya NTB
Glosarium: Menak Tiang Nggih Sampun Tunas tampiasih : Bangsawan : Saya : Ya : Sudah : Terima kasih

12

Anda mungkin juga menyukai