Anda di halaman 1dari 4

ertambangan Timah

Dampak Lingkungan
Istilah TI sebagai kepanjangan dari Tambang Inkonvensional sudah sangat dikenal di kalangan rakyat Kepulauan Bangka Belitung. Ini merupakan sebutan untuk penambangan timah dengan memanfaatkan peralatan mekanis sederhana, yang biasanya bermodalkan antara 10 juta sampai 15 juta rupiah. Untuk skala penambangan yang lebih kecil lagi, biasanya disebut dengan Tambang Rakyat (TR). TI sebenarnya dimodali oleh rakyat dan dikerjakan oleh rakyat juga. Secara legal formal TI sebenarnya adalah kegiatan penambangan yang melanggar hokum karena memang umumnya tidak memiliki izin penambangan. Kegiatan penambangan inkonvensional timah di Pulau Bangka dalam setahun terakhir makin memprihatinkan. Seiring dengan itu pembangunan smelter (pabrik pengolahan menjadi timah balok) juga mengalami peningkatan sangat tajam. Rusaknya smelter menjadi ancaman akan menjadi ancaman besar terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan smelter-smelter baru tersebut kurang mempertimbangkan sisi lingkungan. Kerusakan akiat penambangan illegal dengan sangat mudah ditemuakan, seperti di kawasan Kecamatan Belinyu. 1. Lubang Tambang Sebagian besar pertambangan mineral di Indonesia dilakukan dengan cara terbuka. Ketika seklesai beroperasi, perusahaan meninggalkan lubang-lubang raksasa dibekas areal pertambangannya. Lubang-lubang itu berpotensi menimbulkan dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan kuantitas air tersebut. Air lubang tambang mengandung berbagai logam berat yan dapat merembes ke system air tanah dan dapat mencemari air tanah sekitar lingkungan tersebut. Di Pulau Bangka Belitung banyak dijumpai lubang-lubang bekas galian tambang timah (kolong) yang berisi air bersifat asam dan sangat berbahaya. 2. Air Asam Tambang Air asam tambang mengandung logam-logam berat berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dalam jangka panjang. Ketika air tambang sudah terbentuk maka akan sangat sulit untuk menghentikannya karena sifat alamiah dari reaksi yang terjadi pada batuan. Sebagai contoh, pertambangan timbale pada era kejayaan Romawi masih memproduksi air asam tambang 200 tahun setelahnya. Air asam tambang baru terbentuk bertahun-tahun kemudian sehingga perusahaan pertambangan yang tidak melakukan monitoring jangka panjang bias salah menganggap bahwa batuan limbahnya tidak menimbulkan air asam tambang. Air asam tambang berpotensi air permukaan air tanah. Sekali terkontaminasi terhadap air akan sulit melakukan tindakan penanganannya. 3. Tailing Tailing dihasilkan melalui operasi pertambangan dalam jumlah yang sangat besar. Sekitar 97 % dari bijih yang diolah oleh pabrik pengolahan bijih akan berakhir sebagai tailing. Tailing mengandung logam-logam berat dalam kadar yang cukup mengkhwatirkan, seperti tembaga, timbal atau timah hitam, merkuri, seng, dan arsen. Ketika masuk ke dalam tubuh makhluk hidup logam-logam berat tersebut akan terakumulasi di dalam jaringan tubuh dan dapat menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan. Akibat aktifitas liar ini, banyak program kehutanan dan pertanian tidak berjalan, karena tidak jelasnya alokasi atau penetapan daerah TI. Lahan menjadi tandus,

kolong-kolong (lubang eks tambang) tidak terawatt, tidak adanya upaya reklamasi/rehabilitasi pada lahan eks tambang, terjadi abrasi pantai dan kerusakan cagar alam, yang untuk memulihkannya perlu waktu setidaknya 150 tahun secara suksesi alami.

Permasalahan
Perizinan Dalam menangani kerusakan lingkungan sumber daya alam Peraturan Pemerintah No. 29/1986, Peraturan AMDAL No. 51/1993 mengharuskan perusahaan pertambangan memasukkan aspek pelestarian lingkungan di dalam rencana penambangannya. Hukum pertambangan (pasal 11/1967) mengharuskan perusahaan pertambangan menerapkan ambang batas rehabilitasi di wilayah penambangannya. PT Timah (persero) Tbk setuju untuk mengikuti Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). 1. Tahapan eksploitasi dan eksplorasi Kegiatan eksplorasi Kegiatan yang pertama di lakukan dalam unit usaha pertambangan adalah kegiatan eksplorasi, kegiatan eksplorasi ini adalah kegiatan untuk menemukan lahan tambang/peta lokasi yang mengandung cadangan bijih minyak timah/Tin Ore atau yang dikenal dengan nama kegiatan surveygeologi eksplorasi. Lokasi akan di garap atau dieksploitasi berdasarkan info peta pertambangan yang telah dipersiapkan. Unit usaha ekplorasi terbagi antara lain : Alat Kerja Survey GPS. Seri 76Scxi GPS 78 Scx Kompas Sunto Maping Land Babel Biaya Survey Setelah didapat lahan yang mengandung bijih timah selanjutnya langkah-langkah yang perlu diketahui adalah : Seberapa luas yang akan dieksploitasi Struktur tanah dan jenis alur timahnya berbentuk primer/ sekunder Keadaan lingkungan masyarakat pada tahap matang kegiatan Budget Kesimpulan penjelasan mengenai teknis langkah di atas maka hal ini berkenaan dengan kegiatan selanjutnya yaitu ke tahap eksploitasi. Kegiatan eksploitasi Lahan yang sudah diblok dan dipastikan akan dikerjakan / dieksploitasi menggunakan mesin perlatan tambang yang dikenal dengan istilah mesin TI, mesin TB, mesin TN. Memiliki keunggulan dalam masing-masing medan kerja lokasi, sehingga keuntungan yang diperkirakan sesuai harapan, namun jauh memikirkan langkah kesitu. Maka berikut ini hal-hal penting lainnya yang harus di miliki penambang yaitu status perizinan. Apakah nantinya akan bermitra dengan perusahaan BUMN atau berkerja sama dengan PEMDA supaya mendapat legalitas yang benar atau bekerja sama dengan MMNC KOBATIN BBTS yang mempunyai hak IUP eksplorasi / IUP eksploitasi berdaarkan UU MINERBA 2009 atau PETI (pertambangan tanpa izin)

A. B. 2.

Hal-hal yang menjadi perhatian adalah budget utama dalam eskploitasi ini adalah : 1) Seberapa luas areal yang akan dieksploitasi Hasil kegiatan ekplorasi ditemukanlah lokasi yang memiliki cadangan timah sesuai peta perencanaan eksplorasi yang ada, kemudian melalui titik koordinat lokasi dari GPS diukur lokasi. 2) Struktur tanah dan jenis alur timahnya berbentuk primer / sekunder Banyak kasus dikalangan pebisnis pertambangan pemula tidak mengerti mengenai lahan yang mengandung mineral timah dalam perut bumi ini, namun karena yakin akan bayangan keuntungan besar yang didapat malah menjadi terbalik. Unsur mineral timah dalam lapisannya terbagi menjadi 2 lapisan AL : Lapisan Sekunder/Timah Lapisan Timah Taburan/Primer Timah Kulit/Tertier 3) Keadaan lingkungan masyarakat pada tahap matang kegiatan Lingkungan pertambangan yang merupakan wilayah yang dekat atau jauh dan tidak jauh dari pemukiman penduduk setempat akan mempengaruhi kegiatan pertambangan maka perlu adanya sosialisasi ke masyarakat jika akan memulai awal pekerjaan tersebut hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Contohnya lahan-lahan yang sebelumnya diketahui ditanami masyarakat dengan pertanian maka pasti disekitar tersebut banyak lahan yang di Tanami perkebunan. Hal ini perlu sosialisasi khusus namun tak perlu khawatir karena hal ini biasanya sudah ada aturan yang dapat dipedomi baik pebisnis dan masyarakat mengingat lahan yang akan digarap itu adalah lahan Negara. 4) Budget eksploitasi Biaya untuk unit usaha dalam pekerjaan pertambangan tentu saja tergantung lus lahan dan kedalaman deposit timahnya juga struktur tanah yang sudah di ulas diatas, maka cos produksi biasanya tergantung lahan yang diplot untuk dikerjakan itu baru bias diperhitungkan. Unsur-unsur dalam budget usaha dalam pertambangan itu antara lain : Sewa Alat Berat/PC Perhitungan Jam Kerja PC Biaya Perizinan (TSK atau TN) Pet Bor Sedangkan budget utama kegiatan ekplorasi/eksploitasi dalam lokasi kerja dibutuhkan budget pelaksanaan unit kerja adalah : Usaha kegiatan penambangan unit darat a. Mesin Tambang b. Sakan Pencucian Sakan besar Sakan kecil c. Kamp Pegawai d. Alat-Alat Pertambangan e. Mesin Goyang f. Mesin Loby

Untuk mengembangkan sebuah unit usaha laut alat khusus dalam pengeksploitasian lahan ini termasuk bisnis yang benar-benar menguntungkan namun budget untuk jenis tambang ini cukup lumayan besar karena diketahui lahan laut biasanya kaya sekali deposit timah.

Anda mungkin juga menyukai