Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENGANTAR

A.Latar Belakang

Pola penguasan tanah orang jawa pada umumnya cenderung berada diantara dua kutub yang berbeda yaitu antara pemilikan komunal yang kuat atau hak ulayat dan pemilikan tanah perorangan dengan beberapa hak yang isimewa atau komunal .Sebagai akibat tekanan penduduk yang hebat dan tidak adanya cadangan tanah baru yang dapat dibuka sebagai tanah pertanian ,pola-pola penguasaan perorangan makin bertambah banyak dengan mengorbankan pengawasan pengawasan komunal yang pernah ada. Bentuk-bentuk penyekapan tanah dengan bagi hasil dewasa ini menunujukkan banyak ragam kelenturan .kerangka pemikiran ideologis proses-proses ini telah diberikan oleh partai komunis Indonesia yang terus menerus telah memperoleh tambahan pengikut di pedesaan jawa selama beberapa periode. Secara tradisional jawa merupakan tatanan sosio ekonomi yang tertutup dicirikan oleh pola dan sifat kesetiaan komunal serta hubungan tolong menolong diantara anggota masyarakat yang luas jangkauannya.Hubunagn feudal yang membagi masyarakat dalam dua kelas yaitu kelas produktif dan kelas konsumtif , menjadikan petasni sebagai pemasok barang dan layanan kepada kelas atasan.Masyarakat terbagi lagi ke dalam dua golongan , yaitu priyayi sebagai kelas atasan dan wong cilik sebagai kelas bawahan .Administrasi lokal di pedesaan diwakili oleh perangkat desa yang biasa disebut Lurah, pejabat desa tersebut mendapat gaji berupa tanah yang biasanya lebih besar dari tanah yang dimiliki petani.Sewaktu Indonesia lahir sebagai sebuah Negara Republik Kesatuan setelah PD II berakir , pemerintah sudah langsung mengadapi masalah penguasaan tanah khususnya di Jawa dan Bali ini dapat dikatakan merupakan warisan dari masa penjajahan yang tidak memberikan banyak peluang kerja di luar usaha tani mengekang kemungkinan mencari dan mendapatkan kesempatan kerja yang layak. Masalah penguasaan tanah oleh pemimpin pergerakan nasional kita sejak awal abad XX sudah dikenal dan dihayati sebagai masalah dasar yang mengakibatkan

kemelaratan di kalangan penduduk Jawa .Permasalah tanah yang berkaitan dengan kedudukan ekonomi dan sosial penduduk daerah pedesaan mulai menumpuk sejak abad XIX , dan kebijakan pemerintah Hindia Belanda setelah menjalankan pemerintahan secara lebih langsung setelah VOC bangrut lebih mengekpoitasi sumber daya tanah dengan cara- cara terpimpin.Di satu pihak permintaan terhadap tenaga kerja dari perkebunan meningkat tapi di pihak lain tanah garapan petani semakin menyempit dan kedudukan sosial ekonomi penduduk daerah pedesaan menjadi semakin lemah karena dari petani mereka menjadi buruh di desa . Dalam keadaan ekonomi yang memburuk selama beberapa dasawarsa sebelum 1965, polarisasi dan eksploitasi ekonomi yang meningkat di daerah pedesaan jawa yang mengakibatkan tekanan pada struktur desa tradisional Dan mengurangi kemampuannya untuk berfungsi secara efisien untuk memenuhi kebutuhan penduduk desa .Polarisasi ekonomi dan sosial dari kelompok-kelompok inilah yang membantu PKI ( Partai komunis Indonesia) dan Barisan Tani Indonesia untuk mendapatkan dukungan dan pengakuan hukum atas pandangannya mengenai desa.. Pasca pemilu 1955 , dinamika politik elite dan masa dalam politik agraria , terpusat pada isu land reform , ini menjadi pembicaraan resmi di tahun 1959 , pada peringatan Proklamasi 17 Agustus 1945. Proses penetapan Land Reform sebagai strategi politik agrarian dilatarbelakangi oleh pertikaian antar dua kubu kepentingan perwakilan petani tak bertanah dan perwakilan tuan tanah dan pemilik tanah luas.Dalam politik agraria , akibat pokok dari G.30/S/PKI adalah langkah mundur yang parah bagi pelaksanaan land reform , bukan hanya pada land reform melainkan juga pada seluruh fundamen politik agraria populis orde lama. Pada aspek kehidupan politik rakyat pedesaan tragedi ini menghancurleburkan partisipasi mereka Pelaksanaan program land reform yang sejak awal dikecap oleh musuh-musuhnya sebagai produk PKI , dihentikan total. Sejumlah pemilikan tanah luas ( yang tanahnya terkena sebagai obyek land reform ) mencoba memperoleh kembali milik mereka semula . Partai Komunis Indonesia atau PKI memainkan peran yang sangat pokok dalam pergolakan Agraria . Perkembangan PKI pasca pemberontakan madiun 1948 mengalami perubahan ketika dipimpin oleh Aidit .dalam tahun 1951-1965, PKI memainkan peran yang sangat pokok dalam dinamika gerakan petani., baik berupa propaganda ataupun

aksi-aksi . Sejumlah anggota PKI mendirikan RTI (Rukun Tani Indonesia ).Praktis ,secara defacto , RTI berada dalam control PKI . Sebagai pimpinan PKI , Aidit menetapkan sebuah agenda perjuangan petani , dalam tulisan Hari Depan Perjuangn Petani, yang memperhatikan masalah pedesaan Dan potensi organisasi massa di daerah pedesaan . Isi terpenting adalah mengkritik program agraria BTI , yang berpokokkan pada tuntutan Hak Negara terhadap semua tanah Tuntutan ini diambil alih oleh RTI denagn memodifikasikannya dengan semboyan Nasionalisme semua Tanah .Dokumen Aidit ini menjadi bahan pokok dalam pembuatan program Agraria dalam kongres nasional V PKI , ia merupakan tonggak perubahan kebijakan PKI terhadap soal Agraria .Gerakan BTI seakan mendapat tambahan tenaga setelah Aidit mengambil alih kekuasaan PKI pada 1951. Untuk pertama kalinya PKI menyatakan pentingnya aliansi buruh tani untuk resolusi sosialis dan mengumumkan program baru agrarian. Para pemimpin PKI melakukan analisis tentang situasi Agraria dengan mengunakan pendekatan kelas . Masyarakat pedesaan dibedakan menjadi dua kelas yaitu Musuh dan Kawan., langkah lain yaitu dengan melakukan pengenalan dan penyelidikan secara langsung mengenai kehidupan petani .PKI juga berhasil menfunsikan RTI, BTI,SAKTI. Dalam periode 1962-1965 ,PKI-BTI sangat gencar menyuarakan Land Reform dan berhasil menjebol hambatan hambatan bagi pelaksanaan Land Reform.Berdasarkan pada uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul Peranan Aktifis PKI Terhadap keluarkannya Land Reform B.Pembatasan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas maka masalah yang akan dikaji dapat dibatasi menyangkut kehidupan petani pada masa sebelum terjadinya Land Reform di Indonesia mulai dari masa pemerintahan Hindia Belanda sampai pada masa setelah kemerdekaan , dengan menitikberatkan pada peran serta Partai Komunis Indonesia pada tahun 1962-1969 dalam mewujudkan keluarnya Land Reform. Sampai pada kehidupan petani di pedesaan setelah dikeluarkannya land Reform.

C.Perumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1.Bagaimana latar belakang kehidupan petani di pedesaan sebelum dikeluarkannya Land Reform? 2.Seberapa besar peranan Partai Komunis Indonesia dalam usaha mewujudkan Land Reform di Indonesia? 3.Usaha- usaha apa yang dilakukan Partai Komunis Indonesia dalam mewujudkan Land Reform di Indonesia? D.Tujuan Dan Manfaat 1.Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dirumusakan tujuan penelitian sebagai berikut: a.Untuk mengetahui bagaimana latar belakang kehidupan petani di pedesaan sebelum dikeluarkannya Land Reform. b.Untuk mengetahui seberapa besar peranan Partai Komunis Indonesia dalam usahanya mewujudkan Land Reform. c.Untuk mengetahui usaha-usaha apa yang dilakukan Partai Komunis Indonesia dalam mewujudkan Land Reform di Indonesia 2.Manfaat Penelitian Hasil dalam penelitian ini akan mendatangkan manfaat bagi : a.Mahasiswa Mahasiswa memperoleh wawasan dan tambahan ilmu mengenai peranan aktifis Partai Komunis Indonesia terhadap keluarnya Land Reform yang kelak berguna bagi calon sejarawan pendidik.

b. Institusi Memperoleh tambahan referensi bagi pengembangan institusi yaitu tentang Peranan Aktifis Partai Komunis Indonesia terhadap keluarnya Land Reform di Indonesia. c. Pembaca Memperoleh wawasan dan pengetahuan mengenai peranan aktifis partai komunis Indonesia terhadap keluarnya land reform di Indonesia. E. Kajian Teori Dalam kehidupan masyarakat Indonesia tanah mempunyai arti dan kedudukan yang amat penting di mana setiap kegiatan pembangunan selalu memerlukan tanah. Oleh karena itu dalam setiap realita masalah tanah selalu mendapat perhatian dan penangganan yang sungguh- sungguh . Berbagai upaya dan langkah telah ditempuh selama ini untuk mengendalikan penggunaan , penguasaan, pemilikan serta pengalihan hak atas tanah , untuk menunjang berbagai kegiatan pembangunan dan memberikan kemakmuran sebesar-besarnya kemampuan rakyat Indonesia . ( Parlindungan, 1993:28).Dengan lahirnya UU no 5 tahun 1966 mengenai UUPA yang berhubungan dengan penggunaan tanah yang berencana dan perjanjian bagi hasil merupakan dasar dari Land Reform. Secara harafiah perkataan Land Reform berasal dari bahasa Inggris yaitu: Land artinya tanah dan Reform artinya perubahan , perombakan. Land Reform berarti perombakan terhadap struktur pertanahan .Akan tetapi yang dimaksud bukan hanya perombakan terhadap struktur penguasaan pertanahan , melainkan perombakan terhadap hubungan manusia dengan tanah, hubungan manusia dengan manusia berkenaan dengan tanah guna meningkatkan penghasilan petani, perombakan ini sifatnya mendasar dan bukan tambal sulam ( Parlindungan , 1993:31). Menurut Budi Harsono pengertian Land Reform mempunyai dua arti yaitu dalam arti sempit dengan Land Reform dalam arti luas ,Land Reform dalam arti luas disebut dengan Agrarian Reform, sedangkan program Land Reform dalam arti sempit hanya mencakup perombakan mengenai pemilikan tanah dan peguasaan tanah serta hubungan hukum yang bersangkutan dengan penguasaan tanah .

UUPA merupakan induk Land Reform , oleh karena itu tujuan UUPA juga merupakan tujuan Land Reform , adapun tujuan land reform adalah sebagai berikut: 1.Meletakkan dasar dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang akan merupakan alat untuk membawa kemakmuran , kebahagiaan dan keadilan bagi Negara Dan rakyat terutama rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur. 2. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan . 3. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya..( Parlindungan , 1993:34) Sedangkan tujuan land reform menurut Efendi Perangin- angin menyatakan bahwa tujuan Land reform ialah untuk mempetinggi penghasilan dan taraf hidup para petani penggarap tanah sebagai landasan / prasyarat untuk memyelenggarakan pembangunan ekonomi menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Pasca pemilu 1955, dinamika politik elite dan massa dalam hal politik agrarian , terpusat pada isu Land Reform . Isu land reform , menjadi program resmi ketika di tahun 1959,pada peringatan proklamasi 17 Agustus ,presiden Soekarno membuat sebuah pidato berjudul penemuan kembali revolusi kita, yang kemudian terkenal sebagai manifesto politik . Dalam pidatonya tersebut , ia mendedikasikan perlunya memberantas sejumlah warisan dari jaman Belanda , termasuk pengaturan tanah, dalam pidato tersebut masalah tanah dikaitkan dengan apa yang disebut Revolusi Indonesia.( Noer Fauzi, 1999:140) Tahun 1955-1960 PKI keluar sebagai salah satu partai terkuat dalam pemilu tahun 1955-1957. Secara nasional PKI muncul sebagai bagian dari partai 4 besar disamping PNI, masyumi, dan NU. Kedudukan PKI di parlemen cukup kuat untuk melaksanakan kampanye land reform di badan legislatife itu . BTI mengaku bahwa pada tahun 1959 ia mempunyai anggota 7 juta . Pada tahun 1960, sesudah kompromi yang panjang, pemerintah mengeluarkan dua perundangan agrarian yaitu UUPA (Undangundang Pokok Agraria ) Dan UUBH( Undang- undang Bagi Hasil) , UUPA membatasi pemilikan tanah pada 15 atau 5 hektare secara proposional , tergantung dari kepadatan penduduk dan lahan pertanian. UUBH mengatur bahwa pemilik tanah dan pengarap masing masing mempunyai bagian sama, yaitu separo-separo.Sekalipun secara politik,

bagi PKI merupakan sukses , tetapi sebenarnya tidak banyak mengubah apa yang ada dalam kenyataan di pedesaan.( Kuntowijoyo, 2003:20) Isu Land Reform dipakai oleh PKI untuk mempolarisasikan penduduk desa menjadi dua kelas yang bertentangan , yaitu tuan tanah dan petani. Rupanya masyarakat Dan birokrasi desa bukanlah alat yang tepat untuk melaksanakan program Land Reform tersebut.Dengan demikian , usaha-usaha PKI melakukan land reform mengalami kegagalan , namun analisis terakir sebab kegagalan itu dikarenakan karena sempitnya lahan pertanian itu sendiri. Akibat pokok dari G.30/S/PKI adalah langkah mundur dari pelaksanaan land reform . Bukan hanya kepada land reform , melainkan seluruh fundamen politik agrarian orde lama. F. Kajian sumber Sumber-sumber yang digunakan antara lain: 1. Radikalisasi Petani Buku ini berisikan analisis kuntowijoyo tentang perjalanan para pelaku sejarah, mulai dari petani, para priyayi, politisi, pedagang, ulama dan rakyat kecil yang semua berjuang mempertahankan martabat. Kuntowijoyo mengungkap upaya radikalisasi petani pada masyarakat jawa pedesaan yang dilakukan oleh PKI. 2. Dua Abad Pengusaan Tanah Buku ini menjelaskan tentang pola penguasaan tanah pertanian di jawa dari masa ke masa, juga tentang masalah penguasaan tanah di jawa mulai dari pemerintahan hindia belanda di Indonesia. 3. Petani dan Penguasa Buku berisikan tentang dinamika pasang surut sebuah perjalanan politik Agraria di Indonesia. 4. Perbandingan Land Reform di Filiphina dan Land Reform di Indonesia (Parlindungan SH) Buku ini membandingkan terjadinya atau peristiwa Land Reform di Indonesia dan di Philiphina sampai dikeluarkannya UUPA

G. Metode Penelitian Metode berasal dari bahasa yunani yaitu metodhos (methos adalah cara atau jalan dan theodos adalah masalah). Jadi metode dapat diartikan sebagai cara atau jalan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Koentjaraningrat (1986: 8) metode yang dipilih harus disesuaikan dengan objek yang akan diteliti. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian proposal ini, maka penelitian yang yang digunakan dalam proposal ini adalah metode historis atau metode sejarah. Sartono Kartodirjo (1992: 37) berpendapat bahwa metode penelitian sejarah adalah prosedur dari cara kerja para sejarawan untuk menghasilkan kisah masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau tersebut. Selanjutnya Louis Gottschalk (1975: 32) mendefinisikan metode sejarah yaitu proses menguji dan menganalisa kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik dan dapat dipercaya, sera usaha sintesis atas data yang semacam itu menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya. Menurut Hadari Nawawi (1993: 81) metode sejarah adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lampau atau peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masa lalu. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode sejarah adalah sebagai prosedur pemecahan masalah dengan proses mengji dan menganalisa kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik dan dapat dipercaya untuk menghasilkan kisah masa lampau berdasar jejakjejak yang ditinggalkan masa lampau tersebut.Dalam langkah heuristik, data yang berhasil dikumpulkan berupa buku-buku. Sumber ini di peroleh dari kunjungan perpustakaan. Adapun sumber-sumber yang berhasil didapat pada umumnya menuliskan tentang gambaran setelah peristiwa ini terjadi . Adapun isi dari buku yang berhasil didapatkan adalah tentang politik-politik agraria di Indonesia, sumber- sumber yang

didapatkan bukanlah sumber yang sejaman dan setempat , namun kebanyakan tinjauan studi atau kumpulan peristiwa yang didapat dari para nara sumber. Keterbtasan , halangan dan hambatan yang dihadapi ketika melakukan penelitian adalah terbatasnya waktu untuk mengumpulkan sumber sumber sehingga masih banyak sumber sumber yang belum berhasil diketemukan untuk kemudian digunakan dalam penulisan ini, selain itu juga belum ditemukannya sumber yang sejaman dan setempat yang terkait dengan permasalah yang diangkat. H. Sistematika penulisan Pada Bab I yaitu bab pengantar yang diuraikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, , batasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian teori , kajian sumber , metode penelitian , sistematika penulisan. Pada Bab II yaitu isi , pada bab ini berisi tentang latar belakang kehidupan masyarakat petani di daerah sebelum terjadinya land reform, peranan PKI dan usaha yang dilakukan untuk mewujudkan keluarnya land reform di Indonesia, dan yang terakhir hasil yang dirasakan rakyat setelah keluarnya land reform dan kehidupan petani setelah keluarnya land reform. Pada Bab III yaitu penutup , pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yaitu berisi tentang jawaban perumusan masalah, pada bab ini juga dituliskan implikasi dan saran dari penelitian yang dilakukan .

Anda mungkin juga menyukai