Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Biokimia Umum

Hari/Tanggal Waktu PJP Asisten

: Sabtu/ 18 Desember 2010 : 13.30-16.30 : Waras Nurcholis, M.Si : Resti Siti M Bina Pertamasari Nindi Putri Dahlia

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH Kelompok 17 Silvana Godelifa M. Fofid Amelia Pramita Sinaga Sri Hayati Handi Fauzi Harahap C34090003 C34090008 C34090009 C34090078

DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

PENDAHULUAN ALAT DAN BAHAN METODE KERJA HASIL PENGAMATAN Tabel 1 Penentuan kadar glukosa darah
Larutan Absorban Larutan glukosa darah (mg/mL) Glukosa darah rata-rata (mg/ mL) Standar Blanko Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 0,550 0 0,312 0,304 0,387 0,567 0,553 0,764

0,628

Perhitungan: Kadar glukosa darah = Asampel x Cstandar x FP Astandar Cstandar = 0,1 mg/ ml = 10 mg/ dL FP = 1 ml aquades + 1 ml kupritartat + 7 ml aquades + 1 ml fosfomolibdat 1 ml aquades = 10 ml Kadar glukosa darah sampel 1 = 0,312 x 10 x 10 0,550 = 56,7 mg/ dL

Kadar glukosa darah sampel 2

= 0,304 x 10 x 10 0,550 mg/ dL = 55,27

Kadar glukosa darah sampel 3

= 0, 387 x 10 x 10 0, 550 = 70,36 mg/ dL

Kadar glukosa darah rata-rata

= 56,67+55,27 +70,36 3

= 60.77 mg/dL

PEMBAHASAN Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar glukosa dalam darah. Darah yang digunakan adalah darah sapi. Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum makan. Kadar glukosa yang diketahui secara kuantitatif dapat membantu kita dalam memprediksi metabolisme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan l glukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum,maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan memenuhi kadar normal glukosa dalam darah ( salam serum atau plasma darah ) yaitu 65-110 mg/dL (3,6-6,1 mmol/L). Metode yang banyak digunakan untuk perhitungan glukosa darah bergantung pada kemampuan glukosa untuk mereduksi larutan tembaga alkali. Pereaksi mengandung asam fosfomolibdat yang dapat membentuk kompleks berwarna biru akibat adanya kombinasi t embagatereduksi (Dische 1954).

Namun metode ini memiliki kerugian, yaitu warna berangsur-angsur memudar dibandingkan denganlarutan standar glukosa dengan perlakuan yang sama. Metode Folin-Wu diperkenalkan pertama kalioleh Folin dan Wu pada tahun 1919 (Berkman 1953). Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk membuat filtrat darah bebas protein dengan pengendapan protein oleh pembentukan asam tungstat. Endapan terjadia kibat adanya kombinasi anion asam dengan bentuk

kationik dari protein. Metodeini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi l e bih cepat (Haden 1923). Spektrofotometri adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam penentuan kadar glukosa dalam darah. Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi elektromagnet. Cahayaterdiri dari radiasi t erhadap mana mata manusia peka, gelombang dengan panjang

berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran cahaya dengan panjang-panjangini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760 mm. Spektrofotometri i ni hanya terjadi bila

terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ket ingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikutioleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet. Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan atom/molekul dinyatakan oleh Hukum BeerLambert. Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika di dalam bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut (Sentrabd, 2007). Pengamatan dengan spektronik-20 menggunakan prinsip hukum Lambert Beer. Faktor yang mempengaruhi adalah konsentrasi larutan dan bentuk wadah. Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul yang beinteraksi dengan sinar. Bayangkan anda memiliki zat warna organik yang kuat/tajam. Jika zat warna tersebut berupa larutan pekat, maka akan diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang berinteraksi dengam sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk melihat warnanya. Absorbansinya sangat rendah. Jika ingin membandingkan zat warna tersebut dengan senyawa lain, namun tidak mengetahui konsentrasinya, maka tidak akan dapat dibuat perbandingan dengan baik tentang senyawa mana yang menyerap sinar lebih banyak. Bentuk wadah yang semakin panjang akan mempengaruhi panjang larutan sehingga sinar akan lebih banyak diserap karena sinar berinteraksi dengan lebih banyak molekul (Sentrabd, 2007).

Pengukuran glukosa darah pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. Prinsip kerja alat ini adalah seperti berikut : Sumber sinar Monochromator Sampel Detektor Jika sumber sinarnya sudah monochrome (hanya terdiri dari satu frekwensi gelombang), maka monochromatornya tidak diperlukan. Prinsipnya,

senyawa/unsur menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu yang sesuai dengan energi yang diperlukan senyawa/unsur tersebut untuk eksitasi tingkat energi (elektron/rotasi/vibrasi/translasi)-nya. Prinsip uji kadar glukosa dalam darah ini adalah pada percobaan 1 ml darah dipipet ke dalam erlenmeyer kecil, serta ditambahkan 1 ml Na-wolframat 10%, dan 1ml H2SO4 0,67 N (tetes demi tetes). Fungsi penambahan akuades adalah mengencerkan darah sehingga albumin dalam darah akan larut oleh akuades. Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur (Poedjiadi, 1994). Penambahan Na-wolframat bertujuan mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. H2SO4 berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Na-wolframat. Larutan yang telah dibuat didiamkan selama 10 menit agar terjadi endapan albumin secara sempurna, sehingga ketika endapan tersebut dipisahkan dengan kertas saring akan memisah dengan sempurna. Tiga tabung reaksi dipersiapkan, ketiga tabung diisi dengan 1 ml filtrat, 1ml standar glukosa, dan 1ml akuades. Masing-masing tabung ditambahkan 1 ml larutan kupritartrat. Larutan kupritartrat ditambahkan untuk membentukan warna biru ketika ditambahkan pereaksi fosfomolibdat, karena larutan ini mengandung asam laktat dan ion Cu+. Hal ini sesuai dengan prinsip uji tauber yang memberikan hasil positif (warna biru) pada larutan yang mengandung monosakarida (glukosa). Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan dengan air mendidih selama 8 menit tepat. Pemanasan berfungsi menambah laju reaksi oleh kupritartat. Ketiga

tabung tersebut didinginkan, lalu diencerkan dengan 7 ml akuades. Satu ml larutan fosfomolibdat ditambahkan pada setiap tabung, penambahan H2SO4 0,67 N juga bertujuan menciptakan suasana asam karena reaksi dengan fosfomolibdat terjadi pada suasana asam. Perubahan warna yang terjadi diamati dan intensitas warnanya diamati dengan spektronik-20 pada panjang gelombang 660 nm. Pada penambahan kupritartrat, ion kupri akan direduksi oleh gula menjadi kupro dan mengendap sebagai Cu2O. Dengan menambahan pereaksi fosfomolibdat kuprooksida melarut lagi dan warna larutan akan berubah menjadi biru tua disebabkan oleh adanya oksidasi Mo. Intensitaas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di dalam filtrat (Girinda 1989). Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar glukosa dalam darah antara lain adalah aktivitas, makanan, kesehatan dan kondisi tubuh. Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi fatal yang disebut hipoglisemia. Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglisemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglisemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf. Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikoen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen (proses ini disebut gliogenosis), yang mengurangi level gula darah. Pada keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia dan banyak mamalia berkisar antara 4.5-5.5 mmol/L (Murray 2003). Setelah ingesti makanan yang mengandung karbohidrat, kadar tersebut dapat naik

hingga 6.5-7.2 mmol/L. Saat puasa, kadar glukosa darah akan turun menjadi sekitar 3.3-3.9 mmol/L. Kadar glukosa darah pada burung sangat tinggi, yaitu berkisar 14.0 mmol/L.

SIMPULAN Metode Follin-Wu dapatdigunakan untuk menentukan kadar glukosa dalam darah.Metode ini menggunakan spektrofotometri. Spektrofotometri adalah metode analisis yang didasarkan pada absorbs radiasi gelombang elektromagnetik. Prinsip kerja spektrofotometri didasarkan pada Hukum Lambert-Beer. Kadar glukosa dari darah sapi yang diamati oleh kelompok praktikan mempunyai nilai sebesar 0,040 mg ml-1. Kadar glukosatersebut bernilai l ebih rendah dari yang

seharusnya, sehingga sapi yang diambil darahnya dianggap praktikan menderita glisemia. Hal diambil. i ni mungkin disebabkan karena sapi belum makan saat darahnya

DAFTAR PUSTAKA Berkman, S, Henry RJ, Golub OJ, dan Segalove M. 1953. Tungstic Acid and Precipitation ofBlood Proteins. The Journal of Biological Chemistry. 937-943. [terhubung berkala]. http://www.jbc.org. [20Desember 2009]. Dische , S. 1954. Colour Production and Stabilityinthe Folin and WuMethod of Blood Glucose Estimation. The Journal of Biological Chemistry. 937-943. [terhubung berkala]. http://www.jbc.org. [20 Desember 2009]. Haden,RL. 1923. AModification of The Folin-WuMethod forMaking ProteinFreeBlood Filtrates. The Journal of Biological Chemistry. 937943. [terhubung berkala]. http://www.jbc.org. [20 Desember 2009]. Lehninger. 1982.Dasar-dasar Biokimia. Edisi ke-1. Thenawidjaya penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry. Murray ,RK, Granner DK, Mayes PA, dan Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Andry Hartono, penerjemah; Jakarta: EGC. Terjemahan dari:Bi oc he mi str y.

Poedjiadji, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press. Silverstain,R.M. 1967.Spectrometric Identication of Organic Compounds. New York: Wiley Interscience.

Anda mungkin juga menyukai