Dampak Penyelewengan Wewenang Dan Korupsi Terhadap Kasus Kehutanan Di Riau
Dampak Penyelewengan Wewenang Dan Korupsi Terhadap Kasus Kehutanan Di Riau
bukan saja menyangkut isu lingkungan hidup, melainkan juga mengandung isu ekonomi, sosial dan politik. korupsi, intimidasi, dan kekerasan merupakan salah satu bagian dari human force yang memegang peranan penting dari perusakanperusakan tidak terkontrol yang terjadi baik di Indonesia maupun di negara lain. Banyak pihak yang terkait tidak menunjukan tanggung jawab atas jabatannya, mulai dari pejabat kehutanan sampai berbagai pihak instansi penegak hukum yang seharusnya memberantas illegal logging. Tidak jarang dijumpai, justru oknum penegak hukum tersebut yang mendapatkan keuntungan dari proses penyelidikan tersangka. Absennya proses hukum yang efektif, tegas, dan disiplin dalam penanganan kasus semacam ini semakin memperkeruh pengusutan dan penyelesaian kasus kejahatan kehutanan. Acapkali justru yang terjadi adalah proses hukum yang hanya menghasilkan hukuman ringan atau bahkan vonis bebas untuk terdakwa. Kasus kehutanan Riau 2008, merupakan salah satu contoh isu lingkungan hidup yang didominasi oleh Interaksi antara kekuatan- kekuatan sosial dan juga ekonomis dengan lingkungan dan sumber daya alam. Tidak dapat dipungkiri, perizinan hingga gratifikasi dan berjalannya aktifitas ilegal yang diprakarsai oleh 14 perusahaan dengan periode waktu antara Februari 2007 dan Desember 2008 terjadi karena adanya indikasi keterlibatkan dari instansi pemerintah, dalam hal ini gubernur dan bupati Riau. Singkatnya, kasus yang bermula dari pemberkasan 200 tersangka dari 14 perusahaan perkayuan yang berada di bawah kepemilikian dua pabrik pulp dan kertas, yaitu PT. Riau (RAPP) dan PT. Indah Kilat yang kemudian ikut menyeret gubernur riau dan bupatinya sebagai
tersangka pelaku pembalakan liar berakhir dengan pemberlakuan SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan) terhadap 13 perusahan dan kemudian disusul lagi oleh 1 perusahaan.1 Kerumitan justru muncul dengan terseretnya gubernur dan bupati riau dengan dakwaan penyalahgunaan wewenang dan penerbitan izin tebang. Selain itu, kolusi dalam penerbitan atau perpanjangan Surat Keterangan Sah Hasil Hutan yang disertai dengan gunjingan akan adanya jual beli perkara sehingga diturunkan SP3 sebagai penyelesaian kasus, mengundang banyak kontroversi dan kecaman baik dari masyarakat maupun berbagai organisasi lingkungan hidup. Sampai di sini saja, bisa dilihat bagaimana kasus berawal dari permainan politis yang dilakukan oleh pihak penguasa setempat dan diakhiri dengan hadirnya praktek mafia hukum untuk penghentian penyelesaian kasus menunjukkan kekurangmatangan proses penegakkan hukum di Indonesia. Jika kondisi ini tidak segera ditanggapi dan diselesaikan dengan serius, dalam artian, pengadilan dalam perkara semacam ini memberikan sanksi yang tidak wajar atau bahkan dibebaskan oleh hakim (dalam kasus ini bila SP3 tidak segera dicabut), maka akan timbul beberapa dampak serius. Berkurangnya rasa percaya masyarakat terhadap supremasi hukum, semakin maraknya proses pembalakkan liar karena proses hukum yang tidak sesuai dan tidak memberikan efek jera terhadap pelaku, juga kerugian-kerugian jangka panjang baik dari kerusakan
1
WALHI, Penegakan hukum terhadap 14 perusahaan yang melakukan illegal logging di riau tersandera oleh institusi penegak hukum February 24, 2011 post on online article http://www.walhi.or.id/id/ruangmedia/siaran-pers/391-penegakan-hukumterhadap-14-perusahaan-yang-melakukanilegal-logging-di-riau-tersandera-olehinstitusi-penegak-hukum accessed on arch, 2011
permanen lingkungan hidup, sosial, politik maupun ekonomi, hal ini juga akan membawa kredibilitas bangsa di dunia internasional menjadi semakin menurun . Melihat dari permasalahan di atas, bertambah maraknya kasus illegal logging disebabkan oleh beberapa hal yang terkait langsung dengan tindakan korupsi, antara lain dipicu oleh:
tidak akan tercapai. Meski begitu ada beberapa solusi penanggulangan masalah pembalakan liar dan korupsi yang bila dilaksanakan dengan disiplin diharapkan dapat mengurangi dan memberantas jumlah kejahatan kehutanan yang terjadi. Berikut adalah program 10 langkah dalam pemberantasan illegal logging dan korupsi:3 1. Membangun kerangka kerja yang mendukung pelaksanaan pemberantasan illegal logging 2. Mengeluarkan pedoman yang jelas mengenai sumber-sumber kayu legal dan otoritas pemberi ijin, melalui proses konsultasi yang luas dan kesepahaman multipihak
1. Proses
pembenahan instansi terkait dan kebijakan pemerintah yang kurang menyeluruh parsialitas2 dan bertele-tele dalam penyelesaian masalah pembalakan liar dan korupsi sehingga muncul hambatan hukum yang diakibatkan oleh adanya perbedaan pendapat akan bukti dan hasil penyidikan antar lembaga penegak hukum. Selain itu juga, proses yang bertele-tele dan lamban memberikan waktu bagi terdakwa untuk melakukan pembersihan bukti-bukti keras yang dapat dipergunakan di pengadilan
3.
Mengumpulkan informasi yang diperlukan dan menganalisanya untuk mendeteksi pelanggaran penebangan, pemrosesan dan pengangkutannya
6. Membuat
rencana rasionalisasi industri perkayuan yang komprehensif bagi masyarakat lokal dan menawarkan alternatif sumber pendapatan
perdagangan
Maqdir Ismail, Implikasi Putusan Bebas Kasus Korupsi dan Illegal Logging November 22, 2009 http://maqdirismail.blogspot.com/2007/11/ implikasi-putusan-bebas-kasuskorupsi.html
10. Merevisi
peraturan
memperkuat