Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN FE DENGAN METODE WATERFALL AERATOR Laporan Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PAPLC- C

Disusun oleh : Gineung Ayu Hajar Khoirinnisak Hesti Palupi Imroatul Chasanah Irwan Fitrianto Istiqomah Astri Ayu Joko Harjono NIM PO7133110060 NIM PO7133110061 NIM PO7133110062 NIM PO7133110063 NIM PO7133110064 NIM PO7133110065 NIM PO7133110066

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2012

PRAKTIKUM PENGOLAHAN FE DENGAN METODE WATERFALL AERATOR

A. Hari dan tanggal B. Acara Praktikum C. Tujuan

: rabu, 16 Mei 2012 : Praktikum pengolahan Fe :

1. Mahasiswa terampil membuat rangkaian alat pengolahan Fe dengan sistem Waterfall Aerator 2. Mahasiswa terampil menyediakan media yang berfungsi sebagai Aerator 3. Mahasiswa terampil melakukan pengolahan untuk menurunkan Fe dengan sistem Waterfall Aerator D. Dasar teori Air bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat secara umum bersumber dari air tanah yang diperoleh dari sumur gali ataupun sumur bor dengan kedalaman yang bervariasi. Kualitas air bersih yang bersumber dari air tanah dipengaruhi oleh kualitas lingkungan dan juga tekstur tanah di sekitar sumur. Air dengan kadar Besi yang melebihi persyaratan mempunyai ciri-ciri antara lain berwarna coklat kekuning-kuningan, dan berbau anyir/ amis sehingga akan sangat mengganggu dari segi estetika. Dampak lain dari tingginya kadar Besi dalam air adalah timbulnya kerak pada perpipaan dan alat masak dan jika digunakan untuk mencuci pakaian akan meninggalkan noda yang berupa warna kekuningan pada pakaian. Besi sebenarnya adalah adalah unsur esensial yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk pembentukan Hb pada dosis yang dibutuhkan. Adanya kandungan Besi yang melebihi persyaratan dalam air bersih dikhawatirkan akan mengganggu sistem penyediaan air bersih bagi masyarakat. Pengolahan untuk menurunkan kadar Besi di air dapat dilakukan secara sederhana. Salah satunya adalah dengan sistem aerasi

atau penambahan Oksigen kedalam air baku. Teknik aerasi ini tidak dapat diterapkan pada semua kondisi/ kualitas air baku, sehingga dibutuhkan berbagai bentuk design sistem aerasi untuk penurunan kadar Besi.Kandungan Besi (Fe) dalam air misalnya dari senyawa organik berasal dari pembusukan bahan-bahan organik sehingga terbentuk Fe(HCO3)2 biasanya terdapat dalam Leachete.

Sedangkan dalam senyawa anorganik berasal dari pelapukan batuan hematik (Fe2O3) dan Lematik (Fe2O3H2O) hasil buangan industri maupun pertambangan. Senyawa Fe Organik dan senyawa Fe anorganik dalam air merupakan senyawa yang berbau, berwarna, berasa serta merupakan senyawa komplek yang mudah larut dan membentuk ion komplek. Prinsip penurunan kadar besi (Fe) adalah Oksidasi dan sedimentasi. Oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ dapat dilakukan dengan cara : a. Aerasi b. Penambahan larutan kaporit c. Pemasukan gas Chlor d. Penambahan KMnO4 Kecepatan Oksidasi dipengaruhi oleh : a. Kondisi pH b. Kandungan Bicarbonat c. Konsebtrasi bahan organik terlarut.

E. Alat dan Bahan 1) Alat a. Bak penampung b. Penggaris c. Pipa panjang d. Rak filtrasi e. Bak filtrasi

f. Kran g. Jerigen

2)

Bahan a. Air sampel (yang mengndung Fe) b. Koral c. Pasir kuarsa d. Zeolit

F. Cara Kerja 1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum. 2. Melakukan pencucian terhadap media pasir, koral dan zeolit 3. Mengeringkan semua media saring 4. Merangkai alat dengan cara sebagai berikut a. Menempatkan bak ekualisasi diatas sendiri b. Menyusun nampan (bak) filtrasi dengan 3 tingkatan yang diisi oleh krakal secara bertingkat c. Di tingkat akhir kemudian disalurkan/dimasukkan air yang telah melewati nampan filtrasi krakal ke dalam pipa panjang yang telah terdapat media-media penyaring yang lebih kompleks dengan susunan media yaitu dari bawah koral setebal 5cm, zeolit dengan tebal 30cm, pasir kuarsa 40cm dan koral lagi dengan tebal 5 cm. Untuk menyekat masingmasing media menggunakan kain kasa 5. Atur debit alirannya yaitu 200 ml/menit 6. Melakukan pemeriksaan sampel baik sesudah dan sebelum perlakuan

G. Hasil dan Pembahasan a. Kadar Fe sebelum (pre) pengolahan : 4 mg/liter. b. Kadar Fe setelah (post) pengolahan : 1,6 mg/liter. Sampel air yang dalam jerigen (25 liter) diambil beberapa ml untuk diperiksa kadar Fe sebelum pengolahan, selanjutnya air sampel dimasukkan dalam bak penampung dan masuk

dalamnampan (bak) yang berisi koral sebanyak 3 susunan. Kemudian air masuk dalam pipa filtrasi yang berisi koral (5 cm), zeolite (40 cm), pasir kuarsa (30 cm), dan koral (5 cm). Untuk setiap bahan diberi kain kasa sebagai penghalang antar bahan. Setelah pengolahan air sampel yang sudah diolah kemudian diambil untuk diperiksa kadar Fe nya. Didapat hasil sebesar 1,6 mg/liter untuk kadar Fe setelah pengolahan. Ini menunjukkan bahwa pengolahan menggunakan waterfall aerator efektif untuk menurunkan kadar Fe. Karena pengolahan ini mampu menurunkan kadar Fe 50 %. Apabila dibandingkan dengan standar baku mutu jelas melebihi, dan bahkan mungkin air tersebut tidak sehat jika digunakan. Dikatakan efektif karena bisa menurunkan kadar Fe 50 %, dan dikatakan tidak sehat karena kadar Fe sebelum (pre) pengolahan juga sangat tinggi dari baku mutu. Air sampel yang digunakan berasal dari SPBU Jl.

Simanjuntak warna air keruh dan baunya anyir, padahal kita tahu bahwa di SPBU banyak orang yang menggunakan air tersebut.

H.

Kesimpulan Dari hasil praktikum pengolahan Besi (Fe) yang telah kami lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan pengolahan penurunan Besi (Fe) model Waterfall Aerator terjadi penurunan yang signifikan ( 50 %) kadar Besi (Fe) dari sebelum dilakukan pengolahan, ini dapat dilihat dari warna air dan bau air yang sudah tidak amis lagi.

Anda mungkin juga menyukai