Anda di halaman 1dari 6

ADLIA NINDYA GHASSANI F1C011066 ILMU KOMUNIKASI

Saat duduk di bangku SMA kelas XII, saya mengikuti bimbingan belajar di Ganesha Operation yang letaknya tidak terlalu jauh dengan sekolah saya . Saya mengikuti kelas eksekutif yang satu kelas hanya berisi 5 -10 orang ini, karena di SMA saya kelas IPS hanya satu kelas dengan jumlah siswanya sampai 42 orang. Masuklah waktu ujian semester satu, saya dan anak silver ( sebutan untuk teman teman satu kelas saya di kelas eksesayatif GO ) meminta jadwal tambahan untuk konsultasi mata pelajaran yang masih perlu pendalaman bagi kami. Ketika selesai ujian hari ke-4 , yang berangkat bimbel hanya saya dan dua orang teman saya, dua lainnya tidak berangkat karena ada urusan. Jadwal konsultasi hari Kamis, 09 Desember 2010 itu adalah matematika dengan tema integral dalam bimbingan pak Deden , tapi kami memanggil beliau pak pasrah, karena beliau selalu mengiakan apa yang kami minta. Seperempat jam berlalu, ya baru membahas 1 satu soal cerita. Datanglah dua orang anak laki laki yang ternyata mereka adalah anak IPA, mereka mengaku kehabisan kursi di kelas anak IPA karena yang konsultasi membeludak dan akhirnya mereka memutuskan untuk ikut kelas yang kosong, ya kelas kami anak silver yang hanya tinggal bertiga yang konsultasi. Materi pembelajaran meraka juga ada integral jadi mereka ikut dalam kelas kami. Sesekali mereka berisik, dan kami memberi sinyal untuk tenang. Setelah kelas selesai dan absen, saya sekilas melihat dua nama anak yang ikut dalam kelas saya sewaktu mengantar absen ke meja sekretariat. Mandi, makan dan shalat telah saya kerjakan sebelum merebahkan badan di tempat tidur sambil memainkan handphone, dan membuka akun facebook saya, lalu saya menemuni satu friend request : Okky Irawan saya mengerutkan kening sambil membatin, sepertinya nama ini begitu familiar. Saya baru menyadari beberapa menit

kemudian kalau nama itu tercantum di kertas absen bimbel hari ini, dia salah satu orang yang isayat dalam kelas saya tadi sore. Beberapa saat setelah melihat profilnya, akhirnya saya pun menerima permintan teman tersebut. Tidak lama dari confirmasi pertemanan, dia pun memberi komentar di dinding saya. Dari sana kami pun berkenalan, hingga akhirnya ada seorang temannya memberi komentar pada wall to wall kami, baru kenalan , udah akrab aja nih kayaknya saya pun mengabaikan komentar tersebut. Dia pun akhirnya mengirim message , dalam pesannya di facebook saya itu , ia meminta nomor handphone saya , sempat saya tanya buat apa , alasannya agar mempermudah komunikasi, tidak sesekali membuka facebook karena ia online lewat handphone. Saya pun ragu memberinya, saat itu saya bersama adik perempuan saya, saya meminta pendapatnya , dia pun menyarankan saya untuk memberikan nomor saya padanya ya dengan alasan saya harus mencari teman baru, untuk membuat saya tidak lagi memikirkan mantan pertama saya. Saya pun sudah mengetik nomor saya di kolom reaply tapi saya masih ragu, ketika saya lengah dengan handphone saya, adik saya pun membalas message darinya, nomor saya pun melayang ke tangan dia. Tak lama terdengar nada pesan dari handphone saya, nomor tak di kenal dan ternyata itu Okky. Setelah kejadian ini pun akhirnya kami cukup sering sms-an. Sampai pada saat dia mengajak saya untuk bertemu. Karena jarang bertemu di tempat bimbel, dia pun berencana untuk menemui saya di sekolah saya, saya pun menolak, ya saya tak terbiasa dengan perkenalan seperti ini. Bukan tipe saya berkenalan dengan cara seperti ini walau kesan teman teman dekat saya terhadap saya, saya tipe sanguinis dan tidak bisa diam . Ia pun berencana untuk main ke rumah saya, di minta alamat rumahsaya, di sini asaya sedikit merasa ge-er dengan membatin , ini cowok niat banget kenalan sama gue, cepet banget pendekatannya. Saya pun hanya memberi alamat saya secara garis besar, ia pun akhirnya berencana untuk menjemput saya ke sekolah. Di sini saya menolak lagi dengan alasan sedang sibuk dengan ekskul saya dan ada belajar kelompok dengan teman, jadi jam pulang kembali ke rumah pun tidak tentu. Cukup intens kita sms-an, tapi sebenarnya saya pun belum tau benar mana orang yang bernama Okky, beberapa kali saya berpapasan dengannya, tapi saya tak menyadarinya. Malamnya ia sms , lo yang pakai baju warna merah kerah V kan ? saya pun mengiakan, tapi sayang di situ saya tak menyadari bahwa orang yang saya lihat menaiki tangga adalah dia. Kita sms-an sampai suatu ketika ia memuji saya dengan berkata, saya itu orangnya asik dan enak di ajak ngobrol.

Esok hari, saat bimbel kita pun bertemu dan di sana baru lah kita ngobrol secara langsung untuk pertama kalinya ketika saya hendak shalat dzuhur, karena saya baru menyadari dia yang bernama Okky, dia pun sedikit kecewa dari tutur katanya. Seusai saya shalat, kita pun sempat berbincang dengan jarak yang cukup jauh. Dari perbincangan pertama kali, hampir sering kita bertemu di gedung belakang karena jadwal tambahan saya banyak yang memakai gedung belakang. Pernah saat kami sedang berbincang mantan saya melihat kami berdua yang sedang asik bergurau di meja sekretariatdia pun melihat dengan tatapan tidak suka. Kami memang baru putus beberapa bulan yang lalu sebelum saya kenal dengan Okky. Setelah kenal di facebook, saya sempat memfollow dia di twitter, lucunya dia memakai nickname Khemenk untuk nama profilnya, ya memang di facebook sering saya menemui teman temannya memanggil dia dengan sebutan itu. Kata dia ini adalah panggilan dari teman temannya karena dia suka nonton film Spontan yang dimainkan oleh Komeng, karena itu ia di panggil Khemenk. Ini adalah panggilan kesayangan dari teman temannya, akunya. Walau ujian semester 1 telah usai, bimbel saya masih mengadakan kelas saat liburan. Beberapa kali saya pun sempat bertemu dengannya, frekuensi sms-an kita pun tak se-intens saat awal kenalan, ya saya baru tahu ternyata dia adalah anak band, dia seorang bassis. Mengetahui itu, saya mengira, dia seorang playboy, karena image anak band di masyarakat seperti itu, melihat pula dari dia melakukan proses berkenalan dengan saya. Sempat selagi tryout di bimbel, kami satu ruangan dikarenakan saya telat dan ditempatkan pada kelas yang tidak sesuai dengan kelas try out saya. Sempat kaget mendapati mantan saya yang juga berada satu kelas dengan kami, ketika jenuh mengerjakan soal try out sambil mendengarkan mp3 di handphone saya sms Okky . Sempat beberapa kali sms-an, dan saya memberi tahu Okky, kalau yang duduk di belakangnya adalah mantan saya. Sejak itu, kami pun cukup sering sms-an kembali, sampai akhirnya saya pun bercerita tentang hubungan saya dengan mantan saya. Dengan itu hubungan kami mungkin cukup dekat, secara tidak langsung dia menjadi teman dekat saya. Ketika saya bercerita padanya, saya merasa dia enak untuk dijadikan tempat sharing masalah saya. Sampai akhirnya saya balikan lagi dengan mantan saya. Di hari pertama balikan, pulang bimbel saya janjian ketemu sama Okky, untuk mengambil oleh oleh serba psikologi ugm yang saya titip padanya, ia baru pulang dari Jogja saat saya sedang perpisahan SMA ke Anyer. Sempat tidak enak dengan si

Iga, karena saya tau dia tidak suka dengan Okky, sebab Okky dapat berbincang asik dan dekat oleh saya. Semakin jelas, ketika akhirnya dia jutek dengan saya mulai dari kedatangan saya sehabis ketemu Okky. Dia menyampaikan rasa tidak sukanya melihat hubungan saya dengan Okky, dan mulai saat itu saya jarang sms-an dengan Okky, dengan memberi pengertian kepadanya. Akan tetapi Okky selalu ada buat saya saat saya ingin bercerita tentang kekesalan saya dengan Iga saya, dan dia selalu dapat membuat saya lebih tenang menghadapi kelakuan Iga. Sampai akhirnya pernah saya sedang sedih, dan dihibur oleh si Iga, tapi dia malah membuat saya menjadi kesal karena dia yang tidak memahami saya, dan handphone saya yang satunya pun berbunyi, ternyata itu adalah Okky, tanpa sadar saya dapat tertawa karenanya. Berbarengan dengan itu, si Iga mematikan telponnya dan sms pacaran aja sama Okky, dia bisa buat kamu langsung ketawa kan? Ngga kayak asaya yang dari tadi ngehibur malah ngebuat kamu kesal. Akhirnya saya malah dibuat tenang oleh Okky saat saya sedih dan bermasalah dengan si Iga. Pernah saya bercerita pada Guntur, ketua ekskul saya, yang juga sahabat saya karena kita merupakan saudara di ekskul pencinta alam kami yang membuat kami begitu dekat. Ketika menyebrangi flyover tol bekasi timur, disenjanya hari saya bercerita tentang sikap Okky dan Iga . Ia menanggapi Okky merupakan cowok yang pintar dalam pendekatan dekat perempuan, dan mungkin saja sebenarnya dia menyukai saya tanggapan Guntur. Di sini saya sempat terhenyak oleh kata kata Guntur, ya saya mungkin polos dengan yang namanya kisah percintaan. Karena ini untuk pertama kalinya saya berpacaran. SNMPTN pun tiba, demi mengejar psikologi ugm, saya memberanikan diri untuk mengikuti ujian SNMPTN di Jogja. Sebelum keberangkatan saya, saya sempat makan di Mr. Ice Cream dengan Okky, ini tidak direncanakan. Ia datang untuk menemui temannya, dan saya baru saja selesai tryout terakhir di bimbel, dia memanggil saja dengan sebutan neng, karena saya kira tukang ojek yang iseng menggoda saya, tidak saya hiraukan, motor saya pun melaju hingga akhirnya saya mendengar bunyi klakson yang ternyata Okky yang mengejar motor saya, saya pun berhenti, sempat berbincang di pinggir jalan dan kami pun pergi ke Mr. Ice Cream. Di sana kami menyantap ice cream brownies, ya ice cream kesukaan saya, sebenarnya pun saya ingin menghilangkan bad mood saya, makanya saya mengajak dia untuk menemani makan ice cream di tempat favorit saya sambil berbincang dengan tema , mungkin ini pertemuan kita yang terakhir, sempat tertawa mengingatnya, ya karena mungkin saya dan dia akan sibuk dan jarang sekali bertemu karena kita pun hanya

bertemu di bimbel saat kita masih dalam satu kota. Setelah usai makan dan membayar, kita keluar dari Mr.Ice Cream, saat itu dia membukakan pintu dan mengelus rambut saya, saya sempat kaget dan berkata, mentang mentang gue kecil ya .. dia hanya tersenyum, dan kita pun saling berpesan untuk tetap menjaga komunikasi ya dengan narsisnya anak muda, kita bercanda berkata jarang jarang lo bakal ketemu orang kayak gue, pasti lo bakalan kangen. kita pun akhirnya menuju arah masing masing dengan berpesan hati hati di jalan . Sampai rumah pun akhirnya saya menyadari bahwa kekagetan saya itu diliputi rasa senang, saya merasa dia menyayangi saya, dan sebenarnya saya pun sudah lama tidak mendapat perlakuan seperti itu dari Iga. Dalam keadaan itu pun saya merasa bersalah karena tidak bilang ke Iga dulu, saya jalan hanya berdua dengan Okky, tapi kalaupun dia tahu pasti dia akan marah, sampai saat ini dia pun tak tahu saya pernah makan dengan Okky. Dan memang keadaan saat itu, dia tidak dapat dihubungi dari malam, tetapi akhirnya keberangkatanku ke stasiun untuk ke Jogja di antar olehnya, saya merasa sangat bersalah, tapi saya tidak ingin membuat dia kepikiran tentang hubungan saya dengan Okky yang sebenarnya memang benar benar hanya teman, karena saat itu juga menjelang SNMPTN. Setelah masuk perkuliahan, saya masih kontak dengan Okky ya sekedar tanya kabar atau kadang bercerita tentang hubunganku dengan Iga, Okky masih yang seperti dulu, memberi pengertianku untuk melihat dari sisi laki laki, terkadang ia pun membela Iga. Sampai suatu saat aku salah kirim ke Iga, padahal ingin sms ke Okky. Ok, di sini Iga marah besar, tahu kalau aku masih kontak dengan Okky, di sini aku berkata dengan nada tinggi, untuk bisa mengerti saya, saya hanya sekedar curhat tentang dia ke Okky, dan akhirnya diapun sedikit paham. Karena ada masalah tentang pengertian, akhirnya kami putus di awal OSPEK saya. Hubungan kami kadang renggang, kadang dekat, ya karena kami masih saling sayang sebenarnya, tapi karena perbedaan agama yang membuatku tak ingin mengulang hal bodoh kembali. Saya bertemu lagi dengan Okky di bulan November, dan di sana Okky bertemu dengan keluarga saya. Rencananya kita akan nonton bareng, tapi ternyata papa mengajak keluarga untuk nonton juga, alhasil akhirnya saya dan Okky nonton terpisah dalam studio yang sama. Kita sempat bertemu di luar studio saat film berlangsung , walau akhirnya saat pulangpun dia bertemu dan ramah menghadapi orang tua saya. Dan terakhir kali saya bertemu olehnya, saat menjelang tahun baru, kami nonton berdua, banyak perbincangan juga. Untuk beberapa kali saat itu ia pun

mengelus rambut saya, dan menggandeng saya bila salah jalan. Pulangnya kita shalat magrib dulu di mall itu. Setelah itu Okky mengajakku makan di dekat tempat pertama kali kita bertemu, banyak canda tawa dan cerita saat itu. Pulangnya saya pun diajak ke rumahnya untuk mengambil helm, ya saya tidak membawa helm karena saya bertemu dia seusai makan bersama keluarga di tempat yang sama untuk kami nonton bareng. Di sana saya bertemu dengan mamanya, ya di sana saya melihat sosok mamanya yang bangga terhadap Okky, karena dia anak yang nurut dan rajin membantu orang tua. Saat di rumah, kami sms-an dan berterimakasih atas pertemuan kali ini, dan ia mengatakan saya memang orangnya asik, dia senang jalan dengan saya. Saya pun demikian, saya senang sekali dapat bertemu dan mendapat perlakuannya hari itu. Saya mengagumi sosoknya, jika ia tidak memberanikan diri untuk berkenalan dengan saya mungkin saya tidak akan mengenal dia. Setelah berbincang dengan dia sebelum membuat tugas ini, saya bertanya mengapa ia ingin mengenal saya, dia bilang iseng tetapi seinget saya waktu pertama kali sms-an dia bilang, sepertinya saya anak yang asik untuk berteman. Dan saya bertanya lagi, mengapa dia ingin sekali berkenalan dengan saya sampai mengajak bertemu, dia hanya mejawab buat berteman, masa musuhan? Ini merupakan pengalaman komunikasi verbal saya, yaitu dapat berkenalan dengan Okky, dengan cara yang tidak saya duga , tetapi ini merupakan komunikasi yang cukup lancar, dan saya mengenal nama panggilannya yang merupakan sebutan dari teman terdekatnya ini merupakan simbol bahwa ia juga merupakan orang yang lucu dan mudah bergaul, serta ini pun termasuk dalam labelling. Dan dalam cerita saya pun, ada komunikasi non verbal, yaitu saat ia mengelus rambut saya entah itu isyarat apa yang ia gambarkan lewat isyarat gerak tangan, dan ekspresi wajah yang menggambarkan kepuasan rindu saat bertemu dengan saya, serta ekspresi wajah yang menggambarkan kesedihan saat ia tahu bahwa kami akan sulit untuk bertemu lagi. Itulah pengalaman menarik dan mengesankan bagi saya, sesuatu yang tak terduga yang membuat saya bersyukur mengenalnya, karena dia adalah pribadi yang baik. Terima kasih Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai