Anda di halaman 1dari 20

1

PENDAHULUAN

Provinsi Riau memiliki potensi ekosistem sungai rawa banjiran yang dikenal juga dengan istilah sungai paparan banjir atau floodplain river dengan keragaman jenis ikannya yang tinggi. Salah satu ekosistem sungai rawa banjiran di Provinsi Riau ada di kecamatanLanggam Sungai Kampar. Sungai Kampar telah ditetapkan sebagai pusat produksi perikanan air tawar di Provinsi Riau dengan SK Gubernur No. 99/II/2000. Ekosistem sungai rawa banjiran sebagai habitat ikan, kompleks dengan sungai, anak sungai dan danau banjiran atau oxbow lake yang mempunyai fungsi untuk kelangsungan hidup ikan. Lubuk pada dasar sungai digunakan ikan sebagai tempat berlindung. Anak sungai terutama pada bagian pinggirnya, digunakan ikan sebagai tempat berlindung dan mencari makan. Danau banjiran yang mempunyai vegetasi riparian yang terendam, digunakan oleh ikan sebagai tempat memijah sekaligus juga tempat mencari makan dan berlindung (Hartoto et al., 1998). Di antara ikan yang hidup pada ekosistem sungai rawa banjiran di Sungai Kampar Riau, ada jenis-jenis ikan dari genus Kryptopterus dan Ompok yang termasuk famili Siluridae yang secara umum di Indonesia dikenal sebagai ikan lais (Utomo et al. 1990, Kottelat et al., 1993, Fishbase 2008), atau di Provinsi Riau dikenal sebagai ikan selais (Pulungan et al., 1985, Saberina & Nuraini 2005). Genus Ompok di Indonesia terdiri dari 7 jenis, sedangkan genus Kryptopterus di Indonesia terdiri dari 14 jenis (Kottelat el al., 1993). Ikan lais Ompok mempunyai

nama sinonim Silurodes , sedangkan Kryptopterus mempunyai nama sinonim Cryptopterus (Weber & Beaufort 1913, Kottelat et al., 1993). Salah satu jenis dari ikan lais tersebut adalah Ompok hypophthalmus, yang dikenal secara spesifik oleh masyarakat di sekitar S. Kampar sebagai ikan lais danau. Ikan lais O. hypophthalmus termasuk ikan air tawar yang dikonsumsi masyarakat dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Produksi ikan lais di provinsi Riau belakangan ini mengalami penurunan. Kondisi ini disebabkan pencemaran lingkungan dan pendangkalan sungai, Budidaya perikanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi perikanan pada masa kini dan mendatang. Sampai saat ini usaha budidaya perikanan sudah menunjukkan perkembangan yang pesat, baik usaha perikanan air tawar maupun usaha perikanan air payau dan laut. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam usaha budidaya ikan adalah untuk memperoleh ikan yang berukuran tertentu dalam jumlah yang banyak dengan biaya sekecil mungkin. Informasi kebutuhan nutrisi untuk ikan-ikan budi daya yang tersedia umumnya hanya sebatas kebutuhan nutrien makro, seperti lemak dan protein, sedangkan informasi kebutuhan mikro nutrien, seperti vitamin dan mineral, masih sangat terbatas. Selain itu, penggunaan mikro nutrien ini dalam ransum pakan induk hanya mengacu kepada kebutuhan ransum secara umum untuk pertumbuhan. Pakan buatan yang dibutuhkan harus mempunyai formula yang lengkap, mengandung bahan-bahan yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan

mempertahankan sintasan kultivan yang pada ahirnya dapat meningkatkan produktifitas dan keuntungan. Hal ini dapat diperoleh dari pakan buatan yang dibuat dengan cermat dan perhitungan kandungan nutrien yang teliti dari bahanbahan penyusunnya.

HASIL

Dari hasil pencarian kami mendapatkan data sebagai berikut : Pada hasil yang kami ambil penelitian mereka memiliki perlakuan yaitu : A (2:0) : asam lemak n-6 2%, n-3 0%, B (1,5:0,5): asam lemak n-6 1,5%, n-3 0,5%, C (1:1) : asam lemak n-6 1,0%, n-3 1,0%, D (0,5:1,5): asam lemak n-6 0,5%, n-3 1,5%, dan E (0:2) : asam lemak n-6 0%, n-3 2%. Dan hasil penelitian mereka dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini. 1. Efisiensi Pakan

Tabel 1. Efisiensi Pakan (%) Ikan Selais (Ompok Hypopthalmus) Pada Setiap Perlakuan Selama Penelitian Ulangan Perlakuan (% n-6 dan n-3) B C D E 18,19 21,18 25,66 22,09 18,18 19,27 29,48 23,04 22,73 22,88 29,17 27,10 59,1 63,33 84,31 72,23 19,7a 21,11a 28,10b 24,08a* yang berbeda pada baris yang sama menunjukan

A 19,29 1 20,23 2 19,24 3 58,76 Jumlah 19,59a Rata-Rata Rata-rata Keterangan: *Huruf

adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05). (Sumber : Adelina, Idasary Boer, dan Fajar Amandiri Sejati, 2011) Tabel 1 menunjukkan bahwa efisiensi pakan ikan selais selama penelitian berkisar antara 19,59- 28,10%. Perlakuan D (n-6 0,5% dan n-3 1,5%) menghasilkan efisiensi pakan tertinggi yaitu 28,10%. Dari tabel di atas kita bisa lihat bahwa pada persentase perlakuan d bagian D memiliki efesiensi pakan yang menghasilkan pertumbuhan berat ikan selais yang

tinggi, dan kita juga mengetahui bahwa pada persentase itulah ikan bisa bertambah cepat besar. 2. Retensi Protein

Tabel 2. Retensi Protein (%) Ikan Selais (Ompok Hypopthalmus) Pada Setiap Perlakuan Selama Penelitian Perlakuan (% n-6 dan n-3) A B C D E 10,08 10,09 11,36 16,60 11,18 1 10,67 9,44 10,38 18,50 11,86 2 10,01 11,80 12,23 18,32 13,83 3 30.76 31,33 33,97 53,42 36,87 Jumlah 10,25a 10,44a 11,32a 17,81b 12,29a* Rata-Rata Rata-rata Keterangan: *Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan Ulangan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05). (Sumber : Adelina, Idasary Boer, dan Fajar Amandiri Sejati, 2011) Tabel 2 dapat dilihat bahwa retensi protein benih ikan selais selama penelitian berkisar antara 10,25-17,81%. Retensi protein tertinggi terdapat pada perlakuan D (n-6 0,5% dan n-3 1,5%) sebesar 17,81 % dan terendah terdapat pada perlakuan A (n-6 2% dan n-3 0%) sebesar 10,25%. Dari tabel tersebut kita bisa mengetahui kebutuhan iakn selais untuk ukuran benih sebesar 17,81 % dari pakan yang diberikan. Serta dari tabel itu juga protein sebesar 17,81 % terkandung pada perlakuan D.

3.

Retensi Lemak

Tabel 3. Retensi Lemak (%) Ikan Selais (Ompok Hypopthalmus) Pada Setiap Perlakuan Selama Penelitian Perlakuan (% n-6 dan n-3) A B C D E 92,98 97,84 152,49 180,14 94,42 1 99,83 93,12 142,60 201,14 92,33 2 100,2 110,96 165,87 201,34 107,27 3 293,01 301,92 460,96 582,62 294,02 Jumlah 97,67a 100,64a 153,65b 194,20c 98,01a* Rata-Rata Keterangan: *Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan adanya Ulangan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05). (Sumber : Adelina, Idasary Boer, dan Fajar Amandiri Sejati, 2011) Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa retensi lemak benih ikan selais meningkat seiring dengan pertambahan asam lemak pakan, kemudian mengalami penurunan pada perlakuan E. Dari data tersebut persentase terendah terdapat pada perlakuan A denagn persentase 97,67% dan tertinggi pada perlakuan D yaitu sebesar 194,20%. Dari tabel ini kita bisa mengetahui bahwa benih ikan selais memiliki kebutuhan nutrisi berupa lemak yang besar juga.

LITERATUR

Dalam membuat pakan buatan untuk ikan/udang, hal pertama yang harus dipertimbangkan dalah persyaratan bahan baku pakan yaitu : 1. Bahan baku tidak mengandung racun. Bahan baku yang mengandung racun dapat menghambat pertumbuhan, ikan mabuk dan stres bahkan dapat menyebabkan kematian ikan/udang yang diperihara secara masal. 2. Bahan baku pakan tidak boleh bersaing dengan bahan makanan manusia. 3. Bahan baku harus tersedia dalam waktu lama, atau tersedia secara kontinyu. 4. Harga bahan baku, walaupun dapat digunakan tetapi harganya mahal. Sebenarnya murah atau mahalnya bahan baku harus dinilai dari manfaat bahan baku tersebut. Sebagai contoh tepung ikan harganya memang mahal tetapi bila dibandingkan dengan nilai kegunaannya terutama kandungan proteinnya yang tinggi dan kelengkapan asam aminonya maka penggunaan tepung ikan menjadi murah. 5. Kualitas gizi bahan baku, menjadi persyaratan penting, walaupun harganya murah, dan tersedia cukup melimpah tetapi kandungan gizinya buruk, maka bahan baku seperti ini tidak dapat digunakan. (Yoyo et al., 2007) Pakan untuk hewan air (ikan/udang), dapat dikategorikan menjadi : 1. Pakan alami, merupakan kelompok pakan yang tersedia secara alami maupun dari hasil kultur yaqng dikumpulkan. Contoh: artemia, dapnia, cacing sutera.

Pakan alami yang berasal dari tumbuhan lumut sutera, plankton, dan daun talas untuk ikan gurami. 2. Pakan segar, yaitu berupa cincangan ikan rucah dan langsung diberikan pada ikan, pakan segar ini ketahanannya sangat rendah, oleh karena itu perlu disimpan dalam freezer. Pakan buatan, merupakan pakan berbentuk pelet, fleke dan crumble, pakan ini dalam kondisi kering sehingga daya tahannya antara > 4 bulan, kandungan gizinya lengkap karena dibuat sesuai dengan kebutuhan. Jenis pakan inilah yang akan dikupas lebih mendalam. Bahan Baku.Pakan, berdasarkan sifatnya maka bahan baku dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Sekitar 70-75 % bahan baku nabati merupakan biji-bijian dan hasil olahannya, 15 25% limbah industri makanan dan selebihnya berupa hijauan. Bahan pakan nabati sebagian merupakan sumber energi yang baik, dan sumber vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan. (Suastika Jaya, 2010) 1. Bahan Baku Nabati A. Jagung Kuning Selain jagung kuning, ada jagung warna putih dan jagung merah. Diantara ke tiga warna tersebut yang banyak tersedia dan diproduksi di Indonesia hanyalah jagung kuning. Jagung ini merupakan bahan baku pakan ternak dan ikan/udang,bahan baku jenis ini digunakan sebagai bahan baku pakan sumber energi, karena kadar proteinnya rendah ( 8.9%) bahkan desifisiensi terhadap asam amino penting terutama lysine dan triptofan. (Abidin Nur, 2004)

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Jagung Nutrisi Bahan kering Serat kasar Protein kasar Lemak kasar Energi gross Niacin Calsium Fosfor Vitamin A Asam Pentotenat Riboflavin Tiamin (Sumber : Abidin Nur, 2004) B. Dedak Halus Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikonsumsi manusia sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Kandungan serat kasar dedak 13,6%, atau 6 kali lebih besar dari pada jagung kering, merupakan factor pembatas, sehingga dedak tidak dapat digunakan berlebihan.. Kandungan asam amino dedak, walaupun lengkap tapi kuantitasnya tidak mencukupi kebutuhan ikan, demikian pula dengan vitamin dan mineralnya. (Abidin Nur, 2004) Kandungan 75 90 % 2,0 % 8,9 % 3,5 % 3918 Kkal/kg 6,3 mg/kg 0,02 % 3000 IU/kg 3,9 mg/kg 1,3mg/kg 3,6 mg/kg

10

Tabel 5. Kandungan Nutrisi Dedak Nutrisi Bahan kering Protein kasar Lemak kasar Serat kasar Energi metabolis Calsium Total Fosfor Vitamin A Asam Pantotenat Riboflavin Tiamin (Sumber : Abidin Nur, 2004) C. Bungkil Kedelai Kacang kedelai mentah mengandung penghambat typsin, dan dapat lepas melalui pemanasan atau metoda lain, sedangkan bungkil kacang kedelai merupakan limbah dari proses pembuatan minyak kedelai. Yang menjadi faktor pembatas pada penggunaan kedelai adalah asam amino metionin. (Abidin Nur, 2004) Tabel 6. Kandungan Nutrisi Bungkil Kedelai Nutrisi Protein kasar Energi metabolis Serat kasar (Sumber : Abidin Nur, 2004) Kandungan 42 50 % 2825 2890 Kkal/kg 6% Kandungan 91,0% 13,5% 0,6% 13,0% 1890 kal/kg 0,1% 17% 22,0 mg/kg 3,0 mg/kg 22,8 mg/kg

11

D. Bungkil Kacang Tanah Merupakan limbah dari pengolahan minyak kacang tanah atau loan lanilla. Kualitas bungkil kacang tanah ini tergantung pada proses pengolahan kacang tanah menjadi minyak. Disamping itu, proses pemanasan selama pengolahan berlangsung, juga menentukan kualitas bungkil ini, selain dari kualitas kacang tanah, pengolahan dan varietas kacang Sangat berpengaruh terhadap kandungan nutrisi. Kadar metionin, triptopan,treonin dan lysin bungkil kacang tanah juga mudah tercemar oleh Namur beracun (Aspergillus flavus ). (Abidin Nur, 2004) Tabel 7. Kandungan Nutrisi Bungkil Kacang Tanah Nutrisi Bahan Kering Protein Kasar Lemak kasar Serat kasar Energi metabolis (Sumber : Abidin Nur, 2004) E. Minyak Nabati Pengunaan minyak diperlukan pada pembuatan pakan ikan, terutama yang membutuhkan energi tinggi, yang hanya dapat diperoleh dari minyak. Minyak nabati yang dipergunakan hendaknya minyak nabati yang baik, tidak mudah tengik dan tidak mudah rusak. Penggunaan minyak nabati yang biasanya berasal dari kelapa atau sawit pada umumnya berkisar antara 2- 6 %. (Abidin Nur, 2004) Kandungan 91,5% 47,0% 12,0% 13,1% 2200 kal/kg

12

F. Hijauan Sebagai bahan campuran pakan, kini hijauan mulai dilirik kembali, karena ternyata sampai tertentu hijauan dengan protein tinggi dapat mensubstitusi tepung ikan. Hijauan yang dimaksud antara lain azola, turi dan daun talas, yang bila akan digunakan harus diolah terlebih dahulu, yaitu dikeringkan tetapi tidak sampai merusak warna, selanjutnya ditepungkan. Selain ketiga jenis daun tersebut beberapa jenis hijauan yang lain seperti ; daun singkong, kacang, eceng gondok dapat digunakan sebagai bahan campuran pakan. (Abidin Nur, 2004) 2. Bahan Baku Hewani A. Tepung ikan Tepung ikan, berasal dari ikan rucah, atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya Sangat beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60-70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik, dimana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati. Mineral kalsium dan fosfornya Sangat tinggi, karena beberapa keunggulan inilah maka tepung ikan menjadi mal. Energi yang hilang dari tubuh ikan sebagai feses, urine, ekskresi insang dan panas. Energi yang hilang sebagai panas sulit untuk diukur yakni : 1. Metabolisme standar, yaitu energi yang digunakan ikan pada kondisi tidak bergerak pada air yang tenang. 2. Aktifitas fisik sukarela, yaitu enrgi yang digunakan ikan untuk mencari makan, mempertahankan posisi dll. (Abidin Nur, 2004)

13

Tabel 8. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan Nutrisi Fosfor Kalsium Serat kasar Protein kasar (Sumber : Abidin Nur, 2004) B. Tepung Darah Merupakan limbah dari rumah potong hewan, yang yang banyak dipergunakan oleh pabrik pakan, karena protein kasarnya tinggi. Walaupun demikian ada pembatas religi. Baik buruknya kualitas tepung darah ini Sangat tergantung pada penanganan dalam penampungan jangan sampai tercampur dengan kotoran. (Abidin Nur, 2005) Tabel 9. Kandungan Nutrisi Tepung Darah Nutrisi Protein kasar Serat kasar Lemak kasar Kalsium (Sumber : Abidin Nur, 2004) Kelemahan dari tepung darah adalah miskin isoleusin , rendah kalsium dan fosfor pemakaian maksimum 5%. (Abidin Nur, 2005) Kandungan 80 % 1,6 % 1,6 % Kandungan 60 70% 1,0% 5,0% 3,0%

14

C. Tepung Keong Mas Keong mas, merupakan bahan baku lokal yang digunakan sebagai bahan alternatif dalam mensubstitusi tepung ikan. Kandungan tepung ikan dan tepung keong mas seperti table berikut : Tabel 10. Kandungan Nutrisi Tepung Keong Mas Nutrisi Protein kasar Lemak Abu Karbohidrat Kadar air 57,76 % 14,62 % 15,3 % 0,68 % 11,05 % Kandungan

(Sumber : Laboratorium Fisika Kimia BBPBAP Jepara dalam Abidin Nur, 2004) Daging keong mas mempunyai kandungan protein sekitar 60,9 %. Kadar ini setara atau hampir sebanding dengan kadar protein yang dimiliki tepung ikan yaitu sekitar 65,65 %. Dari segi kandungan asam amino, tepung keong mas memiliki kandungan asam amino yang tinggi sehingga tepung keong mas dapat di jadikan makanan dengan kualitas yang baik dan mampu manggantikan tepung ikan. (Abidin Nur, 2004) D. Protein Sel Tunggal (Algae) Sebagai sumber protein, sel tunggal dapat dijadikan sebagai alternatif sumber protein pengganti tepung ikan dalam formula pakan ikan. Kandungan proteinnya sangat beragam mulai dari 30 80% (Abidin Nur, 2004).

15

3.3. Pengetahuan Gizi Seperti halnya hewan lain, ikan pun membutuhkan zat gizi tertentu untuk hidupnya yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan sel-sel yang rusak dan untuk tumbuh. Zat gizi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air. (Abidin Nur, 2004) A. Protein Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan/udang, baik untuk pertumbuhan maupun untuk menghasilkan tenaga. Protein nabati (asal dari tumbuhan), lebih sulit dicernakan dari pada protein hewani (asal dari hewan), hal ini disebabkan karena protein nabati terbungkus dalam dinding selulosa yang memang sukar dicerna. (Yoyo et al., 2007) Pada umumnya ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan ternak di darat (unggas, dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan carnvora membutuhkan protein lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20 60%, dan optimum 30 -36%.(Yoyo et al., 2007) B. Lemak. Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak esensiilnya yaitu asam-asam lemak tak jenmuh atau PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak esensiil ini banyak terdapat di tepung kepala udang, cumi-cumi dll. Kandungan lemak angat dipengaruhi oleh factor usuran ikan, kondisi lingkungan dan adanya sumber

16

tenaga lain. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi antara 4 18%.(Anonim, 2009) C. Karbohidrat Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati.Kadar karbohidrat dalam pakan ikan, dapat berkisar antara 10 50%.Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan enzim pemecah karbohidrat (amilose) ikan karnivora biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar 12 % sedangkan untuk omnivore kadar karbohidratnya dapat mencapai 50%. (Abidin Nur, 2004) D. Vitamin. Apabila ikan kekurangan vitamin, maka gejalanya hdala nafsu makan hilang, kecepatan tumbuh bekurang, warna abnormal, keseimbangan hilang, gelisah, mudah terserang bakteri, pertumbuhan sirip kurang sempurna, pembentukan lendir terganggu dll. Kebutuhan akan vitamin Sangay dipengaruhi usuran ikan, umur, kondisi lingkungan dan suhu air.(Abidin Nur, 2005) E. Mineral Mineral hdala bahan an organik yang dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhan jeringan tubuh, proses metabolismo dan mempertahankan keseimbangan osmosis. Mineral yang penting untuk pembentukan tulang gigi dan sisik hdala kalsium, fosfor, fluorine, magnesium, besi, tembaga, kobalt, natrium, kalium, klor, boron, aluminium, seng, arsen dll. Makanan alami biasanya telah cukup mengandung mineral, bahkan beberapa dapat diserap langsung dari dalam air. Namur pada umunya, mineral-mineral itu didapatkan dari makanan. Oleh

17

karena itu, beberapa macam mineral yang penting perlu kita tambahkan pada proses pembuatan pakan. (Anonim, 2009) Selain kandungan gizi, ada beberapa bahan tambahan dalam meramu pakan buatan. bahan-bahan ini cukup sedikit saja, diantaranya : antioksidan, perekat dan pelezat. Sebagai antioksidan atau zat anti tengik dapat ditambahkan fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikuin, BHT, BHA dan lain-lain dengan pemnggunaan 150 -200 ppm. (Suastika Jaya, 2010) Beberapa bahan dapat berfungsi sebagai perekat seperti agar-agar gelatin, kanji, tepung terigu dan tepung sagu, dengan pemakaian maksimal 10% bahan perekat ini menjadi penting pada pembuatan pakan udang. Sebab pakan udang harus mempunyai ketahanan yang tinggi, agar tidak cepat hancur dalam air. Sebagai pelezat, pada umumnya diberi garam dapur sebanyak 2%.. Untuk pakan ikan bandeng bahan perekat diberikan sekitar 5%. (Yoyo et al., 2007)

18

PENUTUP

Dari hasil di atas kita bisa menyimpulkan bahwa iakn selais memiliki daya gizi atau kebutuhan gizi yang tinggi dari protein dan lemak. Dan dari hasil tersebut juga kita bisa mengetahui kebutuhan dari ikan selais itu.

19

DAFTAR PUSTAKA

Adelina. Boer, I. dan Sejati, F.A. 2011. Penambahan Asam Lemak Linoleat (n-6) dan Linolenat (n-3) Pada Pakan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Benih Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Berkala Perikanan Terubuk Vol. 40, No. 1. FishBase. 2008. A global information system on fishes. http:// www.fishbase.org/ (16 Januari 2008). Hartoto, D.I., Sarnita, A.S., Sjafei, D.S., Satya, A., Syawal, Y., Sulastri, Kamal, M.M. & Siddik, Y. 1998. Kriteria evaluasi suaka perikanan perairan darat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Limnologi. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N. & Wirdjoatmodjo, S. 1993. Freshwater fishes of western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus edition (HK) in collaboration with the environment Rep. of Indonesia. Pulungan, C.P., Ahmad, M., Siregar, Y.I., Maamoen, A. & Alawi, H. 1985. Morfometrik ikan selais Siluroidea dari perairan Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar Riau. Pekanbaru: Pusat Penelitian Universitas Riau. Saberina. & Nuraini. 2005. Ekologi ikan selais (Kryptopterus spp.) di perairan wilayah Pelalawan Riau. Berkala Perikanan Terubuk 32: 40-47. Utomo, A.D., Adjie, S. & Asyari. 1990. Aspek biologi ikan lais di perairan Lubuk Lampam Sumatera Selatan. Bulletin Penelitian Perikanan Darat 9: 105111. Weber, M. & De Beaufort, L.F. 1913. The Fish of the Indo- Australian archipelago. Vol. II. Malacopterygii, Myctophoidea, Ostariophysi : I. Siluroidea. Leiden: E.J. Brill Ltd. Abidin Nur, Zaenal Arifin. 2004. Nutrisi dan Formulasi Pakan Ikan. Departemen Kelautan dan Perikanan . Balai Besar Pengembangan Budidaya Air payau Jepara. Abidin Nur, 2005. Study And Analysis Of Feed and Nutrients For Sustainable Aquaculture Development : A country revew for Indonesia, Centre For Brackiswater Aquacultur Development Jepara, Central Java-Indonesia. Anonim. 2009. Manajemen Pakan., Upaya Meramu Pakan Ikan Tanpa Minyak dan Tepung Ikan. Informasi Teknologi-http :/www.dkp.go.id.

20

IBM Suastika Jaya, 2010. Petunjuk Praktis Memproduksi Pakan Murah untuk Budidaya Ikan Air Tawar. Yoyo W, Rina H, Irma MH dan Yukisaya N. 2007. Nutrisi dan Bahan Pakan ikan Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Freshwater Aquaculture Development Project, Jepan nternational Cooperation Agency.

Anda mungkin juga menyukai