Anda di halaman 1dari 4

Teknologi Informasi dan Pemberdayaan Basis Organisasi*

Muhammadiyah adalah organisasi besar dengan jumlah anggota yang tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa negara belahan dunia ini. Dikatakan besar karena jumlah Amal Usahanya dan juga struktur kepengurusannya yang menjangkau hingga ke kampung-kampung. Struktur pengurus dan pengelola Amal Usaha inilah yang disebut sebagai anggota aktif yang bisa didata selain dari NBM anggota. Wilayah yang luas dan dengan jumlah anggota yang tidak terdefinisi ini menjadi aset sekaligus masalah baru. Hubungan antar anggota dari wilayah tertentu belum tentu dapat langsung terjadi jika anggota tersebut tidak aktif di kepengurusan dan jarang dikirim ke acara-acara ditingkat yang lebih tinggi, sehingga antar anggota tidak dapat saling kenal.

Di era saat ini dimana orang bekerja atau menuntut ilmu tidak terbatas oleh lokasi maka mobilitas warga muhammadiyah menjadi makin meluas. Ketika mobilitas ini masuk dalam ruang-ruang kota dengan budaya kerja dan ruang-ruang sosial yang sempit maka warga muhammadiyah tidak lagi dapat berkumpul dengan warga lain yang tentu jarang dikenal. Di ruang-ruang inilah akhirnya muhammadiyah kehilangan elan vitalnya, walaupun warga muhammadiyah setempat aktif untuk mengadakan acara rutin dilingkungan tersebut. Interaksi antar warga muhammadiyah di era saat ini menjadi kurang efektif, selain harus meluangkan waktu untuk mencari lokasi pimpinan dan waktu untuk ikut acara-acarapun menjadi sangat sulit.

Keterbatasan waktu ini seharusnya dapat di atasi dengan berbagai perangkat bantu teknologi, sehingga interaksi tetap bisa berlangsung tanpa kehilangan waktu dan tenaga. Ciri muhammadiyah yang cenderung elit perkotaan dan kaum terpelajar menjadi modal penting dalam perubahan model interaksi ini. Dan sarana prasarana menuju ke model ini sangat memungkinkan untuk dipenuhi oleh warga muhammadiyah. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pada sejarah dakwah muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan sangat terbantu dengan adanya moda transportasi darat kereta api yang memungkinkan beliau berkeliling jawa untuk berdagang dan berdakwah. Moda transportasi adalah sarana untuk membangun komunikasi sebagaimana perkembangan partai politik saat itu yang massif melalui persatuan pekerja kereta api, mereka bertukar info, berbagi pamflet dan juga koran melalui perantara kereta api tersebut. Setelah kemerdekaan Indonesia moda transpotasi dibantu lagi dengan moda telekomunikasi, melalui telegram ataupun telepon. Dan moda telekomunikasi ini menjadikan perkembangan Indonesia makin pesat dan hubungan antar wilayah muhammadiyah menjadi lebih mudah, selain sarana surat via kantor Pos.

Perkembangan teknologi informasi ini tidak berhenti, tetapi terus berlanjut dan makin canggih dan lebih cepat. Internet masuk Indonesia pada medio 90-an, kampus-kampus mulai terhubung dengan internet. Kebutuhan organisasi juga sangat terbantu dengan media ini, sehingga forum milis menjadi tren. Telepon, internet dan email menjadi sarana organisasi-organisasi modern untuk mengelola struktur kepengurusan tetapi untuk mengelola anggota masih terlalu mahal menggunakan teknologi ini. Munculnya Handphone adalah cerita lain lagi dari model komunikasi yang memungkinkan setiap orang berkomunikasi secara langsung. Dengan alat ini memungkinkan semua orang untuk berkomunikasi dan memungkinkan organisasi untuk mengelola anggota secara langsung. Gadget for all, mungkin istilah itu yang cocok untuk saat ini, karena kemudahan untuk memiliki perangkat komunikasi tersebut. Komputer desktop, laptop, netbook, tab, iPad dan juga smartphone sudah sangat terjangkau harganya dan mudah untuk dimiliki. Model komunikasi dengan berbagai gadget ini merubah pola komunikasi saat ini juga. Internet menjadi kebutuhan sendiri dalam hal ini untuk mendukung semua gadget tetap berkomunikasi. Pola komunikasi dengan media sosial dan internet memungkinkan warga kota mengganti komunikasi kesehariannya. Jumlah pengguna smartphone dan media sosial adalah fenomena urban yang menjadi dipaksakan di negeri ini. Sehingga tren ini memaksa kelas menengah bawah pun ikut-ikutan dalam fenomena urban ini. Bagaimana fenomena ini dengan pengelolaan organisasi, adakah organisasi yang menggunakan secara efektif media ini? Warga muhammadiyah yang terdiri dari komunitas urban dan juga masyarakat pedesaan belum sampai 90% dalam penggunaan media ini. Sehingga fenomena media sosial yang sempat booming di negara-negara maju belum begitu bisa menggerakkan anggota organisasi secara massif. Pengelolaan Organisasi Dalam persoalan organisasi ada beberapa yang harus dipenuhi dalam pengambilan kebijakan, yaitu adanya sistem yang memberikan data untuk pengambilan kebijakan. Sistem Informasi organisasi untuk mengetahui kondisi organisasi dan juga perkembangan anggotanya. Dengan adanya sistem ini kebijakan akan tepat sasaran dan dapat mewakili sikap organisasi dan anggotanya.

Database anggota untuk merekam data pribadi anggota dan juga kemampuan-kemampuan yang mungkin dibutuhkan oleh organisasi. Sebagai contoh, di suatu daerah kita akan mencari anggota yang mempunyai keahlian dibidang tertentu maka yang pertama kita lakukan adalah melakukan penelusuran melalui pimpinan. Pimpinan akan mencari data anggota tersebut, jika tidak ada maka akan memberikan laporan kepada pencari data tersebut. Untuk hal ini tidak akan terjadi jika sistem informasi anggota muhammadiyah sudah dapat merekam ini semua, sehingga pimpinan pusat tinggal mencari di database setelah ketemu langsung menghubungi pimpinan tempat anggota tersebut ataupun menghubungi langsung orang tersebut.

Aplikasi Sistem informasi seperti ini sudah banyak dan digunakan di berbagai organisasi di dunia. Pada kesempatan saat ini penulis mencoba menyampaikan 2 (dua) aplikasi untuk mengelola dan memberdayakan anggota, yaitu CivicRM (http://civicrm.org) dan FrontlineSMS (http://frontlinesms.com). Pengelolaan data anggota seperti dalam aplikasi CivicRM adalah pengembangan aplikasi opensource untuk pendataan berbasis anggota secara langsung. Aplikasi ini berkomunikasi dengan anggota melalui web dan email, sehingga tiap anggota harus sudah terkoneksi dengan email. Pendekatan pada CivicRM adalah pendekatan pada model-model CRM (Customer Relationship Management) yaitu yang biasa diterapkan pada perusahaan perdagangan untuk menjalin komunikasi dengan pelanggannya. Kemudian pendekatan ini dibawa pada ranah pengelolaan data anggota organisasi sehingga organisasi tetap bisa menjalin komunikasi dengan anggota secara langsung. Pengembang CivicRM adalah para aktivis yang sudah berpengalaman di LSM sehingga pendekatan keorganisasian dan basis anggota diutamakan. Pendataan anggota yang cukup detail membantu organisasi untuk mengambil kebijakan berbasis anggota dan komunitas yang dikelola oleh organisasi. Pendekatan canvaser untuk mendatangi secara langsung anggota untuk melakukan survey organisasi berdasar lokasi tertentu juga menarik pada aplikasi ini. Sehingga organisasi dapat mengambil sampling terpilih dari database anggota tersebut. Pendekatan organisasi modern yang dikembangkan berdasar pada model-model perdagangan yang saat ini juga mulai marak dipakai dalam pemasaran politik. Sehingga CivicRM dapat digunakan di organisasi non profit ataupun partai politik. Target pada masyarakat urban perkotaan yang terkoneksi internet adalah masalah lain pada budaya masyarakat kita yang jarang berkomunikasi secara tertulis tetapi lebih suka dengan komunikasi verbal. Sehingga sosial media adalah menjadi ajang pemindahan obrolan warung kopi ke dunia internet. Berbeda dengan CivicRM, FrontlineSMS mempunyai pendekatan untuk masyarakat rural (pedesaan) yang tidak terkoneksi internet pada kesehariannya. Komunikasi dengan teks singkat sebagai fasilitas dari handphone digunakan maksimal untuk berbagi informasi secara massif kepada anggota. FrontlineSMS dikembangkan berdasar kondisi awal di daratan afrika waktu itu oleh kiwanja.net. Pendekatan masyarakat berdasar anthropologi inilah yang dilakukan oleh pengembangnya sehingga diharapkan sesuai dengan kondisi masyarakat tersebut.

Pesan singkat (SMS) ini adalah bentuk komunikasi teks singkat fasilitas dari vendor seluler. Teks singkat adalah komunikasi murah bagi pengguna handphone sebagai fasilitas dasar komunikasi pengguna. Ketika digabungkan dengan organisasi yang berbasis anggota maka fasilitas ini menjadi lebih bermanfaat untuk menggerakkan basis massa organisasi. Pengguna handphone biasa maupun smartphone tetap bisa menggunakan fasilitas ini. Pengetahuan pengguna tentang berkirim pesan singkat juga tidak perlu dilatihkan, karena aktifitas berkirim pesan singkat ini sangat mudah untuk pengguna.

Muhammadiyah dan Pemberdayaan anggota Dengan melihat perkembangan teknologi saaat ini dan juga perkembangan anggota, maka selayaknya muhammadiyah mulai memperhatikan model pemberdayaan anggota berbasis teknologi. Sarana dan prasarana organisasi yang mapan dan berbasis kampus memungkinkan penggunaan internet untuk pengelolaan data organisasi ini. Demikian juga dengan SDM yang ada di kampus-kampus yang cukup sehingga dapat dengan cepat memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Database anggota untuk pembuatan NBM sudah diterapkan di pusat dan juga wilayah-wilayah sehingga pendataan anggota akan lebih cepat. Untuk penggunaan internet sebagai perangkat pengelolaan data organisasi masih terbatas pada struktur pimpinan dari pusat sampai wilayah dan daerah tetapi belum bisa menjangkau secara langsung anggota. Sehingga untuk pemberdayaan ini memerlukan penggabungan beberapa model seperti yang telah dipaparkan diatas.

Warga muhammadiyah yang tersebar diseluruh Indonesia tidak seluruhnya terkoneksi internet. Penyebaran informasi melalui rapat, pengajian atau surat akan sangat memakan waktu. Pilihan untuk model komunikasi adalah dengan pesan singkat (SMS) yang tidak bergantung pada internet, cukup menggunakan handphone dengan berbagai penyedia layanan telepon seluler yang sudah mejangkau keseluruh Indonesia. Informasi dari organisasi ataupun dari anggota ke organisasi akan lebih cepat tersampaikan.

Teknologi apa yang akan di adopsi? Kebijakan organisasi dan pendekatan pemilihan model oleh organisasi sangat menentukan dalam hal ini, sehingga untuk memilih menggunakan komunikasi email ataupun SMS harus dilakukan penelusuran kebutuhan-kebutuhan organisasi. SMS sebagai layanan yang umum dapat menjadi solusi sementara untuk hal ini, karena dapat menjangkau seluruh anggota. Walaupun tetap mempertimbangkan kaum muda dan komunitas urban yang sudah tidak bisa lepas lagi dari internet dan media sosial.

Semoga dapat menjadi bahan diskusi untuk pengembangan dan pengelolaan organisasi. Adi Sucipto Koordinator Muhammadiyah IT Society http://mit-center.org/ *Disampaikan dalam seminar LPCR di UHAMKA tanggal 16 Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai