Anda di halaman 1dari 17

BAB V MODEL-MODEL PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL Tujuan Instruksional 1. Untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya model dalam pembelajaran 2.

Untuk mengetahui dan menganalisis model-model yang ada dalam pembelajaran 3. Untuk mengantar pemahanan tentang jenis-jenis yang ada model dalam pembejaran 4. Untuk mengantar kemampuan pengajar memilih model yang sesuai A. Pandangan tentang Proses Perancangan dan Pengem, bangan Instruksional Perancangan dan pengembangan merupakan suatu proses. Ada tiga sudut pandang, yaitu: a. Bertolak dari teori umum Teori ini mengajarkan bahwa proses perancangan dan pengembangan instruksional, harus ingat ada beberapa unsur yang saling berinteraksi. Pandangan ini tekanannya pada :

komunikasi _______terhadap umpan balik_______bagian dari prediksi pengaruh______sistem Teori ini bertolak dari sistemarik, karena itu harus dicari hati-hati dan

b. Bertolak dari sistematik terperinci. Model ini memuat semua tugas pengembangan yang harus dilakukan oleh perancangan/ pengembang instruksional. Contohnya model IDI (Instructional Development Institut) c. Pandangan preskriptif Menurut pandangan ini proses pengembangan instruksionalnya memerlukan urutan pernyataan yang jelas dan tepat, untuk vierancang kegiatan belajar. Kuncinya : Urutan pernyataannya adalah : "jika ............., maka ........." Apabila macam pembelajaran yang akan terjadi adalah jenis X, dan

siswa mempunyai karakter Y, maka yang diberikan belajarnya harus jenis tertentu. Jadi meskipun organisasi professional yang tergabung dalam AECT telah memberikan definisi, ternyata, para pengembang instruksional tidak dapat dipengaruhi, lebih-lebih yang sudah professional. Pandangan para professional itu juga memberikan warna tertentu pada model yang ada. Mengapa perlu model? Dalam ilmu pengetahuan, "model" mempunyai kegunaan, antara lain: a. Untuk menyusun teori dan mengajukan hipotesis. b. Untuk mendiskripsikan atau menerangkan. c. Untuk mengadakan prediksi. Namun khusus untuk para pengembang dan perencana instruksional, model dapat juga digunakan untuk: a. sebagai alat komunikasi b. sebagai petunjuk aktivitas yang akan dilakukan c. sebagai sejumlah aturan yang bersifat pre-skriptif. Ketiga tersebut di atas terlihat seperti overlapping (tumpang tindih), namum model ternyata cenderung memberikan tekanan pada satu fungsi saja. Apabila model sebagai alat komunikasi, maka model hendaknya dibuat sesederhana mungkin, agar mudah diterima. Apabila sebagai alat pengelola, harus di dalamnya mengandung tugas-tugas yang perlu dilaksanakan dalam pengelolaan itu. Apabila bersifat preskriptif, maka harus ada struktur semacam matrik yang diadakan untuk menyesuikan tujuan belajar dan strategi yang dipakai. B. Model Pengembangan yang pertama Istilah pengembangan Instruksional, didefinisikan sebagai suatu proses Untuk meningkatkan system Instruksional. Istilah ini dari Michigan State University (1961-1965) dengan nama: "Instructional System Development : A Demonstration and Evaluation Project" dengan ketua Dr. John Barson. Beberapa ahli juga mengembangkan model, meskipun tidak memakai nama "Pengembangan Instruksional" Misal : istilah "pengajaran terprogram, memakai

proses yang bersifat sistematik, Tetapi tidak mengakui sumbangan utama uji coba , proses revisi, dan keberhasilan helajar. L.C.Silvern- ia bekerja pada dinas Militer dan Angkasa luar USA, Menyusun model pengembangan Instruksional yang kompleks dan terperinci. Model ini disusun berdasarkan konsep system Umum. Modelnya sekarang tidak dipakai, tetapi model Silvern ini masih banyak diadaptasi oleh pengembang baru. Hamreaus, pekerja pada Teaching Research Division the Oregon State System Of Higher Education Modelnya adalah klasik. Ia menyajikan model maxi dan Mini. Pendekatannya ganda, modelnya sederhana untuk komunikasi dengan klien. Model Hamreaus terlihat dikembangkan oleh IDI (Instructional Development Institut). C. Taksonomi Model Pengembangan Instruksional Dengan adanya bermacam-macam model pengembangan Instruksional, maka perlu Taksonomi model Gustafson (1981), menyusun taksonomi, dengan harapan ada dua keuntungan. a. Taksonomi dapat merupakan alat untuk mengelompokkan dan menyederhanakan model-model yang dikenal b. Para pengembang dapat memakai taksonomi untuk menganalisis macam-macam proyek Instruksi yang tengah dikembangkan. Dengan demikian, mereka menjadi memiliki model adaptasi sesuai kondisi dilapangan. Taksonomi Gustaft. membagi model dalam empat kategori, dan bervari yaitu (a) Kelas , (b) Hasil, (c) Sistem, (4) organisisasi. Catatan: Kategori di atas tidak dapat dibedakan secara absolud. Kategori berorientasi pada kelas, asumsinya : (1) ada guru, (2) ada murid, (3) ada kurikulum, dan (4) ada fasilitas Kebutuhan pengembang, adalah apabila guru merasa evektivitas pengajarannya perlu ditingkatkan. 1. Prosesnya: Guru bekerja sendiri, bukan anggota tim.

2. Peningkatan mutu terbatas pada lingkungan kelas untuk kepentingan guru. 3. Pilihan utama :lakukan adaptasi dengan bahan yang tersedia, bukan membuat pengembangan yang baru sama sekali. Kategori kedua, orientasi pada satu atau beberapa hasil asumsinya bahwa pengembangan hasil merupakan sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil biasanya diharapkan memberikan hasil yang sama pada siswa pada karateristik tertentu. Kategori ketiga berorientasi pada system. Dalam beberapa kasus dapat menjadi bagian dari kategori hasil. kiblat kategori ini memerlukan analisis (1) lingkungan, (2) sifat tugas yang dilakukan, dan (3) apakah diperlukan ngembangan atau tidak. Kategori keempat berorientasi pada orgnisasi, artinya mengadaptasikan organisasi dan personal pada lingkungan baru. Perbandingan Model-Model Pengembangan Karakteristik Orienasi Model 1 Kelas Model 2 Hasil Paket Belajar Mandiri Model 3 Sistem Model 4 organisasi

Hasil Jam pengajaran pengembangan Sumber daya yang dipakai untuk pengembangan gan Pengembangan Tekanan pada Pengembangan atau seleksi Bahan Jumlah Analisis Awal-Akhir dan Penilaian Kebutuhan

Aktivitas Mata kuliah perguruan Tim/Perubahan tinggi/sek kebijaksanaan Milliter Sedang

Sedikit sekali

banyak Individu al/Team

Banyak

Individual

Team

Team

Seleksi

Pengembangan Pengembanga Seleksi atau atau pengembangan n Seleksi Banyak Sekali Sedang

Sedikit

Sedikit/ Sedang

Jumlah Ujicoba dan Pengulangan

Sedikit/ Sedang

hasil Banyak Sekali

Sedang/ Banyak

Sedikit/ Sedang

Sumber: Kent L.Gustafson 1981 Katagori keempat berorientasi pada organisasi. Kecuali untuk meningkatkan pengajaran, tujuan model ini adalah untuk mengadakan modifikasi atau adaptasi organisasi dan personal yang ada dilingkungan yang sifatnya baru. D. Model Pengembangan Instruksional yang Berorientasi Kelas Model ini sangat penting bagi guru yang mempunyai anggapan bahwa tugas mereka mengajar dan siswa memerlukan pengajaran yang baik. Kelompok pendukung orientasi ini adalah guru SD, SMP, SMA, SMK dan dosen PT. Memang ada model ini digunakan di program pelatihan dikalangan bisnis dan industri yang berorientasi kelas. Guru umumnya berasumsi, mereka akan memperoleh sejumlah siswa di kelas, pelajaran akan diberikan "n" kali Lima waktu "t " menit/jam tiap pertemuan. Tugas guru di sini, menentukan materi pengajaran dalam pertemuan itu. Artinya merancang strategi instruksional yang dipakai untuk proses belajar di kelas. Karena pembelajaran disini lebih bersifat rutinitas, tugas guru menjadi berat dan sulit untuk mengembangkan. Guru lebih senang memandang model ini sebagai petunjuk. E. Model Gerlach dan Ely Model ini digambarkan sebagai berikut. Langkah pertama adalah menentukan materi dan merumuskan tujuan instruksional yang harus dicapai.Kedua, lang kah itu adalah merupakan kegiatan bersama dan saling berinteraksi. Sebenarnya Gerlach dan Ely mengatakan bahwa penentuan dan penyusunan tujuan instruksional adalah langkah awal proses pengembangan instruksional itu sendiri.

Model Pengembangan Gerlach dan Ely

Sumber : Gerlach V.S dan Ely, Donald. (1980) Theaching and Media : A Systematic Approach, Englewood Cliffs, N. Jersey, Prentice Hall Inc Pengembangan instruksional yang ada hanya model gerlach dan Ely yang mengakui adanya orientasi ke materi dalam proses pengembangan Instruksional. Langkah selanjutnya adalah penilaian perilaku awal siswa yang akan menerima program instruksional. Langkahnya juga dilakukan dengan model-model yang berorientasi pada kelas yang lain. Selanjutnya ada lima langkah simultan, yaitu (1) menentukan strategi, (2) mengatur pengelompokan siswa, (3) mengalokasikan waktu yang diperlukan, (4) menentukan ruangan dan tempat yang akan dipakai, (5) memilih sumber belajar. Kelima langkah ini adalah langkah yang saling berinteraksi, artinya setiap ke putusan yang diambil pada salah satu langkah, akan mempengaruhi langkah yang lain, artinya tiap keputusan yang diambil di salah satu langkah, akan mempengaruhi langkah berikutnya. Tegasnya proses pengembangan instruksional adalah suatu system. Sementara itu, yang dimaksud dengan strategi, adalah semua metode mengajar yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan materi. Dari metode ekspositori yang semua materi dijelaskan oleh guru, sampai ke metode discovery (penemuan), yaitu siswa harus menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsipprinsip yang harus dipelajari. Tugas guru adalah mernilih salah satu atau beberapa macam strategi instruksional, untuk menyampaikan materi pembelajaran.

Selain dengan metode yang telah ditentukan. Siswa juga dapat diatur untuk melaksanakan bermacam-macam bentuk kegiatan, mulai belajar mandiri sampai belajar kelompok. Hal ini tergantung pada strategi yang dipilih, kondisi ruang yang ada, waktu yang tersedia serta sumber belajar yang digunakan. Sementara itu pertimbangan tempat bukan sesuatu yang tetap, sebab siswa dapat dipecah pecah sesuatu strategi yang dipilihnya. Hal ini terjad sebab guru tidak diajurkan belajar di kelas, sementara itu ruang kelas sendiri dapat diubah-ubah pengaturannya, sesuai kebutuhan sehingga dapat diperoleh macam macam pola kelompok. Demikian pula pemilihan sumber belajar yang akin digunakan tergantung kebutuhan Guru untuk rnemperoleh, mengadaptasikan, dan menambah bahan instruksional yang tersedia. Tekanan langkah ini adalah pada masalah dimana dan bagaimana memperoleh sumbel belajar yang diperlukan. Yang penting diadakan peninjauan akan kualitas sumber. Akhirnya memaksa guru harus mengadakan rencana bagaimana memakai sumber sebagai bagian strategi instruksional. Langkah kelima yang tidak boleh dilupakan adalah evaluasi hasil belajar. Guru tidak hanya mengukur tingkat keberhasilan atau prestasi siswanya, tetapi juga dilihat sikap siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan pelaksaan pembelajaran. Evaluasi harus sesuai dengan tujuan belajar yang ditentukan sebelumnya. Selain dari itu, evaluasi juga diperuntukan untuk menilai sistem Instruksional itu sendiri. Oleh sebab itu, tegasnya umpan balik (feed back) adalah langkah terakhir dalam pengembangan instruksional, yang sangat bermanfaat bagi si guru untuk menentukan tingkat keberhasilan program instruksional yang telah dikembangkan. Umpan balik adalah merupakan usaha untuk meninjau kembali semua langkah yang dilakukan selama proses berlangsung, terutama untuk melihat apakah keputusan tujuan belajar, dan strategi yang dipilih untuk membantu siswa mencapai tujuan yang tepat. Model model dalam secara Gerlach dan linier sering dapat ini Ely adalah dan terlihat dikatakan perpaduan Simultan. simultan, linier. antara Meskipun tetapi Adapun pengembangan beberapa umum aplikasi model

unggulan

model

ini,

setiap

guru

dapat

dengan

mudah

mengerti dan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang harus dilaksanakan. Kelemahannya model ini, secara tak sengaja guru diberi dorongan untuk tetap memakai pola program instruksional yang ada selama ini. Dengan demikian si guru tidak pernah mengadakan feed back secara menyeluruh tentang bagaimana seharusnya system instruksional yang baik itu. F. Model Kemp Model yang disusun Kemp, dalam beberapa hal sama dengan model Gerlach dan Ely. Kelebihan model Ken dapat diterapkan di semua tingkat pendidikan, artinya dari SD sampai PT. Kelebihan lain model ini juga dapat digunakan untuk perancangan dan pengembangan satuan atau unit institusional kecil., juga dapat digunakan untuk suatu mata kuliah atau mata kuliah seuntuhnya. Lebih lanjut Kemp mengatakan bahwa model nya dapat dipakai untuk menjawab tiga pertanyaan, yang diangap sebagai unsur-unsur yang penting dalam teknologi instruksional, antara lain: a. Apakah yang akan dipelajari (tujuan belajar) b. Prosedur dan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan (aktivitas dan sumber) c. Bagaimana mengetahui bahwa proses belajar-mengajar berhasil (evaluasi) Menurut model Kemp. Pengembangan intruksional merupakan lingkaran yang bersifat kontinyu, tiap langkah berhubungan secara langsung dengan suatu aktivitas yang dinamakan revisi. Guru dapat mulai dari unsur mana saja dan dapat melangkah kemana saja, karena program instruksionalnya adalah suatu sistem yang saling bergantung dan saling herhubungan itulah langkah pertama yang harus diperhatikan dari model ini dalam melihat tujuan topik, dan kegunaan untuk menetukan apa yang diajarkan. Langkah ke dua adalah menentukan karakter siswa melalui IQ, EQ, IP, kemampuan membaca dan sebagainya. Disamping itu juga dibuat kematangan dan kemampuan siswa. Langkah ke tiga menentukan tujuan instruksional khusus. Kemp menganjurkan menggunakan taksonomi bloom. Yaitu memperhatikan afektif, kognitif dan psikomotor.

Selanjutnya Kemp menganjurkan agar tujuan dapat dinyatakan dalam bentuk yang dapat dilihat dan didengar. Menurut Kemp, keuntungan yang diperoleh: 1. Merupakan rangka program instruksional yang disusun secra profesional untuk menentukan urutan materi dan aktivitas, 2. merupakan dasar evaluasi hasil belajar siswa dan program itu sendiri. lebih lanjut Kemp mernperingatkan keterbatasan utama, dengan adanya tujuan insruksional a. pada umumnya TIK hanya mencakup pengtahuan Kognitif rendah (hafalan) kognitif tidak diperhatikan b. pernyataan TIK dalam bentuk tingkah laku cocok untuk kognitif dan Psikomotor, sedang afektif jarang dinyatakan c. tujuan TIK memang cocok untuk subyek yang mempunyai struktur berurutan seperti matematika, IPA, bahasa asing. Tapi untuk subyek humaniora, seni, dan IPS pemakaian TIK kurang mengena d. guru tidak dapat meramalkan sebelum hasil belajar dicapai e. Perumusan TIK yang dapat di ukur akan membuat proses belajar mengajar tidak manusiawi Sementara itu langkah ke empat yaitu spesifik materi instruksional yang menunjukan pandangan Kemp, bersifat non linear artinya tujuan dan materi dapat ditentukan terlebih dahulu sumber: J.E.Kemp, 1977 Langkah ke lima penilaian awal tingkah laku siswa merupakan langkah yang perlu dilaksanakan maksudnya guru mengadakan penjajakan pengukuran apakah siswa menguasai TI, untuk itu perlu ada pengujian prasyarat. Langkah ke enam model Kemp adalah aktivitas belajar mengajar dan pembelian sumber, keputusan yang menyangkut strategi adalah metode yang efektif dan efisien yaitu bagaimana mengelompokkan hubungan sosial memilih media dan sumber belajar. Kemp mengatakan tidak ada rumus khusus untuk menyesuaikan aktivitas dalam proses belajar mengajar.

Isi Subyek

Di kelas ada 3 pola dasar. 1. guru mempresetasikan info kepada siswa (ceramah, demonstrasi, menulis dsb) 2. siswa belajar sendiri (membaca teks, memecahkan masalah, membuat laporan, membaca di perpustakaan. percobaan di lab. 3. interaksi guru murid (diskusi tanya jawab) pada masa sekarang pola belajar mengajar tidak perlu seperti tersebut diatas, hanya yang harus diperhatikan oleh guru: a. persiapan sebelum belajar, hendaknya mempunyai pengetahuan prerekuisit. b. motivasi(merasakan adanya nilai pribadi) c. perbedaan individual, dirancang sedemikian rupa sesuai kemampuan d. kondisi instruksional, proses belajar akan berhasil, bila siswa mengetahui tujuan, dan materi disusun dari yang mudah ke yang sukar e. partisipasi aktif, siswa diarahkan untuk belajar aktif f. keberhasilan, proses disusun sedemikian rupa, sehingga siswa merasa tertantang g. pengetahuan tentang hasil yang diperoleh, adalah umpan balik tentang keberhasilan yang dicapai untuk penguatan siswa. h. Praktek, siswa memperoleh kesempatan mempraktekan dan melakukan latihanlatihan i. Kecepatan mempresentasikan materi, kecepatan materi yang disajikan kepada siswa tergantung perbedaan individual j. sikap guru yang positif terhadap apa yang diajarkan mempengaruhi sikap siswa. Langkah ketujuh dari model Kemp, adalah menentukan bahan penunjang, yakni sumber-sumber tambahan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan program instruksional Langkah terakhir adalah evaluasi, yakni pengumpulim data evaluasi formatif maupun sumatif. G. Model Davis, Alexander. dan Yelon Model dibuat oleh LSD artinya Learning System Design Alexander, yang dan Robert Davis, Lawrense

.phen Yelon (1974) ada 8 langkah utama dan 1 langkah tambahan yang

berhubungan dengan 2 langkah utama dalam model itu. Menurut model ini, proses pengembangan instruksional adalah kegiatan linier. Secara garis besar proses delapan langkah itu dapat diperas menjadi tiga unsur a. analisis b. rancangan c. evaluasi

Sumber: Davis, L.Alexander, dan S.Yelon (1974) Learning System Design, New York: Mc Gra3e Hill Inc Pengembangan model LSD dimulai dengan menyusun deskripsi tentang sistem instruksional yang telah ada sekarang. Caranya : a.mengumpulkan informasi tentang jumlah siswa; b. latar belakang siswa; c. mendalami perbedaan dan persamaan sifat-sifat siswa, dan d. mengetahui kelemahan dan keunggulan guru yang akan ditugasi menyampaikan pelajaran. Usaha pengumpulan informasi ini, telah menunjukkan bahwa model ini orientasinya pada kelas. Lebih lanjut, pembuat model ini menunjukkan bahwa proses pengembangan tidak dimulai dari nol. Hal ini dapat dibuktinya bahwa ketika memulai proses, mereka ini memerlukan deskripsi tentang sistem yang telah ada.

Langkah kedua, model ini memerintahkan kita untuk menentukan dan menyusun tujuan instruksional .Seperti model yang lain, kita juga diminta dalam menyusun tujuan instruksional harus yang bersifat operasional.Artinya tingkah laku yang dihasilkan dan dapat dilihat, dapat diukur berdasarkan aturan yang ada.( Siswa, tingkah laku, kondisi yang ada, dan standard) Langkah ketiga, model ini menyuruh kita menyusun perencanaan evaluasi, yang menggunakan test-test (yang valid dan terpercaya), yang digunakan untuk mengukur berapa persen siswa itu mencapai tujuan (berupa basil belajar siswa dan sikap yang ditampilkan yang dapat mencapai tujuan.instruksional). Evaluasi disini juga digunakan untuk mengukur kemampuan prasyarat dan ketrampilan awal yang ditunjukkan siswa sebelum mengikuti program ini. Evaluasi ini juga harus menggambarkan adanya kesukaran-kesukaran yang dihadapi siswa dalam usaha mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan. Langkah keempat, model ini bentuknya tunggal untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan instruksional. Langkah keempat ini harus dihubungkan dengan langkah tambahan, yaitu deskripsi tugas siswa pada langkah ketiga.Yang dimaksud dengan langkah tambahan adalah alasan untuk memakai hasil analisis tugas dan deskripsi tugas dalam pengembangan dan pengurutan tujuan belajar. Langkah keempat dan langkah tambahan, seringkali membingungkan para guru pengembang instruksional yang ingin melihat sebagai bagian dari proses untuk memperoleh dan nentukan tujuan tujuan belajar. Dalam langkah keempat tujuan belajar dikelompokkan ke dalam enam bentuk belajar. Sementara guru memang ada yang menganggap cukup empat bentuk belajar yang relevan, yaitu : belajar konsep, belajar prinsip, memacahkan masalah, dan didorong ketrampilan motorik perseptual. Sementara kedua yang lain adalah : kondisionil operant dan klasikal. kalau kita mau cermat, model ini ternyata dipengaruhi oleh Gagne, yaitu bagaimana guru atau calon pengembang instruksional dapat mendeskripsikan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa dapat dijalankan. Caranya : (a) wawancara, ; (b) obsevasi langsung, ; (c) mempelajari u-buku manual teknis. Apabila ketiga hal di atas telah dilakukan, maka sebaiknya dan seharusnya di buat diagram alur untuk mengetahui urutan tugas Untuk mengatahui apakah deskripsi tugas itu dinyatakan sudah benar, perlu

diterapkan juga tiga kreteria, yakni : (1) deskripsi harus lengkap; (2) dinyatakandalam wujud tingkah laku yang dapat dilihat; (3) hanya terdiri satu langkah saja.(karena tidak mungkin siswa dapat melakukan tugas dua atau tiga kali sekaligus) catatan yang harus disadari, bahwa kerja deskrispsi dan analisis tugas yang dilakukan guru itu, tidak perlu menjelaskan kondisi-kondisi, bahwa tugas tersebut, dapat dilaksanakan. Yang perlu diketahui adalah ( a)Akteristik siswa, (b) ketrampilan awal atau prasyarat yang harus dipunyai siswa; (c) kedewasaan fisiologis (mernerlukan kontrol perkembangan otot-otot siswa); (4) kedewasaan kognitif, dan (5) kemampuan psikologis serta bakat siswa. Langkah kelima, adalah bagaimana perancang instruksional mampu menyesuaikan materi yang diberikan dengan strategi yang digunakan.(artinya dengan tipe-tipe belajar yang akan diberikan siswa), dengan memperhatikan: karakteristik siswa, prinsip belajar dari sudut behaviorisme.Kalau kita mau mengamati, sebenarnya model ini adalah salah satu bentuk dari penerapan psikologi tingkali laku yang disesuaikan dengan tujuan instruksional, yang telah disusun, misal: bagaimana strategi mempelajari konsep, prinsip, pemecahan masalah, dan ketrampilan motorik perseptual. Sayang rupanya dilupakan faktor lain, seperti media dan sumber -sumber lain, sebagai logistiknya. Langkah keenam, adalah implementasi program instruksional yang telah dikembangkan, sayangnya model ini tidak menjelaskan bagaimana dilaksanakannya Langkah ketujuh, yaitu pelaksanaan evaluasi, misalnya melakukan test pada siswa dan evaluasi sistem instruksional itu sendiri, caranya membandingkan yang direncanakan dan hasil implementasinya..Oleh sebab itu dengan mendikteksi komponen-komponen, apakah telah berinteraksi sesuai perancangannya. Data ini penting untuk bahan revisi. Model Davis, Alexander dan Yelon, selain ada keunggulan juga kelemahan.Keunggulannya banyak menggunakan prinsip psikologi belajar, kelemahannya mereka meninggalkan yang lain. Sayang model tidak menerangkan bagaimana merancang suatu program, sehingga bagi guru yang belum berpengalaman akan mengalami kesulitan. Memang ada film strips sebagai bahan untuk mendalami. H. Model Briggs

Model Briggs, adalah salah satu model pengembangan instruksional dari model-model yang pernah dikembangkan. Disajikannya model ini, karena akan banyak menolong para guru yang mengajar di kelas. Adapun dasar asumsi yang dilakukan Briggs dalam merancang sistem instruksional, karena : a. Rancangan harus bertujuan membantu siswa atau seseorang belajar. b. Rancangan sebaiknya jangka panjang maupun jangka pendek. c. Sistem instruksional yang dirancang secara sistematis, akan dapat mempengaruhi perkembangan seseorang (siswa). d. Rancangan sistem instruksional haruslah dilaksanakan berdasarkan pendekatan sistem. e. Perencangan hendaknya didasarkan pengetahuan bagaimana manusia akan belajar Model Briggs ada sepuluh langkah yang berbentuk linier. Hal itu terjadi karena banyak langkah di model ini serupa atau sama dengan model yang pernah dibicarakan terdahulu. Atas dasar pemikiran inilah, maka pada model ini hanya akan dibicarakan hal-hal yang berbeda. Langkah pertama model Briggs, adalah pernyataan tujuan belajar dan standard penampilan atau keberhasilan siswa dalam operasaional, dengan cara diamati dan diukur. Langkah kedua adalah pembuatan test untuk mengukur sampai dimana tujuan tersebut dicapai. Gambar: Model Pengembangan Instruksional Briggs

Revisi tambahan bahan instruksional dan/atau tujuan belajar, serta standard penampilan. Apabila terdapat kemungkinan untuk lanjutan program di pendidikan yang lebih tinggi, atau ke lapangan/pekerjaan, maka evaluasi penampilan dari situasi-situasi ini dapat merupakan sumber data untuk revisi program lanjutan tersebut. Sumber: Leslie. J. Briggs (1980) Handbook of Procedures the Design of Instructional, Pittsberb, PA. American Institut for Research. Langkah ketiga adalah analisis tujuan untuk menentukan urutan dan pengaturan materi instruksional. lebih lanjut Briggs menyarankan,agar sebaiknya guru menanyakan pada siswa apa yang diperlukan sebelum mereka tujuan belajar yang ditentukan. Setelah tahu jawaban siswa, lalu diidentifikasi bentuk-benuk belajar dengan menggunakan herarki Gagne. Langkah berikutnya susunlah butir-butir berdasarkan herarki Gagne dan diberi nomor dari nomor 1 sampai no. n. Hasil penyusunan hasil belajar ini dapat dipakai sebagai dasar pembuatan urutan instruksional. Langkah ke empat, ditentukan kompetensi siswa,dilakukan test awal, serta pelajaran remidial,disiapkan di langkah ke lima bagi siswa yang belum mempunyai kompetensi awal yang dipersyaratkan. Para guru biasanya tahu, terutama siswasiswa yang belum mempunyai prasyarat. Perhatian model Briggs ,adalah perhatian kepada siswa yang perlu mendapat remidial. Salah satu Jalan yang diajurkan adalah diadakan program adaptatif. Alternatif lain apabila tidak diadakan program adaptatif yang lahir anak putus sekolah akibat tidak dapat mengikuti pelajaran. Langkah ke enam adalah pemilihan media dan penulisan pre-skripsi instruksional. Briggs berusaha mengadakan perancangan dan pemilihan yang sistematik.

Evaluasi Keberhasilan (10)

Langkah selanjutnya yaitu langkah ke tujuh, adalah pengembangan bahan instruksional yang akan diuji cobakan dan kemudian revisi pada langkah ke delapan. Langkah ke Sembilan uji coba dilaksanakan di kelas dan diikuti dengan revisi. Penekanan Briggs pada uji coba dan revisi, membuat model ini sangat dianjurkan .Adanya uji coba dan revisi berulang-ulang membuat model ini diklasifikasikan pada model yang berorietasi pada hasil. Model Briggs mempunyai keunggulan, karena model ini memperhatikan siswa yang belum mempunyai prasyarat.Ia juga memberikan informasi secara rinci tentang input dan out put pada tiap langkah pengembangan. I. Model Pengembangan De Ceceo Model De Cecco,sebenarnya pengembangan modelnya Galser yang dimodifikasi sedikit. Karena itu hanya modifikasi, para ahli pendidikan lebih senang menyebut bahwa model De Cecco itu bukan model pengembangan instruksional, akan tetapi lebih tepat disebut model mengajar. Keuntungan kita mempelajari model ini,karena sangat sederhana dan mudah untuk dipahami, sehingga akan dapat dijadikan batu loncatan mempelajari model-model yang lain. Model De Cecco ada empat komponen. (1) Pernyataan tujuan instruksional yang harus dicapai siswa. Bentuknya seperti yang dianjurkan oleh Mager,yaitu pernyataannya dalam bentuk tingkah laku yang dapat dilihat dan diukur.. (2) Melakukan penilaian kemampuan awal dan karakteristik siswa dimulai apa yang telah dipelajari sebelumnya. (Kemampuan,perkembangan intelektual, motivasi, dan kemampuan-kemampuan lainnya.) Setelah melihat tingkat kemampuan siswa, selanjutnya dibandingkan dengan tujuan isntruksional yang telah dirumuskan. (3) Menentukan prosedur instruksional yang akan dipakai. Model ini membagi belajar menjadi: ketrampilan, bahasa, konsep, prinsip atau memecahkan masalah Dengan pengelolaan yang tepat menyebabkan perubahan tingkah laku yang dinamakan : "belajar" dan "prestasi" (4) Langkah keempat adalah penilaian penampilan siswa Apabila tujuan belajar belum sesuai dengan standard yang ditentukan,maka berarti salah satu komponen atau semua komponen ada kelemahan. Bagi guru yang belum berpengalaman, pengembangan, model instruksional ini sangat baik sebagai landasan untuk memahami berbagai konsep pengembangan

yang ada.

Sumber : Jhon P.De Cecco and Willam Crawford (1977) The Psychology of learning and Instruction, New Delhi: Pretince Hall of India Private Ltd.

Anda mungkin juga menyukai