Anda di halaman 1dari 2

Seorang Wanita Pendosa

Fadhil Naraqi dalam kitabnya, Mi'raj as Sa'adah, menuliskan sebuah kisah. Di Bashrah terdapat seorang wanita bernama Sya'wanah yang tidak pernah ketinggalan menghadiri "majelis maksiat". Suatu hari ia bersama budak-budak wanitanya berjalan di salah satu gang di Bashrah. Ketika sampai di depan pintu sebuah rumah, terdengarlah suara teriakan. Ia pun berkata, "Subhanallah, begitu memilukan. Suara apa itu ?" Ia segera menyuruh salah seorang budak wanitanya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Budak tersebut pergi namun tidak kembali. Ia kembali menyuruh salah seorang budak wanitanya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Si budak pun pergi, namun ia tak kembali. Untuk kesekian kalinya, Sya'wanah memerintahkan salah seorang budaknya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi sambil perpesan agar budaknya itu cepat kembali. Si budak pun pergi dan kembali seraya berkata padanya "Wahai tuan putri, teriakan memilukan tersebut bukanlah teriakan orang-orang yang sedang berduka dikarenakan ada orang yang meninggal dunia, namun itu adalah ratapan orang-orang yang sedang menyesali perbuatan dosa, ratapan orang-orang sedih dikarenakan penuhnya catatan hidup mereka dengan goresan-goresan tinta hitam maksiat!" Setelah mendengar hal itu, Sya'wanah bergegas pergi ke balkon rumah itu. Ia melihat seorang pendakwah yang dikelilingi oleh sekelompok orang. Pendakwah itu sedang memberikan nasihat dan wejangan kepada mereka, mengingatkan mereka akan azab Allah sehingga mereka bercucuran air mata. Saat Sya'wanah masuk ke tengah-tengah mereka, sang pendakwah sedang membacakan ayat Al-Qur'an, "Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan belenggu, mereka mengharapkan kebinasaan." (QS. al-Furqan: 12-13)

Setelah mendengar lantunan ayat tersebut, Sya'wanah merasakan sakit dan kepedihan yang menyayat kalbunya. Lantas ia berkata, "Wahai syekh, aku adalah salah satu orang hina penghuni tempat sempit tu (di neraka). Jika aku bertobat, apakah Tuhan akan mengampuniku?" Sang pendakwah menjawab, "Tentu, jika engkau bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya, walaupun dosamu sebanyak dosa Sya'wanah." Sya'wanah berkata, Wahai syekh, Sya'wanah (yang anda sebut tadi) adalah aku, yang setelah ini tidak akan lagi berbuat dosa. Sang pendakwah berkata, "Allah adalah dzat yang paling penyayang dari segala penyayang, tentu engkau akan diampuni jika bertobat kepada-Nya dengan tobat yang sebenar-benarnya." Sya'wanah pun menangis dan kemudian memerdekakan seluruh budak wanitanya serta menyibukkan dirinya dalam ibadah. Ia bertekad untuk menebus dosa-dosa masa lalunya sampai tubuhnya kurus dan tak berdaya lagi. Pada suatu hari ia memperhatikan tubuhnya sendiri, dan menyadari bahwa tubunya itu telah kurus dan tak lemah. Ia berkata "Ah .. di dunia ini saja tubuhku telah meleleh (kurus) sedemikian rupa, lalu bagaimana keadaaan ku di akhirat kelak?!" Tak lama kemudian ia mendengar suara gaib yang menggugah hatinya, "Istiqamahlah engkau dalam menjalankan perintah-perintah Allah, agar engkau melihat balasan-Nya di hari kiamat." Uzur seseorang di hari kiamat tidak di terima. Yang tersiksa hanyalah penyesalan karena dosa.

Anda mungkin juga menyukai