Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

A. Judul :
Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermakna Bernuansa Lingkungan
Alam Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Semester II SD
Gugus 4 Selemadeg Timur Gadungan Tabanan, Tahun Ajaran
2012/2013.

B. Latar Belakang
Usia tingkat sekolah dasar sangat erat kaitannya dengan masa bermain
anak. Usia tingkat sekolah sekolah dasar yaitu 6 tahun sampai 12 tahun,
merupakan usia anak memperoleh informasi dan pengetahuan dengan bantuan
media konkret dan faktual yang bersumber dari lingkungan dalam kehidupan
sehari-hari di sekitar siswa. Pada usia tersebut biasanya identik dengan sifat
meniru akibat dari informasi dan pengetahuan yang diperoleh dalam konteks
kehidupan di lingkungan sekitar siswa dan sumber-sumber lainnya. Konsep
pengetahuan yang ditanamkan sejak sekolah dasar menjadi hal yang paling
mendasar dalam berfikir dan melekat hingga anak tumbuh dewasa. Terkait dengan
hal tersebut Piaget berpendapat bahwa ada tahap perkembangan kognitif pada
anak yaitu (a) tahap sensorimotor (0-2 th); (b) tahap pra operasional (2-7 th); (c)
tahap operasional konkret (7-11 th); (d) tahap operasional formal (11-15 th).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu cara yang telah ditempuh yaitu
menerapkan kurikulum pendidikan yang disesuaikan karakteristik siswa,
lingkungan belajar dan sumber belajar khususnya pada tingkat sekolah dasar.
Berbagai kurikulum pernah diterapkan di Indonesia antara lain (1) Rencana
Pelajaran 1947, (2) Rencana Pelajaran Terurai 1952, (3) Kurikulum 1968, (4)
Kurikulum 1975, (5) Kurikulum 1984, (6) Kurikulum 1994 dan Suplemen
Kurikulum 1999, (7) Kurikulum2004 (KBK), (8) Kurikulum 2006 (KTSP).
Namun upaya-upaya tersebut belum sepenuhnya dapat mengatasi permasalahan
pendidikan pada umumnya.
Kurikulum yang saat ini berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
masing satuan pendidikan. KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan
peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
yang ada di daerah. KTSP menuntut terjadinya perubahan paradigma dari
pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Tugas dan peran guru tidak hanya sebagai pemberi informasi, tetapi juga
sebagai motivator agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui
berbagai aktivitas yang menuntut peran aktif siswa.
Pada tingkat sekolah dasar peran siswa dalam konteks pembelajaran
konstruktivisme yaitu pembelajaran terpusat pada siswa (student centre) dan lebih
mengedepankan proses dibandingkan hasil karena dalam konteks
pembelajarannya siswa mencari tahu tentang apa arti yang mereka pelajari serta
membangun pengetahuan yang dimilikinya sendiri. Pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep dalam suatu pembelajaran yang disesuaikan dengan ide-ide
kreatif, sumber belajar yang variatif, kerangka berfikir yang ada dalam struktur
kognitif mereka dan siswa yang bertanggung jawab atas hasil belajarnya sendiri.
Tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan apabila
suatu pendekatan pembelajaran dapat diintegrasikan kedalam proses
pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan oleh guru. Dengan
demikian pembelajaran yang diharapkan kini adalah pembelajaran yang berpusat
pada siswa (Student Centre) dan mengedepankan pembelajaran nyata dalam
konteks kehidupan anak serta pemilihan suatu pendekatan pembelajaran menjadi
hal yang utama dalam perencanaan pembelajaran dengan tujuan agar terjadi
interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan teman sejawat maupun siswa
dengan sumber belajar yang ada di sekitar mereka.
Dari hasil observasi langsung di SD Gugus 4 Selemadeg Timur, guru masih
menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan dalam proses
pembelajarannya. Pemahaman guru yang masih belum menguasi teknik
pengelolaan kelas dan mengembangkan inovasi dan kreativitas dalam
membelajarkan siswa sehingga pembelajaran tidak dapat berlangsung secara
optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPS pada tahun ajaran 2012/2013
yang masih dibawah standar ketuntasan minimal yaitu 60 dan standar ketuntasan
kelas sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 70 persen (Dokumen
nilai ulangan). Dilihat dari segi jumlah khususnya siswa kelas IV SD Gugus 4
Selemadeg Timur sangat menunjang keefektifan dan intensitas dalam proses
pembelajaran. Dengan melihat jumlah siswa yang tertera dalam tabel 1.1 menjadi
tantangan tersendiri bagi guru dalam menerapkan inovasi dan kreativitas dalam
membelajarkan siswa yang akan dikembangkan. Masih rendahnya hasil belajar
siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) terutama pada
mata pelajaran IPS yang memiliki KKM yaitu 60 di sekolah tersebut menjadi
momok bagi guru yang mengajar pada sekolah tersebut.
Tabel 1. Nilai Rata-rata Ulangan Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas IV di
SD Gugus 4 Selemadeg Timur Tahun Pelajaran 2012/2013

Nama Sekolah Jumlah Siswa Nilai Rata-rata
SD N 1 Gadungan 15 orang 57
SD N 2 Gadungan 14 orang 57
SD N 3 Gadungan 13 orang 52
SD N 4 Gadungan 3 orang 54
(Sumber: SD Gugus 4 Selemadeg Timur)
Dari hasil observasi yang dilakukan pada SD Gugus 4 Selemadeg Timur
khususnya mata pelajaran IPS sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa
yang harus dibarengi meningkatkan mutu dan kualitas tenaga pendidik di
Indonesia. Dalam mengatasi permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian
sebagai suatu upaya untuk memecahkan permasalahan. Pembelajaran yang efektif
dan menyenangkan merupakan dambaan perubahan paradigma dalam dunia
pendidikan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dibutuhkan suatu perubahan
pembelajaran perlu diadakan suatu pembelajaran yang mengikutsertakan siswa
turut aktif sehingga merangsang minat belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar dan mengajak siswa
belajar diluar kelas menjadi salah satu upaya pembelajaran akan menjadi
bermakna, efektif dan menyenangkan. Untuk mengetahui perubahan ke arah yang
lebih signifikan perlu dilakukan suatu penelitian untuk memecahkan
permasalahan diatas. Pada penelitian ini Pendekatan pembelajaran bermakna
yang dIPSdukan dengan lingkungan alam diharapkan menjadi langkah awal yang
akan diterapkan untuk membelajarkan siswa dan tepat sasaran dalam menjadi
solusi pemecahan permasalahan peningkatan hasil belajar.
Harapan dalam penerapan pendekatan pembelajaran bermakna bernuansa
lingkungan alam agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal pada mata
pelajaran IPS dengan memenuhi standar ketuntasan minimal yaitu 60, karena
dengan pendekatan pembelajaran bermakna bernuansa lingkungan alam siswa
dapat melakukan aktifitas belajar secara nyata dan bermakna dengan
menggunakan lingkungan alam sebagai sumber belajar dan tempat belajar yang
tidak monotone yaitu diluar kelas menjadikan proses pembelajaran menjadi
menyenangkan serta terjadi pola interaksi antara siswa dengan guru, siswa
dengan teman sejawat maupun siswa dengan lingkungan alam sebagai sumber
belajar.
David Ausubel (dalam Dahar, 2011:95) seorang menyatakan bahwa bahan
pelajaran yang dipelajari harus bermakna (meaningfull). Pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Pembelajaran
bermakna sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya
hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan
komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kogitif siswa. Dengan
demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha
mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan
membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan
pengetahuan baru yang akan dibelajarkan. Dengan kata lain, belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan
mengaktifkan lebih banyak indera darIPSda hanya mendengarkan orang atau guru
menjelaskan. Siswa yang berada di sekolah dasar seluruh aspek perkembangan
kognitifnya tumbuh dan berkembang sesuai dengan konsep dan fakta yang ada.
Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep dan fakta
secara sederhana. Proses pembelajaran pada tingkat SD masih bergantung kepada
objek-objek konkrit dan pengalaman langsung dalam memperoleh informasi baru
yang diterima.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik meneliti pendekatan pembelajaran
bermakna bernuansa lingkungan alam dalam pembelajaran IPS dengan tujuan
untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal pada mata pelajaran IPS siswa
kelas IV Gugus Selemadeg Timur melalui penelitian yang berjudul Pengaruh
Pendekatan Pembelajaran Bermakna Bernuansa Lingkungan Alam Terhadap
Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus Selemadeg Timur Gadungan
Tabanan, Tahun Ajaran 2012/2013.

C. Identifikasi Masalah
Berdasar pada latar belakang yang diuraikan dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut. (1) rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IV
Sekolah Dasar Gugus Selemadeg Timur (2) kegiatan pembelajaran masih terpusat
pada guru sebagai sumber belajar, (3) guru masih menggunakan cara mengajar
konvensional karena belum menguasai model dan pendekatan pembelajaran
kreatif inovatif.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan yaitu, apakah terdapat pengaruh pendekatan
pembelajaran bermakna bernuansa lingkungan alam terhadap hasil belajar ips
siswa kelas IV SD Gugus Selemadeg Timur Gadungan Tabanan, Tahun Ajaran
2012/2013?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan yang
akan dicari solusinya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pendekatan pembelajaran bermakna bernuansa lingkungan alam
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Gugus 4 Selemadeg Timur
Gadungan Tabanan, Tahun Ajaran 2012/2013.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Setelah dilaksanakannya penelitian dan mengetahui adanya pengaruh
pendekatan pembelajaran bermakna bernuansa lingkungan alam terhadap hasil
belajar ips siswa kelas IV SD 4 Gugus Selemadeg Timur Gadungan Tabanan
yang teruji secara eksperimen diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
referensi teori pendidikan khususnya dalam mata pelajaran IPS sehingga dapat
memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang penerapan model
pembelajaran, strategi pembelajaran dan pendekatan pembelajaran untuk
mencapai hasil belajar yang optimal yang menuju pada ketercapaian akhir dari
tujuan pendidikan.
2. Manfaat Praktis
2.1 Bagi guru
Bagi guru, penelitian ini dapat menjadi acuan dalam meningkatkan
kinerjanya dalam merancang perencanaan pembelajaran dengan tujuan
memperoleh hasil belajar yang optimal. Hasil penemuan dalam penelitian ini
memotivasi guru untuk melaksanakan pembelajaran IPS dengan
mengimplementasikan pendekatan pembelajaran bermakna bernuansa lingkungan
alam dalam kelas..
2.2 Bagi siswa
Penelitian ini sangat bermanfaat karena secara tidak langsung siswa dapat
terbantu dalam pemahan konsep-konsep IPS yang dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi langsung dengan teman sejawat, guru dan sumber
belajar. Dengan mengikuti pembelajaran IPS melalui penerapan pendekatan
pembelajaran bermakna bernuansa lingkungan alam, siswa akan lebih mudah
memahami materi pembelajaran karena terkait dengan dunia nyata , objek-objek
relevan serta fakta yang ada siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran dalam
kehidupan mereka sehari-hari setelah mereka berada dalam lingkungan
masyarakat.
2.3 Bagi Peneliti
Diharapkan dengan adanya penelitian ini peneliti dapat memperoleh
pemecahan masalah yang ada di SD terkait hasil belajar melalui penelitian
pengaruh pendekatan pembelajaran bermakna terhadap hasil belajar siswa yang
secara komprehensif berpengaruh terhadap aktifitas dan hasil belajar IPS siswa
dalam proses pembelajaran.
2.4 Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini memberikan solusi bagi sekolah dalam pengembangan
model pembelajaran, strategi pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang
akan dituangkan kedalam rencana pembelajaran yang bertujuan tercapainya tujuan
dari pembelajaran secara efektif dan optimal yaitu hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS. Melalui penelitian ini masih terbukanya peluang untuk memiliki
guru-guru yang berkompeten dan mampu berinovasi dalam memperbaiki atau
meningkatkan kualitas, mutu proses dan hasil pembelajaran di sekolah menuju
terwujudnya standar layanan yang bermutu.

G. Asumsi Penelitian dan Keterbatasan
1. Asumsi
Pada penelitian ini ada asumsi yang digunakan adalah skor yang diperoleh
siswa dalam menjawab tes yang diberikan mencerminkan hasil belajar IPS siswa
yang sesungguhnya.
2. Keterbatasan
Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas IV semester II SD Gugus 4
Selemadeg Timur Gadungan Tabanan, Tahun Ajaran 2012/2013

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
Dalam kajian pustaka ini secara berturut-turut akan dijelaskan (1) Pendekatan
Pembelajaran Bermakna di Sekolah Dasar (SD); (2) Lingkungan Alam sebagai
Sumber Belajar; (3) Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD); (4) Hasil Belajar
Siswa; (5) Tautan Pendekatan Pembelajaran Bermakna Hasil Belajar.
1. Pendekatan Pembelajaran Bermakna di Sekolah Dasar (SD)
Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan
berbagai strategi, pendekatan, model, dan metode pembelajaran senantiasa harus
ditingkatkan. Dalam membelajarkan siswa sekolah dasar guru hendaknya harus
mampu berinovasi dan kreatif dalam membelajarkan siswa, karena
membelajarkan siswa tingkat sekolah dasar harus benar-benar mampu
menanamkan konsep bukan hanya sekedar hafalan melainkan pemahaman yang
bersifat permanen pada ingatan siswa.
Banyak pendekatan, model,metode serta strategi dalam membelajarkan
dan menanamkan konsep pada siswa, diantaranya pendekatan pembelajaran
bermakna yang merupakan salah satu pendekatan menganut aliran
konstruktivisme dan didukung oleh teori belajar kognitif. Di Sekolah Dasar (SD)
dibutuhkan sesuatu yang bervariatif dan inovatif dalam membelajarkan siswa
kelas rendah (rentang kelas 1-3) serta kelas tinggi (rentang kelas 4-6).
Pembelajaran siswa sekolah dasar biasanya perlu penanaman konsep yang
matang sebagai suatu gambaran agar siswa dapat memahami materi secara lebih
nyata. Dalam membelajarkan siswa guru harus dapat mengaitkan materi yang
akan dibelajarkan objek-objek yang relevan yang ada di alam dan lingkungan
sekitar siswa.
Pendekatan pembelajaran bermakna merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang dapat diterapkan di SD. Teori yang mendukung pendekatan
ini adalah teori belajar bermakna dari Ausebel. Ausebel (dalam Dahar 2011:95)
mengungkapkan bahwa belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya
informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif sesorang. Sejalan dengan pendapat Ausebel, Winataputra (2007:3.20-
3.21) menyatakan bahwa suatu konsep mempunyai arti bila sama dengan ide
yang telah dimiliki, yang ada dalam struktur kognitifnya. Agar konsep-konsep
yang diajarkan berarti, harus ada sesuatu di dalam kesadaran siswa yang bisa
disamakan yaitu struktur kognitif. Struktur kognitif berisi konsep yang telah
tersusun secara hierarki dan tetap berada dalam kesadaran siswa dan pengetahuan
diorganisasikan dalam ingatan secara hierarki. Oleh karena itu agar materi
pelajaran disusun secara berurutan dari atas ke bawah, dari yang paling
inklusif/umum/abstrak hingga yang paling spesifik/terperinci (pembelajaran harus
berjalan dari yang paling umum dan inklusif hingga terperinci disertai dengan
contoh).
Belajar bermakna dapat dIPSdukan dengan nuansa alam sesuai dengan
letak sekolah tersebut memiliki kekhasan dan potensi daerah yang secara
komprehensif melekat dengan alam agar dapat mengkaitkan materi dengan alam
sekitar yang ada di lingkungan siswa. Dengan adanya kekhasan dan potensi
daerah tersebut maka perlu adanya suatu pembelajaran yang mengajak siswa
untuk berfikir konkret sesuai dengan realita yang ada dan guru perlu
menanamkan konsep dengan mengajak siswa turun langsung ke objek yang akan
dibelajarkan agar siswa dapat memahami keterkaitan antara materi dengan
kenyataan yang ada pada lingkungan siswa karena dalam struktur kognitif pada
tingkat sekolah dasar masih belum dapat berfikir secara abstrak dalam
pemerolehan informasi. Dengan demikian siswa dapat memahami konsep serta
mengembangkan dan membangun pengetahuannya sesuai dengan fakta
dilapangan. Dari hal tersebut belajar bermakna akan terjadi apabila informasi
yang baru diterima siswa mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah
ada/diterima sebelum atau sesudahnya dan tersimpan pemahaman dan
pengetahuan dalam struktur kognitifnya.
Sejalan dengan hal tersebut Dahar (2011:100) mengungkapkan bahwa
dalam pengaplikasiannya terdapat empat prinsip dalam menerapkan teori belajar
bermakna yaitu: (1) pengaturan awal (advance organizer), dalam hal ini hal yang
perlu dilakukan adalah mengarahkan dan membantu mengingat kembali, (2)
defrensiasi progresif, dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah menyusun
konsep dengan mengajarkan konsep-konsep tersebut dari inklusif kemudian
kurang inklusif dan yang paling inklusif, (3) belajar subordinat, dalam hal ini
terjadi bila konsep-konsep tersebut telah dipelajari sebelumnya, (4) penyesuaian
integratif, dalam hal ini materi disusun sedemikian rupa hingga menggerakkan
hirarki konseptual yaitu ke atas dan ke bawah.
Dari prinsip tersebut adapun langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan dalam menerapkan teori belajar bermakna: (1) menentukan tujuan
pembelajaran, (2) mengukur kesiapan siswa, (3) memilih materi pembelajaran
dan mengatur dalam penyajian konsep, (4) mengidentifikasi prinsip-prinsip yang
harus dikuasai peserta didik dari materi pembelajaran, (5) menyajikan suatu
pandangan secara menyeluruh tentang apa yang seharusnya dipelajari,
(6) menggunakan advance organizer dengan cara memberikan rangkuman
dilanjutkan dengan keterkaitan antara materi, (7) mengajar siswa dengan
pemahaman konsep, (8) mengevaluasi hasil belajar, Prasetyo Irawan (2012)
Dahar (2011:98) ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu : (a)
Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, (b) Informasi
yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk
materi pelajaran yang miri, (c) Informasi yang dipelajari secara bermakna
mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
Jadi belajar bermakna adalah proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang serta
dalam proses pembelajaran dapat menyesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah sebagai sumber belajar.

2. Lingkungan Alam sebagai Sumber Belajar
Belajar pada hakekatnya merupakan interaksi antar siswa dan
lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap siswa dan
sebaliknya siswa memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses
interaksinya itu dapat terjadi perubahan pada diri siswa berupa perubahan tingkah
laku. Adanya interaksi antara manusia dan manusia, manusia dan lingkungan
dalam proses pemerolehan informasi dalam pembelajaran tidak hanya dengan
bukti-bukti yang berada dalam buku saja dan alat peraga saja melainkan bukti
langsung melalui lingkungan alam yang ada di sekitar siswa.
Ilmuan muda (dalam wordpress.com: 2011) mengemukakan bahwa pada
dasarnya semua jenis lingkungan yang ada di sekitar anak dapat dimanfaatkan
untuk mengoptimalkan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini sepanjang
relevan dengan komptensi dasar dan hasil belajar yang bisa berupa lingkungan
alam atau lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan budaya atau buatan.
Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya
alamiah, seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-
tumbuhan dan hewan (flora dan fauna), sungai, iklim, suhu, dan sebagainya.
Lingkungan alam sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini
akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai dengan
kemampuannya, anak dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan
dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga proses terjadinya. Dengan
mempelajari lingkungan alam ini diharapkan anak akan lebih memahami gejala-
gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, lebih dari itu
diharapkan juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai
alam, dan mungkin juga anak bisa turut berpartisIPSsi untuk menjaga dan
memelihara lingkungan alam.
Ada dua hal yang sangat erat kaitannya tetapi berbeda cara memaknainya
yaitu alam sekitar dan lingkungan. Alam sekitar mencakup segala hal yang ada di
sekitar kita baik yang jauh maupun yang dekat letaknya, baik masa silam maupun
yang akan datang tidak terikat pada dimensi waktu dan tempat. Sedangkan
lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan
pengaruh tertentu terhadap individu. Hamalik (2011:194-195) menyatakan bahwa
pandangan beberapa tokoh pendidikan masa lampau berpandangan bahwa faktor
lingkungan sangat bermakna dan dijadikan sebagai landasan dalam
mengembangkan konsep pendidikan dan pembelajaran. J.J Rousseau dengan
teorinya Kembali ke Alam berpendapat bahwa betapa pentingnya pengaruh
alam terhadap perkembangan peserta didik. Lingkungan alam merupakan faktor
terpenting dalam proses pembelajaran sebagai sumber belajar. Lingkungan alam
meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber
belajar.

3. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD)
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar
mulai dari kelas I. Mulyono Tj (1980:8) IPS merupakan perwujudan dari suatu
pendekatan inter disipliner dari pengajaran ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, dan ilmu politik. Tujuan IPS SD adalah (a) membekali anak didik
dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelak di masyarakat;
(b) membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di
masyarakat; (c) membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan
sesama warga masyarakat dan berbagia bidang keilmuan serta keahlian; (d)
membekali anak didik dengan kesadaran sikap dan mental yang positif serta
keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari
kehidupan; (e) memiliki anak didik dengan kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan
masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Solihatin (2009:14) menyebutkan bahwa tujuan dari pendidikan IPS
adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam
mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya serta mempersiapkan
siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.
Pernyataan ini diperkuat oleh Gunawan (2011:39) menyatakan bahwa IPS
merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, generalisasi. Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak
didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (a) mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (b) memiliki
kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (c) memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (d) memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat
majemuk, lokal, nasional dan global.
Dari beberapa pandangan ahli diatas dapat dikatakan bahwa
pengembangan IPS harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan
baik dari segi sumber belajar, sarana dan prasarana pendukung serta tantangan
hidup dalam masyarakat yang akan dihadapi anak menuju kedewasaan.
Berkaitaan dengan hal tersebut proses penanaman konsep dan aktualisasi dari IPS
lebih ditekankan dalam rencana pembelajaran yaitu pengembangan perangkat
kurikulum. Kurikulum KTSP untuk tingkat SD menyatakan bahwa, Pengetahuan
Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum KTSP), bertujuan untuk; (1) mengajarkan
konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan,
pedagogis, dan psikologis. (2) mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial. (3) membangun
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. (4)
meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, baik secara nasional maupun global sedangkan ruang lingkup
mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sbb: (1)manusia, tempat, dan lingkungan
(2)waktu, keberlanjutan, dan perubahan (3)sistem sosial dan budaya (4)perilaku
ekonomi dan kesejahteraan.
Pengembangan kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan pendekatan
yang ada pada sekolah dasar. Pendekatan materi pembelajaran IPS di sekolah
dasar adalah pendekatan meluas (expanding approach) yang mulai dengan
pengenalan anggota keluarga, RT/RW, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi,
negara Indonesia, dan negara-negara di dunia. Sesuai kurikulum SD tahun 2004,
ruang lingkup pengajaran pengetahuan sosial meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan: keluarga, masyarakat setempat, uang, tabungan, pajak, ekonomi
setempat, wilayah propinsi, wilayah kepulauan, pemerintahan daerah, Negara
Republik Indonesia dan negara-negara di dunia. Sedangkan materi sejarah
pengenalannya mulai dari sejarah lokal (setempat), nasional dan sejarah dunia
yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa kehidupan berdasarkan kurun
waktunya merupakan sumber dan materi IPS yang sangat berharga. Alokasi
waktu pembelajaran IPS setiap minggu yakni 3 jam untuk siswa kelas I, II, III,
dan 5 jam untuk kelas IV, V, dan VI.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan
konsep abstrak agar mudah dIPShami anak. Gunawan (2011:56-57) memberikan
pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkretkan yang abstrak
tersebut dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak
tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, elaborasi dalam
kata-kata yang dapat dIPShami siswa. Sumaatmadja (2008:1.23-1.28)
menyatakan bahwa ada nilai edukatif yang terkandung dan menjadi tolak ukur
pelaksanaan pendidikan IPS adalah adanya perubahan perilaku sosial peserta
didik ke arah yang lebih baik. Perilaku itu meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Dalam proses pembelajaran pendidikan IPS SD tetap berpegang
pada ruang lingkup yaitu manusia sebagai anggota masyarakat dan konteks sosial.
Oleh karena itu proses tersebut tidak dapat terlepas dari kondisi masyarakat
sebagai suatu kenyataan. Secara bertahap dan berkesinambungan, lingkup
masyarakat yang menjadi objek formal dalam pembelajaran mulai dari
lingkungan keluarga, kampung, desa, kabupaten, tetangga, provinsi dan lainnya.
Sedangkan objek materialnya meliputi aspek-aspek hubungan sosial, ekonomi,
psikologi, budaya, sejarah, geografi, dan politik.
Jadi, IPS SD bergerak dari yang kongkret ke abstrak dengan mengikuti
pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas dan pendekatan spiral dengan
memulai dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas,
dari yang dekat ke yang jauh dan sebagainya.

4. Hasil Belajar
Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dan segi hasil. Asumsi dasar ialah
proses pembelajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal
pula. Ada korelasi antara proses pembelajaran dengan hasil yang dicapai. Makin
besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pembelajaran, makin tinggi pula
hasil atau produk dan pembelajaran itu. Taniredja (2011: 40) mengungkapkan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai
akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learners
performance). Arikunto ( dalam Taniredja,2011:41) yang dimaksud dengan hasil
belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran yang dilakukan guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam
bentuk angka, huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang dan sebagainya. Sudjana
(1991:22-23) berpendapat bahwa hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga
ranah, antara lain: (a) ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi ; (b) ranah afektif berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi ; (c) ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru menggunakan
pendekatan, model, dan metode agar pembelajaran menjadi tepat sasaran dan
menunjukkan hasil belajar yang maksimal. Muslich (2009:153) mengatakan
bahwa suatu hasil belajar memerlukan kondisi belajar internal dan kondisi belajar
eksternal yang berbeda. Sejalan dengan hal tersebut Djaali (dalam
hendriansdiamond.blogspot :2008) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar antara lain sebagai berikut:
(a)Faktor Internal berasal dari dalam diri yaitu kesehatan, intelegensi, minat dan
motivasi,dan cara belajar (b) Faktor Eksternal berasal dari luar diri yaitu
keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan. Di samping faktor kemampuan
yang dimiliki siswa, ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian,
sikap dan kebiasaan belajar, ketekunaan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Faktor tersebut banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti,
seberapa jauh kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut
terhadap hasil belajar siswa. Adanya pengaruh dan dalam diri siswa, merupakan
hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan
tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan
adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha
mengarahkan segala daya upaya untuk mencapainya.
Dengan demikian, hasil belajar yang dapat diraih masih juga bergantung
dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat
menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satunya adalah
lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah,
ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran adalah
tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar-mengajar dalam mencapai
tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.

5. Tautan Pembelajaran Bermakna dengan Hasil Belajar
Seperti yang kita ketahui bahwa di sekolah dasar khususnya kelas IV para
siswanya masih belum dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya secara
abstrak dengan maksimal. Sejalan dengan hal tersebut Piaget berpendapat bahwa
ada tahap perkembangan kognitif pada anak yaitu (a) tahap sensorimotor (0-2 th);
(b) tahap pra operasional (2-7 th); (c) tahap operasional konkret (7-11 th); (d)
tahap operasional formal (11-15 th). Sehubungan dengan hal tersebut guru dapat
membantu perkembangan kognitif anak dalam pemecahan masalah dan
pengembangan intelektualnya sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak.
Siswa kelas IV SD sesuai dengan tingkat perkembangannya dapat
dikaitkan dengan teori konstruktivistik dimana siswa membangun dan
mengembangkan pengetahuannya sendiri. Paham konstruktivisme menilik bahwa
manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba
memberi arti pada pengetahuan sesuai pengalamannya. Pengetahuan itu rekaan
dan tidak stabil. Oleh karena pengetahuan itu adalah konstruksi manusia dan
secara konstan manusia mengalami pengalaman-pengalaman baru. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu
memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dan teori kontruktivisme adalah ide
bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi
kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik
mereka sendiri.
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkontruksi pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Landasan berpikir
konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektif, yang lebih
menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi
memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh
dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses
tersebut dengan (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
(2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, (3)
menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Dari hal tersebut kebermaknaan dalam proses pembelajaran itu muncul.
Terkait dengan teori konstruktivisme Ausebel (dalam Dahar 2011:94)berpendapat
ada tahap pengklasifikasian makna belajar ke dalam dua dimensi yaitu Dimensi
(1) berhubungan dengan cara bagaimana informasi /materi pelajaran yang
disjikan kepada siswa dengan teknik penemuan. Belajar menurut dimensi ini
diperoleh melalui pemberian informasi dengan cara dikomunikasikan kepada
siswa dalam bentuk belajar penemuan dan penyajian informasi dalam bentuk
final yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri keseluruhan informasi
yang diterimanya. Dimensi (2)berhubungan dengan cara bagaimana siswa
mengaitkan informasi yang ditemukan dengan pengetahuan yang dimilikinya dan
hali ini dapat dikatakan belajar bermakna.
Penerapan belajar bermakna di SD khususnya kelas IV secara umum
merupakan suatu proses untuk mengaitkan informasi yang ditemukan siswa
dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Proses
pebelajaran bermakna dapat mempergunakan peta konsep dengan tujuan untuk
mengetahui dan menguji penguasaan materi pokok yang akan diberikan serta
untuk mengetahui konsep apa saja yang perlu dibelajarkan kepada siswa dengan
mengkaitkan materi pokok ke alam/ lingkungan sekitar siswa yang menjadi
sumber belajar.
Dari pandangan diatas tautan antara pembelajaran bermakna dengan hasil
belajar sangat erat kaitannya dalam proses pembelajaran. Proses penemuan dan
pencarian informasi menjadi fokus dari karakter siswa dalam belajar bermakna
dimana munculnya suatu karakter dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari
ranah afektif dan psikomotorik siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Kemudian hasil belajar sangat erat kaitannya dengan kebermaknaan pembelajaran
karena hasil belajar dipengaruhi bukan hanya dari dalam diri siswa melainkan
dari luar diri siswa seperti lingkungan belajar siswa.

B. Kerangka berpikir
Penguasaan materi pembelajaran IPS sangat diperlukan karena IPS
mempunyai peranan yang sangat penting terutama bagi siswa. Cakupan mata
pelajaran IPS SD yaitu bersumber dari ekonomi, geografi,sejarah,antropologi,
sosiologi, dan tata negara. Dilihat dari segi kehidupan, IPS sangat sering muncul
dalam aktivitas sosial yang terdiri dari lingkungan sosial, budaya, dan
pengaplikasian proses interaksi sosial masyarakat. IPS biasanya menyajikan
konsep, fakta dan generalisasi dalam proses pembelajarannya. Kemampuan
berfikir kritis, kreatif, inovatif dalam proses pemecahan masalah dalam IPS harus
dimiliki siswa dengan tujuan siswa dapat mengembangkan kemampuan
berfikirnya, meningkatkan Karakter dan hasil belajar agar dapat berkembang
secara optimal.
Dalam belajar IPS selalu terkait konsep, fakta dan generalisasi yang
menuntut seorang guru untuk dapat menyajikan materi pembelajaran secara
bermakna dengan kata lain siswa sekolah dasar dapat mengaitkan konsep baru
yang diperoleh siswa dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif
siswa.
Melalui penerapan pendekatan belajar bermakna proses belajar bukan
hanya sekadar menghafal namun tetapi bagaimana menghubungkan konsep-
konsep yang relevan dengan struktur kognitif siswa yang bermuara pada
pemahaman permanen dan tidk mudah dilupakan. Pendekatan belajar bermakna
lebih penekankan pada proses yang berimbas pada Karakter siswa dalam
memperoleh informasi dan meningkatnya hasil belajar sebagai akibat dari
dIPShaminya konsep-konsep yang ada dan relevan. Belajar bermakna dala proses
aplikasinya di dalam pembelajaran mengajak siswa untuk langsung terjun dalam
lingkungan yang mengaitkan antara materi dengan fakta relevan yang ada pada
lingkungan siswa ( pada materi kenampakan alam dan sumber daya alam).
Pendekatan yang memungkinkan untuk mencapai hal tersebut adalah melalui
pendekatan pembelajaran bermakna (meaningful learning). Pada pendekatan
belajar bermakna lebih menekan pada proses dan pemahaman konsep
berdasarkan fakta yang melibatkan siswa untuk aktif dalam memperoleh sumber
dan informasi di dalam proses pembelajaran yang ada pada lingkungan alam yang
ada pada lingkungan sekitar siswa.
Belajar bermakna berpengaruh terhadap hasil belajar IPS didukung oleh
hasil penelitian Elia Putri(2010), Dosen PGSD Universitas Yogyakarta (2005),
dan I Wayan Santyasa,dkk(2009) yang telah membuktikan dengan menggunakan
advance organizer dan peta konsep dalam meaningful learning dapat
meningkatkan aktifitas, penalaran dan hasil belajar, maka pendekatan
pembelajaran bermakna sangat tepat digunakan dalam melaksanakan penelitian
pada saat ini.
Dalam kegiatan pembelajaran IPS dengan Pendekatan Pembelajaran
Bermakna Bernuansa Lingkungan Alam siswa diajak melaksanakan kegiatan
pembelajaran langsung pada lingkungan alam sebagai sumber belajar.























Skema Kerangka Berpikir



Materi Mata Pelajaran IPS
kelas IV SD
Gugus, Selemadeg Timur
Model
Pembelajaran
Konversional
Pendekatan
Pembelajaran
Bermakna
Ceramah Membaca
Ceramah
Siswa
Hasil
Belajar
Hasil
Belajar
Analisis
Simpulan
Pengaturan
Awal
Defresiansi
progresif
Belajar
Subordinat
Penyesuaian
Integratif
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, kajian pustaka
maupun kerangka pikir dalam penelitian ini maka digunakan hipotesis yaitu,
terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran bermakna bernuansa lingkungan
alam terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV semester II SD Gugus 4
Selemadeg Timur Gadungan Tabanan, Tahun Ajaran 2012/2013.
















III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas IV Semester II SD Gugus 4
Selemadeg Timur Gadungan Tabanan tahun ajaran 2012/2013. Pemilihan SD
Gugus 4 Selemadeg Timur Gadungan sebagai tempat penelitian dengan alasan
keterjangkauan dan kelayakan. Keterjangkauan dalam arti tempat penelitian
mudah dijangkau oleh peneliti, serta kelayakan dalam arti di Gugus 4 Selemadeg
Timur Gadungan belum pernah dilakukan penelitian yang sama dengan penelitian
ini.
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendekatan pembelajaran bermakna bernuansa lingkungan alam terhadap hasil
belajar IPS siswa, dengan memanipulasi variabel bebas pendekatan pembelajaran,
sedangkan variabel lain tidak bisa dikontrol secara ketat sehingga desain
penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasy exsperiment).
Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
eqivalent control group design. Rancangan penelitian ini hanya
memperhitungkan skor post test saja yang dilakukan pada akhir penelitian atau
dengan kata lain tanpa memperhitungkan skor pre test. Rancangan penelitian ini
diilustrasikan sebagai berikut.

Group Treatment Post test
Eksperimen X
1
T
2

Control X
2
T
2


Keterangan:
T
1
= Tes awal diberikan pada kedua kelompok, kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
X
1
= Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen, berupa
pendekatan pembelajaran bermakna.
X
1
= Perlakuan yang diberikan pada kelompok kontrol, berupa pendekatan
pembelajaran konvensional.
T
2
= Tes akhir diberikan pada kedua kelompok, berupa tes hasil belajar
IPS.


3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IV Semester II SD
Gugus 4 Selemadeg Timur Gadungan Tabanan, Tahun Ajaran 2012/2013.
Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu, karena
tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih
sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya
pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek
mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga
penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.

3.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat yang dijelaskan sebagai berikut.
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran
dibagi menjadi bentuk pendekatan pembelajaran bermakna bernuansa lingkungan
alam yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan pendekatan pembelajaran
konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol.
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa.

3.4 Metode Mengumpulkan Data dan Instrumen Penelitian
1) Metode Mengumpulkan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data hasil belajar IPS.
Kegiatan pengumpulan data akan dilaksanakan pada siswa kelas IV semester II
SD Gugus 4 Selemadeg Timur Gadungan Tabanan, Tahun Ajaran 2012/2013
yang menjadi anggota sampel. Data yang diperlukan dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan metode tes, yaitu pengumpulan data penelitian dengan
menggunakan tes. Data tentang hasil belajar IPS dikumpulkan dengan tes hasil
belajar IPS yang disusun sendiri oleh peneliti. Dilihat dari sifatnya data tersebut
tergolong data kuantitaif dalam skala interval. Sedangkan dilihat dari sumbernya
data tersebut tergolong data primer.
2) Instrumen Penelitian
a) Uji Validitas Butir
Uji validitas empirik tes hasil belajar IPS hanya dilakan berupa uji
validitas butir dan tidak melakukan uji validitas faktor. Untuk mengukur validitas
butir tes hasil belajar IPS digunakan rumus korelasi product moment dengan
angka kasar, karena tes hasil belajar IPS mahasiswa bersifat politomi. Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.


( )( )
( ) ( )
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|

=


2 2 2 2
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy


dengan:
X = skor butir tes
Y = skor total
N = Banyaknya responden

b) Uji Reliabilitas Perangkat Tes
Analisis reliabilitas instrumen tes hasil belajar IPS digunakan rumus Alpha
Cronbach karena bentuk tes yang bersifat politomi, yaitu:

(
(

=

2
2
11
1
1
t
i
s
s
n
n
r
dengan:
Varian tiap butir tes :
N
N
X
X
s
i
2
2
2
) (


=
Varian total :
N
N
Y
Y
s
t

=
2
2
2
) (

keterangan:

11
r = releabilitas tes
n = banyaknya butir soal yang valid

2
i
s = jumlah varian skor tiap item
2
t
s = varian total
N = jumlah responden
Y = skor total item
X = skor tiap item

3.5 Teknik Analis Data
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis sebagai berikut.
3.5.1 Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar IPS siswa
masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi-
Square dengan rumus:
( )


=
n
i
e
hit
f
f f
0
2
0 2
_
keterangan:
f
o
= frekuensi observasi
f
e
= frekuensi harapan
i = kelas interval

Sementara itu, hipotesis statistik yang akan di uji dalam uji normalitas data
adalah:
H
1
:
o e
f f =
H
0
:
o e
f f =

Kreteria pengujian adalah jika ) 3 ( ) 1 (
2 2
< k hit X X o , maka h
0
diterima (gagal
ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikasinya
dalah 5% dan derajat kebebasannya (dk) = (k - 1).

3.5.2 Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang
terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar
kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas
varians untuk kedua kelompok digunakan uji F dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
2
2
2
1
s
s
F
hit
=
keterangan :
s
1
2
= varians kelompok eksperimen
s
2
2
= varians kelompok kontrol

Kreteria pengujian, jika
) 1 , 1 (
2 1

>
n n hit
F F
o
maka sampel tidak homogen
dan jika
) 1 , 1 (
2 1

<
n n hit
F F
o
maka sampel homogen. Pengujian dilakukan pada
taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n
1
1 dan derajat
kebebasan untuk penyebut n
2
1.

3.5.3 Uji Hipotesis
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean
(uji t). Dengan kreteria pengujian adalah tolah H
0
jika
) 1 ( o
> t t
hit
, di mana
) 1 ( o
t
didapat dari tabel distribusi t pada taraf signifikan (o ) 5% dengan derajat
kebebasan dk = (n
1
+ n
2
- 2). Adapun rumus t-test yang digunakan adalah sebagai
sebagai berikut.
2 1
2 1
1 1
n n
S
X X
t
hit
+

=
dengan
S
2
=
2
) 1 ( ) 1 (
2 1
2
2 2
2
1 1
+
+
n n
s n s n

keterangan :
1
X = nilai rata-rata skor post-test kelompok eksperimen
2
X = nilai rata-rata post-test kelompok kontrol
n
1
= banyak siswa kelompok eksperimen
n
2
= banyak siswa kelompok kontrol
S
2
= simpangan baku gabungan
s
1
2
= simpangan baku kelompok eksperimen
s
2
2
= simpangan baku kelompok kontrol

Anda mungkin juga menyukai