Anda di halaman 1dari 16

BAB 2 URAIAN TEORITIS

2.1 Pendapatan Pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan

diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi - prestasi yang diserahkan sendiri yaitu berupa pendapatan dan dari profesi yang dari dilakukan kekayaan.

atau

usaha

perorangan

pendapatan

(Mulyanto Sumardi, 1985). Ilmu ekonomi mengenal istilah pendapatan, yang mengandung arti hasil dari pekerjaan seseorang yang dikeluarkannya untuk mengkonsumsi suatu barang atau jasa dan selebihnya ditabung, dalam bentuk singkatnya yaitu : Y = C + S, dimana, Y = Pendapatan (income) C = Konsumsi (consumtion) S = Tabungan (saving) Menurut Biro Pusat Statistik pengertian pendapatan dan penerimaan ialah : a. Pendapatan faktor yang didistribusikan yang dibagi lagi menurut sumbernya menjadi penghasilan sebagai gaji dan upah, penghasilan dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas dan penghasilan dari kepemilikan harta. b. Transfer yang bersifat redistributif, terutama terdiri dari transfer pendapatan yang tidak mengikat dan biasanya bukan merupakan imbalan atas penerimaan jasa atau harta milik (Mulyanto Sumardi, 1985). Evers merinci pendapatan terdiri atas : a. Pendapatan berupa uang dari :

Universitas Sumatera Utara

1. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, atau penjualan dari kerajinan rumah. 2. Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. 3. Keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial. b. Pendapatan berupa barang, yaitu pendapatan berupa : 1. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukkan dalam beras, pengobatan, transportasi, pemukiman, dan rekreasi. 2. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah antara lain pemakaian barang yang diproduksi di rumah atau disewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati. 3. Penerimaan yang bukan pendapatan, yaitu pengambilan tabungan penjualan barang-barang yang dipakai, penagihan piutang, pinjaman uang, kiriman uang, hadiah/pemberian, warisan, atau menang judi (Mulyanto Sumardi, 1985). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah sebagai berikut: a. Kesempatan kerja yang tersedia Semakin banyak kesempatan kerja yang tersedia berarti semakin banyak penghasilan yang bisa diperoleh dari hasil kerja tersebut. b. Kecakapan dan keahlian Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang tinggi akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas yang pada akhirnya

berpengaruh pula terhadap penghasilan.

Universitas Sumatera Utara

c. Motivasi Motivasi atau dorongan juga mempengaruhi jumlah penghasilan yang diperoleh, semakin besar dorongan seseorang untuk melakukan pekerjaan, semakin besar pula penghasilan yang diperoleh. d. Keuletan bekerja Pengertian keuletan dapat disamakan dengan ketekunan, keberanian untuk menghadapi segala macam tantangan. Bila saat menghadapi kegagalan maka kegagalan tersebut dijadikan sebagai bekal untuk meniti ke arah kesuksesan dan keberhasilan. e. Banyak sedikitnya modal yang digunakan. Besar kecilnya usaha yang dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya modal yang dipergunakan. Suatu usaha yang besar akan dapat memberikan peluang yang besar pula terhadap pendapatan yang akan diperoleh (Bintari dan Suprihatin, 1984:35). Modal atau Capital dalam pengertian ekonomi umum mencakup benda-benda seperti tanah, gedung-gedung, mesin-mesin, alat

perkakas, dan barang produktif lainnya untuk suatu kegiatan usaha.

Universitas Sumatera Utara

Di bawah ini merupakan lingkaran aliran pendapatan (income circular flow) Konsumsi

Barang dan Jasa Masyarakat Faktor-faktor produksi Business

Upah, Bunga, dan lain-lain

Rumah tangga bisnis (RTB) mendapatkan faktor-faktor produksi dari rumah tangga konsumen (RTK) atau masyarakat luas. Sebagai imbalan, rumah tangga bisnis memberikan pendapatan (dalam bentuk sewa, upah, bunga, atau laba) kepada rumah tangga konsumen. Sesudah faktor-faktor produksi diolah, jadilah barang dan jasa. Ini dialirkan oleh RTB kepada RTK. Sebagai imbalannya, RTK membelinya dengan pendapatan yang diterimanya tadi (Pengantar Teori Ekonomi, Suherman Rosyidi, 1996). Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi inimembeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi ( seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang ) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan.

Universitas Sumatera Utara

Secara singkat income seorang warga masyarakat ditentukan oleh : a. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada : Hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu Warisan atau pemberian b. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dipasar faktor produksi. Penawaran dan permintaan dari masing masing produksi ditentukan oleh faktor faktor yang berbeda : a. Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang terkandung didalam tanah, mineral, air dan sebagainya) mempunya penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi. Sedangkan permintaan (demand) akan tanah biasanya menaik dari waktu ke waktu karena : (a) naiknya harga barang-barang pertanian, (b) naiknya harga barang-barang lainnya (mineral, barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah), (c) bertambahnya penduduk (yang membutuhkan tempat tinggal). Dengan demikian harga dari tanah akan menaik dengan cepat dari waktu ke waktu. b. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk pabrik-pabrik baru, membeli mesin mesin ( yaitu investasi). Karean adanya saving dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal dari waktu ke waktu bisa bertambah sedangkan permintaan akan barang-

Universitas Sumatera Utara

barnag modal terutama sekali dipengruhi oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila harga pakaian naik, maka permintaan akan mesinmesin tenun, mesin jahit juga akan naik. Permintan akan barang-barang jadi, pada gilirannya depengaruhi oleh dua faktor utama : Pertumbuhan penduduk ( yang membutuhkan tambahan baju, perumahan dan sebagainya). Pertumbuhan pendapatan penduduk ( yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional atau ( GNP ) perkapita). c. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan tenaga kerja tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal. Disamping itu permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi

ini.Permintaan akan tenaga kerja tidak tumbuh secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk) maka ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja) untuk semakin menurun. d. Kepengusahaan (entrepreunership) merupakan faktor produksi yang paling sulit untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran pun permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering faktor-faktor ini diluar kemampuan ilmu ekonomi untuk menganalisa,misalnya: faktorfaktor motivasi lain dan sebagainya). Pada umumnya penawaran pada negara berkembang orang yang berjiwa enterpreuner masih sangat kecil. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar di negara tersebut. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan tetap

Universitas Sumatera Utara

mempertahankan hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi ketidakmerataan distribusi pendapatan.cara-cara yang bisa dilakukan oleh negara antara lain adalah : Pajak progesif atas kekayaan atau penghasilan Penyediaan kebutuhan hidup dasar (misalnya makanan pokok, pakaian, perumahan) Penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh negara (misalnya rumah sakit, klinik ) Memperkecil pengangguran Pendidikan yang murah dan merata Berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatan-hambatan bagi mobilitas (baik vertikal maupun horizontal ). Pada umumnya manusia merasakan bahwa penghasilan / pendapatan yang diterima saat ini masih kurang dan menjadi masalah yang tidak akan pernah terselesaikan. Secara umum dapat diterangkan bahwa usaha untuk dapat meningkatkan penghasilan dapat digunakan beberapa cara antara lain: 1. Pemanfaatan waktu luang Individu mampu memanfaatkan waktu luang yang tersisa dari pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya menjadi kesempatan yang baru untuk menambah penghasilan. 2. Melakukan kreatifitas dan inovasi Individu harus mampu berfikir kreatif dan inovatif menciptakan terobosanterobosan yang berarti untuk dapat mencapai kebutuhan yang dirasakan masih kurang.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Modal Salah satu faktor produksi yang tidak kalah pentingnya adalah modal, sebab didalam suatu usaha masalah modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha yang telah didirikan. Sehubungan dengan kegiatan operasi badan usaha, modal dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Modal Tetap : Adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi, seperti misalnya tanah, gedung, mesin, alat perkakas, dan sebagainya. 2. Modal Bekerja (Working Capital) Modal bekerja yaitu modal untuk membiayai operasi perusahaan seperti pembelian bahan dasar dan bahan habis pakai,membiayai upah dan gaji, membiayai persediaan, membiayai pengiriman. Dapat dikemukakan pengertian secara klasik, dimana modal mengandung pengertian sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Beberapa pengertian modal dibawah ini akan memberikan pengertian yang lebih baik, antara lain: pendapat Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, yaitu modal meliputi baik modal dalam bentuk uang (Geldkapital), maupun dalam bentuk barang atau (Sachkapital), misalnya mesin barang-barang dagangan dan lain sebagainya (Bambang Riyanto, 1984). Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output (Irawan

Universitas Sumatera Utara

dan M. Suparmoko, 1986). Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru. Menurut Suparmoko, modal merupakan input (faktor produksi) yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan. Sehingga dalam hal ini modal usaha bagi pedagang kain juga merupakan salah satu faktor produksi yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kain di Kota Medan.

2.3 Sektor Informal Untuk lebih memahami pengertian sektor informal perlu diidentifikasikan sejumlah ciri dari kegiatan tersebut sebagai berikut : 1. Pola kegiatan tidak teratur baik dari waktu, permodalan, maupun penerimaannya. 2. Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. 3. 4. Modal, peralatan, perlengkapan, maupun omsetnya biasanya kecil. Tidak membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus, sehingga secara luas dapat menyerap bermacam-macam tingkat tenaga kerja. 5. Umumnya tiap-tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga dalam jumlah kecil dan dari kalangan keluarga, kenalan, atau berasal dari daerah yang sama. 6. Tidak menerapkan sistem pembukuan dan tidak menaruh akses pada sistem perkreditan.

Universitas Sumatera Utara

7.

Kecenderungan tingkat mobilitas kerja dan tempat tinggal cukup tinggi (Sihite Romany, 1986). Sektor informal pada umumnya ditandai oleh beberapa karakteristik khas

seperti sangat bervariasinya bidang kegiatan produksi barang dan jasa, berskala kecil, unit-unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja dan teknologi yang dipakai relatif sederhana. Para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya. Di sektor informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal. Pada umumnya mereka tidak mempunyai ketrampilan khusus dan kekurangan modal. Oleh sebab itu produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah daripada kegiatan-kegiatan bisnis yang ada di sektor formal. Selain itu mereka yang berada di sektor informal tersebut juga tidak memiliki jaminan keselamatan kerja dan fasilitas kesejahteraan. Sektor informal di kota selama era pembangunan ini antara lain dipadati oleh kelompok migrant sekuler. Motif utama mereka bermigrasi adalah alasan ekonomi. Hal ini didasari atas adanya perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara daerah pedesaan dan perkotaan. Di kota terdapat kesempatan ekonomi yang lebih luas dibandingkan dengan di pedesaan (Todaro, 1999). Sektor informal ini memiliki banyak keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian perkotaan, bahkan nasional secara keseluruhan. Pertama-tama sektor informal ini terkait dengan sektor pedesaan dalam pengertian kawasan atau sektor pedesaan merupakan sumber kelebihan tenaga kerja miskin. Yang kemudian mengisi sektor informal di daerah perkotaan guna menghindari kemiskinan dan pengangguran di desa. Selain itu sektor informal juga terkait erat

Universitas Sumatera Utara

dengan sektor formal perkotaan dalam pengertian sektor formal sesungguhhnya tergantung pada sektor informal dalam penyediaan input-input produksi dan tenaga kerja murah. Keterbatasan modal kerja merupakan kendala utama bagi kegiatankegiatan sektor informal. Oleh karena itu pemberian kredit lunak akan sangat membantu unit-unit usaha kecil dalam sektor informal untuk berkembang dan membuahkan keuntungan yang lebih banyak, sehingga pada akhirnya akan mampu menciptakan pendapatan dan lapangan kerja yang lebih banyak lagi. Lebih dari itu sektor informal itu sendiri telah membuktikan kemampuan dalam menciptakan lapangan kerja dan pendapatan bagi angkatan kerja di daerahdaerah perkotaan. Dari temuan penelitian sektor informal dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Sektor informal merupakan suatu proses pengembangan satu sektor tradisional dengan teknologi sederhana baik di pedesaan maupun di perkotaan, kegiatan usaha belum terdaftar karena skala usaha kecil, menggunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarganya, belum terdaftar di lembaga formal, perizinan serta kebijaksanaan pemerintah termasuk permodalan, pelayanan, dan perlindungan. 2. Sektor informal muncul sebagai suatu variasi struktur ekonomi yang muncul sehingga suatu alternatif kegiatan ekonomi yang dapat diharapkan hidup bagi pelaku ekonomi. Ini berarti kurang terintegrasi menjadi kegiatan ekonomi yang lebih tinggi atau berubah menjadi sektor formal. Sebagaian besar pembicaraan sektor informal berangkat dari sifat mendua yang dipandang bersumber pada perekonomian kota di negara dunia ketiga yang

Universitas Sumatera Utara

non sosialis ini berarti bahwa istilah sektor informal menunjukkan pada adanya dualisme yang ciri kedua bagian saling bertentangan, sektor formal digunakan dalam pengertian pekerja bergaji dan perusahaan besar yang lain, karena itu beberapa penulis berbicara tentang sektor yang terorganisasi, terdaftar, dan dilindungi oleh hukum. Kegiatan perekonomian yang tidak memenuhi kriteria ini kemudian dimasukkan dalam istilah sektor informal, suatu istilah yang mencakup pengertian berbagai kegiatan yang sering tercakup dalam istilah umum usaha sendiri ini merupakan jenis kesempatan kerjayang kurang terorganisir yang sulit dipantau. Karena itu sering dilupakan dalam sensus resmi serta akhirnya merupakan kesempatan kerja yang persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh aturan-aturan hukum, karena definisi sektor informal ini kurang baik sehingga sering dilengkapi dengan suatu daftar kegiatan agak berbeda yang terlihat apabila menyusuri jalan-jalan suatu kota di dunia ketiga seperti : pedagang kaki lima, penjual koran, penjaga kios, dan lain-lain dengan kata lain mereka adalah kumpulan pedagang kecil, pekerja yang tidak terlihat dan tidak terampil serta golongan lain dengan pendapatan rendah dan tidak tetap. Menurut ILO sektor informal ialah: 1. Dalam konsep modern dan tradisional terdapat bias bahwa kebijakan pembangunan sebaiknya ditujukan untuk memajukan sektor modern yang cepat atau lambat akan menggeser dan menggusur sektor tradisional. 2. Pengertian sektor modern dan tradisional selalu menunjukkan dampak positif dari proses westernisasi dari ekonomi Negara sedang berkembang tanpa menyoroti sisi negatif secara adil.

Universitas Sumatera Utara

3.

Terdapat semacam hipotesis bahwa sektor tradisional tidak memiliki prestasi memajukan seluruh ekonomi nasional bersama-sama sektor modern. Perusahaan dengan skala kecil merupakan solusi bagi penyelesaian

masalah-masalah ekonomi saat ini. Perusahaan-perusahaan global yang paling hebat sekalipun hanya dapat diatasi dengan mekanisme manajemen fleksibel. Perusahaan skala kecil memenuhi persyaratan ini karena sektor informal secara organisatoris manejerial bersifat tidak kaku. Sifat ini merupakan kekuatan utama yang dimiliki sektor informal. Kekuatan sektor informal adalah sebagai berikut : 1. Sangat padat karya dan persediaan tenaga kerja di Indonesia masih sangat banyak, mengikuti laju pertumbuhan penduduk angkatan kerja yang ratarata pertahun masih sangat tinggi. Sehingga upah nominal tenaga kerja khususnya dari kelompok pendidikan rendah masih relatif murah. 2. Secara umum kegiatan sektor informasi masih sangat agricultural karena memang banyak komoditas-komoditas yang dapat diolah dalam skala kecil. 3. Industri kecil masih lebih banyak membuat produk-produk sederhana yang tidak membutuhkan pendidikan formal yang tinggi melainkan hanya keahlian khusus yang dapat dimiliki warga setempat lewat sumber-sumber formal. Selain itu harganya relatif murah. 4. Pengusaha-pengusaha kecil dan rumah tangga lebih banyak

menggantungkan diri pada uang sendiri atau pinjaman dari sumber rentenir untuk modal kerja dan investasi mereka, walaupun banyak memakai fasilitas kredit khusus dari pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

Disamping kekuatan yang dimilikinya, sektor informal juga memiliki kelemahan-kelemahan. Dengan kelemahan itu tentunya menyebabkan sektor informal akan mengalami kesulitan. Kendala-kendala yang banyak dialami pengusaha-pengusaha di sektor informal terutama adalah keterbatasan modal, khususnya modal kerja. Kendala lain adalah kesulitan pemasaran dan penyediaan bahan-bahan baku, keterbatasan sumber daya manusia, pengetahuan minim mengenai bisnis, dan kurang penguasaan teknologi. Sebagian besar industri kecil, terlebih industri rumah tangga di Indonesia adalah sektor informal. Masalah paling besar yang dialami mereka adalah keterbatasan modal dan pemasaran. Masalah lainnya adalah pengadaan bahan baku (misalnya tempat beli terlalu jauh, harga mahal, dan tidak selalu tersedia), kurang keahlian dalam jenis-jenis teknik produksi tertentu (misalnya tenaga ahli/perancang sulit dicari atau mahal), dan kurang keahlian dalam pengelolaan. Yang juga jadi persoalan adalah mereka menghadapi persaingan yang tajam dan kemampuan mereka berkomunikasi sangat rendah, termasuk akses mereka ke fasilitas-fasilitas untuk berkomunikasi sangat terbatas. Dalam hal persaingan, industri kecil dan industri rumah tangga menghadapi mendapat persaingan sangat ketat, baik dari industri menengah dan besar (IMB) maupun dari barang-barang impor. Persaingan itu tidak saja dalam hal kualitas dan harga, tetapi juga dalam pelayanan-pelayanan setelah penjualan dan penampilan produk. Dengan berbagai keterbatasan yang ada, mulai dari keterbatasan dana, skills, hingga kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas baik, membuat banyak industri kecil dan indurstri rumah tangga di Indonesia kesulitan meningkatkan kualitas produk mereka agar mampu bersaing

Universitas Sumatera Utara

di pasar domestik dan ekspor. Apalagi ketika mereka harus menangani masalahmasalah tersebut sendirian. Kelemahan yang dimiliki terutama dalam hal kemampuan untuk bersaing sangat lemah baik dalam pasar domestik maupun pasar ekspor. Selain itu sektor informal kurang memiliki difersifikasi produk. Hal ini tentunya akan menjadi kendala serius bagi perkembangan dan pertumbuhannya. Ketidakandalan dalam manajemen dan ketidakmampuan mengelola perusahaan dengan optimal juga merupakan kelemahan yang dimiliki. Dan selanjutnya kelangsungan sektor informal pada masa depan menjadi sangat mengkhawatirkan.

2.4 Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini penulis menjadikan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya menjadi acuan pustaka diantaranya : Penelitian yang dilakukan oleh Endang Puspasari, menulis skripsi di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia tahun 1999 dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Keramik yang menggunakan analisis linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : a. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara besarnya modal sendiri terhadap tingkat pendapatan pengusaha keramik, besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 2.6611164. artinya jika modal sendiri naik sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan jumlah pendapatan pengusaha keramik sebesar Rp. 2.6611164

Universitas Sumatera Utara

b. Terdapat hubungan yang signifikan antara besarnya curahan jam kerja terhadap tingkat pendapatan pengusaha keramik, besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 154.12794. artinya jika curahan jam kerja naik satu jam maka akan meningkatkan jumlah pendapatan keramik sebesar Rp. 154.12794.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai