Anda di halaman 1dari 13

Crossmatch

Crossmatch (Ing.). Pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai/tidak sesuainya darah donor dengan darah resipien. Dilakukan sebelum *transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah. Terdapat dua cara pemeniksaan, yaitu: 1. mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan serum resipien (aglutinin resipien); percobaan ini disebut crossmatch mayor; 2. mencampun eritrosit resipien (aglutinongen resipien) dengan serum donor (aglutinin donor); percobaan mi disebut crossmatch minor. Cara menilai basil pemeriksaan adalah sebagai berikut: a) bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesual dengan darah resipien sehingga transfusi darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan basil crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu; c) bila crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka crossmatch minor harus diulangi dengan menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir mi ternyata nidak menghasilkan aglutinasi, maka transfusi darah masih dapat dilakukan dengan menggunacan darah donor tersebut, hal ini disesuaikan dengan keadaan pada waktu transfusi dilakukan, yaitu serum darah donor akan mengalami pengaan dalam aliran darah resipien. Bila pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah donor itu tidak dapat ditransfusikan. http://www.indonesiaindonesia.com/f/89618-crossmatch/ Reaksi silang adalah suatu jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum pelaksanaan transfusi darah. Tujuannya adalah untuk melihat apakah darah dari pendonor cocok dengan penerima

(resipien) sehingga dapat mencegah terjadinya reaksi transfusi hemolitik. Selain itu juga untuk konfirmasi golongan darah. Macam dari reaksi silang :

1. Reaksi silang mayor : eritrosit donor + serum resipien Memeriksa ada tidaknya aglutinin resipien yang mungkin dapat merusak eritrosit donor yang masuk pada saat pelaksanaan transfusi 2. Reaksi silang minor : serum donor + eritrosit resipien Memeriksa ada tidaknya aglutinin donor yang mungkin dapat merusak eritrosit resipien. Reaksi ini dianggap kurang penting dibanding reaksi silang mayor, karena agglutinin donor akan sangat diencerkan oleh plasma di dalam sirkulasi darah resipien. Tahapan Reaksi Silang : 1. Reaksi silang salin Tes ini untuk menilai kecocokan antibody alami dengan antigen eritrosit antara donor dan resipien, sehingga reaksi transfusi hemolitik yang fatal bisa dihindari. Tes ini juga dapat menilai golongan darah.

2. Reaksi silang albumin

Tes ini untuk mendeteksi antibody anti-Rh dan meningkatkan sensitivitas tes antiglobulin dengan menggunakan media albumin bovine. 3. Reaksi silang antiglobulin Untuk mendeteksi IgG yang dapatmenimbulkan masalah dalam transfusi yang tidak dapat terdeteksi pada kedua tes sebelumnya. Terutama dikerjakan pada resipien yang pernah menerima transfusi darah atau wanita yang pernah hamil. http://drdjebrut.wordpress.com/2010/08/31/reaksi-silang-crossmatch-reaction/ Reaksi silang (Crossmatch = Compatibility-test) perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor. Pengartian Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudnkan untuk mencari tahu atau apakah darah donor akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang turut ditransfudikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien. Maka dapat disimpulkan tujuan Crossmacth sendiri yaitu mencegah reaksi hemolitik tranfusidarah bila darah didonorkan dan supaya darah yang ditrafusikan itu benar-benar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien. Prinsip crossmatch ada dua yaitu Mayor dan Minor, yang penjelasnya sebagai berikut : Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor. Maksudnya apakah sel donor itu akan dihancurkan oleh antibody dalam serum pasien.

Minor crossmatch adalah serum donor dicampur dengan sel penerima. Yang dengan maksud apakah sel pasien akan dihancurkan oleh plasma donor.

Jika pada raksi tersebut golongan darah A,B dan O penerima dan donor sama, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi berarti cocok. Jika berlainan, misalnya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi atau juga bisa sebaliknya berarti tidak cocok. Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung saja. Cara dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak

dapat mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37 derajat Celcius. Lagi pula untuk menentukan anti Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high protein methode. Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan garam faal dan reaksi silang pada objek glass. Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibody kelas IgM yang kuat biasanya menggumpalkan erythrosit yang mengandung antigen yang relevam secara nyata, tetapi antibody yang lemah sulit dideteksi. Banyak antibodi kelas IgG yang tak mampu menggumpalkan eryhtrosit walaupun antibody itu kuat. Semua pengujian antibodi termasuk uji silang tahap pertama menggunakan cara sentrifugasi serum dengan eryhtrosit. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila pendertita mengandung antibodi dengan eryhtrosit donor maka terjadi gumpalan. Uji saring terhadap antibodi penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Untuk penjelasan selanjutnya saya akan menjelaskan bagaimana cara kerjanya, seperti pada kalimat diatas saya ttelh sedkit meyinggung tahap crosmatch untuk yang pertama. Sedangkan reaksi silang (crossmatch) mempunyai 3 bagian penyaringan untuk penyarian donor darah ke pasien agar tidak terjadi perlawanan-perlawanan saat didalam tubuh setelah darah ditrafusikan. Pada artikel selanutnya adalah prosedur atau cara kerja crossmatch, ditunggu ya... Semoga bermanfaat! http://www.sodiycxacun.web.id/2010/10/reaksi-silang-crossmatch.html

ANTIGLUBULIN TEST 1945 Mourant, Coombs & Race pemeriksaan untuk mendeteksi Ab yang tidak mengaglutinasi / Ab yang menyelimuti sdm dalam serum. Pemeriksaan yang sama dipergunakan untuk memperlihatkan coated cells (penyelubungan sdm) invivo dengan Ab & Kompls dinamakan antiglobulin test. Antiglobulin test 2 macam, yaitu : 1. Direct antiglobulin test (DAT) 2. Indirect antiglobulin test (IAT) DAT untuk mendeteksi Ab / komplemen yang menyelimuti seldm invivo, misal auto immune hemolytic anemia (AIHA), drug induced hemolytic disease of the newborn (HDN), allo immune reaction karena reaksi transfusi. IAT untuk mendeteksi reaksi antara sdm & coating Ab, misal deteksi Ab, identify Ab, golongan darah, uji cocok serasi. Prinsip Antiglobulin Test Antiglobulin test didasarkan pada prinsip sebagai berikut : 1. Molekul Ab & komplemen termasuk golongan globulin. 2. Globulin asal manusia disuntikkan pada binatang menstimulasi binatang Ab terhadap protein asing globulin manusia Ab yang terbentuk Anti human globulin (AHG). Serum binatang diadsorbsi untuk menyingkirkan Ab lain yang tidak diinginkan bereaksi spesifik dengan human globulin. 3. AHG bereaksi dengan molekul globulin manusia baik yang berikatan pada adm / yang bebas dalam serum / plasma. Globulin yang bebas dalam serum / plasma bereaksi dan menetralisir AHG yang ditambahkan kedalam tabung pemeriksaan yang mengandung sdm yang diselubungi oleh molekul globulin bebas. Globulin bebas dapat menetralisir AHG dan mengakibatkan hasil neg palsu, kec bila sdm dicuci sampai tidak mengandung globulin bebas lagi. 4. Sdm yang telah dicuci dan yang diselubungi oleh globulin manusia akan diaglutinasi oleh AHG. Fab portion molekul AHG bereaksi dengan Fc portion dari 2 molekul Ab yang menyelubungi 2 sdm yang terpisah. Sdm yang tidak diselubungi tidak akan diaglutinasi. Abb. 10. Moderne Schematische Darstellung und Foto der Antigen-Antikorper-Reaktion nach Zugabe von Antihumanglobulin serum Abb. 8. Schematische Darstellung eines IgG-Anti-korpermolekuls Pemeriksaan serologi menggunakan berbagai macam reagen AHG yang reaktif dengan berbagai

macam human glob, misal antiIgG, Ab terhadap komplemen C3d. reagen AHG polysp anti IgG dan anti C3d.

Reagen AHG Reag Polysp AHG Digunakan untuk pemeriksaan uji cocok serasi rutin, skrining, identifikasi Ab, DCT. Polysp AHG mengandung Ab terhadap IgG manusia dan komplemen C3d dari komplemen manusia. Ab anti complemen yang lain dalam polysp AHG, misal anti C3b, anti C4b, anti C4d. Ab yang mempunyai arti klinis tipe IgG, fungsi AHG mendeteksi IgG dan distandarisasikan untuk mendeteksi macam-macam tipe IgG Ab. Aktifitas anti C3d komplemen yang sangat penting dalam pemeriksaan DCT untuk AIHA. Macam-macam AHG : 1) Monospecifik AHG (rabbit dan murine monoclonal) tediri dari rabbit anti human IgG dan mouse monoclonal anti C3b dan anti C3d. 2) Polysp AHG (murine monoclonal) terdiri dari Ab yang disekresikan oleh 3 macam cell lines dari berbagai spesifikasi anti IgG, anti C3b dan anti C3d. Reag Anti IgG Reag AHG berlabel anti-IgG tidak mengandung antikomplemen. AntiIgG sebagian besar dipergunakan sebagai alternatif terhadap AHG pemeriksaan Ab dan uji cocok serasi. Ada petugas lebih senang menggunakan monospes dengan komplemen yang melekat pada sdm akibat auto Ab yang reaktif pada suhu dingin secara klinis tidak berarti, misal anti-I. Reag Monospes AHG Ab monospes terhadap human glob dibuat dengan menyuntikkan binatang dengan ummuno reagents seperti, IgG, IgA, IgM, C3 / C4. Serum membutuhkan adsorpsi untuk menghilangkan Ab yang tidak diinginkan dan memastikan kemurnian reag monospes tersebut. Reag monospes AHG menentukan Ab yang memberikan hasil pos pada pemeriksaan DAT dengan polyspes AHG. AntiIgG (heavy chains) dan antiC3d digunakan pada pemeriksaan IAT membedakan

gambaran reaktivitas yang dihasilkan bila serum mengandung Ab dengan complemen binding / non complemen binding, seperti antiLe (a) dan antiE. 5. Sedimen sel tambahkan 2 tetes CS, putar 1000 rpm 1 menit. Baca hasil reaksinya. Faktor Yang Mempengaruhi Sensitivitas IAT Faktor yang mempengaruhi perlekatan Ab pada sdm invitro : 1. Temperatur - Sdm dan serum diinkubasi pada suhi 370 C. Ab yang menyelubungi sdm yang klinis sangat berarti bereaksi secara optimal pada temperatur 370 C. - Inkubasi temperatur lebih rendah dari 370 C mengurangi kecepatan assosiasi Ag dan Ab. - Inkubasi diatas 370 C dapat merusak sdm / molekul Ab. 2. Ionic Strength Sdm dapat disuspensikan kedalam berbagai media misal dalam lar saline fisiologis, lar albumin, LISS dan reag additive seperti polyethylene glycol (PEG)/hexadimethrine bromide (polybrene). Dalam cairan isotonik, Na ion dan Cl ion bergerombol sekeliling sel dan sebagian menetralisir muatan yang berseberangan pada Ag dan molekul Ab. Effek penyelubungan ini yang merintangi assosiasi Ab dengan Ag dan dapat dikurangi dengan cara mengurangi ionic strength dari media reaksi. Konsekuensi menurunkan konsentrasi garam dari media reaksi meningkatkan Ab yang melekat pada sdm. Penggunaan albumin kec bila digunakan dibawah kondisi ion yang rendah juga dapat melakukan perlekatan molekul Ab.

3. Proporsi Serum Terhadap Sel Meningkatkan perbandingan serum dengan sdm dapat meningkatkan derajat Ab yang menyelimuti sdm. Perbandingan yang umum 2 tts serum terhadap 1 tetes suspensi sdm 2 5 %. Alternatif mengurangi suspensi sdm dari 5 % 2 3 % dapat melipat gandakan perbandingan serum terhadap sel. Dengan meningkatkan ratio serum terhadap sel dapat mendeteksi Ab yang bereaksi lemah yang tidak terdeteksi dibawah suspensi normal sdm. 4. Waktu Inkubasi

Tehnik albumin waktu inkubasi 15 30 menit suhu 370 C waktu yang adekwat untuk mendeteksi Ab yang menyelimuti sdm yang secara klinis berarti. Ab yang bereaksi lemah, reaksi Ag Ab tidak dapat mencapai keseimbangan dalam waktu inkubasi selama 30 menit dan dengan memperpanjang waktu inkubasi dapat membuktikan keberadaannya. Sumber Kesalahan Hasil False Neg pada DAT dan IAT 1. Tidak mencuci sdm dengan bersih dan baik hasil pemeriksaan false neg, karena glob yang bebas yang tidak mengadakan ikatan dengan sel akan menetralisir AHG. 2. Reaksi false neg dapat terjadi pemeriksaan terganggu atau tertunda. Pelaksanaan proses pencucian harus dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi kehilangan Ab yang terlepas dari sel. AHG harus ditambahkan segera setelah proses pencucian selesai Ab yang telah mengadakan ikatan akan terlepas kembali. Setelah AHG ditambahkan harus segera diputar dan dibaca, karena reaksi IgG yang menyelimuti sdm akan melemah setelah inkubasi. 3. Reag kehilangan reaktivitas penyimpanan tidak baik, kontaminasi bakteri / serum manusia. Penyimpanan AHG dianjurkan pada 2 80 C, jangan dibekukan, bila warna berubah tidak digunakan lagi. AHG mengalami netralisasi bila terkontaminasi dengan serum manusia / antiD sera. Hal ini tidak terlihat dengan mata (makroskopis) tetapi terlihat bila diperiksa dengan CCC, hasil reaksi yang seharusnya pos menjadi neg. 4. Tidak ada AHG pada pemeriksaan, atau lupa menambahkan AHG. Hal ini dapat dicegah dengan memakai AHG yang berwarna. 5. Penggunaan centrifugasi yang tidak baik Centrifugasi yang lambat keadaan menjadi tidak optimal untuk aglutinasi, sebaliknya centrifugasi yang terlalu kuat memadatkan sel, sehingga sel sukar untuk terurai. 6. Jumlah sdm yang ada pada pemeriksaan mempengaruhi reaktivitas. Reaksi yang lemah terlalu banyak sdm, sebaliknya sdm yang terlalu sedikit menyulitkan pembacaan aglutinasi dengan baik. 7. Reaksi prozone sebagai kemungkinan penyebab pemeriksaan antiglobulin tidak reaktif.

Hasil False Pos pada DAT dan IAT 1. Sdm sudah dicentrifugasi sebelum dilakukan pencucian. Apabila tidak terlihat aglutinasi yang tampak setelah penambahan AHG dapat disalah interpretasikan pembacaannya sebagai akibat perselubungan IgG / komplemen.

Sdm penderita cold react auto Ab yang kuat beraglutinasi pada contoh darah yang disimpan pada suhu kamar atau dibawah suhu kamar. 2. Tabulasi gelas yang tidak bersih terkontaminasi dengan debu, detergent / material lain yang menyebabkan sdm menggumpal / aggregasi. 3. Over centrifugation dapat memadatkan sdm aggregasi disalah artikan dengan aglutinasi. 4. Reag yang dibuat tidak baik dan dapat mengandung Ab yang mengakibatkan aglutinasi pada sel yang tidak diselubungi. Enzyme treated red blood cells dapat meningkatkan reaktivitas dengan antispecies Ab dan dapat bereaksi langsung dengan reag AHG yang mengandung kontaminasi aktivitas. False Pos Pada DAT 1. Komponen komplemen C4 dapat melekat pada sdm menggunakan contoh darah beku yang berasal dari segmen dana dalam CPD A1 yang disimpan 40 C / pada suhu kamar. Terjadi karena aktivitas cold auto Agglutinin alamiah yang sering terdapat pada serum normal mengakibatkan false pos pada AHG yang mengandung anti komplemen. 2. False pos DAT dengan contoh darah yang diambil dalam tabulasi yang mengandung silicone gel. 3. Contoh darah yang diambil dari selang infus 5 % / 10 % dextrose dapat mengandung komplemen pada sdmnya. 4. Kontaminasi bakteri pada contoh darah dapat mengakibatkan DAT pos. False Pos Pada IAT DAT pos IAT pos untuk semua sera. Sdm yang diselubungi IgG sulit untuk diperiksa golongan darahnya menghilangkan IgG dari sdm dapat menggunakan heat treating atau chloroquine. http://mokotransequipment.blogspot.com/2008/06/direct-and-indirect-coombs-test.html

Sebagian besar faktor yang dihubungkan dengan golongan darah Anda berhubungan dengan golongan darah utama, yaitu apakah Anda golongan darah O, A, B, atau AB. Namun demikian, sebenarnya ada ratusan sub golongan darah minor, seperti status Rh positif atau negatif. Karena tujuan kita, golongan darah minor ini seringkali berperan, dengan satu perkecualian: status sekretor Anda. Meskipun setiap orang membawa antigen golongan darah dalam sel-sel darah mereka, sebagian orang memiliki antigen golongan darah yang bergerak bebas dalam sekresi tubuh. Orang-orang ini disebut sekretor, karena mereka mensekresi antigen golongan darah mereka menjadi cairan tubuh, seperti ludah, lendir dan sperma. Ini memungkinkan untuk mencari tahu golongan darah mereka dari cairan tubuh lainnya, juga dari darah mereka. Sekretor meliputi kira-kira 80 persen dari populasi. Menjadi sekretor atau non-sekretor tergantung pada golongan darah ABO Anda: yang dikontrol oleh gen berbeda. Sebagai contoh, satu orang bisa menjadi sekretor golongan darah A, yang lainnya non-sekretor golongan darah A. Karena sekretor memiliki lebih banyak tempat untuk menempatkan antigen golongan darah, mereka memiliki lebih banyak ekspresi golongan darah di dalam tubuh mereka daripada non-sekretor. Seperti yang akan kita lihat, status sekretor Anda bisa memberikan pengaruh besar pada karakteristik sistem kekebalan tubuh Anda dan dihubungkan dengan banyak penyakit. Sistem Kekebalan Tubuh yang Dikompromikan: Di dalam sistem kekebalan tubuh yang berfungsi dengan tepat, sel-sel limfosit-B dan T bertanggung jawab untuk mendeteksi penyusup asing dan memproduksi antibodi yang melawan mereka. Serangkaian sel-sel limfosit-T, yang disebut sel-sel pembunuh alami (NK), merupakan barisan depan pertahanan terhadap infeksi dan sel-sel kanker. Secara sederhana, sel-sel NK bertindak seperti senjata kecil Velcro yang berlayar di dalam sistem kekebalan tubuh Anda. Ketika mereka bertemu sel yang telah diinvasi oleh virus, bakteri atau abnormalitas, mereka melekat pada sel itu dan menghancurkannya. Aktivitas NK yang menurun dihubungkan dengan berbagai penyakit, dan aktivitas sel-sel NK yang rendah merupakan komponen dari berbagai gejala kelelahan. Menurut Pusat Pengendali penyakit, aktivitas sel NK yang rendah hadir pada sebagian besar penyakit kronis. Sesungguhnya, aktivitas sel NK yang rendah bahkan telah dianggap sebagai masuknya penyakit dan dengan sendirinya sindrom pembunuh alami yang rendah. Sindrom pembunuh alami yang rendah ditunjukkan oleh aktivitas sel NK yang rendah, dalam hubungannya dengan gejala klinis yang umum demam dan kelelahan yang membandel tanpa penjelasan lebih dari enam bulan. Biasanya, tes laboratorium rutin menunjukkan normal. Level aktivitas sel NK rendah juga dihubungkan dengan sindrom kelelahan kronis. Semakin rendah aktivitas sel NK, semakin parah gejala-gejalanya. Manifestasi lainnya dari sistem kekebalan tubuh yang dikompromikan adalah penyakit autoimun. Kata auto adalah kata Yunani untuk diri sendiri. Jika seseorang terkena penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuhnya salah menyerang dirinya sendiri, menjadikan sasaran sel, jaringan dan organ tubuh orang itu sendiri.

Sebagian besar kerusakan yang dilakukan oleh penyakit autoimun adalah akibat dari kompleksitas kekebalan tubuh, suatu jaringan yang tidak dapat larut yang melekat pada antigen di aliran darah. Kompleksitas kekebalan tubuh berbentuk reaksi perlindungan terhadap luka tetapi berbahaya ketika mereka berakumulasi dan menyebabkan peradangan. Kompleksitas kekebalan tubuh, sel-sel kekebalan tubuh dan molekul-molekul peradangan bisa menghambat aliran darah dan pada akhirnya merusak organ-organ seperti ginjal dengan systemic lupus erythematosus, atau sekresi insulin Islet of Langerhans dalam pankreas penderita diabetes. Banyak penyakit autoimun, termasuk fibromyalgia, hipotiroidisme, dan arthritis rematik, dihubungkan dengan kelelahan. Sesungguhnya, sindrom kelelahan kronis terkadang dianggap sebagai penyakit autoimun. Jalur Imunologi Khusus Golongan Darah terhadap Kelelahan Golongan Darah O: Autoimunitas Golongan darah O paling rentan terhadap kondisi yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang overeaktif. Penyakit peradangan autoimun, seperti arthritis rematik dan fibromyalgia, lebih umum pada individu golongan darah O daripada golongan darah lainnya. Penyakit radang perut, seperti penyakit Crohns dan colitis bisul, juga secara tidak proporsional mempengaruhi individu golongan darah O. Kerentanan golongan darah O terhadap berbagai masalah peradangan dihubungkan dengan level tertinggi yang mereka miliki dan varitas antibodi anti-golongan darah mereka. Kerentanan golongan darah O terhadap penyakit tiroid autoimun khususnya hipotiroidisme (produksi/penggunaan hormon tiroid kurang) adalah faktor utama kelelahan. Kelelahan yang dihubungkan dengan tiroid biasanya tidak signifikan di pagi hari tetapi perlahan-lahan memburuk. Malfungsi tiroid bisa berakibat pada kelelahan, termasuk kelelahan yang terus menerus. Malfungsi sistem tiroid bisa membawa pada depresi, kecemasan, panik dan gangguan bipolar karena sistem ini mempengaruhi metabolisme sistem saraf. Golongan darah O juga lebih cenderung terkena penyakit jamur sistemik, seperti candidiasis, dan ini benar terutama untuk non-sekretor. Tampaknya ada hubungan antara candida dan penyakit autoimun, khususnya hipotiroidisme, dan keduanya seringkali menjadi ko-faktor dalam kelelahan dan depresi. Hipotiroidisme dan candida keduanya dihubungkan dengan aktivitas sel NK yang rendah. Golongan Darah A: Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh Golongan darah A paling rentan terhadap gangguan sistem kekebalan tubuh, dan satu penyebab yang mendasari adalah level glutathione yang rendah. Glutathione adalah antioksidan utama yang diproduksi di dalam sel untuk melindungi mereka dari efek radikal bebas yang merusak. Sebagai tambahan, glutathione mendaur ulang antioksidan lainnya yang sangat terkenal seperti vitamin C dan E, yang membuat mereka tetap pada keadaan aktif. Glutathione merupakan mekanisme yang diperlukan dalam respon kekebalan tubuh. Ia dibutuhkan limfosit untuk bertambah banyak dalam rangka membangun respon kekebalan tubuh yang kuat, dan bagi sel-sel NK untuk menghancurkan sel-sel yang terinfeksi virus atau sel-sel kanker. Golongan darah A

cenderung memiliki aktivitas sel NK yang rendah daripada golongan darah lainnya, dan ini karena level glutathione yang rendah. Golongan Darah B: Rentan terhadap Infeksi Golongan darah B rentan terhadap infeksi virus, yang meliputi virus yang lambat berkembang biak yang menyebabkan kondisi autoimun. Golongan darah B memiliki pertahanan paling lemah daripada semua golongan darah lainnya terhadap virus influenza yang paling umum (A H1N1 dan A H3N2), dan juga memiliki kecenderungan untuk terkena infeksi saluran kencing kronis atau kambuhan (UTI). Ini benar terutama bagi non-sekretor. Golongan darah B rentan terhadap penyakit autoimun seperti arthritis rematik, lupus dan scleroderma. Kecenderungan ini lebih jelas pada non-sekretor. Semua non-sekretor secara genetik memiliki kesulitan dalam memperbaiki kompleksitas kekebalan tubuh dari jaringan mereka, yang meningkatkan resiko menyerang jaringan yang mengandung mereka. Jika Anda non-sekretor golongan darah B, Anda memiliki resiko tinggi. Golongan Darah AB: Aktivitas Sel NK Tidak Seimbang Memiliki antigen A dan B bisa disamakan dengan memiliki dua musuh yang berdiri mengawasi di pintu gerbang yang sama. Ini mempertinggi kerentanan terhadap kondisi kekebalan tubuh. Ini benar terutama ketika golongan darah AB mengalami aktivitas sel NK yang tidak seimbang. Lebih dari golongan darah lainnya, golongan darah AB mengandalkan sel-sel NK sebagai baris pertahanan terhadap infeksi. Ketika faktor gaya hidup menyebabkan kehabisan sel, golongan darah AB tidak punya pertahanan. Seperti halnya golongan darah B, golongan darah AB memiliki kerentanan yang tinggi terhadap infeksi saluran kencing kronis atau kambuhan. Ini benar terutama untuk non-sekretor. Non-Sekretor: Kerentanan Sistem Kekebalan Tubuh Tinggi Secara umum, non-sekretor jauh lebih memungkinkan terkena penyakit imun daripada sekretor, khususnya ketika diprovokasi oleh organisme penyebab infeksi. Non-sekretor juga secara genetik telah menyebabkan kesulitan memperbaiki kompleksitas kekebalan tubuh dari jaringan mereka, yang meningkatkan resiko menyerang jaringan yang mengandung mereka. Dengan kata lain, non-sekretor sedikit lebih rentan untuk melihat jaringan mereka sendiri tidak ramah. Non-sekretor dominan dalam setiap gangguan sistem kekebalan tubuh: Non-sekretor lebih cenderung terhadap peradangan daripada sekretor. Meskipun non-sekretor terdiri hanya 20 persen dari populasi, mereka secara signifikan diperlihatkan lebih pada individu dengan infeksi candida oral atau vaginal, berjumlah hampir 50 persen dari individu yang terkena. Non-sekretor tercatat 80 persen dari seluruh penderita fibromyalgia, golongan darah yang tidak respektif. Non-sekretor memiliki varitas penyakit autoimun yang meningkat, yang meliputi ankylosing spondylitis, arthritis reaktif, psoriatic arthropathy, Sjogrens sindrome, sclerosis multi, dan penyakit Grave.

Non-sekretor memiliki resiko ekstra infeksi saluran kencing kambuhan, dan antara 55 sampai 60 persen dari non-sekretor telah ditemukan terkena renal scars bahkan dengan penggunaan obat antibiotik untuk UTI secara teratur. Non-sekretor memiliki aktivitas sel NK lebih rendah. http://mmubarok.wordpress.com/2009/12/10/golongan-darah-dan-jalan-menuju-kelelahan/

Anda mungkin juga menyukai