Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang Meningkatnya harga minyak bumi beberapa tahun belakangan ini telah membuat kesadaran akan perlunya

mencari bahan bakar alternative sebagai pengganti minyak bumi. Biodiesel merupakan bahan bakar alternative yang berusaha dikembangkan oleh beberapa Negara di dunia termasuk Indonesia. Peningkatan produksi biodiesel akan mengakibatkan peningkatan pula hasil sampingannya yaitu gliserol. Gliserol merupakan hasil sampingan dalam proses produksi biodiesel yang jumlahnya dapat mencapai 11% dari jumlah biodiesel itu sendiri.

Tinjauan Pustaka Gliserol Gliserol merupakan zat cair seperti sirup, tidak berwarna, dan berasa manis. Di alam, gliserol terdapat sebagai lemak (gliserida) (Mulyono 2006). Gliserol dapat larut dalam air dan alkohol. Gliserol berbahaya bila terhirup serta dapat menyebabkan iritasi jika kontak dengan kulit ataupun mata. Pelindung diri yang sebaiknya digunakan bila bekerja dengan gliserol ialah sarung tangan, jas laboratorium, kacamata pelindung dan alat pernapasan (Sciencelab 2010). Penggunaan gliserol dalam dunia industri sangat beragam, gliserol banyak dimanfaatkan dalam bidang makanan dan minuman sebagai pelarut, pemanis, dan pengawet makanan. Gliserol juga sering digunakan dalam produk perawatan tubuh, obat-obatan, pelumas, dan zat anti-beku. Gliserol juga merupakan bahan baku dalam pembuatan rokok, peledak dan polyester (Kurniadi & Maratusalihat 2007). Gliserol komersil umumnya diperoleh sebagai hasil sampingan reaksi transesterifikasi minyak. Proses produksi biodiesel sebagai bahan bakar alternatif menghasilkan produk sampingan gliserol yang cukup besar. Produksi gliserol dari reaksi transesterifikasi triglierida menjadi biodiesel mencapai 11% (Kurniadi & Maratusalihat 2007). Pada tahun 2010 kontribusi produksi gliserol alami akan mencapai 95% dari total produksi gliserol dunia sebesar satu juta ton (LRPI Asam Laktat

Anda mungkin juga menyukai