Untuk jembatan bentang panjang (lebih dari 100 meter) dan penggunaan struktur yang tidak umum atau yang menggunakan material dan metode baru harus diperlakukan sebagai jembatan khusus. Prinsip umum perencanaan yang diatur dalam peraturan ini, harus didasarkan pada prosedur yang memberikan kemungkinan-kemungkinan yang dapat diterima. untuk
mencapai suatu kondisi batas selama umur rencana jembatan. Dengan asumsi jembatan dibangun memenuhi persyaratan perencanaan dan dipelihara dengan baik selama umur rertcana (umur rencana peraturan Perlu dicatat bahwa ini adalah 50 tahun ). jembatan-jembatan tidak direncanakan untuk dapat
mendukung semua kemungkinan beban, seperti beban yang ditimbulkan Namun demikian setiap aksi atau pengaruh yang teljadinya
akibat perang.
sebelumnya, harus dipertimbangkan dalam perencanaan. Standar perencanaan peraturan yang dipakai dalam pembebanan untuk Jembatan
Suramadu terbagi menjadi dua jenis klasfikasi yaitu standar geometrik perencanaan jalan dan standar perencanaan struktur jembatan. Stan dar perencanaan geometrik jalan pada Jembatan Suramadu mengacu pada:
Perencanaan Geometrik Jalan Raya (Geometric Design of Rural Roads, Directorate of Planning Directorate General of Highways, September 1997).
Peraturan Perencanaan Geometrik Ja!an Kota (Standard Specification for Geometric Design of Urban Roads), Direktorat Jenderal Bina Marga, Maret 1992.
Standar spesifikasi
untuk Perencanaan
Geometrik
s
<>
A Policy on Geometric Design of Highways and Street, AASHT0-1994. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (Indonesian Highway Capacity Manual), 1997.
Peraturan Muatan Perencanaan Jembatan Jalan raya, Pebruari 1988. Perencanaan Tahan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya, April 1983. Peraturan Beton Bertulang Indonesai, 1971. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, BMS, April 1992. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, 1991. Building Code Requirements/or Reinforced Concrete, (ACI3!8-89 ).
..
<>
<>
Standard Specification for Highway Bridges published by The American Association of State Highway and Transportation Officials (ASH10), 1989.
Pern bebanan
pembebanan jembatan diperlukan daya layan yang cukup. pada
Sehingga dalam hal ini diperlukan peraturan yang akan memenuhi pembebanan umumnya. Sebelum melakukan analisis perhitungan struktur jembatan,
seorang
beban-beban Disetiap
yang akan bekerja yang disesuaikan dengan kemungkinan peraturan khusus untuk
negara
pembebanan jembatan
2.6.1.
Beban Prim er Beban primer merupakan beban yang sangat berpengaruh besar terhadap kelruatan
struktur. Beban-beban ini antara lain : a. Beban Sendiri Berat sendiri adalah berat bahan dari bagian jembatan yang dianggap tetap. Bagian ini merupakan clemen struktural dan ciemen nonstruktural. berat isi dan kerapatan masa untuk berat sendiri : Berikut ini adalah tabel
.
.
Bahan .
..
2240 1000
b. Behan Hidup Beban hid up pada jembatan yang harus ditinjau, dinyatakan dalam dua macam, yaitu
minimum 2,75 meter dan Iebar maksimum harus digunakan untuk menentukan lantai kendaraan ini. dengan
ini
beban "D" per jalur. Jumlah jalur lintas untuk menurut tabel dalam
Iebar 5,50 meter atau lebih ditentukan jumlah jalur jembatan ini
dibawah
Untuk
selanjutnya
digunakan
Tabe12.2
..
11,25 m < l < 15,00 m 15,00 m < I< 18,75 m !8,75 m < l < 32,50 m
,= _ -
4 5 6
Beban "T" Dalam menghitungan kekuatan lantai kendaraan atau sistem lantai kendaraan
adalah beban yang merupakan kendaraan truk semi-trailer dengan berat masimgmasing as disebarkan menjadi
wheel load) pada Satu sisi roda adalah sebesar 100 kN dengan ukuran-ukuran serta kedudukan seperti tertera pada gam bar 2.8
q = 8 x (O L ,S+ (2.2)
15
... .
dengan L adalah panjang dalam meter ditentukan oleh tipe konstruksi jemhatan sesuai tabel 2.2. Ketentuan peggunaan hehan "D" dalam arah melintang
Untuk jembatan dengan Iebar lantai kendaraan sama atau lehih kecil dari 0,50 meter, beban "D" sepenuhnya jembatan.
(I 00%) harus dihehankan
Penggnnaan
Behan "D"
Dalam menentukan heban hidup (beban hid up terbagi rata dan hehan garis) perlu diperhatikan ketentuan bahwa: o Panjang bentan (L) untuk muatan terbagi rata pada sub bah ini adalah sesuai ketentuan dalam perumusan koefisien kejut. o Behan hidup primer per meter Iebar jemhatan menjadi sebagai berikut:
........... .(2.4)
Angka pembagi 2,75 meter di atas selalu tetap dan tidak tergantllng pada Iebar jalur lalu lintas. Beban "D" tersebut harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengaruh terbesar dengan pedoman sebagai berikut ini: o Dalam menghitung terbagi rata dan momen-momen beban garis) maksimum akibat beban hidup (beban gelagar menerus di atas beberapa
pada
perletakan digunakan
ketentuan-ketentuan
sebagai Satu beban garis Ulltuk Dua beban garis maksimum, Behan
yang menghasilkan
menghasilkan momen maksimum. o Dalam menghitung momen maksimum positif akibat beban hidup (beban
terbagi rata dan beban gads) pada gelagar dua perletakan digunakan beban terbagi rata sepanjang bentang gelagar dan satu beban garis. Dalam menghitung reaksi perletakan pada pangkal jembatan dan pilar perlu
diperhatikan jumlah jalur lalu !intas sesuai ketentuan dan jumlah jalur lalu lintas mulai 4 (empat) jalur atau lebih, beban "D" harus diperhitllngkan dengan
menganggap jumlah median sebagaimana tercanturn dalam table 2.3 . " Beban pada trotoar, kerb, dan sandaran Konstruksi trotoar harus diperhitungkan terhadap beban hidup sebesar 5 kN/m 2
Dalam perhitungan kekuatan gelagar karena pengaruh beban hidup pada trotoar,
Tabel2.3
A nggapan
U ntuk Menghitl.lng
Reaksi
n4 = n=S n6 = n7 = n8 = n9 = n lO =
1
l l
3 3 3
pada tepi-tepi
lantai kendaraan
untuk
ke arah melintang
sebesar 500
kg/m2 yang bekerja pada puncak kerb yang bersangkutan di atas permukaan lantai kendaraan sandaran
pada setiap tepi trotoar harus diperhitt.mgkan sebesar 100 kg/m', yang bekelja pada
beban horisontal
tinggi 90 em di atas lantai trotoar. " Beban Kejut Untuk dinamis memperhitll!lgkan laillllya, pengaruh-pengaruh getaran akibat beban dan pengaruh-pengaruh dikalikan beban
tegangan-tegangan
dengan koefrsien kejut yang akan memberikan merata "q" dan beban "T " tidak dikalikan Koefisien kejut ditentukan dengan rumus: k 1+ = 20 (50+L )
hasil maksimum
sedangkan
dengan koefisien
kejut.
..............................................................................
.(2.5)
oleh tipe
konstruksi jembatan (keadaan statis) dan kedudukan muatan garis "P" sesuai.
Koefisien bangunan
kejut bawah
tidak dan
terhadap tidak
bangunan satu
bawah
apabila Bila
merupakan
kesatuan.
bangunan bawah dan bangunan atas merupakan kejut diperhitungkan terhadap bangunan bawah.
satu kesatuan
maka koefisien
2.6.2. Beban Sekmuler Beban jembatan ini merupakan akan gaya yang pada disebabkan daerah-daerah oleh gempa burni. Jembatan terjadi
yang
dibangun
dimana
diperkirakan
pengaruh-pengaruh
gempa bumi tersebut sesuai dengan "Buku Petunjuk Perencanaan Jembatan Jalan Raya 1986". Pengaruh-pengaruh gempa bumi
pada jembatan dihitung seni!ai dengan pengaruh suatu gaya horisontal pada konstruksi yang ditinjau dan perlu ditinjau pula gaya-gaya gesek gempa pada perletakan, dan tekanan hidro-dinamik pondasi lain yang berpengaruh akibat gempa, tekanan seperti gaya tanah akibat
apabila
yang
direncanakan
merupakan pondasi
merupakan
suatu
peristiwa untuk
yang te!jadi
tak
pasti,
tetapi umur
peristiwa
yang Dalam
peluanglkemungkinan
selama
bangunan.
peraturan perencanaan
kecuali
pada kasus-kasus
st:ruktur tertentu.
Pada saat
terjadi gempa gerakan tanah dapat te!jadi pada ketiga arah tersebut secara simultan. Kekuatan jembatan stmkturnya cable-stayed terhadap beban gempa terletak pada bentuk cable
umumnya.
jembatan
menyerap energi
perpindahan
perbedaan geologi dan geografis tanah penyerapan menyebabkan dukungan perpindahan suatu titik dukungan
ge!ombang
lainnya. Perbedaan
bahaya pada
stmktur khususnya
jika aksi gempa searah sumbu longitudinal gempa pada jembatan pada stmktur
cable-stayed
tahan gempa
pada umumnya,
dan dinamis secara lengkap. Secara umum kedua analisa berdasarkan peraturan manual perencanaan jembatan
dari Bina Marga. Analisa statik equivalent panjang dilakukan menghitung hanya dipakai pada stmktur jembatan yang tidak terlalu beban secara hati-hati. jembatan Metode spesifik untuk
dengan mensubtitusi
untuk seluruh jembatan dengan menggunakan panjang yang perhitungan rumus: kompleks dan jembatan
yang
Dimana:
TEQ KH C I S WT
= = =
=
Gaya gempa total (kN) Koefisien dari beban gempa horizontal Koefisien geser dari tiap wilayah,periode dan kondisi setempat Faktor keutamaan Faktor jenis struktur Berat total struktur (kN)
= =
sesuai
dengan wilayah gempanya, fleksibilitas lapisan tanah dan waktu getar dari struktur. Untuk menentukan klasifikasi wilayah gempa dapat dilihat seperti tabel 2.4 BDCBMS'92. Kondisi dari lapisan tanah akan dihitung menurut garis pada gambar 2.13 BDC-BMS'92 yang digunakan untuk mendapatkan koefisien geser dasar. Kondisi
lapisan tanah didefinisikan sebagai tanah keras, tanah sedang dan tanah lunak. Sesuai dengan kriteria pada tabel2.4 BDC-BMS'92
Tc
Gempa
Faktor keutamaan(l)
frekuensi terendah dari bahaya keruntuhan struktur selama wnur dan jembatan. Faktor jenis(S) dihubungakn dengan daktilitas dari jembatan diberikan pada tabel2.5
I.
2.
yang 2000 jembatan dengan jalan raya utama atau merupakam rute arteri yang dimana sudah tidak a d a alternatif rute lain jembatan tetap, dimana alternative rute lain tersedia dan dapat meniadakan desain jembatan untu mengurangi beban lalu-lintas Jembatan sementara dari yang mengurangi beban lalu-lintas seSl.lai dengan 2.3.5 BDC BMS'92
1,2
1,0
3.
0.8
Tabel2.6
Tipe
Jembatan
(1).(2)
Catatan:
l Tipe jembatan didefinisikan dari BDC-BMS'92. .
2.
mempunyai
perbedaan struktur
tipe
struktllr baik
dengan
tipe faktor
3.
Untuk
table
ini, beban
pratekan
sebagian
diisi
dengan
memperhitungkan
pendekatan dari pengaruh beban desain sementara, pengaruh dari beban desain sisa dihitung dengan kekuatan tanpa pratekan. Untuk beton pratekan total diisi dengan memperhitungkan 4. F
= =
1,25-0,025
jembatan
2.7. Konsep Desain Elemen Stndctur Peraturan perencanaan jembatan Bina Marga (BMS '92) merupakan pegangan dalam perencanaan jembatan di Indonesia. Peraturan ini memberikan saran perencanaan jembatan yang dapat menjamin tingkat keamaan, kegooaan dan tillgkat penghematan yang masib dapat diterima dalam perencanaan struktur jembatan atau dengan kata lain merupakan standar minimum yang menjamin keamanan, kegunaan dan penghematan dalam perencanaan jembatan (yang masih dapat diterima ). Konsep desain pada struktur jembatan menggunakan analisis batas layan yaitu
Ultimate Limit States (ULS). Aksi-aksi yang dapat menyebabkan suatu jembatan menjadi
tidak aman, merupakan aksi-aksi batas (ultimate actions) dan respon jembatan yang disebabkannya merupakan keadaan batas puncak (Ultimate Limit State , ULS ). Keadaan batas puncak adalah: a. Kehilangan keseimbangan statis akibat sliding, overturning sebagian maupun keseluruhan jembatan. b. Kerusakan bagian jembatan akibat fatik dan atau fwrosi yang menyebabkan atau terangkat baik
.:::
keruntuhan dapat terjadi. c. Keadaan puma elastis atau tekuk dimana keruntuhan dapat terjadi pada satu atau lebih bagian jembatan. d. Keruntuhan fondasi yang menyebabkan pergerakan yang bedebihan, atau
keruntuhan bagian-bagian
2.8. Struktur
MIDAS/CIVIL
struktur bangunan sipil baik untuk merancang jembatan maupun struktur sipil pada umumnya. konstruksi Jembatan Program untuk ini memiliki beton kemampuan untuk menganalisa Jernbatan berbagai
Cable-stayed,
Prestressed/Post-tensioned,
konvensional.
Program
MIDAS/CIVIL adalab
dikembangkan
seperti halnya program SAP90 dan PASCAL, program ini dirnanfaatkan secara penuh untuk melakukan pengolahan data pada MIDAS/CIVIL dengan dukungan karakteristik 32 bit yang terdapat pada windows sehingga dapat melakukan perhituugan dengan cepat. Input pada program ini dapat dilakukan dengan mudah serta output yang dihasilkan oleh program ini lebih baik dari program-program civil lainnya. Program ini dapat
rnenampilkan gambar dan perhitungan secara 3 D serta dapat melakukan analisa struktur yang berdimensi besar dan kompleks. MIDAS I CIVIL mempunyai aplikasi sebagai berikut : Analisa dan desain dari semua jenis jembatan 3-D beton, baja, gabungan beton dan baja, post-tensioned, cable stayed, dermaga, penahan gelombang, kereta bawah tanah, struktur bawah, parit jalan raya, limbah dan fasilitas perawatan air, lapisan terowongan dan pembangkit tenaga listrik, fasilitas industri, menara transmisi, galangan kapal, tangkiltank air, pelahuhan udara, fasilitas umum, pelabuhan, stadion, tanggul, dan fasilitas transportasi. Se!uruh proses dari pemodelan, analisa, dan desain terdapat pada menu