Anda di halaman 1dari 6

Buta Senja Buta senja adalah suatu penyakit mata yang disebabkan kekurangan vitamin A.

Penyakit ini mengakibatkan penderita sulit melihat benda pada keadaan remang-remang. Biasanya penderita akan kesulitan melihat pada senja hari, sehingga keadaan ini dikenal sebagai buta senja. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak usia sekitar 2 sampai 5 tahun. Bila berjalan, penderitanya menabrak apa saja yang ada di dalamnya. Keadaan ini menyerupai ayam yang berjalan di sore hari, maka kerap pula disebut penyakit buta ayam. Gejala lainnya, penderita mengalami kekeringan mata (xerosis). Bagian putih mata akan menjadi suram dan mulai mengeriput. Selain itu bercak-cercak seperti busa yang kelabu dan kecil dapat terbentuk dalam mata penderita buta senja. Jika penyakit ini semakin parah, ada lubang-lubang kecil di kornea mata. Selain itu kornea mata akan cepat menjadi lunak, menonjol, atau bahkan pecah. Buta senja sebenarnya baru merupakan gejala awal dari penyakit kekurangan vitamin A. Kekurangan vitamin A terjadi jika vitamin A yang masuk ke dalam tubuh lebih sedikit daripada yang dibutuhkan. Vitamin A ini paling banyak bisa diperoleh dari makanan. Ketidaktahuan, kemiskinan, takhyul, dan penyakit infeksi adalah faktor utama munculnya penyakit ini. Masih ada kepercayaan bahwa anak kecil tidak boleh makan ikan dan telur misalnya, karena akan menderita gatal-gatal. Padahal, vitamin A justru banyak terdapat pada telur, ikan segar, susu, buah, dan sayur hijau. Penyakit pencernaan juga dapat menyebabkan kekurangan vitamin A. Ini karena penyerapan vitamin A terganggu. Pada orang dewasa, sumbatan saluran empedu oleh batu empedu juga dapat mengganggu penyerapan vitamin A, karena vitamin A diserap bersama cairan empedu. Perawatan penyakit ini, berikan pada penderita sayuran yang berdaun hijau gelap dan sayuran serta buah yang berwarna merah dan kuning. Berikan juga susu, hati, telur, dan makanan lain yang banyak mengandung vitamin A. Penyakit ini bisa dihindari. Caranya, berikan air susu ibu pada bayi sampai berumur 2 tahun. Setelah bayi berumur 6 bulan pertama, mulailah menambahkan makanan yang kaya akan vitamin A. mag () BUTA WARNA Buta warna merah hijau. Bila sekelompok kerucut warna hilang dari mata orang tersebut tidak dapat membedakan beberapa warna dari warna-warna lainnya. Jika kerucut merah hilang, cahaya dengan panjang gelombang 525 dan 625 milimikron hanya dapat merngsang kerucut yang peka terhadap warna hijau, sehingga rasio perangsangan berbagai kerucut tidak berubah ketika warna berubah warna seluruhnya dari spectrum warna hijau ke spectrum merah. Oleh karena itu, dala batas batas gelombang ini semua warna terlihat sama oleh orang yang buta warna ini. Sebaliknya jika kerucut yang peka terhadap warna hijau hilang warna-warna dari hijau sampai merah hanya merangsang kerucut peka merah dan orang orang itu hanya mengindera satu warna di dalam batas-batas ini. Oleh karena itu bila seseorang kekurangan kerucut merah atau hijau dikatakan bahwa ia buta warna merah hijau. Kelemahan biru. Kadang-kadang seseorang menderita kelemahan biru, yang disebabkan berkurang atau tidak adanya reseptor biru. Kartu tes stilling dan ishihara. Suatu metode untuk menentukan buta warna dengan cepat didasarkan pada kartu bintik-bintik. Kartu ini disusun dengan pencampuran bintik-bintik dari beberapa macam warna. Jika orang mempelajari kartu ini dan pada saat yang bersamaan mengamati kurva kepekaan spectrum. Berbagai kerucut dengan mudah dapat dipahami bagaimana penekanan yang berlebihan dapat diberikan pada bintik dengan warna tertentu oleh penderita buta warna jika dibandingkan dengan orang normal. BUTA SENJA (NIKTALOPIA) Buta senja terjadi pada defisiensi vitamin A yang berat. Bila jumlah total vitamin A di dalam darah sangat berkurang, jumlah vitan A, retinal dan rodopsin di dalam sel batang, dan juga zat kimia peka cahaya berwarna di dalam sel kerucut, semuanya berkurang jadi menurunkan kepekaan sel batang dan kerucut. Keadaan ini disebut buta senja karena pada waktu malam, jumlah cahaya yang tersedia sangat sedikit untuk memungkinkan penglihatan yang memadai, meskipun di siang hari tersedia cukup untuk merangsang batang dan kerucut meskipun jumlah zat fotokimia ini berkurang. Untuk terjadinya buta senja ini, orang harus sering mempunyai diet kurang vitamin A selama berbulan-bulan, karena biasanya vitamin A disimpan dalam jumlah besar didalam hati bagi bagian tubuh lain yang memerlukannya, tetapi bila buta senja telah timbul kadang-kadang ia dapat disembuhkan sama sekali dalam waktu setangah jam atau lebih dengan suntikan vitamin A intravena. Ini disebabkan oleh cepatnya perubahan vitamin A menjadi retinal dan kemudian menjadi rodopsin.

10 Juta Anak Balita Indonesia Terancam Kebutaan Akibat Kekurangan Vitamin A Jakarta, KBI gemari Sampai saat ini masalah gizi utama di Indonesia yang perlu ditanggulangi adalah masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), dan Kurang Energi Protein (KEP). Keempat masalah gizi tersebut banyak diderita oleh golongan rawan terutama pada bayi, balita, Wanita Usia Subur (WUS), ibu hamil dan ibu nifas. Disamping itu masalah gizi lebih cenderung meningkat, terutama di perkotaan. Dampak masalah gizi dan kesehatan terhadap anak dan kualitas manusia dapat digambarkan bahwa gizi kurang dan infeksi mengakibatkan tumbuh kembang otak tidak optimal dan berakibat rendahnya mutu manusia, sehingga menjadi beban. Sedangkan gizi cukup dan sehat akan membuat anak menjadi lebih cerdas dan produktif sebagai tanda mutu kualitas SDM yang tinggi dan dapat menjadi aset nasional. Permasalahan yang dihadapi Indonesia dan harus mendapat penanganan segera adalah bagaimana mencegah agar sekitar sepuluh juta anak balita yang menderita kekurangan Vitamin A sub klinis segera diatasi, bahkan 60 ribu diantara anak balita tersebut disertai dengan gejala Bercak Bitot yaitu terdapat garis merah pada bola mata, sehingga mereka terancam kebutaan. Gejala ini banyak terdapat di daerahdaerah yang kondisi gizinya buruk, seperti NTT dan beberapa daerah lainnya. Sebagai negara yang dianugrahi tanah yang subur, serta berbagai tanaman yang mengandung berbagai vitamin dan mineral, tidak seharusnya penduduk Indonesia mengalami kekurangan gizi, terutama kekurangan vitamin A. Hal ini karena sayur mayur di Indonesia sangat berlimpah, asal saja mereka mau memanfaatkannya. Namun karena pengetahuan masyarakat akan kandungan gizi yang ada pada sayuran begitu rendah, terkadang mereka tidak memanfaatkan hasil alam Indonesia ini dengan sebaik-baiknya. Salah satu kegiatan dalam pencegahan dan penanggulangan Gizi Mikro adalah penanggulangan kurang vitamin A (KVA), terutama pada bayi dan balita yang tidak mendapat ASI Eksklusif dari orang tuanya. Karena di dalam ASI sudah terdapat begitu besar kandungan protein,vitamin dan mineral termasuk Vitamin A,kata Sujudi. Ditambahkannya, program penanggulangan KVA sebenarnya telah dilaksanakan sejak tahun 1970. Namun sampai saat ini KVA masih merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia, terlebih ketika krisis moneter melanda Indonesia masalah gizi buruk kembali mencuat kepermukaan, walaupun pada tahun 1992 bahaya kebutaan akibat KVA mampu diturunkan secara bermakna, tetapi 50,2% balita masih menderita KVA sub klinis yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak. Hasil kajian berbagai studi mengatakan bahwa Vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Vitamin A penting agar proses-proses fisiologis dalam tubuh berlangsung secara normal, termasuk pertumbuhan sel, meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan imunologis dan pertumbuhan. Oleh karena itu vitamin A sangat penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup. Dikalangan anak balita akibat kekurangan Vitamin A (KVA) akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas, sehingga anak mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru dan akhirnya kematian. Akibat lain yang berdampak serius dari KVA adalah buta senja dan manifestasi lain xeropthalmia termasuk kerusakan kornea (keratomalasia) dan kebutaan, karena keringnya permukaan bola mata. Perbaikan status Vitamin A pada anak-anak yang KVA disertai upaya pengobatan semua kasus campak terus dilakukan Departemen Kesehatan untuk mengurangi kegawatan dari penyakit-penyakit infeksi dan morbiditas di masa anak-anak, sehingga dapat meningkatkan kesempatan bagi kelangsungan hidup mereka. Dalam menanggulangi KVA di Indonesia khususnya pada balita 6-59 bulan, Depkes telah bekerjasama dengan Helen Keller Indonesia (HKI), melalui strategi pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada balita dan ibu nifas. Pada balita diberikan 2 kali setahun, yaitu setiap bulan Februari dan Agustus secara gratis dengan kategori 0-1 tahun kapsul biru dan diatas dua tahun dengan kapsul warna merah yang bisa didapat di Puskesmas dan posyandu. Kelompok rentan kekurangan vitamin A, terjadi pada anak-anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal di daerah pengungsian, dan anakanak yang tinggal di daerah dengan ketersediaan pangan sumber vitamin A kurang. Selain itu kelompok lain yang juga rentan adalah anak dengan pola asuh tidak baik, anak yang tidak mendapat imunisasi, anak yang tidak dapat vitamin A pada Februari dan Agustus, serta adanya pantangan makanan tertentu pada anak. Karenanya Suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, yang dilakukan Indonesia setiap Februari dan Agustus, dimaksudkan untuk mencegah bayi dan anak-anak balita yang menderita xeropthalmia (kebutaan akibat kekurangan Vitamin A) yang menyebabkan permukaan kornea mata menjadi kering. Hasil penelitian yang dilakukan Survei Pemantauan Status Gizi dan Kesehatan (Nutrition & Health Surveillance System) selama 19982002 menunjukkan, sekitar 10 juta anak balita yang berusia enam bulan hingga lima tahun, berarti setengah dari populasi anak balita di Indonesia berisiko menderita kekurangan vitamin A. Bahkan dari penelitian Depkes bekerjasama dengan Helen Keller International setiap tiga bulan sekali, makanan yang dikonsumsi masayarakat Indonesia sehari-hari di bawah angka kecukupan vitamin A yang ditetapkan untuk anak balita, yaitu 350-460 Retino Ekivalen per hari. Amy L Rice, Direktur Program Vitamin A Helen keller International mengatakan, kekurangan vitamin A merupakan masalah utama yang menimpa anak-anak di Indonesia. Anak-anak yang tidak yang tidak tercukupi kebutuhan vitamin A-nya akan terganggu kesehatan mata, kemampuan penglihatan, maupun kekebalan tubuhnya. Yang memprihatinkan, kebutaan yang disebabkan kekurangan vitamin A tidak dapat disembuhkan. Dengan demikian, anak-anak yang kekurangan vitamin A bisa mengalami kebutaan sepanjang hidupnya. Sementara itu, Elviyanti Martini Direktur Manajemen Data dan Operasi Lapangan Program Vitamin A helen Keller International (HKI), dari penelitian yang dilakukan di sembilan provinsi ditemukan beberapa kasus kebuitaan pada anak balita, antara lain di NTB (20 kasus), Jabar (9 kasus), dan Sumsel (26 kasus).

Sebagian anak balita yang diteliti itu menderita penyakit mata dalam stadium lanjut akibat kekurangan vitamin A, sehingga tidak dapat disembuhkan. Kerusakan bola mata itu disebut keratomalasia (sebagian dari hitam mata melunak seperti bubur), ulerisasi kornea (seluruh bagian hitam melunak seperti bubur), hingga kondisi parah xeroftalmia scars (bola mata mengecil dan mengempis). Sedangkan anak dengan gejala buta senja hingga xerosis kornea (bagian mata kering, kusam, dan tidak bersinar) masih dapat disembuhkan dengan pemberian satu kapsul vitamin A sesuai usia. Bayi yang berusia hingga lima bulan diberi setengah kapsul biru yang dosisnya 50.000 SI (standar internasilnal), sedangkan bayi 6-11 bulan mendapat satu kapsul biru. Untuk anak usia 1-5 tahun mendapat kapsul merah (200.000 SI).Selanjutnya hari kedua dan dua minggu kemudian diberikan satu kapsul vitamin A sesuai usianya. Mereka yang mengalami buta senja dapat pulih setelah sehari mendapat kapsul vitamin A. Sedangkan yang mengalami xerosis kornea dengan mengikuti program pemberian kapsul vitamin A dapat disembuhkan dalam waktu sebulan. Angka Kematian Lebih lanjut Amy menjelaskan, kekurangan vitamin A berkaitan dengan tingginya tingkat kematian pada balita. Dari penelitian yang dilakukan di Aceh oleh Depkes bekerjasama dangan HKI, Institut Wilmer, dan John Hopkins University pada tahun 1996 menunjukkan, daerah pemberian suplemen vitamin A pada populasi yang mengalami defisiensi vitamin A dapat mengurangi tingkat mortalitas 34 persen. Populasi anak yang mengalami kekurangan vitamin A, namun tidak mendapat perawatan tingkat kematiannya 49 persen lebih tinggi daripada yang mendapat suplemen vitamin itu. Secara medis ada keterkaitan antara kekurangan vitamin A dengan kematian pada balita. Akibat kekurangan vitamin A yang berfungsi sebagai katalis reaksi biokimia dalam tubuh, akan berdampak pada berkurangnya fungsi epitel yang dapat meningkatkan status kekebalan atau daya tahan tubuh. Pencegahan kekurangan vitamin A, dapat dilakukan dengan memperbaiki pola makan, pemberian makanan yang diforitifikasi, dan mengonsumsi suplemen vitamin. Untuk mengantisipasi kekurangan vitamin A pada balita, Depkes telah menggelar program pemberian kapsul vitamin A pada balita sejak tahun 1990-an. Setiap bulan Februari dan Agustus di posyandu dan puskesmas. Seluruh bayi usia 6-11 bulan harus mendapat satu kapsul vitamin A warna biru, dan seluruh anak usia 1-5 tahun mendapat kapsul vitamin A warna merah. Manajer Operasi Lapangan Vitamin A HKI, menjelaskan, angka kecukupan gizi anak hingga usia tiga tahun seharusnya sebesar 350 Retino Ekivalen (RE) per hari, atau setara tiga butir telur atau 250 gram bayam perhari. Namun dalam survey yang dilakukan Nutrition & Helath Surveillance System tahun 2001 menunjukkan, makanan yang dikonsumsi 50 persen anak berusia 1-2 tahun tidak mengandung vitamin A dalam jumlah memadai, yaitu 350 RE per harinya. Sumber hayati yang mengandung Vitamin A adalah sayuran berdaun hijau , buah-buahan berwarna orange tua, maupun produk hewani. Kadar vitamin A tinggi (di atas 150 RE/100 gram ) antara lain terdapat pada pepaya, labu kuning, wortel, bayam dan ubi jalar. Sedangkan sumber hewani, yaitu telur, hati dan daging ayam, dengan kadar di atas 250 RE/100 gram. () Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita Di Polewali Mandar 2 03 2009

Polewali, @arali2008. Bulan Februari dan Agustus dalam program perbaikan gizi dikenal sebagai bulan pemberian vitamin A pada balita. Bulan Februari 2009 baru saja berakhir. Pada bulan ini petugas kesehatan (gizi) akan melakukan penggerakan kepada ibu-ibu yang mempunyai balita untuk datang di posyandu, membawa anaknya untuk diberikan kapsul vitamin A secara gratis. Diharapkan 80 %, 2 kali dalam setahun ( tiap 6 bulan) semua balita mendapatkan kapsul vitamin A. Apakah Vitamin A itu ? Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik). dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi lain) Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya disebut Retinol atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor pencegahan xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf mata, Jumlah yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (KGA-2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug retinol. Sumbernya ada yang hewani sebagai retinol dan ada juga dari nabati sebagai pro vitamin A sebagai karotin nanti dalam usus dengan bantuan tirosin baru dikonversi menjadi retinol. Larut dalam lemak tidak larut dalam air. Dalam program perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus , anakanak balita di berikan kapsul vitamin A secara gratis.

Kapsul Vitamin A yang diberikan gratis pada balita ini dibedakan atas dua jenis, yaitu Kapsul Vitamin A Biru dengan dosis 100.000 IU (30.000 ug retinol) hanya diberikan untuk bayi usia 6-11 bulan Kapsul Vitamin A Merah dengan dosis 200.000 IU ( 60.000 ug retinol) hanya diberikan untuk anak balita dan ibu nifas Dengan Cakupan pemberian vitamin A 80 %, maka dari sudut pandang kesehatan masyarakat, bayi dan anak balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A. Namun dalam 3 tahun terakhir cakupan pemberian Vitamin A pada anak balita di Kabupaten Polewali Mandar cenderung turun, masing-masing dari tahun 2006, 2007 dan 2008 adalah 89 % turun menjadi 77 % dan terakhir menjadi 68 %. Salah satu penyebab turunnya cakupan pemberian vitamin A balita ini adalah petugas hanya melaksanakan rutinitas kegiatan posyandu, tampa melakukan lagi upaya penggerakan masyrakat, jadi jika bulan sebelumnya kunjungan balita di posyandu hanya sekitar 30-60%, maka pada bulan pemberian vitamin A cakupannya hanya sekitar 30-60 % juga. Apa akibat rendahnya cakupan ini ? akibatnya adalah balita yang tidak mendapat vitamin A, kurang lebih 40 % akan mengalami resiko kekurangan vitamin A, apalagi balita tersebut jarang mengkonsumsi makanan sumber vitamin A Apa itu kekurangan Vitamin A pada Balita.? Kurang vitamin A atau disebut juga dengan Xeroftalmia adalah kelainan pada mata akibat Kurang Vitamin A. Kata Xeroftalmia ini diartikan sebagai mata kering karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan. kalau diperhatikan dengan teliti (bisa dilakukan oleh seorang ibu balita), terlihat terjadi kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata. Untuk mengenal mata yang kering (xeroftalmia), akan lebih jelas bila terlebih dahulu dikenal mata yang sehat, dapat dilihat dari bagianbagian organ mata sebagai berikut Kornea (selaput bening) benar-benar jernih Bagian putih mata benar-benar putih Pupil (orang-orangan mata) benar-benar hitam Kelopak mata dapat membuka dan menutup dengan baik Bulu mata teratur dan mengarah keluar Setelah ditahu mata yang sehat, maka selanjutnya dengan muda dapat dilihat mata yang tidak sehat atau akibat dari mata yang mengalami kekurangan vitamin A. Terjadinya akibat atau kerusakan mata karena kekurngan vitamian A akan terjadi secara bertahap sebagaimana diuraikan oleh Depkes RI 2004, dalam program Pencegahan dan penanggulangan Kurang Vitamin A yaitu akibat kekurangan vitamin A dapat dimulai atau diklasifikasikan XN, X1A, X1B, X2, X3A, X3B dan XS dapat saya jabarkan sebagai berikut : PERTAMA: Dimulai dari gangguan pada sel batang retina, yang sulit beradaptasi diruang yang remang setelah terang, ini sangat jelas terlihat ketika sore hari, dimana penglihatan menurun pada sore hari, anak-anak biasa masuk rumah menabrak barang yang ada dihadapannya. Istilah ini biasa disebut dengan buta senja atau dalam bahasa Mandar buta rarang. Masyarakat diwilayah pedesaan dan pegunungan Kabupaten Polewali Mandar istilah buta rarang sangat dikenal. Ironisnya cakupan pemberian vitamin A diwilayah pedesaan terutama wilayah pegunungan terlapor cakupan tinggi, namun kejadian-kejadiaan buta rarang masih sering terungkap pada masyarakat. Buta Senja atau buta rarang secara internasional diistilakan dengan XN (Xeropthalmia Nigth) KEDUA ; Bila buta senja terus terjadi dan konsumsi vitamin A sangat rendah bahkan tidak ada dalam makanan sehari-hari atau pada bulan februari dan agustus tidak mendapatkan vitamin A (200.000 IU), maka tahap selanjutnya akan terjadi bagian putih mata akan kering, kusam, tak bersinar (Xerosis Konjungtiva-X1A). Ibu balita bisa melihat dengan jelas ketika mencoba membuka sedikit mata anaknya dan melihat bagian putihnya akan terlihat dengan jelas bagian putihnya kering, kusam dan tak bersinar serta sedikit kotor. Di Kabupaten Polewali Mandar terutama pegunungan masih banyak ditemukan mata dengan bagian putih yang kering, terutama pada anakanak prasekolah dan anak SD. KETIGA : Setelah bagian putih mata kering,kusam dan tak bersinar, bila konsumsi vitamin A dari makanan rendah dan tidak mendapatkan kapsul vitamin A rutin, selanjutnya akan terjadi penimbunan sel epitelnya dan adanya timbunan keratin (Bercak Bitot= X1B) maka petugas yang menemukannya harus merujuk ke klinik mata, kalau tidak ditangani segera dan dirujuk ke klinik mata atau dokter mata akan merambat pada bagian hitam mata terlihat kering, kusam dan tak bersinar (Xerosis Kornea-X2). Dan ini merupakan tahapan pertama terjadi kebutaan bila tidak ditemukan atau tidak tercakup dalam pemberian vitamin A, kalau tidak ada penyakit lain yang menyertai mungkin masih bisa tertolong secara medik. Secara keseluruhan Anak dengan gejala Buta senja (XN), Xerosis Konjungtiva hingga Xerosis Kornea(X2) sepetrti terlihat pada gambar disamping, masih dapat disembuhkan dengan pemberian. Hari pertama (SAAT DITEMUKAN), Berikan 1 kapsul vitamin A sesuai umur : Bayi < bulan : kapsul biru (50.000 SI), Bayi 6-11 bulan kapsul biru (100.000 SI), Anak 12-59 bulan : 1 kapsul merah (200.000 SI), Hari kedua : Berikan 1 kapsul vitamin A sesuai umur,

Dua minggu kemudian : Berikan 1 kapsul vitamin A (sesuai umur) KEEMPAT : Namun tahapan-tahapn selanjutnya adalah Keratomalasia (X3A) dari sebagian hitam mata melunak seperti bubur. Dan selanjutnya seluruh bagian hitam mata melunak seperti bubur (ulserasi Kornea -X3B) akan sangat sulit untuk menghindar dari kebutaan. KELIMA : Akhirnya bola mata mengecil-mengempis (Xeroptalmia Scar- XS) terjadi BUTA YANG PERMANEN. Walaupun dimasyarakat di Polewali Mandar tidak ditemukan lagi kebutaan akibat kekurangan vitamin A, bukan berarti kasus ini tidak ada, karena banyak anak-anak yang tak terdeteksi oleh petugas kesehatan, dan juga masih banyak anak-anak yang beresiko ditemukan di masyarakat, mereka itu adalah : Bayi yang lahir dengan Berat Badan Rendah (BBLR < 2,5 kg) Anak yang tidak mendapat kapsul Vitamin A Anak yang tidak mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang cukup Anak kurang gizi Anak yang menderita penyakit infeksi misalnya campak, ispa, diare dan lain-lain Anak dari keluarga miskin Anak yang tinggal didaerah pengunungan Anak yang tinggal di daerah dengan sumber vitamin A yang kurang atau dengan adanya pantangan terhadap sumber vitamin A Anak yang tidak mendapat ASI Eksklusif Anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A Mereka yang beresiko ketika balita masih sering dilaporkan oleh masyarakat mengalami buta rarang ( buta senja ) bahkan kadang ditemukan pada mereka yang sudah SD mata bagian putih kotor, kusam dan tak bersinar. Memang diperlukan survei cepat untuk mengetahui berapa besarannya kasus xeropthalmia di Kabupaten Polewali Mandar sehingga pelaksanaan program pemberian vitamin A tiap tahun tidak selalu fluktuatif, tentunya yang bertanggung jawab disini adalah Dinas Kesehatan kabupaten Polewali Mandar.

Rabun Senja Menyerang,Perbanyak Makan Wortel UNTUK mencegah penyakit rabun senja, sebaiknya kenali anak-anak tentang manfaat dan kandungan vitamin yang terdapat pada setiap buah. Pengenalan itu seharusnya tidak saja di sekolah, juga diterapkan di rumah. Hal itu bisa menurunkan jumlah penderita rabun senja. Untuk mendapatkan makanan sehat, memang terkadang membutuhkan biaya lebih mahal. Namun, dari beberapa jenis sayuran bisa dikonsumsi tanpa mengeluarkan biaya mahal seperti kangkung dan bayam. Ada pula sayuran merah yang murah dan bermanfaat seperti wortel. "Rabun senja terjadi karena menurunnya fungsi penglihatan seseorang pada saat senja atau peralihan dari siang ke malam. Penyakit ini diderita orang yang kurang mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A. Vitamin ini terkandung di sayuran hijau dan merah," kata Spesialis Mata Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. Iwan Sitompul. Untuk mencegah terjadinya rabun senja, Iwan mengatakan, bisa dilakukan sejak dini dan dari dalam rumah. Dimulai dengan mengonsumsi makanan sehat, banyak sayur dan buah. "Bisa saja setiap lingkungan membuat program keluarga sadar gizi agar tiap keluarga memahami kaidah yang baik dan benar serta mampu mengatasi masalah gizi. Dengan program itu, maka status gizi keluarga yang baik bisa dipertahankan dan diperbaiki," tuturnya. Tidak berhenti di situ saja, Iwan menyarankan bahwa pengurus lingkungan bisa bekerja sama dengan konsultan gizi untuk mengadakan penyuluhan kepada masyarakat. "Selama ini, masyarakat mencari sendiri apa yang mereka ingin ketahui. Jadi tidak heran jika pengetahuan tentang rabun senja itu sangat minim," sebutnya. Cara lain untuk mengatasi rabun senja, Iwan menyebutkan dengan memeriksakan secepatnya ke dokter mata ketika ada kelainan. "Jangan sekali-sekali mengabaikan keluhan yang terjadi pada mata. Mata adalah organ sensitif yang harus dirawat dengan hati-hati," sarannya. Iwan menegaskan agar masyarakat lebih banyak mengonsumsi wortel. Wortel memiliki mayoritas kandungan vitamin A. Unsur lainnya yang terdapat dalam wortel di antaranya kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,3 gram, hidrat arang 9,3 gram, kalsium 39 mg, fosfor 37 mg, besi 0,8 mg, vitamin B1 0,06 mg, dan vitamin C6 mg. (sdo/tin)

Rabun Senja Menyerang,Perbanyak Makan Wortel UNTUK mencegah penyakit rabun senja, sebaiknya kenali anak-anak tentang manfaat dan kandungan vitamin yang terdapat pada setiap buah. Pengenalan itu seharusnya tidak saja di sekolah, juga diterapkan di rumah. Hal itu bisa menurunkan jumlah penderita rabun senja. Untuk mendapatkan makanan sehat, memang terkadang membutuhkan biaya lebih mahal. Namun, dari beberapa jenis sayuran bisa dikonsumsi tanpa mengeluarkan biaya mahal seperti kangkung dan bayam. Ada pula sayuran merah yang murah dan bermanfaat seperti wortel. "Rabun senja terjadi karena menurunnya fungsi penglihatan seseorang pada saat senja atau peralihan dari siang ke malam. Penyakit ini diderita orang yang kurang mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A. Vitamin ini terkandung di sayuran hijau dan merah," kata Spesialis Mata Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. Iwan Sitompul. Untuk mencegah terjadinya rabun senja, Iwan mengatakan, bisa dilakukan sejak dini dan dari dalam rumah. Dimulai dengan mengonsumsi makanan sehat, banyak sayur dan buah. "Bisa saja setiap lingkungan membuat program keluarga sadar gizi agar tiap keluarga memahami kaidah yang baik dan benar serta mampu mengatasi masalah gizi. Dengan program itu, maka status gizi keluarga yang baik bisa dipertahankan dan diperbaiki," tuturnya. Tidak berhenti di situ saja, Iwan menyarankan bahwa pengurus lingkungan bisa bekerja sama dengan konsultan gizi untuk mengadakan penyuluhan kepada masyarakat. "Selama ini, masyarakat mencari sendiri apa yang mereka ingin ketahui. Jadi tidak heran jika pengetahuan tentang rabun senja itu sangat minim," sebutnya. Cara lain untuk mengatasi rabun senja, Iwan menyebutkan dengan memeriksakan secepatnya ke dokter mata ketika ada kelainan. "Jangan sekali-sekali mengabaikan keluhan yang terjadi pada mata. Mata adalah organ sensitif yang harus dirawat dengan hati-hati," sarannya. Iwan menegaskan agar masyarakat lebih banyak mengonsumsi wortel. Wortel memiliki mayoritas kandungan vitamin A. Unsur lainnya yang terdapat dalam wortel di antaranya kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,3 gram, hidrat arang 9,3 gram, kalsium 39 mg, fosfor 37 mg, besi 0,8 mg, vitamin B1 0,06 mg, dan vitamin C6 mg. (sdo/tin)

Anda mungkin juga menyukai