Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Hortikultura merupakan ilmu yang mempelajari tentang budaya tanaman yang intensif dan produknya digunakan manusia sebagai bahan pangan, obat-obatan, bahan bumbu, bahan penyegar, bahan penyedap, dan bahan pelindung serta penyaman lingkungan (tanaman hias). Kontribusi hortikultura terhadap manusia dan lingkungan cukup besar. Manfaat produk hortikultura bagi manusia daiantaranya adalah sebagai sumber pangan dan gizi, pendapatan keluarga, pendapatan Negara, sedangkan bagi lingkungan adalah rasa estetikanya. Konservasi genetik sekaligus sebagai penyangga alam. Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40.000 jenis flora yang tumbuh di dunia, 30.000 diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di hutan-hutan. Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional. Pemakaian tanaman obat dalam 10 tahun terakhir ini cenderung meningkat sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi, kosmetik, makanan dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan belum mengalami pengolahan apapun). Simplisia tersebut berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, dan kulit batang. Pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus meningkat mengingat kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu. Beberapa bahan baku jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang andal untuk menambah devisa negara. Produk hortikultura umumnya hanya digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun seiring dengan perkembangan teknologi saat ini produk hortikultura dapat dijadikan produk industri berekonomis tinggi dan berpeluang pasar tinggi baik di dalam maupun luar

negeri, hal itu diutamakan untuk dikembangkan. Salah satu komoditas hortikultura saat ini yang berpeluang untuk dijadikan produk industri adalah tanaman obat, salah satu contoh yaitu kunyit. Kunyit (Curcuma domestica) merupakan salah satu tanaman rempah sekaligus tanaman obat-obatan. Habitat asli tanaman ini adalah wilayah Asia. Kunyit dapat tumbuh di berbagai tempat seperti di ladang, hutan, maupun pekarangan rumah. Namun, untuk mendapatkan rimpang kunyit yang besar, sebaiknya ditanam di tanah lempung berpasir. Kunyit segar memiliki daya simpan yang pendek dan jika tidak segera ditangani setelah proses pemanenan, akan mengakibatkan kebusukan pada rimpang kunyit. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan kunyit sebagai simplisia dengan cara diiris dan dikeringkan. B. Tujuan Tujuan dari kunjungan Usaha Kecil Menengah (UKM) ini adalah untuk mengetahui proses produksi simplisia kunyit. C. Manfaat Manfaat dari kunjungan Usaha Kecil Menengah (UKM) ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui proses produksi simplisia kunyit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Divisio : Spermatophyta Sub-diviso : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Curcuma Species : Curcuma domestica Val. Gambar 1. Kunyit (Curcuma domestica Val.)

B. Deskripsi Tanaman Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina. Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna

jingga

kecoklatan,

daging

buah

merah

jingga

kekuning-kuningan

(Syukur dan Hernani 2002). Syukur, C dan Hernani. 2001. Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya. HLm :76-77. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri 3-5% (Departemen Kesehatan 1989). Minyak atsiri tersebut terdiri dari senyawa antara lain, fellandrene, sabinene, sineol, borneol, zingibrene, curcumene, turmeron, kamfene, kamfor, seskuiterpene, asam kafrilat, asam methoksisinamat, tolilmetil karbinol. Selain itu rimpang kunyit juga mengandung alkohol kurkumin (Syukur dan Hernani 2002). C. Syarat Tumbuh Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka sistem pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-300C. Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah. Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa. Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl. D. Manfaat Rimpang kunyit dapat digunakan sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut, memperbanyak ASI, fungisida, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik, obat asma, diabetes melitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah darah, menghilangkan noda diwajah, penurun panas, melindungi jantung,

radang hidung, menghilangkan rasa gatal, menyembuhkan kejang, mengobati luka dan obat penyakit hati. Selain obat, rimpang kunyit dapat dimanfaatkan untuk bumbu dapur. Zat warna kuning yang dikandungnya dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami dan tambahan untuk makanan ternak (Syukur dan Hernani 2002). E. Kurkuminoid Kurkuminoid merupakan salah satu komponen yang terdapat pada kunyit yang memberikan warna, dan zat ini digunakan baik dalam industri pangan maupun kosmetik. Salah satu fraksi yang terdapat dalam kurkuminoid adalah kurkumin (Sembiring et al. 2006). Sembiring, Mamun, dan Ginting. Pengaruh Kehalusan dan Lama Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak Temulawak (Curcuma xantorhiza,Roxb).17:53-58. Kurkumin bermanfaat sebagai

antioksidan, antimikroba, antifungi, dan juga antiinflamasi. Selain itu kurkumin juga diyakini mampu menghambat pertumbuhan sel kanker dan memacu apoptosisi sel kanker. Bahan warna kurkumin dapat juga digunakan untuk memecah penggumpalan darah di otak seperti yang terjadi pada pasien penyakit alzheimer (Dheni 2007). Deni, R. 2007. Menyembuhkan kanker dengan kunyit. Bogor: Jurnal Nasional. Menurut Purwanti (2008), Purwanti, S. 2008. Kajian Efektivitas Pemberian Kombinasi Kunyit, Bawang Putih, dan Mineral Zink Terhadap Perfoma, Kadar Lemak, Kolesterol dan Status Kesehatan Broiler. Tesis. Bogor. Pascasarjana IPB. kandungan kurkumin dalam kunyit adalah 2,38 % per 100 gram kunyit. Partikel kurkumin memiliki bagian dalam yang bersifat hidrofobik dan bagian luar yang bersifat hidrofilik (Dheni 2007). Secara kimia, kurkumin dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Struktur kimia kurkumin (Sumber: Best, 2005)

Best, B. 2005. Phytochemicals as Nutraceuticals. http www.phytochemicals.com

Anda mungkin juga menyukai