Anda di halaman 1dari 3

STROKE adalah suatu gangguan neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi

secara mendadak (detik) atau secara cepat (jam) dimana timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu. Berdasarkan data yang diperoleh penderita yang menjalani rawat inap dan rawat jalan tahun 20082009 di RSUD Prof. Dr. Johanes Kupang, tercatat penderita stroke haemoragik pada tahun 2008 sebanyak 110 orang dan tahun 2009 sebanyak 133 orang sedangkan penderira stroke non hamoragik pada tahun 2008 sebanyak 2.154 orang dan tahun 2009 sebanyak 673 orang. Data penderita di atas sangatlah tinggi jumlahnya sehingga menempati urutan teratas dari 10penyakit syaraf terbanyak di RSUD Johanes Kupang. Jika kita mengamati angka kematian akibat stroke didapatkan kematian karena Stroke Haemoragik pada tahun 2008 sebanyak 26 orang dan 2009 sebanyak 46 orang sedangkan kematian pada stroke Non Haemoragik tahun 2008 sebanyak 14 orang dan tahun 2009 sebanyak 7 orang. Sementara saat ini stroke merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia mengeser penyakit jantung yang sebelumnya merupakan pembunuh utama. Bila stroke, maka bagian tertentu dari otak akan mengalami kerusakan (infrak/perdarahan) sehingga neuron-neuron (sel-sel pengantar dari sistem saraf) pada daerah tersebut akan rusak atau mati. Sementara sel-sel neuron yang rusak tersebut akan mengeluarkan glutamate (ion bermuatan negatif) dan radikal bebas. Glutamate akan merusak sel neuron otak dan menyebabkan masuknya ion kalsium ke dalam sel sehingga terjadi kematian sel. Demikian juga radikal bebas akan mengeluarkan nitrit dan nitrogen monooksida yang akan menyebabkan kematian sel. Dua Kelompok Secara klinis stroke di bagi menjadi dua kelompok besar yakni Stroke Non Haemoragic (Iskemik/tanpa pendarahan) yang terdiri dari Transient Ischemic Attacks (TIA), Stroke Iskemik akut (ReversibleIschemic Neurologic Deficit = RIND), Stroke In Evolusim (progressing stroke) dan Complete Stroke Non Haemoragik. Stroke Haemoragic (perdarahan) yang terdiri dari perdarahan Intra Selebral dan Perdarahan Subarachnoid. Gejala yang ditimbulkan Stroke Non Haemoragic, Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan kelaianneurologis fokal yang terjadi mendadak dan akan pulih kembali dalam waktu kurang dari 24 jam (bersifat reversible). Reversible Ischemic Neorologic Deficit (RIND) merupakan kelainan neurologis fokal yang timbul mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam dan biasanya membaik dalam 24-48 jam, yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak primer berupa thrombosis emboli (bekuan darah atau sumbatan lain yang terbawa oleh darah dari pembuluh darah lainnya dan terdesak ke pembuluh yang lebih kecil sehingga menyumbat sirkulasi darah), atau kelainan non oklusif. Stroke in evolusim (progressing stroke) pada bentuk ini gejala/tanda neurologis fokal terus memburuk setelah 48 jam. Complete Stroke Non Haemoragik bahwa pada keadaan ini kelaianan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap dan tidak berkembang lagi. Kelaianan neurologis yang muncul bermacam-macam tergantung pada daerah otak bagian mana yang terkena infrak. Pada umumnya pasien masih sadar, terdapat beberapa gejala neurologis yang terlihat diantaranya sudut mulut tidak simetris, bicara menjadi pelo, lengan dan tungkai menjadi berat dan sulit untuk digerakkan.

Stroke Haemoragic. Perdarahan Intra Serebral (PIS) merupakan kelainan neurologis fokal yang akut yang disebabkan oleh perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kepala melainkan karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. Perdarahan Subarachnoid merupakan keadaan akut yang terjadi karena perdarahan yang terjadi di ruang subarachnoid yang disebabkan karena aneurisma otak, kelainan pembuluh darah. Pada umumnya terdapat nyeri kepala hebat sesisi yang akut atau tanpa gangguan kesadaran, pasien menjadi ngorok dan sulit ataupun tidak dapat menggerakkan lengan dan tungkai sisi. Dari seluruh kasus stroke yang disebabkan oleh penyumbatan atau ischemia diperkirakan mencapai 80 persen sedangkan perdarahan 20 persen , namun beberapa literatur menyebutkan bahwa perbandingan ini tidaklah sama pada setiap ras.

Faktor Resiko Stroke tentunya tidak terlepas dari berbagai faktor resiko yang menyebabkan timbulnya serangan stroke antara lain Hipertensi, Diabetes Melitus, penyakit jantung (penyakit jantung rematik, penyakitjantung koroner dan infark miokard), merokok, Narkoba (golongan opiat, Amfeamin, cocain dan lainnya), kolesterol yang tinggi (hiperkolesterol). alkoholisme (mengkomsumsi alkohol), infeksi (TBC, malaria, sifilis), faktor genetik yang umumnya berhubungan dengan hipertensi, pil kontrasepsi dengan estrogen yang tinggi (terutama bila pasien hipertensi dan merokok), obesitas/kegemukan. Secara medis berdasarkan anamnesa yang cermat dari pasien maupun kelaurga pasien dengan menggali faktor resiko yang ada maka 90 persen diagnosa klinis sudah dapat ditentukan oleg dokter. Dan untuk mendukung diagnosa tersebut dilakukan pemeriksaan penunjang yang mendukung diantaranya dilakukan rekam jantung (EKG), Rontgen Thorax (dinding dada), darah lengkap, kimia darah (gula darah, serum, elektrolit, tes faal ginjal dan hati, kolesterol dan lemak), CT-Scan dan MRI. Untuk pemeriksaan Ctscan dan MRI, kita dapat melihat dan menegakkan diagnosa klinis kita mengenai stroke dan jenisnya sehingga langkah klinis yang diambil akan sesuai. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemerisksaan penunjang yang ada maka langkah yang tepat akan dilakukan oleh dokter diantaranya ; membebaskan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi pasien (A-B-C), mengatasi demam (febris) dengan antipiterik (paracetamol) dan kompres dingin, memantau dan mengelolah tekanan darah secara benar, memantau dan mengelolah kadar glukosa darah, pemberian Asetosal dosis rendah (aspirin) 100-300 mg, pemberian neuroprotekkan (piracetam, citicolin), menentukan tempat perawatan yang sesuai kondisi pasien (ruangan biasa atapun ruang intensif), dilakukan intubasi pada pasien yang tidak sadar, bila kejang diberikan anti kejang, pemberian manitol jika ditemukan adanya edema yang luas pada gambaran CT-Scan, tindakan pembedahan dilakukan diseusaikan dengan kegawatan yang ada dan keadaan umum pasien. Melihat begitu banyak faktor resiko yang ada dan pengobatan yang memakan waktu yang panjang dan biaya yang mahal, tentunya kita harus melakukan pencegahan untuk mengurangi angka kejadian Stroke yang ada diantaranya dilakukan pencegahan primer dan pencegahan sekunder.

Pencegahan primer yakni mengatur tekanan darah agar selalu normal, mengurangi makan asam lemak jenuh, berhenti merokok dan mengkomsumsi obat yang diberikan dokter yang berhubungan dengan faktor resiko diatas secara teratur. Pencegahan sekunder yakni menurunkan tekanan darah melalui minum obat anti hipertensi secara teratur, mengurangi berat badan, olahraga, hindari Narkoba. Menurunkan kadar kolesterol yang meningkat, mengurangi obesitas, mengurangi minuman beralkohol, mengurangi komsumsi rokok, mengurangi kadar gula darah pada penderita diabetes melitus, mengontrol penyakit jantung, olahraga teratur, menggunakan kontrasepsi yang rendah estrogen pada wanita yang hipertensi dengan merokok, pasien yang pernah mengalami Stroke mempunyai resiko terjadi stroke 30-40 persen dalam lima tahun ke depan, resiko stroke sesudah terjadi TIA sebesar 20 persen dalam bulan pertama. Setelah seseorang divonis menderita Stroke, maka ia akan menjalani pengobatan dan perawatan yang cukup panjang, ditangani oleh dokter spesialis neurologi dan dokter spesialis lainnya sesuai dengan faktor resiko yang ada. Untuk mengembalikan pasien stroke ke keadaan awal sebelum seranga membutuhkan proses rehabilitasi yang terkontrol yang bertujuan untuk : memperbaiki fungsi motoris (kekuatan lengan dan tungkai), pembicaraan dan fungsi lain yang terganggu, sedapat mungkin penderita harus biasa melakukan aktifitas sendiri (makan, minum, mandi dan buang air besar/buang air kecil). Setelah kita membahas tentang stroke dengan gejala, klasifikasi, faktor resiko dan penanganannya maka kita dapat menjawab, pertanyaan pasien, apa yang terjadi dengan ayahnya yang tiba-tiba tidak sadarkan diri, dengan sudut mulut yang tidak simetris, ngorok, dengan riwayat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dan obesitas maka dapat kita mendiagnosa pasien mengalami serangan stroke yang identik dengan Stroke Haemoragik. Dan untuk memastikan dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya CT-Scan untuk melihat ada atau tidak perdarajan di otak. Dengan melihat data penderita Stroke yang sangat tinggi dalam dua tahun terakhir dan angka kematian yang cukup tinggi maka marila kita mencoba untuk belajar hidup sehat sedini mungkin dan biasa kontrol kesehatan kita secara rutin. *

Anda mungkin juga menyukai