Anda di halaman 1dari 2

BANDARLAMPUNG Sebagai sebuah kota besar, masalah sampah harus menjadi perhatian utama bagi Pemkot Bandarlampung.

. Tak hanya sebatas persoalan pengangkutan sampah sehingga sudut-sudut kota ini terlihat bersih. Namun, pengelolaan sampah juga patut menjadi fokus perhatian. Sayang, fakta di lapangan berkata lain. Hingga kini, pemkot belum sepenuhnya melaksanakan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Ketua Komisi C DPRD Bandarlampung Barlian Mansyur menyatakan, dalam UU tersebut telah jelas diatur tentang pengelolaan sampah hingga hal paling detail. Seharusnya, UU itu sudah cukup untuk menjadi panduan dasar dalam pengelolaan sampah di kota ini. Dijelaskan, pasal 9 UU tersebut menjabarkan tentang wewenang pemerintah kabupaten/kota dalam masalah pengelolaan sampah. Pemkot berwenang menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi; menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan pemerintah. Lalu dalam pasal 13, lanjut Barlian, diterangkan bahwa pengelola kawasan permukiman, komersial, industri, kawasan khusus, fasilitas umum, sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah. Tapi ini belum dilakukan sepenuhnya, tegas politisi Partai Golkar itu. Kemudian, sambungnya, UU ini juga telah mengatur kewajiban untuk melakukan kegiatan pengurangan sampah. Misalnya dengan pembatasan timbunan sampah, pendaurulangan sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Untuk kegiatan ini, pemkot wajib menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu, memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan, memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan, memfasilitasi kegiatan mendaur ulang, dan memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang. Faktanya saat ini pemkot belum melakukan hal-hal itu. Apakah pemerintah sudah menerapkan teknologi ramah lingkungan? Lalu sudahkan memfasilitasi kegiatan daur ulang sampah? Ini lebih banyak inisiatif warga. Ironisnya, pemerintah juga tidak pernah ada upaya untuk membantu pemasaran hasil daur ulang sampah tersebut, tukasnya. Hal lain yang juga belum dilakukan pemerintah adalah upaya pemilahan sampah. Sementara itu, Direktur Eksekutif Walhi Lampung Hendrawan mengakui belum ada solusi untuk mengatasi masalah persampahan di kota ini. Ditambah lagi kondisi TPA Bakung yang mulai overkapasitas. TPA yang dibuka sejak 1995 itu setiap hari menerima ratusan ton sampah. Akibatnya, TPA dengan luas sekitar 14 hektare ini terlihat mulai kewalahan menampung gunungan sampah tersebut. Selama ini di TPA Bakung, sampah hanya ditimbun. Tidak dilakukan pengolahan, katanya.

Hendrawan menilai kondisi yang ada saat ini memang sudah tidak layak. Mirisnya, langkah perluasan lahan yang akan dilakukan juga tak menjadi solusi terbaik. Langkah relokasi juga tidak mungkin dilakukan. Pengelolaan sampah idealnya dimulai dengan membangun kesadaran masyarakat. Kemudian juga menyosialisasikan mana sampah yang dapat dimanfaatkan kembali dan mana yang harus dibuang, katanya. (eka/c1/fik)

Anda mungkin juga menyukai