Anda di halaman 1dari 8

TUGAS REKAYASA OPTIMASI PROSES RESUME JURNAL PEMBUATAN TEH RENDAH KAFEIN MELALUI PROSES EKSTRAKSI DENGAN PELARUT

ETIL ASETAT

Disusun Oleh: 1. Maolita Masitaisyah 2. Rizkiyatul M. 3. Nurul Qomariyah 4. Bella Rahmawati K. W 5. Ninik Wahyuningsih 6. Tito Siendy Vaulla 7. Rhamdani Widyo Utomo 8. Midya Putra P 9. Trisnoaji Wicaksono 10. Adha Dwi Pujo W 11. Erwin Rahardianto 105100301111028 105100300111030 105100300111035 105100301111031 105100313111008 105100301111017 105100301111067 105100301111019 105100301111064 105100301111027 105100301111033 blog.ub.ac.id/litamasita blog.ub.ac.id/rizkiyakia blog.ub.ac.id/nurulkyu blog.ub.ac.id/bellarahmawati blog.ub.ac.id/ninikwahyu blog.ub.ac.id/vaulla blog.ub.ac.id/rhamdani blog.ub.ac.id/midyajelek blog.ub.ac.id/trisnoaji blog.ub.ac.id/adhawaskito blog.ub.ac.id/erwin27

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

PEMBUATAN TEH RENDAH KAFEIN MELALUI PROSES EKSTRAKSI DENGAN PELARUT ETIL ASETAT

A. Dasar Teori Teh merupakan minuman yang memiliki aroma harum dan rasa yang khas. Teh mengandung banyak zat yang memiliki manfaat yang berguna bagi kesehatan tubuh seperti polifenol, theofilin, flavonoid/ metilxantin, tanin, vitamin C dan E, catechin, serta seejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, Mg. Selain itu di dalam teh terdapat kandungan kafein yang berakibat kurang baik untuk tubuh. Kafein dapat menyebabkan insomnia, gelisah, merangsang, delirium, takikardia, ekstrasistole, pernafasan meningkat, temor otot, dan diuresis ( Misra H et al, 2008). Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemindahan satu atau lebih komponen dari satu fase ke fase lainnya. Ekstraksi dilakukan karena beberapa faktor seperti jika distilasi tidak dapat dilakukan atau terlalu mahal, jika diinginkan mengisolasi bahan untuk karakterisasi, atau memurnikan senyawa untuk proses selanjutnya. Pengambilan kafein pada teh bisa dilakukan dengan ekstraksi menggunakan pelarut. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi diantaranya adalah sebagai berikut (Kirk-Othmer, 1998): a. Suhu Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas biasanya akan meningkat dengan meningkatnya suhu, sehingga akan diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. b. Ukuran Partikel Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin besar luas bidang kontak antara padatan dengan solven, serta semakin pendek jalur difusinya yang menjadikan laju transfer massa semakin tinggi.

c. Faktor solven Solven harus memenuhi kriteria seperti daya larut terhadap solute cukup besar, dapat diregenerasi, memiliki koefisien distribusi solute tinggi,dapat memuat solute dalam jumlah besar, sama sekali tidak melarutkan diluen atau hanya sedikit melarutkan diluen, memiliki kecocokan dengan solute yang akan diekstraksi, viskositas rendah, perbedaan densitas yang tinggi antara solven dan densitas, memiliki tegangan antarmuka yang cukup, dapat mengurangi potensi terbentukya fase ketiga, tidak korosif, tidak mudah terbakar, tidak beracun, tidak berbahaya bagi lingkungan, serta murah dan mudah didapat. Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan solven organik, dan kondisi ekstraksi (solven, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi solven dengan bahan) dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein (Perva U et al, 2006).

B. Metode Optimasi yang Digunakan Metode optimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Response Surface Methodology (RSM) atau Metode Permukaan Respon. RSM adalah suatu kumpulan dari teknik-teknik statistika yang berguna untuk menganalisis

permasalahan tentang beberapa variabel bebas yang mempengaruhi variabel tak bebas atau respon, serta bertujuan untuk mengoptimalkan respon tersebut. Dengan kata lain, RSM ini digunakan untuk mendapatkan persamaan model matematik dan kondisi operasi optimum. Pada penelitian ini, variabel bebas yang digunakan adalah suhu dan waktu operasi, sedangkan variabel tak bebas atau respon adalah penurunan kadar kafein. Dari hasil penelitian, data yang berupa suhu, waktu dan kadar kafein yang didapatkan diolah dengan RSM untuk mendapatkan harga estimasi efek utama dan interaksi serta persamaan model matematik. Kemudian dilakukan uji model persamaan matematik dan membandingkan hasil percobaan dengan prediksi menggunakan persamaan model matematik dan penentuan kondisi operasi optimum. Jika harga efek estimasi suatu variabel semakin besar, maka pengaruh variabel tersebut terhadap penurunan kadar kafein juga semakin besar.

Persamaan model matematika yang didapatkan dari Response Surface Methodology ini menghubungkan antara penurunan kadar kafein dengan variabel waktu dan suhu. Dalam menguji signifikansi persamaan model regresi/ matematika Pada persamaan awal yang telah diperoleh, digunakan hipotesa H0 dan H1 serta tabel analisa varian. Selanjutnya melalui Response Surface Methodology ini dapat pula diperoleh kurva optimasi 3 dimensi dan grafik kontur permukaan yang merupakan grafik hubungan suhu dan waktu terhadap hasil berupa penurunan kadar kafein yang berbentuk saddle/hyperbolic parabolic, dimana kurva tersebut mempunyai titik optimum di saddle point. Titik optimum di saddle point baik pada kurva optimasi 3 dimensi ataupun grafik kontur digambarkan dengan warna merah. Percobaan ini menggunakan RSM melibatkan 3 langkah utama yaitu percobaan yang menggunakan pendekatan statistic, estimasi koefisien model matematik dan prediksi respond dan berakhir pada pencocokan model. Model persamaan diuji dengan analisa varian (ANOVA) dengan derajat kepercayaan 99%. Keluaran RSM seperti grafik permukaan kontur dan 3D memberikan kondisi opreasi optimum untuk waktu dan suhu ekstraksi serta variabel yang paling berpengaruh.

C. Hasil dan Pembahasan Analisa HPLC ( High Performance Liquid Chormatography) yang didapatkan dari respon yang diamati maka hasilnya adalah senyawa kafein memiliki waktu retensi sebesar 3,373 menit yang ditunjukkan oleh kurva standar kafein. Senyawa kafein dalam sampel dapat diketahui dari waktu retensinya. Waktu retensi yang berkisar antara waktu retensi satandar kafein dinyatakan sebagai senyawa kafein.

Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi Terhadap Penurunan Kadar Kafein Leaching atau ekstraksi padat cair adalah proses pemindahan solute dari padatan ke pelarut karena adanya driving force berupa perpindahan konsentrasi solute dan kelarutan solute antara padatan dengan pelarut. Interaksi diantara zat pelarut dari suatu padatan ini sangat berpengaruh pada proses ekstraksi. Pada proses ini, kafein yang terperangkap dalam padatan daun teh bergerak melalui pori-pori padatan karena proses fisika maupun kimia yakni dalam mekanisme pelarutan dan desorpsi. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam ekstraksi padat cair

diantaranya adalah persiapan bahan padatan, suhu operasi, metode dan tahap operasi, perbandingan terhadap solven dan jenis pelarut. Dari table 3 diperoleh bahwa pada suhu 60oC terdapat penurunan kadar kafein yan paling besar yaitu 40,098%. Hal ini disebabkan semakin tinggi suhu makan kerapatan massa baik etil asetat sebagai solven maupun padatan daun the semakin renggang sehingga memiliki ruang kosong antar molekul yang lebih besar. Solven etil asetat yang bersifat cair semakin tinggi suhu akan menurunkan viskositasnya sehingga difusivitas akan naik. Semakin tinggi suhu kafein terekstrak semakin banyak. Akan tetapi setelah melewati suhu 60oC jumlah kafein yang terkstrak semakin menurun. Pada suhu yang tinggi (70 dan 71,4oC) warna teh berubah menjadi sedikit keputih-putihan. Hal ini dikarenakan pada suhu yang tinggi tersebut sejumlah pelarut yang tadinya hanya mengekstrak senyawa kafein juga ikut mengekstrak senyawa selain kafein. Salah satu senyawa yang mungkin terekstrak oleh solven adalah polifenol. Kadar polifenol berkurang dari 175,88 mg/g menjadi 170,09 mg/g. Oleh karena itu porsi pelarut untuk mengekstrak kafein menjadi berkurang dan menyebabkan penurunan pada sejumlah kafein yang terekstrak. Pengaruh waktu tidak terlalu signifikan terhadap proses ekstraksi. Secara umum semakin lama waktu ekstraksi, maka kafein yang terekstrak semakin banyak. Tetapi pada rentang waktu 63,5-176,6 menit tidak menunjukkan pola kenaikan kadar kafein terekstrak yang signifikan. Namun demikian dilihat dari data hasil percobaan maka waktu yang terbaik adalah selama 120 menit dan setelah melewati waktu tersebut kafein terekstrak menurun. Optimasi dengan Response Surface Methodology Pada penggunaan RSM diperoleh hasil harga estimasi efek utama, interaksi dan regresi menunjukkan variabel linear suhu, variabel kuadrat suhu, variabel linear waktu, dan variabel kuadrat waktu memberikan efek negatif terhadap penurunan

kadar kafein. Sedangkan variabel interaksi antara suhu linear dengan waktu linear memberikan efek positif terhadap penurunan kadar kafein. Dengan demikian variabel linear suu, kuadrat suhu, linear waktu, dan kuadrat waktu akan memberikan pengaruh terhadap berkurangnya penurunan kadar kafein pada hasil prediksi. Sedangkan variabel interaksi akan memberikan pengaruh terhadap bertambahnya penurunan kadar kafein pada hasil prediksi. Kemudian dari hasil grafik dalam RSM menunjukkan bahwa hasil optimum penurunan kadar kafein sebesar 40,3% diperoleh pada saat variabel suhu 58,50C dan waktu 98,5 menit. Di dalam grafik menunjukkan hubungan maksimasi antara suhu dan waktu terhadap penurunan kadar kafein. Uji organoleptik terhadap aroma teh Uji organoleptik terhadap teh hasil ekstrak dengan melibatkan 10 responden. Uji organoleptis dilakukan dengan membandingkan aroma teh sebelum di ekstraksi dengan teh hasil ekstrak. Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap aroma teh, dapat disimpulkan bahwa aroma teh hasil ekstrak mempunyai aroma yang cukup. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan teh rendah kafein dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat tidak begitu mempengaruhi cita rasa teh itu sendiri.

D. Kesimpulan Pembuatan teh rendah kafein dilakukan dengan ekstraksi menggunakan etil asetat. Analisa HPLC pada produk teh rendah kafein menunjukkan bahwa percobaan berhasil dengan menurunkan kadar kafein dalam teh sebesar 10,41440,098% dan menghasilkan teh dengan kadar kafein 1,6372,449%. Semakin tinggi suhu dan waktu operasi maka jumlah kafein yang terekstrak akan semakin meningkat dengan variabel suhu memberikan pengaruh yang lebih signifikan daripada variabel waktu. Optimasi dengan Respone Surface Methodology (RSM) menghasilkan data kondisi optimum untuk suhu operasi 58,5C dan waktu operasi 98,5 menit dengan penurunan kadar kafein sebesar 40,3%. Proses ekstraksi teh yang menggunkan pelarut etil asetat tidak begitu mempengaruhi cita rasa dari teh rendah kafein yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Kirk-Othmer. 1998. Encyclopedia of Chemical Technology 4th ED.10:88. Misra H, D., B.K Mehta., D.C Jain. 2008. Study of Extraction and HPTLC-UV Method for Estimation of Cafein in Marketed Tea (Camelia sinesis) Granules. International Journal of Green Pharmacy: 47-51. Perva-Uzunalic, A., M. Skerget., Z. B. Weinreich., F. Otto and S. Gnimer. 2006. Extraction of active ingredients from green tea (Camelia sinesis): Extraction effiency of maor catechins and caffeine. Food Chem. 96: 597605.

Anda mungkin juga menyukai