Anda di halaman 1dari 3

Gejala pada tanaman muda adalah pucuk tanaman mula-mula layu, menguning mirip gejala kekeringan dan akhirnya

roboh atau mati ketika tanaman tua. Bagian pangkal batang tebu yang terserang uret kehilangan semua akar dan terbentuk rongga-rongga gerekan yang besar. Serangan hama uret tebu dapat ditekan melalui pengendalian hama terpadu dengan menggunakan berbagai cara yaitu:

1. Kultur teknis: pergiliran tebu dengan tanaman lainnya (bukan inang uret). 2. Mekanis: pengumpulan larva (uret) dan imago pada saat pengolahan tanah maupun pembuatan juringan. 3. Biologis: penggunaan agens pengendali hayati (APH) seperti nematoda entomopatogen Steinernema. Pada tahun 2009, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Surabaya telah mengembangkan pengendalian uret dengan menggunakan nematoda Steinernema spp. strain Tulungagung untuk mengendalikan hama uret tebu terutama di lahan berpasir. Hasil uji di laboratorium dengan dosis aplikasi 800 juvenil infektif/ml tercatat tingkat mortalitas hingga 83,33% pada 72 jam setelah aplikasi. Sedangkan uji di lapangan, dosis aplikasi 12.500 juvenil infektif/tanaman pada larva instar 3 tercatat tingkat mortalitas mencapai 80% pada 3 minggu setelah aplikasi. Pada awal tahun 2011 sudah disosialisaikan di wilayah Kabupaten Bondowoso. 4. Kimiawi: merupakan pengendalian alternatif terakhir dengan penggunaan insektisida berbahan aktif karbofuran 3%, klorfirifos 200 g/l dan kadusafos 10%.

5.

jaringan bagian permukaan bawah daun atau permukaan atas daun dan meninggalkan lapisan tipis/transparan sehingga daun seperti berjendela dan akhirnya sobek serta membentuk lubanglubang kecil.

Stadium yang membahayakan adalah larva (ulat) karena menyerang permukaan daun dan melubangi daging daun (epidermis). Gejala serangan yang khas adalah daun berlubang-lubang seperti jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja. Akibat serangan hama ini, kehilangan hasil dapat mencapai 58%-100%, terutama di musim kemarau. Serangga dewasa berupa ngengat (kupu-kupu) berukuran kecil, berbentuk ramping, berwarna coklatkelabu, panjangnya 1,25 cm, sayap depan bagian dorsal memiliki corak khas yaitu tiga titik kuning seperti berlian, sehingga hama ini terkenal dengan nama ngengat punggung berlian (diamondback moth). Nama lain dari serangga tersebut adalah ngengat tritip dan ngengat kubis (cabbage moth). Aktif pada malam hari (nocturnal), dapat berpindah-pindah dari satu tanaman ke tanaman lain atau daerah ke daerah lain dengan bantuan hembusan angin. Siklus hidup berlangsung sekitar 2-3 minggu mulai dari telur hingga menjadi dewasa. Larva (ulat) terdiri dari 4 instar, berwarna hijau, lincah, dan bila tersentuh larva akan menjatuhkan diri.. Larva instar pertama setelah keluar dari telur segera menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar berikutnya baru keluar dari daun dan tumbuh sampai instar keempat. Pada kondisi lapangan, perkembangan larva dari instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat mempunyai pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai 10-12 mm. Prepupa berlangsung selama lebih kurang 24 jam, setelah itu memasuki stadium pupa. Panjang pupa bervariasi sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari.

Anda mungkin juga menyukai