Anda di halaman 1dari 3

Resume Oleh: Imam Faisal Ruslan NIM: 0902523 Kelas Dik B 09 Teori Psikologi Universal dalam Proses Membaca1

Oleh Kenneth S. Goodman Membaca adalah proses psikolinguistik yang dilakukan oleh pembaca dan pemakai bahasa untuk mengkontruksi pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui code grafik. Aspek reseptif dan generatif bahasa Sebuah ironi ketika banyak peneliti sepakat bahwa aspek reseptif kontrol bahasa mendahului kontrol generatif lebih memberikan dampak pada proses pemroduksian bahasa daripada bagaimana proses bahasa dapat dimengerti. Banyak ahli linguistik berasumsi bahwa kemampuan mendengarkan dan membaca akan berbanding lurus dengan kemampupan berbicara dan menulis. Dalam memroduksi bahasa, pengguna bahasa sudah membayangkan dan memikirkan apa yang hendak ia ucapkan. Dalam pandangan transformasional, ia menciptakan struktur bahasa yang dalam yang mana dapat merepresentasikan maksudnya, penerapan aturan yang wajib dan opsional juga menghasilkan struktur dasar. Proses reseptif tidak dimulai dengan sistem fonologinya atau melihat simbol grafiknya sebagai masukan, juga tidak diakhiri dengan pemaknaan sebagai hasilnya, tapi pemakai bahasa yang efisien kebanyakan langsung mengambil jalan pintas dan langsung menyentuh menuju sesuatu yang ia tuju. Ia menyelesaikannya dengan contoh, ia percaya pada kelebihan bahasa dan pengetahuannya tentang linguistik. Ia dapat memprediksi struktur, mengujinya dengan konteks semantik yang dibangunnya lewat situasi dan wacana yang terus menerus dan juga menegaskan atau malah melemahkannya lewat proses berbahasa. Proses reseptif bahasa adalah hasil perputaran dari contoh, prediksi, pengujian, dan konfirmasi. Pengguna bahasa tidak hanya harus tahu apa yang hendak diketahui tapi juga harus tahu apa yang hendak tidak diketahui. Produsen bahasa akan lebih sukses jika tanda ketika ia memroduksi bahasa telah komplit dan utuh. Dengan tanda seperti itu orang kedua atau si penerima bahasa akan lebih bebas menggunakan strategi untuk penarikan contoh. Perbedaan kunci antara bahasa lisan dan tulis adalah biasanya percakapan bertemu dengan situasi yang relevan. Petutur mungkin yakin akan konteks situasi untuk membuat refensi yang eksplisit. Dan yang diajak bertutur mungkin menduga makna dari konteks situasi dan dari gerakan, aksi, dan juga dari gestur si petutur untuk meraih informasi semantik untuk menambah dan memaksa apa yang hendak mereka dapatkan dari proses berbahasa. Penulis akan cenderung keluar dari konteks situasionalnya. Padahal seharusnya penulis harus membuat rujukan dan kata eksplisit yang dahulu, ia juga harus menciptakan konteks melalui penggantian bahasa yang tidak sesuai dengan apa yang ingin disampaikan. Selanjutnya ia harus menyembunyikan identitas diri dalam tulisannya tersebut.
1

Dari judul asli Psychology Universal in the Reading Process yang ditulis oleh Kenneth S. Goodman dan muncul pada the Journal of Typhographic Research

Resume Oleh: Imam Faisal Ruslan NIM: 0902523 Kelas Dik B 09 Proses Membaca Pembaca inggris yang telah saya pelajari menggunakan tiga sistem isyarat yang saling berhubungan. Poin awalnya graphic atau simbol dibaca, ini dinamakan dengan sistem isyarat graphofomik. Respon pembaca atas rangkaian simbol yang mungkin menggunakan hubungan antaran simbol dan sistem bunyi dari dialek inggrisnya. Sistem isyarat yang kedua adalah pembaca mengguanakan sintaksis. Pembaca, menggunakan pola tanda seperti fungsi kata dan perubahan sufiks sebagai tandanya, juga mengenali dan memprediksikan strukturnya. Sampai struktur bahasa tulis dan lisan dapat dikuasai, pembaca akan mencari dan menduga struktur apa yang ia baca dan dengan begitu ia akan mencapai makna. Sistem yang ketiga adalah semantik. Berkaitan dengan tugasnya untuk menyampaikan makna, maka pemakai bahasa harus sanggup menerima masukan semantisnya. Tidak sesederhana mengartikan kata perkata tapi lebih luas menuju bagaimana si pembaca dapat mendapatkan pengalaman yang cukup dan latar belakang konsep yang sesuai untuk dijadikan bahan rujukan dalam proses membaca dan akhirnya akan membuat pengertian atas apa yang ia baca. Ketiga sistem tadi digunakan secara berkesinambungan dan saling ketergantungan. Informasi yang akan didapatkan tinggi rendahnya akan bergantung pada seberapa banyak modal sintaksis dan semantisnya ia punya. Kecakapan pembaca akan membuat prediksi makna yang berhasil tapi mereka juga siap untuk menemukan kembali ketika mereka salah membuat makna yang akhirnya merubah pemaknaan itu sendiri. Tidak ada pembaca yang salah terlebih dahulu sebelum mereka berhasil. Ini dapat di pahami karena dalam proses membaca untuk menemukan ketiga sistem itu berhasil selain memakan waktu yang lama dan tidak efisien tapi juga akan malah mengarahkan mereka ke pemaknaan yang jauh dari apa yang seharusnya. Membaca tidak saja membutuhkan kemmapuan menemukanb strategi yang akan digunakan untuk mencapai makna. Karena membaca melibatkan masukan visual, maka karakteristik sistem visualnya pun akan memengaruhi proses membaca. Bacaan harus amati dari kiri ke kanan dan mata harus tetap fokus pada titik yang spesifik bila ia tidak dapat meraih makna apapun jika bacaannya bergerak. Saya akui saya tidak tahu apapun mengenai masalah sistem tulisan dari proses membaca yang non alfabetis tapi saya sangat yakin pembaca akan merumuskan sendiri dengan menggunakan petunjuk yang minimal untuk memprediksi struktur gramatiknya. Pola gramatik dan tata bahasa berjalan berbeda di setiap bahasa namun pasti membutuhkan dan menggunakan kompetensi gramatikalnya dengan sebaik-baiknya. Belajar untuk membaca bahasa pertama Kunci penting yang dibutuhkan adalah: 1. Anak yang belajar bahasa lisan harus juga mampu belajar membaca

Resume Oleh: Imam Faisal Ruslan NIM: 0902523 Kelas Dik B 09 2. Anak yang belajar bahasa lisan (percakapan) mesti mampu untuk menggunakan pengetahuannya itu untuk belajar memahami bacaan 3. Instruksi membaca harus berada di pusat dalam strategi untuk meraih kepahaman 4. Proses membaca tidak dapat diecah atau dipisahkan kedalam subskill 5. Suruhan membca sebaiknya menggunakan bacaan yang mudah dipahami 6. Dimana ia telah layak maka harus diberikan sematan kepadanya untuk mengingat Membaca Bahasa Kedua Implikasi dari pelajaran proses membaca untuk mempelajari bacaan bahasa kedua 1. Belajara membaca bahasa kedua harusnya lebih mudah untuk seseorang yang bisa menulis dalam bahasa lain, terlepas apakah bahasa yang sama atau tidak 2. Membaca akan sulit selama murid tidak memiliki kompetensi untuk mengontrol sistem gramatiknya 3. Semantik yang kuat akan membantu pemerolehan hasil bacaan ketika sintaksisnya lemah 4. Materi bahan bacaan untuk bahasa awal harus mengindahkan bahasa yang spesial atau jarang muncul sperti arah, tanda dll. 5. Akan lebih mudah jika anak belajar membaca bahasa yang telah mampu ia ucapkan 6. Belajar membaca bahasa pertama harus terdengar natural dan dimengerti instruksinya

Anda mungkin juga menyukai