Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK Tentang HOSPICE DAN PERAWATAN RUMAH PADA LANSIA

Oleh SITI KHUSNUL KH Dosen Pembimbing Pepin N, S.Kep Ns

S T I K E S P E M K AB J O M B AN G PRODI S-1 ( ANJANG ) KEPERAWATAN TAHUN 2009

I. KONSEP LANSIA A. PENGERTIAN LANSIA Lansia adalah laki laki atau perempuan usia lebih atau sama dengan 60 tahun, baik potensial maupun tidak potensial. Masa Usia Lanjut Bukanlah masa yang hanya tinggal menunggu vonis alam atau masa datangnya berbagai serangan penyakit yang akan mengantarkan kepada kematian. Namun kita dapat menciptalan masa lansia yang menyenangkan, konduktif, energi, tanpa merasa tua atau tidak berdaya. B. TIPOLOGI MANUSIA LANJUT USIA Orang lanjut usia dalam literature lama dibagi dalam dua golongan, yaitu : 1. SERAT WERDATAMA ( MANGKU NEGORO ) H.I Widyapratama menyebutkan : Wong sepuh Orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu dwi tunggal yakni mampu membedakan antara baik dan buruk , antara sejati dan palsu, dan antara gusti ( tuhan ) dan kawulanya Tua sepah Orang tua yang kosong , tidak tahu rasa , bicaranya muluk muluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuat buat dan berlebih lebihan serta memalukan 2. SERAT KALATIDA ( RONGGO WARSITO ) Menyebutkan ada 2 kelompok , yakni: - orang yang berbudi sentosa mengutip serat werdatama yang

orang tua yang meskipun diridhoi tuhan dengan rezeki, namun tetap berusaha terus disertai ingat dan waspada - orang yang lemah orang tua yang berputus asa, sudah tua mau apa; sebaiknya hanya menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih saying tuhan Di zaman sekarang atau zaman pembangunan, dijumpai banyak bermacam macam tipe lanjut usia, antara lain yang menonjol : 1. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mepunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan 2. Tipe mandiri Mengganti kegiatan kegiatan yang hilang dengan kegiatan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi undangan 3. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya cantik jasmanih, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik 4. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap dating terang, mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan

5. Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh Orang lanjut usia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung kepada karakter, pengalaman kehidupannya, lingkungan, kondisi fisik, mental, social, dan ekonominya. Tipe ini antara lain : - Tipe optimis : santai dan riang = tipe kursi goyang ( rocking chairman ) - Tipe konstruktif - Tipe defensive - Tipe militant dan serius - Tipe marah / frustasi ( the angry man ) - Tipe putus asa Seorang perawat perlu mengenal tipe tipe lanjut usia sehingga perawat akan dapat menghindarkan kesalahan atau kekeliruan dalam melaksanakan pendekatan perawatan. Tentu saja tipe tipe tersebut hanya suatu pedoman kasar. Dalam prakteknya berbagai variasi dapat ditemui Menurut kemampuannya dalam berdiri sendiri para lanjut usia dapat digolongkan dalam kelompok kelompok sebagai berikut : 1. lanjut usia berdiri sepenuhnya 2. lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya 3. lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung 4. lanjut usia dibantu oleh badan social 5. lanjut usia panti social tresna werda 6. lanjut usia yang dirawat dirumah sakit 7. lanjut usia yang menderita gangguan mental

C.

BATASAN BATASAN LANJUT USIA MENURUT WHO

Lanjut Usia meliputi : 1. Usia pertengahan ( middle age ), ialah kelompok usia 45 59 tahun 2. Lanjut usia ( elderly ), antara 60 74 tahun 3. Lanjut usia tua ( ( old ), antara 75 90 tahun 4. Usia sangat tua ( very old ), diatas 90 tahun D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KETENTUAAN 1. Keturunan / genetik 2. Nutrisi / makanan 3. Status kesehatan 4. Pengalaman hidup 5. Lingkungan 6. Stres E. PERUBAHAN PERUBAHAN YANG TERJADI PADA

LANJUT USIA Perubahan-perubahan fisik : 1. Sel. Lebih sedikit jumlahnya Lebih besar ukurannya Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan interseluler Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati. Jumlah sel otak menurun Terganggunya mekanisme perbaikan sel Berat otak menurun 10 20 % Mengecilnya syaraf panca indera menyebabkan :

2. Sistem Persyaratan

Berkurangnya penglihatan Hilangnya pendengaran

Mengecilnya syaraf penciuman dan perasa. Lebih sensitif pada perubahan suhu dan rendahnya ketahanan terhadap dingin. Kurang sensitif terhadap sentuhan Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun. 4. Sistem Penglihatan Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. Kornea lebih berbentuk Sferis ( bola ) Lensa lebih suram menjadi katarak jelas menyebabkan gangguan penglihatan. Susah melihat dalam cahaya gelap. Menurutnya lapang pandang : berkurang luas pendengarannya. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala 3. Sistem Pendengaran

5. Sistem Kardiovaskuler Elastisitas dinding aorta menurun Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kehilangan elastisitas pembuluh darah : perubahan posisi dari tidur ke duduk bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mm Hg ( mengakibatkan pusing yang mendadak ) Tekanan darah meninggih diakibatkan oleh meningkatnya retensi dari pembuluh darah perifer ( systole normal lebih kurang 170 mm Hg, diatole lebih kurang 90 mm Hg ) 6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh Temperatur tubuh menurun secara fisiologik lebih kurang 35 C

Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

7. Sistem Gastrointestinal Kehilangan gigi utama periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi gigi yang buruk. Indera pengecap menurun, hilangnya sensisifitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin. Hilangnya sensifitas dan syaraf pengecap tentang rasa asin, asam, dan pahit. Lambung : rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi Fungsi absorbsi melemah.

8. Sistem Genitourinaria Vesika urinaria ( kandung kemih ) otot otot menjadi lemah : Otot-otot menjadi lemah menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urine. Pembesaran prostat 75 % dialami oleh pria diatas 65 tahun. Atrovi vulva Vagina

9. Sistem Kulit Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Permukaan kulit kasar dan bersisik. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. Rambut dalam hidung dan telinga menebal. Kuku jari menjadi keras dan rapuh.

Pertumbuhan kuku menjadi lambat. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya. Kuku menjadi pudar kurang bercahaya.

10. Sistem Muskuloskeletal Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas. Persendihan membesar dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengelami skelosis. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ) : serabut-serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otototot kram dan menjadi tremor. F. MASALAH-MASALAH FISIK SEHARI-HARI YANG

SERING DITEMUKAN PADA LANJUT LANSIA 1. Mudah jatuh Penyebab : a. Kondisi fisik b. Penurunan penglihatan dan pendengaran c. Perubahan meuromuskuler, gaya berjalan dan reflek postural karena proses. d. Obat-obatan yang diminum e. Alat-alat bantu berjalan f. Lingkungan yang tidak mendukung 2. Mudah Lelah Penyebab : a. Faktor psikologis Perasaan bosan Keletihan / perasaan depresi b. Gangguan organis

Misalnya ; anemia, kurang vitamin, gangguan pencernaan, gangguan sistem peredaran darah dan jantung. c. Pengaruh obat-obatan Misalnya : obat penenang, obat jantung dan obat yang melelahkan daya kerja. 3. Kekacauan mental akut 4. Nyeri dada 5. Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik 6. Jantung berdebar-debar 7. Pembengkakan kaki bagian bawah 8. Nyeri pinggang atau punggung 9. Nyeri pada sendi pinggul 10. Berat badan menurun 11. Sukar menahan kencing, sering ngompol 12. Sukar menahan air besar 13. Gangguan pada ketajaman penglihatan 14. Gangguan pendengaran 15. Sulit tidur 16. Keluhan pusing-pusing 17. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan 18. Mudah gatal-gatal II. KONSEP TENTANG PERAWATAN LANSIA A. PERAN PERAWAT DALAM PERAWATAN LANSIA Tugas Perawat dalam Teori Biologi Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadiankejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :

a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya seharihari masih mampu melakukan sendiri. b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama halhal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan. Dari hasil rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh Depkes (1995) ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan cara sebagai berikut : GIZI a. Pengamatan D = disease E = eating poorly T = tooth loss

E = economic hardship R = reduced social contact M = Multiple medicine I = involuntary weight loss and gains N = need assistance in self care E = elder years b. Pendidikan gizi dan konseling diet c. Prinsip gizi yang harus diikuri oleh lansia : - Kecukupan kalori 5 10 % kurang dari usia 20 25 tahun - Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh - Protein normal 10 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari hewani - Hidrat arang, gula murni dikurangi - Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C, asam folat, kalsium dan Fe Tugas Perawat Dalam Teori Sosial Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri. Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia. Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan

mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia luar. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka (terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di panti werda. Tugas Perawat dalam Teori Psikologi Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas. Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya. Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi

terjadi bersama dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido. Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau bila melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku mereka dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia.

A.

PEMBINAAN

KESEHATAN

LANSIA

DALAM

PEMBINAAN

KESEHATAN KELUARGA Dalam keluarga , usia lanjut merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa sedangkan dalam kehidupan Nasional, usia lanjut merupakan sumber daya yang bernilai sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat keseluruhannya Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan,pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas- Puskesmas ataupun Rumah Sakit serta Panti- panti dan institusi lainya

1. Tujuan Umum Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan. 2. Tujuan Khusus - Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya. - Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut. - Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut. - Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

3. Sasaran pembinaan Secara Langsung - Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54 tahun ) atau dalam virilitas dalam keluarga maupun masyarakat luas. - Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55 -64 tahun ) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarajat umumnya. - Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( >65 tahun ) dan usia lanjut dengan resiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ) hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti,

penderita penyakit berat, cacat dan lain-lain.

4. Sasaran Pembinaan Tidak Langsung - Keluarga dimana usia lanjut berada. - Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut. - Masyarakat luas. B. PERAWATAN KESEHATAN LANSIA DIRUMAH Aktifitas kehidupan lansia sehari hari : 1. mempertahankan lingkungan yang aman 2. berkomunikasi 3. bernafas 4. makan dan minum 5. eliminasi 6. mencuci dan berpakaian sendiri 7. mengontrol temperature tubuh 8. mobilisasi 9. bekerja dan bermain 10. mengekspresikan seksualitas

11. tidur 12. menjelang kematian Rawat Rumah (Home Care) bagi lansia adalah salah satu unsur pelayanan kesehatan secara luas yang ditujukan untuk kesehatan perorangan atau kesehatan keluarga di tempat tinggal mereka untuk tujuan promotif, rehabilitatif, kuratif, asesmen dan mempertahankan kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama mungkin. Rawat Rumah Geriatri adalah salah satu unsur pelayanan kesehatan bagi usia lanjut (60 tahun keatas) baik perorangan atau optimal Sedikitnya empat kelompok penderita yang dapat secara efektif dan efisien yang dapat dilakukan RR, antara lain penyakit kronik multisistem, kondisi terminal pada keganasan, kondisi kronik pada lansia, dan demensia. Tentunya potensi-potensi setempat perlu dilibatkan seperti pihak keluarga, masyarakat, dokter keluarga, perawat keluarga, asuransi kesehatan dann yayasan atau lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang kesehatan untuk diajak menjalin kerjasama dalam berbagi beban seefektif mungkin Pendirian pencegahan laju RR (HC) dan secara tertier umum yaitu bertujuan pengobatan untuk kronik keluarga ditempat tingal masing-masing untuk mempertahankan kemampuan individu agar dapat mandiri secara

meningkatkan kualitas hidup usia lanjut, sedang rehabilitatif yaitu sekunder dan penderita keganasan atau penyakit lainnya, serta menghambat penyakit menghambat timbulnya keterbatasandapat keterbatasan (disability) sehingga penderita

mempertahankan otonominya selama mungkin

Keuntungan/ manfaat program lainnya dari RR ini bagi penderita & keluarga adalah tujuan khusus RR adalah : a. menekan serendah mungkin biaya perawatan kesehatan (penghematan biaya pemondokan di RS), b. mengurangi frekuensi usaha hospitalisasi promotif, dan memperpendek kuratif dan lama perawatan di rumah sakit setelah fase akut, c. meningkatkan preventif, mengurangi stres akibat beberapa hal di RS dan penderita lebih mudah berkomunikasi dengan orang-orang sekitarnya

DAFTAR PUSTAKA Constantinides, P, 1994. General Pathobiology. Appleton & lange. Darmojo, B, 1999. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia. Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes

Anda mungkin juga menyukai