Anda di halaman 1dari 14

Kompensasi PHK menurut UU Ketenagakerjaan terdiri dari uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian

hak. Dalam contoh ini masa kerja akan disimbolkan sebagai x. Anda juga bisa mengunduh Tabel Besaran Kompensasi PHK di sini Pesangon 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. x< 1 tahun = 1 bulan upah 1 tahun<x<2 tahun = 2 bulan 2 tahun<x<3 tahun = 3 bulan 3 tahun<x<4 tahun = 4 bulan 4 tahun<x<5 tahun = 5 bulan 5 tahun<x<6 tahun = 6 bulan 6 tahun<x<7 tahun = 7 bulan 7 tahun<x<8 tahun = 8 bulan x<8 tahun = 9 bulan upah

upah upah upah upah upah upah upah

Uang Penghargaan Masa Kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 3 tahun<x<6 tahun = 2 bulan upah 6 tahun<x<9 tahun = 3 bulan upah 9 tahun<x<12 tahun = 4 bulan upah 12 tahun<x<15 tahun = 5 bulan upah 15 tahun<x<18 tahun = 6 bulan upah 18 tahun<x<21 tahun = 7 bulan upah 21 tahun<x<24 tahun = 8 bulan upah x<24 tahun = 10 bulan upah

Uang Penggantian Hak

1. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur 2. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya ke tempat dimana pekerja diterima bekerja 3. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangong dan atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat 4. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau PKB

Pemutusan hubungan kerja (PHK)


<imagemap>: gambar tidak sah atau tidak ditemukan Terminate (employment) PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha. Apabila kita mendengar istilah PHK, yang biasa terlintas adalah pemecatan sepihak oleh pihak pengusaha karena kesalahan pekerja. Karenanya, selama ini singkatan ini memiliki konotasi negatif. Padahal, kalau kita tilik definisi di atas yang diambil dari UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, dijelaskan PHK dapat terjadi karena bermacam sebab. Intinya tidak persis sama dengan pengertian dipecat. Tergantung alasannya, PHK mungkin membutuhkan penetapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (LPPHI) mungkin juga tidak. Meski begitu, dalam praktek tidak semua PHK yang butuh penetapan dilaporkan kepada instansi ketenagakerjaan, baik karena tidak perlu ada penetapan, PHK tidak berujung sengketa hukum, atau karena pekerja tidak mengetahui hak mereka. Sebelum Pengadilan Hubungan Industrial berdiri pada 2006, perselisihan hubungan Industrial masih ditangani pemerintah lewat Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) dan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D) serta Pengadilan Tata Usaha Negara.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Pekerja kontrak dan tetap 2 Alasan/sebab PHK 3 PHK Sukarela 4 PHK Tidak Sukarela o 4.1 a. PHK oleh Pengusaha 4.1.1 Kesalahan Berat (eks Pasal 158) o 4.2 b. Permohonan PHK oleh Pekerja o 4.3 c. PHK oleh Hakim o 4.4 d. PHK karena Peraturan Perundang-undangan 5 Mekanisme PHK 6 Perselisihan PHK o 6.1 Penyelesaian Perselisihan PHK 6.1.1 1. Perundingan Bipartit 6.1.2 2. Perundingan Tripartit

6.1.2.1 a. Mediasi 6.1.2.2 b. Konsiliasi 6.1.2.3 c. Arbitrase 6.1.3 3. Pengadilan Hubungan Industrial 6.1.4 4. Kasasi (Mahkamah Agung) 7 Kompensasi PHK 8 Alasan PHK dan Hak Atas Pesangon o 8.1 Contoh

Pekerja kontrak dan tetap


Pengaturan kompensasi PHK berbeda untuk pekerja kontrak (terikat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu-PKWT) dan pekerja tetap (terikat Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu-PKWTT). Dalam hal kontrak, pihak yang memutuskan kontrak diperintahkan membayar sisa nilai kontrak tersebut. Sedangkan bagi pekerja tetap, diatur soal wajib tidaknya pengusaha memberi kompensasi atas PHK tersebut. Dalam PHK terhadap pekerja tetap, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon, dan atau uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima pekerja. Perlu dicatat, kewajiban ini hanya berlaku bagi pengusaha yang melakukan PHK terhadap pekerja untuk waktu tidak tertentu. Pekerja dengan kontrak mungkin menerima pesangon bila diatur dalam perjanjiannya.

Alasan/sebab PHK
Terdapat bermacam-masam alasan PHK, dari mulai pekerja mengundurkan diri, tidak lulus masa percobaan hingga perusahaan pailit. Selain itu:

Selesainya PKWT Pekerja melakukan kesalahan berat Pekerja melanggar perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perusahaan Pekerja mengajukan PHK karena pelanggaran pengusaha Pekerja menerima PHK meski bukan karena kesalahannya Pernikahan antar pekerja (jika diatur oleh perusahaan) PHK mMassal - karena perusahaan rugi, force majeure, atau melakukan efisiensi. Peleburan, penggabungan, perubahan status Perusahaan pailit Pekerja meninggal dunia Pekerja mangkir 5 hari atau lebih dan telah dipanggil 2 kali secara patut Pekerja sakit berkepanjangan Pekerja memasuki usia pensiun

PHK Sukarela
Pekerja dapat mengajukan pengunduran diri kepada pengusaha secara tertulis tanpa paksaan/intimidasi. Terdapat berbagai macam alasan pengunduran diri, seperti pindah ke tempat lain, berhenti dengan alasan pribadi, dan lain-lain. Untuk mengundurkan diri, pekerja harus memenuhi syarat: (i) mengajukan permohonan selambatnya 30 hari sebelumnya, (ii) tidak ada ikatan dinas, (iii) tetap melaksanakan kewajiban sampai mengundurkan diri. Undang-undang melarang pengusaha memaksa pekerjanya untuk mengundurkan diri. Namun dalam praktik, pengunduran diri kadang diminta oleh pihak pengusaha. Kadang kala, pengunduran diri yang tidak sepenuhnya sukarela ini merupakan solusi terbaik bagi pekerja maupun pengusaha. Disatu sisi, reputasi pekerja tetap terjaga. Disisi lain pengusaha tidak perlu mengeluarkan pesangon lebih besar apabila pengusaha harus melakukan PHK tanpa ada persetujuan pekerja. Pengusaha dan pekerja juga dapat membahas besaran pesangon yang disepakati. Pekerja yang mengajukan pengunduran diri hanya berhak atas kompensasi seperti sisa cuti yang masih ada, biaya perumahan serta pengobatan dan perawatan, dll sesuai Pasal 156 (4). Pekerja mungkin mendapatakan lebih bila diatur lain lewat perjanjian. Untuk biaya perumahan terdapat silang pendapat antara pekerja dan pengusaha, terkait apakah pekerja yang mengundurkan diri berhak atas 15% dari uang pesangon dan penghargaan masa kerja.

PHK Tidak Sukarela


a. PHK oleh Pengusaha
Seseorang dapat dipecat (PHK tidak sukarela) karena bermacam hal, antara lain rendahnya performa kerja, melakukan pelanggaran perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau kebijakankebijakan lain yang dikeluarkan pengusaha. Tidak semua kesalahan dapat berakibat pemecatan. Hal ini tergantung besarnya tingkat kesalahan. Pengusaha dimungkinkan memPHK pekerjanya dalam hal pekerja melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Ini, setelah sebelumnya kepada pekerja diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. Surat peringatan masing-masing berlaku untuk paling lama 6 (enam) bulan, kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Pengusaha dapat memberikan surat peringatan kepada pekerja untuk berbagai pelanggaran dan menentukan sanksi yang layak tergantung jenis pelanggaran. Pengusaha dimungkinkan juga mengeluarkan misalnya SP 3 secara langsung, atau terhadap perbuatan tertentu langsung memPHK. Hal ini dengan catatan hal tersebut diatur dalam perjanjian kerja (PK), peraturan perusahaan (PP), atau perjanjian kerja bersama (PKB), dan dalam ketiga aturan tersebut,

disebutkan secara jelas jenis pelanggaran yang dapat mengakibatkan PHK. Tak lupa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Selain karena kesalahan pekerja, pemecatan mungkin dilakukan karena alasan lain. Misalnya bila perusahaan memutuskan melakukan efisiensi, penggabungan atau peleburan, dalam keadaan merugi, pailit, maupun PHK terjadi karena keadaan diluar kuasa pengusaha (force majeure). Undang-Undang tegas melarang pengusaha melakukan PHK dengan alasan: a. pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus; b. pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya; d. pekerja menikah; e. pekerja perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya; f. pekerja mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam PK, PP, atau PKB; g. pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja, pekerja melakukan kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam PK, PP, atau PKB; h. pekerja yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan; i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan; j. pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan. Kesalahan Berat (eks Pasal 158) Semenjak Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan Pasal 158 UU Ketenagakerjaan inkonstitusional, maka pengusaha tidak lagi dapat langsung melakukan PHK apabila ada dugaan pekerja melakukan kesalahan berat. Berdasarkan asas praduga tak bersalah, pengusaha baru dapat melakukan PHK apabila pekerja terbukti melakukan kesalahan berat yang termasuk tindak pidana. Atas putusan MK ini, Depnaker mengeluarkan surat edaran yang berusaha memberikan penjelasan tentang akibat putusan tersebut. Yang termasuk kesalahan berat ialah: a. melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik perusahaan; b. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan; c. mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja; d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja; e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di lingkungan kerja; f. membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan;dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan; g. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja; h. membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara; atau i. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

b. Permohonan PHK oleh Pekerja


Pekerja juga berhak untuk mengajukan permohonan PHK ke LPPHI bila pengusaha melakukan perbuatan seperti (i) menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja; (ii) membujuk dan/atau menyuruh pekerja untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; (iii) tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 bulan berturut-turut atau lebih; (iv) tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja; (v) memerintahkan pekerja untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang diperjanjikan; (vi) memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan pekerja/buruh sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada perjanjian kerja.

c. PHK oleh Hakim


PHK dapat pula terjadi karena putusan hakim. Apabila hakim memandang hubungan kerja tidak lagi kondusif dan tidak mungkin dipertahankan maka hakim dapat melakukan PHK yang berlaku sejak putusan dibacakan.

d. PHK karena Peraturan Perundang-undangan


Pekerja yang meninggal dunia, Perusahaan yang pailit, dan force majeure merupakan alasan PHK diluar keinginan para pihak. Meski begitu dlama praktek force majeure sering dijadikan alasan pengusaha untuk mem-PHK pekerjanya.

Mekanisme PHK
Pekerja, pengusaha dan pemerintah wajib untuk melakukan segala upaya untuk menghindari PHK. Apabila tidak ada kesepakatan antara pengusaha pekerja/serikatnya, PHK hanya dapat dilakukan oleh pengusaha setelah memperoleh penetapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (LPPHI). Selain karena pengunduran diri dan hal-hal tertentu dibawah ini, PHK harus dilakukan melalui penetapan Lembaga Penyelesaian Hubungan Industrial (LPPHI). Hal-hal tersebut adalah : a. pekerja masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya; b. pekerja mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa

ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali; c. pekerja mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-undangan; atau d. pekerja meninggal dunia. e. Pekerja ditahan f. Pengusaha tidak terbukti melakukan pelanggaran yang dituduhkan pekerja melakukan permohonan PHK Selama belum ada penetapan dari LPPHI, pekerja dan pengusaha harus tetap melaksanakan segala kewajibannya. Sambil menunggu penetapan, pengusaha dapat melakukan skorsing, dengan tetap membayar hak-hak pekerja.

Perselisihan PHK
Perselisihan PHK termasuk kategori perselisihan hubungan industrial bersama perselisihan hak, perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja. Perselisihan PHK timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat antara pekerja dan pengusaha mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan salah satu pihak. Perselisihan PHK antara lain mengenai sah atau tidaknya alasan PHK, dan besaran kompensasi atas PHK.

Penyelesaian Perselisihan PHK


Mekanisme perselisihan PHK beragam dan berjenjang. 1. Perundingan Bipartit Perundingan Bipartit adalah forum perundingan dua kaki antar pengusaha dan pekerja atau serikatpe kerja. Kedua belah pihak diharapkan dapat mencapai kesepakatan dalam penyelesaian masalah mereka, sebagai langkah awal dalam penyelesaian perselisihan. Dalam perundingan ini, harus dibuat risalah yang ditandatangai para Pihak. isi risalah diatur dalam Pasal 6 Ayat 2 UU PPHI. Apabila tercapai kesepakatan maka Para pihak membuat Perjanjian Bersama yang mereka tandatangani. Kemudian Perjanjian Bersama ini didaftarkan pada PHI wilayah oleh para pihak ditempat Perjanjian Bersama dilakukan. Perlkunya menddaftarkan perjanjian bersama, ialah untuk menghindari kemungkinan slah satu pihak ingkar. Bila hal ini terjadi, pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi. Apabila gagal dicapai kesepakatan, maka pekerja dan pengusaha mungkin harus menghadapi prosedur penyelesaian yang panjang melalui Perundingan Tripartit. 2. Perundingan Tripartit Dalam pengaturan UUK, terdapat tiga forum penyelesaian yang dapat dipilih oleh para pihak:

a. Mediasi

Forum Mediasi difasilitasi oleh institusi ketenagakerjaan. Dinas tenagakerja kemudian menunjuk mediator. Mediator berusaha mendamaikan para pihak, agar tercipta kesepakatan antar keduanya. Dalam hal tercipta kesepakatan para pihak membuta perjanjian bersama dengan disaksikan oleh mediator. Bila tidak dicapai kesepakatan, mediator akan mengeluarkan anjuran.
b. Konsiliasi

Forum Konsiliasi dipimpin oleh konsiliator yang ditunjuk oleh para pihak. Seperti mediator, Konsiliator berusaha mendamaikan para pihak, agar tercipta kesepakatan antar keduanya. Bila tidak dicapai kesepakatan, Konsiliator juga mengeluarkan produk berupa anjuran.
c. Arbitrase

Lain dengan produk Mediasi dan Konsiliasi yang berupa anjuran dan tidak mengikat, putusan arbitrase mengikat para pihak. Satu-satunya langkah bagi pihak yang menolak putusan tersebut ialah permohonan Pembatalan ke Mahkamah Agung. Karena adanya kewajiban membayar arbiter, mekanisme arbitrase kurang populer. 3. Pengadilan Hubungan Industrial Pihak yang menolak anjuran mediator/konsiliator, dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI). Pengadilan ini untuk pertamakalinya didirikan di tiap ibukota provinsi. Nantinya, PHI juga akan didirikan di tiap kabupaten/ kota. Tugas pengadilan ini antara lain mengadili perkara perselisihan hubungan industrial, termasuk perselisihan PHK, serta menerima permohonan dan melakukan eksekusi terhadap Perjanjian Bersama yang dilanggar. Selain mengadili Perselisihan PHK, Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) mengadili jenis perselisihan lainnya: (i)Perselisihan yang timbul akibat adanya perselisihan hak, (ii) perselisihan kepentingan dan (iii) perselisihan antar serikat pekerja. 4. Kasasi (Mahkamah Agung) Pihak yang menolak Putusan PHI soal Perselisihan PHK dapat langsung mengajukan kasasi (tidak melalui banding) atas perkara tersebut ke Mahkamah Agung, untuk diputus.

Kompensasi PHK
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon (UP) dan atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang penggantian hak (UPH) yang seharusnya diterima. UP, UPMK, dan UPH dihitung berdasarkan upah karyawan dan masa kerjanya. Perhitungan uang pesangon (UP) paling sedikit sebagai berikut : Masa Kerja Uang Pesangon

masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 (satu) bulan upah; masa kerja 1 - 2 tahun, 2 (dua) bulan upah; masa kerja 2 - 3 tahun, 3 (tiga) bulan upah; masa kerja 3 - 4 tahun 4 (empat) bulan upah; masa kerja 4 - 5 tahun 5 (lima) bulan upah; masa kerja 5 - 6 tahun 6 (enam) bulan upah; masa kerja 6 - 7 tahun 7 (tujuh) bulan upah. masa kerja 7 8 tahun 8 (delapan) bulan upah; masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.

Perhitungan uang penghargaan masa kerja (UPMK) ditetapkan sebagai berikut : Masa Kerja UPMK

masa kerja 3 - 6 tahun 2 (dua) bulan upah; masa kerja 6 - 9 tahun 3 (tiga) bulan upah; masa kerja 9 - 12 tahun 4 (empat) bulan upah; masa kerja 12 - 15 tahun 5 (lima) bulan upah; masa kerja 15 - 18 tahun 6 (enam) bulan upah; masa kerja 18 - 21 tahun 7 (tujuh) bulan upah; masa kerja 21 - 24 tahun 8 (delapan) bulan upah; masa kerja 24 tahun atau lebih 10 bulan upah

Uang penggantian hak yang seharusnya diterima (UPH) meliputi : a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja; c. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat; d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

Alasan PHK dan Hak Atas Pesangon


Besaran Perkalian pesangon, tergantung alasan PHKnya. Besaran Pesangon dapat ditambah tapi tidak boleh dikurangi. Besaran Pesangon tergantung alasan PHK sebagai berikut: Alasan PHK Besaran Kompensasi Mengundurkan diri (kemauan sendiri) -Berhak atas UPH Tidak lulus masa percobaan -Tidak berhak kompensasi Selesainya PKWT -Tidak Berhak atas Kompensasi Pekerja melakukan kesalahan berat - Berhak atas UPH Pekerja melakukan Pelanggaran Perjanjian Kerja, Perjanjian Kerja Bersama, atau Peraturan Perusahaan- 1 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH Pekerja mengajukan PHK karena pelanggaran pengusaha - 2 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH Pekerja menerima PHK meski bukan karena kesalahannya- Tergantung kesepakatan Pernikahan antar pekerja (jika diatur oleh perusahaan) - 1 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH

PHK Massal karena perusahaan rugi atau force majeure- 1 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH PHK Massal karena Perusahaan melakukan efisiensi. - 2 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH Peleburan, Penggabungan, perubahan status dan Pekerja tidak mau melanjutkan hubungan kerja1 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH Peleburan, Penggabungan, perubahan status dan Pengusaha tidak mau melanjutkan hubungan kerja - 2 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH Perusahaan pailit - 1 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH Pekerja meninggal dunia- 2 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH Pekerja mangkir 5 hari atau lebih dan telah dipanggil 2 kali secara patut - UPH dan Uang pisah Pekerja sakit berkepanjangan atau karena kecelakaan kerja (setelah 12 bulan) - 2 kali UP, 2 kali UPMK, dan UPH Pekerja memasuki usia pensiun - Sesuai Pasal 167 UU 13/2003 Pekerja ditahan dan tidak dapat melakukan pekerjaan (setelah 6 bulan)- 1 kali UPMK dan UPH Pekerja ditahan dan diputuskan bersalah - 1 kali UPMK dan UPH
Contoh

A yang tinggal di jakarta telah bekerja selama sepuluh tahun di PT B yang juga berdomisili di Jakarta, dengan upah Rp 3 juta per bulan. Ia kemudian di PHK perusahaannya karena melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kerja. Maka, ia berhak atas kompensasi sebesar: UP = Rp3.000.000,- x 1x9 = 27.000.000, (3 juta Dikali 1 UP (karena melanggar Perjanjan kerja) dikalikan dengan 9 bulan upah) UPMK= Rp3.000.000 x1x 4= 12.000.000,- (tiga juta kali 4 bulan upah, karena masa kerja 10 tahun UPH = 15% (uang penggantian perumahan dan pengobatan) x (27 juta +12 juta) =Rp5.850.000,Total Kompensasi = UP + UPMK + UPH 27.000.000+ 12.000.000 + 5.850.000 = 44.850.000,-

PHK sepihak pasti ada sebabnya gan. Dan kompensasinya beda2. Jika di PHK karena Perubahan Status, Atau Perubahan Kepemilikan, pekerja berhak atas uang pesangon sebesar dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. Artinya dia dapet 2x 6 bulan upah, 1x 2 bulan upah +uang penggantian hak = 14 gaji +uang pganti hak Jika perusahaan merugi 2 tahun terus menerus, pekerja mendapt uang pesangon sebesar satu ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu ketentuan, dan uang penggantian hak. Artinya dia dapat 1x 6 bulan upah, 1x dua bulan upah +uang penggantian hak. = 8 gaji + uang pganti hak Jika perusahaan melakukan efisiensi (ini mungkin yang menimpa agan. Agan dapat uang pesangon

sebesar dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. artinya agan dapat 2x 6 bulan upah, 1x 2 bulan upah +uang penggantian hak. = 14 gaji +uang pganti hak

Jika perusahaan pailit, yang agan terima adalah uang pesangon sebesar satu kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak.artinya agan dapat 1x 6 bulan upah, 1x 2 bulan upah +uang penggantian hak. = 8 gaji +uang pganti hak enis-jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) a. PHK karena Pekerja Melakukan Kesalahan Berat Termasuk kategori kesalahan berat sebagi berikut. 1. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik perusahaan. 2. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan, sehingga merugikan perusahaan. 3. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja. 4. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja. 5. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di lingkungan kerja. 6. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 7. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. 8. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja. 9. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara. 10. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara lima tahun atau lebih. Kesalahan berat yang dilakukan harus didukung dengan bukti-bukti, seperti pekerja tertangkap tangan, ada pengakuan dari pekerja, serta bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di perusahaan bersangkutan yang didukung oleh dua orang saksi. Hak yang diterima pekerja yang di PHK karena melakukan pelanggaran berat adalah uang penggantian hak. Namun, untuk pekerja yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung diberikan uang pisah yang besarnya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. b. PHK karena Pekerja Terlibat Kasus Pidana Pengusaha dapat melakukan PHK terhadap pekerja yang setelah enam bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara pidana. Namun pengusaha dapat

membuat keputusan sebelum waktu enam bulan terlampaui apabila: 1. Jika sebelum enam bulan pengadilan memutuskan bahwa pekerja bersalah, perusahaan berhak melakukan PHK. 2. Jika sebelum enam bulan pengadilan memutuskan bahwa pekerja tidak bersalah, perusahaan wajib mempekerjakan pekerja kembali Hak yang diterima pekerja yang di PHK karena terlibat kasus pidana adalah uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan dan uang penggantian hak. c. PHK Karena Pekerja Melanggar Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama. PHK ini boleh dilakukan setelah pekerja diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. Hak yang diterima pekerja meliputi uang pesangon sebesar satu kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. d. PHK Karena Pekerja Mengundurkan Diri Atas Kemauan Sendiri PHK karena pekerja mengundurkan diri atas kemauan sendiri dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut. 1. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30 hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri. 2. Tidak terikat dalam ikatan dinas. 3. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri. Hak yang diterima pekerja yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri sebgai berikut. Uang penggantian hak. Bagi pekerja yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung diberikan uang pisah yang besarnya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. e. PHK Karena Perubahan Status, Penggabungan, Peleburan, Atau Perubahan Kepemilikan Perusahaan Untuk PHK jenis ini, jika pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja, pekerja berhak atas uang pesangon sebesar satu kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. Sementara itu, jika pengusaha tidak bersedia menerima pekerja di perusahaannya, pekerja berhak atas uang pesangon sebesar dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak

f. PHK Karena Perusahaan Merugi Dua Tahun Terus Menerus atau Keadaan Memaksa (Force Majeur) Untuk jenis PHK seperti ini, kerugian perusahaan harus dibuktikan dengan laporan keuangan dua tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik. Hak yang diterima pekerja adalah uang pesangon

sebesar satu ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu ketentuan, dan uang penggantian hak. g. PHK Karena Perusahaan Melakukan Efisiensi Untuk meningkatkan laba, perusahaan sering melakukan efisiensi demi menekan pengeluaran. Salah satunya adalah dengan melakukan PHK. Jika hal ini terjadi, hak yang diterima pekerja adalah uang pesangon sebesar dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. h. PHK Karena Perusahaan Pailit Perusahaan dinyatakan pailit jika memiliki utang, minimum satu utang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, ada kreditur (pihak yang mempunyai piutang) lebih dari satu, ada permohonan pernyataan pailit, serta ada pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga (Undang Undang Kepailitan No. 37 tahun 2004). Hak yang diterima pekerja jika di PHK karena perusahaan pailit adalah uang pesangon sebesar satu kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. i. PHK Karena Pekerja Meninggal Dunia Jika pekerja di PHK karena meninggal, hak yang diterima ahli waris adalah dua kali uang pesangon, satu kali uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak.

j. PHK Karena Pensiun Pembayaran uang PHK karena pensiun harus mengikuti ketentuan sebagai berikut. 1. Jika pekerja mengikuti program pensiun dan iurannya dibayar penuh oleh pengusaha, pekerja hanya berhak atas uang penggantian hak dan tidak berhak atas uang pesangon serta uang penghargaan masa kerja. Jika jumlah uang pensiun tersebut lebih kecil dari jumlah uang pesangon dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak, selisihnya dibayar oleh pengusaha. 2. Jika pekerja mengikuti program pensiun dan iuran/premi dibayar oleh pengusaha dan pekerja, yang diperhitungkan dengan uang pesangon adalah uang pensiun yang dibayarkan oleh pengusaha. Pekerja hanya berhak atas uang penggantian hak, tetapi tidak berhak atas uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja. Namun, pekerja juga berhak atas premi yang dia bayarkan. Jika jumlah uang pensiun tersebut lebih kecil dari jumlah uang pesangon dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak, selisihnya dibayar oleh pengusaha. 3. Jika nilai uang pensiun yang diterima lebih besar dari jumlah uang pesangon dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak, pekerja tetap berhak atas uang pensiun tersebut. 4. Jika pekerja tidak mengikuti program pensiun, hak yang diterima adalah uang pesangon sebesar dua kali, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali, dan uang penggantian hak. k. PHK Karena Mangkir Kerja Lima Hari Berturut-turut

Hak yang diterima pekerja yang di PHK adalah uang penggantian hak dan uang pisah yang besarnya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. l. PHK Karena Pekerja Mengajukan Permohonan PHK Kepada Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (LPPHI) Hak yang diterima pekerja yang di PHK karena mengajukan PHK ke LPPHI adalah uang pesangon sebesar dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. Sementara itu, jika pengusaha dinyatakan tidak terbukti melakukan perbuatan seperti yang diadukan oleh pekerja ke LPPHI, pengusaha berhak melakukan PHK tanpa penetapan LPPHI dan pekerja tidak berhak atas uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja. m. PHK Karena Pekerja Sakit atau Cacat Akibat Kecelakaan Kerja PHK seperti ini dilakukan kepada pekerja yang sakit atau cacat akibat kecelakaan kerja, sehingga tidak bisa bekerja lebih dari 12 bulan. Hak yang diterima pekerja adalah uang pesangon sebesar dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar dua kali ketentuan, dan uang pengganti hak.

Anda mungkin juga menyukai