hak. Dalam contoh ini masa kerja akan disimbolkan sebagai x. Anda juga bisa mengunduh Tabel Besaran Kompensasi PHK di sini Pesangon 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. x< 1 tahun = 1 bulan upah 1 tahun<x<2 tahun = 2 bulan 2 tahun<x<3 tahun = 3 bulan 3 tahun<x<4 tahun = 4 bulan 4 tahun<x<5 tahun = 5 bulan 5 tahun<x<6 tahun = 6 bulan 6 tahun<x<7 tahun = 7 bulan 7 tahun<x<8 tahun = 8 bulan x<8 tahun = 9 bulan upah
Uang Penghargaan Masa Kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 3 tahun<x<6 tahun = 2 bulan upah 6 tahun<x<9 tahun = 3 bulan upah 9 tahun<x<12 tahun = 4 bulan upah 12 tahun<x<15 tahun = 5 bulan upah 15 tahun<x<18 tahun = 6 bulan upah 18 tahun<x<21 tahun = 7 bulan upah 21 tahun<x<24 tahun = 8 bulan upah x<24 tahun = 10 bulan upah
1. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur 2. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya ke tempat dimana pekerja diterima bekerja 3. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangong dan atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat 4. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau PKB
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Pekerja kontrak dan tetap 2 Alasan/sebab PHK 3 PHK Sukarela 4 PHK Tidak Sukarela o 4.1 a. PHK oleh Pengusaha 4.1.1 Kesalahan Berat (eks Pasal 158) o 4.2 b. Permohonan PHK oleh Pekerja o 4.3 c. PHK oleh Hakim o 4.4 d. PHK karena Peraturan Perundang-undangan 5 Mekanisme PHK 6 Perselisihan PHK o 6.1 Penyelesaian Perselisihan PHK 6.1.1 1. Perundingan Bipartit 6.1.2 2. Perundingan Tripartit
6.1.2.1 a. Mediasi 6.1.2.2 b. Konsiliasi 6.1.2.3 c. Arbitrase 6.1.3 3. Pengadilan Hubungan Industrial 6.1.4 4. Kasasi (Mahkamah Agung) 7 Kompensasi PHK 8 Alasan PHK dan Hak Atas Pesangon o 8.1 Contoh
Alasan/sebab PHK
Terdapat bermacam-masam alasan PHK, dari mulai pekerja mengundurkan diri, tidak lulus masa percobaan hingga perusahaan pailit. Selain itu:
Selesainya PKWT Pekerja melakukan kesalahan berat Pekerja melanggar perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perusahaan Pekerja mengajukan PHK karena pelanggaran pengusaha Pekerja menerima PHK meski bukan karena kesalahannya Pernikahan antar pekerja (jika diatur oleh perusahaan) PHK mMassal - karena perusahaan rugi, force majeure, atau melakukan efisiensi. Peleburan, penggabungan, perubahan status Perusahaan pailit Pekerja meninggal dunia Pekerja mangkir 5 hari atau lebih dan telah dipanggil 2 kali secara patut Pekerja sakit berkepanjangan Pekerja memasuki usia pensiun
PHK Sukarela
Pekerja dapat mengajukan pengunduran diri kepada pengusaha secara tertulis tanpa paksaan/intimidasi. Terdapat berbagai macam alasan pengunduran diri, seperti pindah ke tempat lain, berhenti dengan alasan pribadi, dan lain-lain. Untuk mengundurkan diri, pekerja harus memenuhi syarat: (i) mengajukan permohonan selambatnya 30 hari sebelumnya, (ii) tidak ada ikatan dinas, (iii) tetap melaksanakan kewajiban sampai mengundurkan diri. Undang-undang melarang pengusaha memaksa pekerjanya untuk mengundurkan diri. Namun dalam praktik, pengunduran diri kadang diminta oleh pihak pengusaha. Kadang kala, pengunduran diri yang tidak sepenuhnya sukarela ini merupakan solusi terbaik bagi pekerja maupun pengusaha. Disatu sisi, reputasi pekerja tetap terjaga. Disisi lain pengusaha tidak perlu mengeluarkan pesangon lebih besar apabila pengusaha harus melakukan PHK tanpa ada persetujuan pekerja. Pengusaha dan pekerja juga dapat membahas besaran pesangon yang disepakati. Pekerja yang mengajukan pengunduran diri hanya berhak atas kompensasi seperti sisa cuti yang masih ada, biaya perumahan serta pengobatan dan perawatan, dll sesuai Pasal 156 (4). Pekerja mungkin mendapatakan lebih bila diatur lain lewat perjanjian. Untuk biaya perumahan terdapat silang pendapat antara pekerja dan pengusaha, terkait apakah pekerja yang mengundurkan diri berhak atas 15% dari uang pesangon dan penghargaan masa kerja.
disebutkan secara jelas jenis pelanggaran yang dapat mengakibatkan PHK. Tak lupa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Selain karena kesalahan pekerja, pemecatan mungkin dilakukan karena alasan lain. Misalnya bila perusahaan memutuskan melakukan efisiensi, penggabungan atau peleburan, dalam keadaan merugi, pailit, maupun PHK terjadi karena keadaan diluar kuasa pengusaha (force majeure). Undang-Undang tegas melarang pengusaha melakukan PHK dengan alasan: a. pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus; b. pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya; d. pekerja menikah; e. pekerja perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya; f. pekerja mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam PK, PP, atau PKB; g. pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja, pekerja melakukan kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam PK, PP, atau PKB; h. pekerja yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan; i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan; j. pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan. Kesalahan Berat (eks Pasal 158) Semenjak Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan Pasal 158 UU Ketenagakerjaan inkonstitusional, maka pengusaha tidak lagi dapat langsung melakukan PHK apabila ada dugaan pekerja melakukan kesalahan berat. Berdasarkan asas praduga tak bersalah, pengusaha baru dapat melakukan PHK apabila pekerja terbukti melakukan kesalahan berat yang termasuk tindak pidana. Atas putusan MK ini, Depnaker mengeluarkan surat edaran yang berusaha memberikan penjelasan tentang akibat putusan tersebut. Yang termasuk kesalahan berat ialah: a. melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik perusahaan; b. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan; c. mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja; d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja; e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di lingkungan kerja; f. membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan;dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan; g. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja; h. membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara; atau i. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
Mekanisme PHK
Pekerja, pengusaha dan pemerintah wajib untuk melakukan segala upaya untuk menghindari PHK. Apabila tidak ada kesepakatan antara pengusaha pekerja/serikatnya, PHK hanya dapat dilakukan oleh pengusaha setelah memperoleh penetapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (LPPHI). Selain karena pengunduran diri dan hal-hal tertentu dibawah ini, PHK harus dilakukan melalui penetapan Lembaga Penyelesaian Hubungan Industrial (LPPHI). Hal-hal tersebut adalah : a. pekerja masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya; b. pekerja mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa
ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali; c. pekerja mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-undangan; atau d. pekerja meninggal dunia. e. Pekerja ditahan f. Pengusaha tidak terbukti melakukan pelanggaran yang dituduhkan pekerja melakukan permohonan PHK Selama belum ada penetapan dari LPPHI, pekerja dan pengusaha harus tetap melaksanakan segala kewajibannya. Sambil menunggu penetapan, pengusaha dapat melakukan skorsing, dengan tetap membayar hak-hak pekerja.
Perselisihan PHK
Perselisihan PHK termasuk kategori perselisihan hubungan industrial bersama perselisihan hak, perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja. Perselisihan PHK timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat antara pekerja dan pengusaha mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan salah satu pihak. Perselisihan PHK antara lain mengenai sah atau tidaknya alasan PHK, dan besaran kompensasi atas PHK.
a. Mediasi
Forum Mediasi difasilitasi oleh institusi ketenagakerjaan. Dinas tenagakerja kemudian menunjuk mediator. Mediator berusaha mendamaikan para pihak, agar tercipta kesepakatan antar keduanya. Dalam hal tercipta kesepakatan para pihak membuta perjanjian bersama dengan disaksikan oleh mediator. Bila tidak dicapai kesepakatan, mediator akan mengeluarkan anjuran.
b. Konsiliasi
Forum Konsiliasi dipimpin oleh konsiliator yang ditunjuk oleh para pihak. Seperti mediator, Konsiliator berusaha mendamaikan para pihak, agar tercipta kesepakatan antar keduanya. Bila tidak dicapai kesepakatan, Konsiliator juga mengeluarkan produk berupa anjuran.
c. Arbitrase
Lain dengan produk Mediasi dan Konsiliasi yang berupa anjuran dan tidak mengikat, putusan arbitrase mengikat para pihak. Satu-satunya langkah bagi pihak yang menolak putusan tersebut ialah permohonan Pembatalan ke Mahkamah Agung. Karena adanya kewajiban membayar arbiter, mekanisme arbitrase kurang populer. 3. Pengadilan Hubungan Industrial Pihak yang menolak anjuran mediator/konsiliator, dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI). Pengadilan ini untuk pertamakalinya didirikan di tiap ibukota provinsi. Nantinya, PHI juga akan didirikan di tiap kabupaten/ kota. Tugas pengadilan ini antara lain mengadili perkara perselisihan hubungan industrial, termasuk perselisihan PHK, serta menerima permohonan dan melakukan eksekusi terhadap Perjanjian Bersama yang dilanggar. Selain mengadili Perselisihan PHK, Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) mengadili jenis perselisihan lainnya: (i)Perselisihan yang timbul akibat adanya perselisihan hak, (ii) perselisihan kepentingan dan (iii) perselisihan antar serikat pekerja. 4. Kasasi (Mahkamah Agung) Pihak yang menolak Putusan PHI soal Perselisihan PHK dapat langsung mengajukan kasasi (tidak melalui banding) atas perkara tersebut ke Mahkamah Agung, untuk diputus.
Kompensasi PHK
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon (UP) dan atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang penggantian hak (UPH) yang seharusnya diterima. UP, UPMK, dan UPH dihitung berdasarkan upah karyawan dan masa kerjanya. Perhitungan uang pesangon (UP) paling sedikit sebagai berikut : Masa Kerja Uang Pesangon
masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 (satu) bulan upah; masa kerja 1 - 2 tahun, 2 (dua) bulan upah; masa kerja 2 - 3 tahun, 3 (tiga) bulan upah; masa kerja 3 - 4 tahun 4 (empat) bulan upah; masa kerja 4 - 5 tahun 5 (lima) bulan upah; masa kerja 5 - 6 tahun 6 (enam) bulan upah; masa kerja 6 - 7 tahun 7 (tujuh) bulan upah. masa kerja 7 8 tahun 8 (delapan) bulan upah; masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.
Perhitungan uang penghargaan masa kerja (UPMK) ditetapkan sebagai berikut : Masa Kerja UPMK
masa kerja 3 - 6 tahun 2 (dua) bulan upah; masa kerja 6 - 9 tahun 3 (tiga) bulan upah; masa kerja 9 - 12 tahun 4 (empat) bulan upah; masa kerja 12 - 15 tahun 5 (lima) bulan upah; masa kerja 15 - 18 tahun 6 (enam) bulan upah; masa kerja 18 - 21 tahun 7 (tujuh) bulan upah; masa kerja 21 - 24 tahun 8 (delapan) bulan upah; masa kerja 24 tahun atau lebih 10 bulan upah
Uang penggantian hak yang seharusnya diterima (UPH) meliputi : a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja; c. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat; d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
PHK Massal karena perusahaan rugi atau force majeure- 1 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH PHK Massal karena Perusahaan melakukan efisiensi. - 2 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH Peleburan, Penggabungan, perubahan status dan Pekerja tidak mau melanjutkan hubungan kerja1 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH Peleburan, Penggabungan, perubahan status dan Pengusaha tidak mau melanjutkan hubungan kerja - 2 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH Perusahaan pailit - 1 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH Pekerja meninggal dunia- 2 kali UP, 1 kali UPMK, dan UPH Pekerja mangkir 5 hari atau lebih dan telah dipanggil 2 kali secara patut - UPH dan Uang pisah Pekerja sakit berkepanjangan atau karena kecelakaan kerja (setelah 12 bulan) - 2 kali UP, 2 kali UPMK, dan UPH Pekerja memasuki usia pensiun - Sesuai Pasal 167 UU 13/2003 Pekerja ditahan dan tidak dapat melakukan pekerjaan (setelah 6 bulan)- 1 kali UPMK dan UPH Pekerja ditahan dan diputuskan bersalah - 1 kali UPMK dan UPH
Contoh
A yang tinggal di jakarta telah bekerja selama sepuluh tahun di PT B yang juga berdomisili di Jakarta, dengan upah Rp 3 juta per bulan. Ia kemudian di PHK perusahaannya karena melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kerja. Maka, ia berhak atas kompensasi sebesar: UP = Rp3.000.000,- x 1x9 = 27.000.000, (3 juta Dikali 1 UP (karena melanggar Perjanjan kerja) dikalikan dengan 9 bulan upah) UPMK= Rp3.000.000 x1x 4= 12.000.000,- (tiga juta kali 4 bulan upah, karena masa kerja 10 tahun UPH = 15% (uang penggantian perumahan dan pengobatan) x (27 juta +12 juta) =Rp5.850.000,Total Kompensasi = UP + UPMK + UPH 27.000.000+ 12.000.000 + 5.850.000 = 44.850.000,-
PHK sepihak pasti ada sebabnya gan. Dan kompensasinya beda2. Jika di PHK karena Perubahan Status, Atau Perubahan Kepemilikan, pekerja berhak atas uang pesangon sebesar dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. Artinya dia dapet 2x 6 bulan upah, 1x 2 bulan upah +uang penggantian hak = 14 gaji +uang pganti hak Jika perusahaan merugi 2 tahun terus menerus, pekerja mendapt uang pesangon sebesar satu ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu ketentuan, dan uang penggantian hak. Artinya dia dapat 1x 6 bulan upah, 1x dua bulan upah +uang penggantian hak. = 8 gaji + uang pganti hak Jika perusahaan melakukan efisiensi (ini mungkin yang menimpa agan. Agan dapat uang pesangon
sebesar dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. artinya agan dapat 2x 6 bulan upah, 1x 2 bulan upah +uang penggantian hak. = 14 gaji +uang pganti hak
Jika perusahaan pailit, yang agan terima adalah uang pesangon sebesar satu kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak.artinya agan dapat 1x 6 bulan upah, 1x 2 bulan upah +uang penggantian hak. = 8 gaji +uang pganti hak enis-jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) a. PHK karena Pekerja Melakukan Kesalahan Berat Termasuk kategori kesalahan berat sebagi berikut. 1. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik perusahaan. 2. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan, sehingga merugikan perusahaan. 3. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja. 4. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja. 5. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di lingkungan kerja. 6. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 7. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. 8. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja. 9. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara. 10. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara lima tahun atau lebih. Kesalahan berat yang dilakukan harus didukung dengan bukti-bukti, seperti pekerja tertangkap tangan, ada pengakuan dari pekerja, serta bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di perusahaan bersangkutan yang didukung oleh dua orang saksi. Hak yang diterima pekerja yang di PHK karena melakukan pelanggaran berat adalah uang penggantian hak. Namun, untuk pekerja yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung diberikan uang pisah yang besarnya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. b. PHK karena Pekerja Terlibat Kasus Pidana Pengusaha dapat melakukan PHK terhadap pekerja yang setelah enam bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara pidana. Namun pengusaha dapat
membuat keputusan sebelum waktu enam bulan terlampaui apabila: 1. Jika sebelum enam bulan pengadilan memutuskan bahwa pekerja bersalah, perusahaan berhak melakukan PHK. 2. Jika sebelum enam bulan pengadilan memutuskan bahwa pekerja tidak bersalah, perusahaan wajib mempekerjakan pekerja kembali Hak yang diterima pekerja yang di PHK karena terlibat kasus pidana adalah uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan dan uang penggantian hak. c. PHK Karena Pekerja Melanggar Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama. PHK ini boleh dilakukan setelah pekerja diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. Hak yang diterima pekerja meliputi uang pesangon sebesar satu kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. d. PHK Karena Pekerja Mengundurkan Diri Atas Kemauan Sendiri PHK karena pekerja mengundurkan diri atas kemauan sendiri dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut. 1. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30 hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri. 2. Tidak terikat dalam ikatan dinas. 3. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri. Hak yang diterima pekerja yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri sebgai berikut. Uang penggantian hak. Bagi pekerja yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung diberikan uang pisah yang besarnya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. e. PHK Karena Perubahan Status, Penggabungan, Peleburan, Atau Perubahan Kepemilikan Perusahaan Untuk PHK jenis ini, jika pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja, pekerja berhak atas uang pesangon sebesar satu kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. Sementara itu, jika pengusaha tidak bersedia menerima pekerja di perusahaannya, pekerja berhak atas uang pesangon sebesar dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak
f. PHK Karena Perusahaan Merugi Dua Tahun Terus Menerus atau Keadaan Memaksa (Force Majeur) Untuk jenis PHK seperti ini, kerugian perusahaan harus dibuktikan dengan laporan keuangan dua tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik. Hak yang diterima pekerja adalah uang pesangon
sebesar satu ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu ketentuan, dan uang penggantian hak. g. PHK Karena Perusahaan Melakukan Efisiensi Untuk meningkatkan laba, perusahaan sering melakukan efisiensi demi menekan pengeluaran. Salah satunya adalah dengan melakukan PHK. Jika hal ini terjadi, hak yang diterima pekerja adalah uang pesangon sebesar dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. h. PHK Karena Perusahaan Pailit Perusahaan dinyatakan pailit jika memiliki utang, minimum satu utang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, ada kreditur (pihak yang mempunyai piutang) lebih dari satu, ada permohonan pernyataan pailit, serta ada pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga (Undang Undang Kepailitan No. 37 tahun 2004). Hak yang diterima pekerja jika di PHK karena perusahaan pailit adalah uang pesangon sebesar satu kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. i. PHK Karena Pekerja Meninggal Dunia Jika pekerja di PHK karena meninggal, hak yang diterima ahli waris adalah dua kali uang pesangon, satu kali uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak.
j. PHK Karena Pensiun Pembayaran uang PHK karena pensiun harus mengikuti ketentuan sebagai berikut. 1. Jika pekerja mengikuti program pensiun dan iurannya dibayar penuh oleh pengusaha, pekerja hanya berhak atas uang penggantian hak dan tidak berhak atas uang pesangon serta uang penghargaan masa kerja. Jika jumlah uang pensiun tersebut lebih kecil dari jumlah uang pesangon dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak, selisihnya dibayar oleh pengusaha. 2. Jika pekerja mengikuti program pensiun dan iuran/premi dibayar oleh pengusaha dan pekerja, yang diperhitungkan dengan uang pesangon adalah uang pensiun yang dibayarkan oleh pengusaha. Pekerja hanya berhak atas uang penggantian hak, tetapi tidak berhak atas uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja. Namun, pekerja juga berhak atas premi yang dia bayarkan. Jika jumlah uang pensiun tersebut lebih kecil dari jumlah uang pesangon dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak, selisihnya dibayar oleh pengusaha. 3. Jika nilai uang pensiun yang diterima lebih besar dari jumlah uang pesangon dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak, pekerja tetap berhak atas uang pensiun tersebut. 4. Jika pekerja tidak mengikuti program pensiun, hak yang diterima adalah uang pesangon sebesar dua kali, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali, dan uang penggantian hak. k. PHK Karena Mangkir Kerja Lima Hari Berturut-turut
Hak yang diterima pekerja yang di PHK adalah uang penggantian hak dan uang pisah yang besarnya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. l. PHK Karena Pekerja Mengajukan Permohonan PHK Kepada Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (LPPHI) Hak yang diterima pekerja yang di PHK karena mengajukan PHK ke LPPHI adalah uang pesangon sebesar dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang penggantian hak. Sementara itu, jika pengusaha dinyatakan tidak terbukti melakukan perbuatan seperti yang diadukan oleh pekerja ke LPPHI, pengusaha berhak melakukan PHK tanpa penetapan LPPHI dan pekerja tidak berhak atas uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja. m. PHK Karena Pekerja Sakit atau Cacat Akibat Kecelakaan Kerja PHK seperti ini dilakukan kepada pekerja yang sakit atau cacat akibat kecelakaan kerja, sehingga tidak bisa bekerja lebih dari 12 bulan. Hak yang diterima pekerja adalah uang pesangon sebesar dua kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar dua kali ketentuan, dan uang pengganti hak.